Anda di halaman 1dari 138

PENGARUH EDUKASI DENGAN VIDIO TERHADAP PENGETAHUAN

IBU TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN STUNTING DI DESA

SEMANGA KABUPATEN SAMBAS

PENELITIAN

Oleh:

AGUS DAMAYANTI

NIM. 821223002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK

2023

ii
PENGARUH EDUKASI DENGAN VIDIO TERHADAP PENGETAHUAN

IBU TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN STUNTING DI DESA

SEMANGA KABUPATEN SAMBAS

PENELITIAN

Oleh:

AGUS DAMAYANTI

NIM. 821223002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK

2023

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Diterima dan Disetujui Penelitian dengan judul:

PENGARUH EDUKASI DENGAN VIDIO TERHADAP PENGETAHUAN

IBU TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN STUNTING DI DESA

SEMANGA KABUPATEN SAMBAS

Pembimbing I

Ns. Lintang Sari, M. Kep.


NIDN: 0502118201

Pembimbing II

Nisma, M. Kes.
NIDN: 808119001

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Proposal Penelitian ini adalah hasil karya saya sendiri


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : AGUS DAMAYANTI


Nim : 821223002
Tanda Tangan : materai 10000

Tanggal : 17 Januari 2024

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


Subhanahu Wa Ta’ala, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan penyusunan penelitian dengan judul: “Pengaruh Edukasi Dengan
Vidio Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Kejadian Stunting di Desa
Semanga Kabupaten Sambas”. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik
moril maupun materil kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat, M. Kep. selaku Ketua STIKes YARSI
Pontianak.
2. Ibu Ns. Nurpratiwi, M. Kep. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Ners StiKes Yarsi Pontianak
3. Ibu Ns. Masmuri, M.Kep selaku dosen penguji 1 yang telah memberikan
masukan dan saran pada penelitian ini
4. Ibu Fitriah, M.K.M selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan masukan
dan saran pada penelitian ini
5. Ibu Ns. Lintang Sari, M. Kep. selaku dosen pembimbing I dan penguji 3 yang
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan penelitian ini.
6. Ibu Nisma, M. Kes. selaku dosen pembimbing II dan penguji 4 yang
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan penelitian ini
7. Rekan-rekan sejawat 1 angkatan yang selalu mendukung
Penulis merasakan dalam penyusunan penelitian masih banyak
kekurangan dalam penulisannya. Kritik dan saran sangat penulis harapkan agar
penyusunan proposal penelitian ini lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Pontianak, Januari 2024

vi
Penulis

ABSTRAK

PENGARUH EDUKASI DENGAN VIDIO TERHADAP PENGETAHUAN


IBU TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN STUNTING DI DESA
SEMANGA KABUPATEN SAMBAS
Agus Damayanti, Lintang Sari, Nisma
1
Mahasiswa STIKes YARSI Pontianak
2-3
Dosen STIKes YARSI Pontianak
Email: ema.damaie@gmail.com

Latar Belakang: Stunting masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan pada
dunia maupun di Indonesia. Kejadian stunting dapat disebabkan oleh beberapa
faktor langsung maupun tidak langsung. Faktor langsung yang dapat
menyebabkan terjadinya stunting dapat berupa asupan nutrisi yang kurang serta
adanya penyakit infeksi yang diderita oleh balita. Faktor tidak langsung yang
dapat menyebabkan kejadian stunting berupa pengetahuan serta dukungan
keluarga. Pengetahuan keluarga menjadi fokus masalah sehingga harus
meningkatkan pengetahuannya melalui edukasi. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang
pencegahan kejadian stunting di desa semanga kabupaten sambas
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian quasy experimental dengan
pendekatan pretest posttest with control group. Jumlah sampel sebesar 94 orang
terbagi menjadi 47 orang responden kelompok intervensi dan 47 orang responden
kelompok kontrol . Uji statistik yang digunakan berupa marginal homogeneity
dan chi square.
Hasil : Hasil penelitian menemukan bahwa ada pengaruh edukasi dengan vidio
terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga
Kabupaten Sambas. Terdapat perbedaan pengetahuan ibu tentang pencegahan
stunting pada kelompok intervensi dan kontrol di Desa Semanga Kabupaten
Sambas.
Kesimpulan : Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh edukasi
dengan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan kejadian stunting di
Desa Semanga Kabupaten Sambas. Diharapkan dengan adanya vidio edukasi ini
dapat mempermudah melakukan edukasi terkait dengan pencegahan stunting.
Kata Kunci : Stunting, Vidio, Pencegahan

vii
ABSTRACT

INFLUENCE EDUCATION WITH VIDEOS ON MOTHERS'


KNOWLEDGE ABOUT PREVENTING STUNTING IN SEMANGA
VILLAGE, SAMBAS DISTRICT
Agus Damayanti, Lintang Sari, Nisma
1
Student of STIKes YARSI Pontianak
2-3
Lecture of STIKes YARSI Pontianak
Email: ema.damaie@gmail.com

Background: Stunting is still one of the health problems in the world and in
Indonesia. The incidence of stunting can be caused by several direct and indirect
factors. Direct factors that can cause stunting can be in the form of insufficient
nutritional intake and infectious diseases suffered by toddlers. Indirect factors that
can cause stunting include knowledge and family support. Family knowledge is
the focus of the problem so they must increase their knowledge through
education. This study aims to see the effect of education with videos on mothers'
knowledge about preventing stunting in Semanga Village, Sambas Regency.
Methods: This study is a quasy experimental study with a pretest posttest with
control group approach. The sample size of 94 people was divided into 47
intervention group respondents and 47 control group respondents. The statistical
tests used were marginal homogeneity and chi square.
Results: The results showed that there was an effect of education with videos on
mothers' knowledge about preventing stunting in Semanga Village, Sambas
Regency. There is a difference in mothers' knowledge about preventing stunting in
the intervention and control groups in Semanga Village, Sambas Regency.
Conclusion: In this study it can be concluded that there is an effect of education
with videos on mothers' knowledge about preventing stunting in Semanga Village,
Sambas Regency. It is hoped that this educational video can make it easier to
conduct education related to stunting prevention.
Keywords: Stunting, Video, Prevention

viii
DAFTAR ISI

PENELITIAN...................................................................................................................ii
PENELITIAN..................................................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...............................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ix
DAFTAR SKEMA............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................6
E. Keaslian Penelitian..............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................11
A. Konsep Stunting................................................................................................11
B. Konsep Pengetahuan.........................................................................................24
C. Konsep Edukasi/Pendidikan Kesehatan..........................................................28
D. Kerangka Teori.................................................................................................40
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN.................................................................................................................41
A. Kerangka Konsep Penelitian............................................................................41
B. Definisi Operasional..........................................................................................42
C. Hipotesis Penelitian...........................................................................................42
BAB IV METODE PENELITIAN................................................................................44
A. Desain Penelitian...............................................................................................44
B. Populasi, Sampel dan Sampling.......................................................................45
C. Variabel Penelitian............................................................................................46

ix
D. Tempat Penelitian..............................................................................................47
E. Waktu Penelitian...............................................................................................47
F. Instrumen Penelitian.........................................................................................47
G. Alur Penelitian...................................................................................................50
H. Prosedur Pengumpulan Data............................................................................51
I. Prosedur Pengolahan Data...............................................................................53
J. Analisa Data.......................................................................................................55
K. Etika Penelitian.................................................................................................56
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................58
A. HASIL PENELITIAN.......................................................................................58
B. PEMBAHASAN.................................................................................................63
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................70
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................73
LAMPIRAN PENELITIAN..........................................................................................77

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian..................................................................................7


Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas Status Stunting Berdasarkan PB/U.............12
Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................42
Tabel 5.1 Karateristik Responden Berdasarkan Usia Ibu, Jumlah Anak, Usia
Balita dan Tinggi Badan Balita.............................................................................58
Tabel 5.2 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu,
Penghasilan Keluarga dan Jenis Kelamin Balita.................................................59
Tabel 5.3 Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting.................................60
Tabel 5.4 Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting Sebelum dan
Sesudah diberikan Video.......................................................................................61
Tabel 5.5 Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting Sebelum dan
Sesudah diberikan Leaflet.....................................................................................62
Tabel 5.6 Perbedaan Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting Pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol........................................................................62
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas Status Stunting Berdasarkan PB/U.............96

xi
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori.......................................................................40


Skema 3.1 Kerangka Konseptual............................................................41
Skema 4.1 Desain Penelitian....................................................................44
Skema 4.2 Alur Penelitian........................................................................50

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan Penelitian...............................................................77


2. Surat Persetujuan Menjadi Responden................................................79
3. Kuesioner Penelitian..............................................................................80
4. Lembar Konsultasi.................................................................................84
5. Lampiran leaflet.....................................................................................86
6. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Vidio dan Leaflet............................90
7. Surat Etik Penelitian............................................................................109
8. Surat Izin Penelitian.............................................................................110
9. Surat Balasan Penelitian......................................................................111
10. Hasil Penelitian.................................................................................113
11. Dokumentasi Penelitian....................................................................115
12. Lampiran SPSS.................................................................................116

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan pada dunia

maupun di Indonesia. Data dari World Health Organization (2023), prevalensi

kasus stunting di dunia mencapai 22,3% dari populasi anak di bawah usia 5

tahun di seluruh dunia. Hasil riset kesehatan nasional pada tahun 2018

menunjukkan bahwa angka kejadian stunting masih diangka 30,8%. Provinsi

Kalimantan Barat tepatnya Kabupaten Sambas menempati posisi pertama

kasus stunting tertinggi dengan jumlah 5.500 balita (Kemenkes, 2018). Data

terbaru dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas menjelaskan adanya

peningkatan kasus sebanyak 6051 balita. Adapun Puskesmas dengan kejadian

stunting tertinggi yaitu Puskesmas Sentebang yang berjumlah 449 kasus dan

terendah pada Puskesmas Semberang yang berjumlah 21 kasus. (Dinas

Kesehatan Kabupaten Sambas, 2022). Tingginya kasus stunting di dunia

berdampak pada Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak,

dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya

kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes,

hipertensi, hingga obesitas (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2018).

1
Kejadian stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor langsung maupun

tidak langsung. Faktor langsung yang dapat menyebabkan terjadinya stunting

dapat berupa asupan nutrisi yang kurang serta adanya penyakit infeksi yang

diderita oleh balita (Mugianti et al., 2018). Faktor tidak langsung yang dapat

menyebabkan kejadian stunting berupa pengetahuan serta dukungan keluarga

(Ramadhan, 2022). Pengetahuan keluarga tentang stunting berkaitan dengan

asupan gizi yang diberikan kepada anak. Rendahnya pengetahuan keluarga

tentang stunting menyebabkan pola asuh pemberian makanan dalam keluarga

kurang baik (Syahbandini & et al, 2018). Pengetahuan gizi dibutuhkan

keluarga untuk memberikan gizi yang baik bagi anak. Pengetahuan gizi

bertujuan untuk menyediakan menu dan pemilihan makanan yang seimbang

(Olsa, Sulastri, & Eliza Anas, 2017). Kurangnya gizi anak dalam 1000 hari

pertama kehidupan salah satunya adalah kurangnya pemahaman keluarga

tentang makanan bergizi yang tepat atau adanya pengaruh iklan. Pengetahuan

juga sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Kuswanti & Azzahra (2022) menjelaskan bahwa pengetahuan

memiliki kaitan erat dengan perilaku ibu dalam pencegahan kasus stunting.

Pada ibu yang memiliki pengetahuan yang baik, perilaku pencegahan pada

kasus stunting juga berada pada kategori baik. Penelitian ini juga didukung

oleh penelitian Mutingah & Rokhaidah (2021) yang menjelaskan ada

hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

pencegahan kasus stunting. Hal ini menjelaskan bahwa pengetahuan menjadi

hal yang penting dan mendasar dalam langkah pencegahan kasus stunting.

2
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Sejangkung

menemukan sampai dengan bulan Februari 2023, angka kejadian stunting di

Wilayah Puskesmas Sejangkung mencapai 267 anak. Kasus stunting tertinggi

berada di desa Semanga sebesar 15.19% dan terendah pada desa Sepantai

10,39%. Tingginya kasus stunting khususnya di desa Semanga sudah melebihi

target nasional maupun kabupaten yaitu 15,19% atau 60 balita yang menderita

Stunting. Wawancara dengan 3 orang ibu yang memiliki anak stunting

menemukan bahwa mereka beranggapan bahwa anak-anaknya sudah diberi

makan, yang penting kenyang tanpa memperhatikan kandungan gizi. Ibu juga

menjelaskan bahwa mereka sering memberikan cemilan seperti kudapan dan

roti sebagai penganti makanan apabila anak mereka tidak mau makan. Hal ini

menunjukkan bahwa para ibu masih memiliki pengetahuan yang kurang

terkait stunting.

Wawancara juga dilakukan peneliti dengan penanggungjawab program

gizi menjelaskan bahwa edukasi sudah sering dilakukan pada para ibu yang

memiliki anak balita atau para ibu yang sedang hamil sebagai pencegahan

kejadian stunting kedepannya. Edukasi yang sering diberikan berupa edukasi

melalui ceramah dengan presentasi powerpoint, leaflet maupun flipchart.

Namun, pelaksanaan program edukasi, tampak masyarakat kurang antusias

dan fokus ketika pemateri menyampaikan informasi tentang stunting. Setelah

dievaluasi, para ibu cenderung merasa bosan dengan metode yang diberikan

dalam edukasi tersebut. Hal ini menjadi permasalahan bagi penanggungjawab

program gizi dalam memberikan edukasi stunting ke para ibu.

3
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti berupa mencari solusi atau

metode edukasi yang dapat menjadi alternatif permasalahan di atas berupa

metode edukasi dengan video. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang

menunjukkan pengetahuan responden mengalami peningkatan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan dengan media video. Media video juga dapat

menampilkan gambar yang bergerak, tulisan, dan terdapat suara dibandingkan

dengan media lainnya, sehingga dapat menarik perhatian (Mulyadi et al.,

2018). Penelitian lain juga menjelaskan bahwa video sebagai media

audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan ibu dengan anak stunting

(Pratiwi & Pratiwi, 2022).

Adanya gambar bergerak yang lucu/unik, penuh warna dan bersuara

sehingga menjadikan media ini tidak membuat jenuh/menghibur Pendapat ini

tidak hanya disampaikan oleh partisipan anak-anak ataupun remaja, kelompok

usia dewasa juga mengatakan hal yang sama akan animasi. Sebagian

partisipan juga mengatakan merasa terhibur dengan puas dengan menyaksikan

animasi ini, sehingga proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan waktu

tidak terasa berjalan lebih cepat. Gambar yang menarik ini juga membuat

peserta bisa leboh fokus memperhatikan materi edukasi (Aisah et al., 2021).

Selain menarik, partisipan juga mengatakan komposisi gambar yang lebih

banyak dibanding tulisan membuat informasi yang diberikan lebih mudah

dimengerti. Gambar/ilustrasi yang ada memberikan kemudahan bagi

partisipan untuk membayangkan penjelasan yang disampaikan dibanding jika

semua informasi diberikan dalam bentuk tulisan. Adanya penjelasan berupa

4
suara, juga membantu partisipan untuk menangkap informasi dari video ini.

Hal ini tidak dimiliki oleh media tradisional seperti Booklet, leaflet, lembar

balik, baliho dan lainnya (Aisah et al., 2021).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik ingin melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Edukasi Dengan Vidio Terhadap

Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Kejadian Stunting di Desa Semanga

Kabupaten Sambas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah yaitu

“apakah ada pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan vidio terhadap

pengetahuan ibu tentang pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga

Kabupaten Sambas.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis karateristik demografi responden ibu yang berupa usia,

pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan penghasilan keluarga serta

data demografi balita seperti jenis kelamin, usia dan tinggi badan

b. Menganalisis pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting pada

kelompok intervensi dan kontrol sebelum diberikan intervensi

5
c. Menganalisis pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting pada

kelompok intervensi dan kontrol sesudah diberikan intervensi

d. Menganalisis pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan

ibu tentang pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten

Sambas

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini sebagai informasi, diharapkan dapat menjadi

referensi pengembangan dalam ilmu keperawatan terkait dengan metode

edukasi pada ibu yang dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan

kejadian stunting.

2. Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

melakukan penelitian serta menambah informasi mengenai metode

edukasi yang dapat digunakan pada kasus stunting.

b) Bagi Keluarga/Orang Tua

Memberikan informasi kepada keluarga atau orang tua tentang

pentingnya pengetahuan keluarga tentang stunting.

c) Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai media edukasi

yang bisa digunakan oleh pihak puskesmas untuk memberikan

pengetahuan tentang stunting.

6
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Author Judul Sampel Metode Hasil
1 (Sartika & Perbedaan media 45 sampel Quasy Hasil penelitian menunjukkan
Purnanti, edukasi (booklet Experimenta pendidikan kesehatan
2021) dan video) l dengan menggunakan media audiovisual
terhadap pretest dan booklet efektif dalam
ketrampilan kader posttest with meningkatkan keterampilan
dalam deteksi dini control kader dalam melakukan
stunting group skrining. efektifitas pemberian
media edukasi booklet maka
dilakukan uji Wilcoxon
didapatkan nilai probabilitas (p)
< 0,001 yang berarti media
edukasi video efektif dalam
meningkatkan keterampilan
kader dalam deteksi dini
stunting. Penelitian menunjukan
media video lebih efektif dalam
meningkatkan keterampilan

7
kader dalam deteksi dini
stunting
2 (Hartono et Peningkatan 100 Quasy Hasil yang diperoleh setelah
al., 2020) Kapasitas Kader responde Experimenta melakukan penilaian pre dan
Posyandu Dalam n l posttest terhadap pengukuran
Mencegah tingkat pengetahuan kader
Stunting Melalui adalah nilai pretest 13,4 dan
Edukasi Gizi 16,9 pada posttest. Kesimpulan
Berbasis Media yang dihasilkan terjadi kenaikan
Di Kecamatan tingkat pengetahuan kader
Biringkanaya Dan sebesar 26% setelah dilakukan
Mamajang edukasi gizi berbasis media.
3 (Susilowati et Pencegahan 19 Quasy Hasil evaluasi tingkat
al., 2021) Stunting Pada responde Experimenta pengetahuan orang tua tentang
Balita selama n l pencegahan stunting
masa pandemi menunjukkan bahwa sebesar
covid-19 melalui 84,2 % ibu memiliki
edukasi pengetahuan baik dan 15,8 %
audiovisual memiliki pengetahuan cukup,
tidak ada yang berpengetahuan

8
kurang. Edukasi tentang
pencegahan stunting dapat
meningkatkan pengetahuan
orang tua sehingga hal tersebut
dapat menjadi dasar bagi orang
tua untuk melakukan tindakan
agar anaknya dapat terhindar
dari stunting dan memiliki
perkembangan serta
pertumbuhan yang maksimal.
4 (Mutiah, Hubungan 64 Cross Hasil penelitian ini
2022) pengetahuan ibu responde sectional menunjukkan, hampir setengah
dengan perilaku n pengetahuan ibu cukup
pencegahan berjumlah 24 responden (37,5%)
stunting pada dan hampir setengah perilaku
anak usia 3-5 pencegahan stunting cukup
tahun berjumlah 31 responden
(48,4%). Hasil uji korelasi rank
spearman’s rho didapatkan nilai
p = 0,000< = 0,05 yang artinya

9
H1 diterima.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stunting

1. Definisi Stunting

Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek

dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). Stunted

(short stature) atau tinggi/panjang badan terhadap umur yang rendah

digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat

kurang gizi balita dalam jangka waktu lama (Rahayu et al., 2018). Stunting

adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan

usia dan jenis kelamin (Aryu, 2020). Stunting adalah kondisi gagal tumbuh

pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari

Pertama Kehidupan (HPK) (Adriani et al., 2022).

2. Pengukuran Status Stunting Dengan Antropometri PB/U atau TB/U

Panjang badan menurut umur atau umur merupakan pengukuran

antropometri untuk status stunting. Panjang badan merupakan antropometri

yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal,

panjang badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan

panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap

11
masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap panjang badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Pengukuran tinggi badan harus disertai pencatatan usia (TB/U). Tinggi

badan diukur dengan menggunakan alat ukur tinggi stadiometer

Holtain/mikrotoice (bagi yang bisa berdiri) atau baby length board (bagi balita

yang belum bisa berdiri). Stadiometer holtain/mikrotoice terpasang di dinding

dengan petunjuk kepala yang dapat digerakkan dalam posisi horizontal. Alat

tersebut juga memiliki jarum petunjuk tinggi dan ada papan tempat kaki. Alat

tersebut cukup mahal, sehingga dapat diganti dengan meter stick yang

digantung di dinding dengan petunjuk kepala yang dapat digerakkan secara

horizontal. Stick pada petunjuk kepala disertai dengan skala dalam cm

(Rahayu et al., 2018). Kategori dan ambang batas status stunting balita

berdasarkan PB/U, dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas Status Stunting Berdasarkan PB/U

Indikator Status Gizi Keterangan


Panjang Badan Sangat Pendek < -3,0 SD
menurut (Stunted)
Umur (TB/U) Pendek (Stunted) ≥ -3 SD s.d < -2 SD
Normal ≥ -2 SD
Sumber: (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020a)

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kejadian Stunting

12
Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor keluarga

dan rumah tangga, makanan tambahan/komplementer yang tidak adekuat,

menyusui dan infeksi (Rahayu et al., 2018).

a. Faktor keluarga dan rumah tangga

Faktor maternal, dapat disebabkan karena nutrisi yang buruk selama

prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi

perawakan ibu yang pendek, infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa,

IUGR dan persalinan prematur, jarak persalinan yang dekat, dan

hipertensi. Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh stimulasi dan

aktivitas yang tidak adekuat, penerapan asuhan yang buruk,

ketidakamanan pangan, alokasi pangan yang tidak tepat, rendahnya

edukasi pengasuh (Rahayu et al., 2018). Faktor keluarga dan rumah tangga

berkaitan dengan fase ibu sedang mengandung anak yang pada kondisi ini,

sudah ada resiko anak yang lahir dapat mengalami stunting jika nutrisi

yang didapatkan ibu hamil tidak mencukupi dan tidak bergizi serta faktor

lain seperti kelahiran prematur dan adanya penyakit dapat meningkatkan

resiko ibu melahirkan anak dengan stunting (Shorayasari et al., 2022)

b. Complementary feeding yang tidak adekuat

Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang

bergizi sering disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pengenalan

dan pemberian MPASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk

13
maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.

Dalam keadaan darurat, bayi dan balita seharusnya mendapat MP-ASI

untuk mencegah kekurangan gizi. Untuk memperolehnya perlu

ditambahkan vitamin dan mineral (variasi bahan makanan) karena tidak

ada makanan yang cukup untuk kebutuhan bayi. Kualitas makanan yang

buruk meliputi kualitas micronutrient yang buruk, kurangnya keragaman

dan asupan pangan yang bersumber dari pangan hewani, kandungan tidak

bergizi, dan rendahnya kandungan energi pada complementary foods.

Praktik pemberian makanan yang tidak memadai, meliputi pemberian

makan yang jarang, pemberian makan yang tidak adekuat selama dan

setelah sakit, konsistensi pangan yang terlalu ringan, kuantitas pangan

yang tidak mencukupi, pemberian makan yang tidak berespon. Makanan

tambahan yang diberikan berupa makan lumat yang bisa dibuat sendiri

berupa bubur tepung atau bubur beras ditambah lauk pauk, sayur, dan

buah, sehingga perlu pengetahuan gizi yang baik. Konsumsi makanan bagi

setiap orang terutama balita umur 1-2 tahun harus selalu memenuhi

kebutuhan. Konsumsi makanan yang kurang akan menyebabkan

ketidakseimbangan proses metabolisme di dalam tubuh, bila hal ini terjadi

terus menerus akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Bukti menunjukkan keragaman diet yang lebih bervariasi dan konsumsi

makanan dari sumber hewani terkait dengan perbaikan pertumbuhan

linear. Analisis terbaru menunjukkan bahwa rumah tangga yang

14
menerapkan diet yang beragam, termasuk diet yang diperkaya nutrisi

pelengkap, akan meningkatkan asupan gizi dan mengurangi risiko

stunting. Pemberian tambahan makanan di samping makanan yang

dimakan sehari – hari dengan tujuan memulihkan keadaan gizi dan

kesehatan. PMT dapat berupa makanan lokal atau makanan pabrik tidak

memberatkan fungsi pencernaan serta memiliki zat–zat gizi yang

disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk pertumbuhan dan kesehatan

yang optimal. Program Makanan Tambahan Pemulihan (PMT–P)

diberikan kepada anak gizi buruk dan gizi kurang yang jumlah harinya

tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi anak. Ibu yang

memiliki anak di bawah lima tahun yang menderita gizi kurang / gizi

buruk diberikan satu paket PMT Pemulihan (Rahayu et al., 2018). Hasil

penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa makanan pendukung menjadi

salah satu faktor penyebab stunting dimana banyak anak yang mengalami

stunting kekurangan konsumsi kalsium serta protein yang cukup

(Sholikhah & Dewi, 2022)

c. Infeksi

Penyebab langsung malnutrisi adalah diet yang tidak adekuat dan

penyakit. Manifestasi malnutrisi ini disebabkan oleh perbedaan antara

jumlah zat gizi yang diserap dari makanan dan jumlah zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari terlalu

sedikit mengkonsumsi makanan atau mengalami infeksi, yang

15
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat gizi, mengurangi nafsu makan,

atau mempengaruhi penyerapan zat gizi di usus. Kenyataannya, malnutrisi

dan infeksi sering terjadi pada saat bersamaan. Malnutrisi dapat

meningkatkan risiko infeksi, sedangkan infeksi dapat menyebabkan

malnutrisi yang mengarahkan ke lingkaran setan. Anak kurang gizi, yang

daya tahan terhadap penyakitnya rendah, jatuh sakit dan akan menjadi

semakin kurang gizi, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk melawan

penyakit dan sebagainya. Ini disebut juga infectionmalnutrition. Status

kesehatan balita meliputi kejadian diare dan infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA) pada balita. Diare adalah buang air besar dengan frekuensi

yang meningkat dan dan konsistensi tinja yang lebih lunak dan cair yang

berlangsung dalam kurun waktu minimal 2 hari dan frekuensinya 3 kali

dalam sehari. Bakteri penyebab utama diare pada bayi dan anak-anak

adalah enteropathogenic escherichia coli (EPEC). Menurut Levine dan

Edelman, Bakteri EPEC juga diyakini menjadi penyebab kematian ratusan

ribu anak di negara berkembang setiap tahunnya. Hal ini juga

diungkapkan oleh Budiarti, bahwa di Indonesia 53% dari bayi dan anak

penderita diare terinfeksi EPEC. Oleh karena itu, penyakit diare

merupakan salah satu masalah kesehatan utama dibanyak negara

berkembang, termasuk Indonesia (Rahayu et al., 2018). Hasil penelitian

sebelumnya menjelaskan infeksi menjadi faktor yang dapat menyebabkan

16
stunting akibat adanya proses inflamasi terutama jika terjadi infeksi pada

saluran pencernaan (Simanjuntak et al., 2022).

d. Kelainan Endokrin

Beberapa penyebab perawakan pendek diantaranya dapat berupa

variasi normal, penyakit endokrin, displasia skeletal, sindrom tertentu,

penyakit kronis dan malnutrisi. Pada dasarnya perawakan pendek dibagi

menjadi dua yaitu variasi normal dan keadaan patologis. Kelainan

endokrin dalam faktor penyebab terjadinya stunting berhubungan dengan

defisiensi GH, IGF- 1, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, diabetes

melitus, diabetes insipidus, rickets hipopostamemia. Pada referensi lain

dikatakan bahwa tinggi badan merupakan hasil proses dari faktor genetik

(biologik), kebiasaan makan (psikologik) dan terpenuhinya makanan yang

bergizi pada anak (sosial). Stunting dapat disebabkan karena kelainan

endokrin dan non endokrin. Penyebab terbanyak adalah adalah kelainan

non endokrin yaitu penyakit infeksi kronis, gangguan nutrisi, kelainan

gastrointestinal, penyakit jantung bawaan dan faktor sosial ekonomi.

Faktor kedua penyebab stunting adalah makanan komplementer yang

tidak adekuat yang dibagi lagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan yang

rendah, cara pemberian yang tidak adekuat, dan keamanan makanan dan

minuman. Kualitas makanan yang rendah dapat berupa kualitas

mikronutrien yang rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi

dan sumber makanan hewani yang rendah, makanan yang tidak

17
mengandung nutrisi, dan makanan komplementer yang mengandung

energi rendah. Cara pemberian yang tidak adekuat berupa frekuensi

pemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak adekuat

ketika sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus,

pemberian makan yang rendah dalamkuantitas. Keamanan makanan dan

minuman dapat berupa makanan dan minuman yang terkontaminasi,

kebersihan yang rendah, penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak

aman. Faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting adalah pemberian

air susu ibu (ASI) yang salah bisa karena inisiasi yang terlambat, tidak

ASI eksklusif, penghentian menyusui yang terlalu cepat. Faktor keempat

adalah infeksi klinis dan subklinis seperti infeksi pada usus: diare,

environmental enteropathy, infeksi cacing, infeksi pernafasan, malaria,

nafsu makan yang kurang akibat infeksi, inflamasi (Rahayu et al., 2018).

e. Beberapa masalah dalam pemberian ASI

Rendahnya kesadaran Ibu akan pentingnya memberikan ASI pada

balitanya dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang kesehatan dan sosio-

kultural, terbatasnya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan,

tradisi daerah berpengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI

yang terlalu dini, dan tidak lancarnya ASI setelah melahirkan. Masalah-

masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi delayed initiation, tidak

menerapkan ASI eksklusif, dan penghentian dini konsumsi ASI. Sebuah

penelitian membuktikan bahwa menunda inisiasi menyusu (delayed

18
initiation) akan meningkatkan kematian bayi. ASI eksklusif didefinisikan

sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi makanan maupun minuman

lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu selain ASI. IDAI

merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Setelah enam bulan, bayi

mendapat makanan pendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan

sampai usia 24 bulan. Menyusui yang berkelanjutan selama dua tahun

memberikan kontribusi signifikan terhadap asupan nutrisi penting pada

bayi. Namun ada pengecualian, bayi diperbolehkan mengonsumsi obat-

obatan, vitamin, dan mineral tetes atas saran dokter.

Risiko menjadi stunting 3,7 kali lebih tinggi pada balita yang tidak

diberi ASI eksklusif (pemberian ASI<6 bulan) dibandingkan dengan balita

yang diberi ASI Eksklusif. Penelitian yang sebelumnya menjelaskan

bahwa anak yang tidak mendapatkan kolostrum lebih berisiko tinggi

terhadap stunting. Hal ini mungkin disebabkan karena kolostrum

memberikan efek perlindungan pada bayi baru lahir dan bayi yang tidak

menerima kolostrum mungkin memiliki insiden, durasi dan keparahan

penyakit yang lebih tinggi seperti diare yang berkontribusi terhadap

kekurangan gizi. Penelitian lain juga menyebutkan pemberian kolostrum

pada bayi berhubungan dengan kejadian stunting (Rahayu et al., 2018).

4. Upaya Pencegahan Stunting

19
Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun (batita) merupakan periode

emas (golden age) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada

masa tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Periode 1000 hari

pertama sering disebut window of opportunities atau periode emas ini

didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua

tahun terjadi proses tumbuh-kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada

kelompok usia lain. Gagal tumbuh pada periode ini akan mempengaruhi status

gizi dan kesehatan pada usia dewasa. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-

upaya pencegahan masalah stunting ini mengingat tingginya prevalensi

stunting di Indonesia. Pemerintah telah menetapkan kebijakan pencegahan

stunting, melalui Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan

Nasional Peningkatan Percepatan Gizi dengan fokus pada kelompok usia

pertama 1000 hari kehidupan, yaitu sevagai berikut (Rahayu et al., 2018):

a. Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet

selama kehamilan

b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil

c. Pemenuhan gizi

d. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli

e. Pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

f. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi hingga usia 6

bulan

20
g. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas 6

bulan hingga 2 tahun

h. Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A

i. Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu terdekat

j. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Selain itu, pemerintah menyelenggarakan pula PKGBM yaitu Proyek

Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk mencegah stunting. PKGBM

adalah program yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mencegah

stunting di area tertentu. Dengan tujuan program sebagai berikut (Rahayu et

al., 2018):

a. Mengurangi dan mencegah berat badan lahir rendah, kurang gizi, dan

stunting pada anak – anak

b. Meningkatkan pendapatan rumah tangga/keluarga dengan penghematan

biaya, pertumbuhan produkstifitas dan pendapatan lebih tinggi

5. Program Penanganan Stunting

Penanganan stunting dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan

Intervensi Sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak

sampai berusia 6 tahun. Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 menyatakan

bahwa Gerakan 1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi

gizi sensitif. Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam

perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Sedangkan

21
intervensi sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor

kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000

HPK. Salah satu sasaran untuk intervensi gizi sensitif adalah remaja. Remaja

merupakan kelompok yang perlu mendapat perhatian serius mengingat masa

remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa dan belum mencapai

tahap kematangan fisiologis dan psikososial. Menurut Heriana yang dikutip

oleh Rosa (2012) remaja mempunyai sifat yang selalu ingin tahu dan

mempunyai kecenderungan untuk mencoba hal-hal baru. Sehingga, apabila

tidak dipersiapkan dengan baik remaja sangat beresiko terhadap kehidupan

seksual pranikah. Di berbagai daerah kira-kira separuh dari remaja telah

menikah (Rahayu et al., 2018).

a. Intervensi Gizi Spesifik

Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000

Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan

stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan

pada sektor kesehatan. Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil dapat berupa:

1) Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi

kekurangan energi dan protein kronis

2) Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat

3) Mengatasi kekurangan iodium

4) Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil

5) Melindungi ibu hamil dari Malaria.

22
Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan

dapat berupa

1) Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum)

2) Mendorong pemberian ASI Eksklusif.

Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan

dapat berupa:

1) Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan

didampingi oleh pemberian MP-ASI

2) Menyediakan obat cacing

3) Menyediakan suplementasi zink

4) Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan

5) Memberikan perlindungan terhadap malaria

6) Memberikan imunisasi lengkap,

7) Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

b. Intervensi Gizi Sensitif

Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar

sector kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran

dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak

khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari PertamaKehidupan (HPK).

1) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih

2) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi

3) Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan

23
4) Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga

Berencana (KB)

5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal)

7) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua

8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal

9) Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat

10) Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi

pada Remaja

11) Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.

12) Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.

6. Dampak Buruk Stunting

Stunting dapat menyebabkan dampak buruk dalam jangka pendek

maupun jangka panjang (Rahayu et al., 2018).

a. Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,

gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

b. Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah

menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya

kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya

penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,

kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

24
B. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga,

dan sebagainya). Pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh

seseorang melalui panca indera (Notoatmodjo, 2014).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2014):

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehetion)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat meng-interpretasikan

suatu materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (riil).

25
Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hokum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks lain

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitannya

suatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata-kata kerja.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun formasi

baru dari formasi-formasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan

penelitian terhadap suatu obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Terdapat 8 hal yang mempengaruhi pengetahuan yaitu (Notoatmodjo,

2014):

a. Pendidikan

26
Tingkat pengetahuan seseorang akan membantu orang tersebut

untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin

tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat

serta tepat dalam pengambilan sikap

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang mendapatkan

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang

pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

d. Usia

Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada

aspek fisik psikologis, dan kejiwaan. Dalam aspek psikologis taraf berfikir

seseorang semakin matang dan dewasa. Semakin bertambah umur

seseorang, semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya

sehingga akan lebih mampu untuk menerima pengetahuan atau informasi

yang baik.

e. Kebudayaan

Kebudayaan tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya cara

berfikir dan perilaku kita.

27
f. Minat

Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal dan pada akhirnya dapat dioperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.

g. Sumber Informasi

Pengetahuan juga dipengaruhi oleh sumber informasi atau bacaan

yang berguna bagi perluasan cakrawala pandang atau wawasan sehingga

dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat dijadikan tempat bertanya

tentang berbagai pengetahuan untuk memenuhi apa yang ingin di capai.

h. Media

Contoh media yang didesain secara khusus untuk mencapai

masyarakat luas seperti televisi, radio, koran, majalah, dan internet.

C. Konsep Edukasi/Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses pembelajaran yang

terencana dan bersifat dinamis. Tujuan dari proses pembelajaran ini adalah

untuk memodifikasi perilaku melalui peningkatan keterampilan, pengetahuan,

maupun perubahan sikap yang berkaitan dengan perbaikan pola hidup ke arah

yang lebih sehat. Perubahan yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan

28
dapat diaplikasikan pada skala individu hingga masyarakat, serta pada

penerapan program kesehatan (Nurmala et al., 2018).

2. Tujuan dari Pendidikan Kesehatan

Tujuan umum pendidikan kesehatan adalah membuat perubahan

perilaku pada tingkat individu hingga masyarakat pada aspek kesehatan.

Adapun tujuan lainnya, yaitu (Nurmala et al., 2018):

a. Mengubah pola pikir masyarakat bahwa kesehatan merupakan sesuatu

yang bernilai bagi keberlangsungan hidup

b. Memampukan masyarakat, kelompok atau individu agar dapat secara

mandiri mengaplikasikan perilaku hidup sehat melalui berbagai kegiatan.

c. Mendukung pembangunan dan pemanfaatan sarana prasarana pelayanan

kesehatan secara tepat.

d. Menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk menjaga kesehatan diri sendiri,

serta lingkungan sekitar

e. Melakukan tindakan preventif maupun rehabilitatif agar tercegah dari

peningkatan keparahan suatu penyakit melalui berbagai kegiatan positif

f. Memunculkan pemahaman yang lebih tepat terkait keberadaan dan

perubahan yang terjadi pada suatu sistem, serta cara yang efisien dan

efektif dalam penggunaannya

g. Memampukan diri agar secara mandiri dapat mempelajari dan

mempraktikkan hal yang mampu dilakukan sendiri sehingga tidak selalu

meminta bantuan pada sistem pelayanan formal.

29
3. Metode Pendidikan Kesehatan

Terdapat dua metode dalam penyuluhan kesehatan, yaitu metode didaktik

dan sokratik (Nurmala et al., 2018).

a. Metode didaktik adalah merupakan metode di mana penyuluhan dilakukan

satu arah oleh pemateri kepada peserta yang mendengarkan tetapi tidak

diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

b. Metode sokratik adalah merupakan metode yang memberikan kesempatan

pada peserta untuk berpartisipasi aktif dalam mengemukakan

pendapatnya.

Selain itu, Notoatmodjo (2017) menjelaskan bahwa metode penyuluhan

berdasarkan sasarannya menjadi dua, yaitu penyuluhan individual dan

kelompok.

a. Penyuluhan individual, metode ini merupakan metode untuk mengubah

perilaku individu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan

individu tersebut.

b. Penyuluhan Kelompok

1) Kelompok Besar

Sebuah kelompok dikatakan besar ketika jumlah pesertanya melebihi

15 orang. Untuk kelompok besar ini, metode yang dapat digunakan

misalnya adalah ceramah, seminar dan demonstrasi.

30
a) Ceramah, dilakukan kepada sasaran dengan memberikan informasi

secara lisan dari narasumber disertai tanya jawab setelahnya. Ciri

dari metode ceramah ini adalah adanya kelompok sasaran yang

telah ditentukan, ada pesan yang akan disampaikan, adanya

pertanyaan yang bisa diajukan walaupun dibatasi setelahceramah,

serta adanya alat peraga jika kelompok sasarannya jumlahnya

sangat banyak. Keuntungan dari metode ini adalah biaya yang

dikeluarkan relatif tidak banyak dan mudah untuk dilakukan,

waktu yang dibutuhkan juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan

sasaran dan bisa diterima dengan mudah oleh hampir semua

kelompok masyarakat walaupun tidak bisa membaca dan menulis

b) Metode seminar, dilakukan untuk membahas sebuah isu dengan

dipandu oleh ahli di bidang tersebut.

c) Metode demonstrasi lebih mengutamakan pada peningkatan

kemampuan (skill) yang dilakukan dengan menggunakan alat

peraga.

2) Kelompok Kecil

a) Metode diskusi kelompok kecil merupakan diskusi 5–15 peserta

yang dipimpin oleh satu orang membahas tentang suatu topik.

b) Metode curah pendapat digunakan untuk mencari solusi dari

semua peserta diskusi dan sekaligus mengevaluasi bersama

pendapat tersebut.

31
c) Metode Panel melibatkan minimal 3 orang panelis yang dihadirkan

di depan khalayak sasaran menyangkut topik yang sudah

ditentukan.

d) Metode Bermain peran digunakan untuk menggambarkan perilaku

dari pihak-pihak yang terkait dengan isu tertentu dan digunakan

sebagai bahan pemikiran kelompok sasaran.

4. Alat Peraga Pendidikan Kesehatan

Alat peraga (media) berfungsi untuk membantu penyuluh kesehatan

dalam menyampaikan pesan kesehatan sehingga sasaran penyuluhan

mendapatkan materi dan informasi dengan jelas dan lebih terarah. Kegunaan

dari alat peraga (media), antara lain:

a. Meningkatkan ketertarikan sasaran penyuluhan

b. Menjangkau sasaran yang lebih luas

c. Mengurangi hambatan penggunaan bahasa

d. Mempercepat penerimaan informasi oleh sasaran

e. Meningkatkan minat sasaran untuk menerapkan isi pesan kesehatan dalam

berperilaku kesehatan.

Jenis alat peraga (media) dalam penyuluhan antara lain sebagai berikut:

a. Alat peraga (media) lihat (visual aids)

32
Alat peraga (media) lihat memiliki fungsi untuk menstimulasi indra lihat

pada saat penyampaian materi (pesan) kesehatan yang diberikan. Alat ini

ada 2 bentuk:

1) Alat peraga (media) proyeksi, misalnya lembar transparan (slide) dan

film strip.

2) Alat peraga (media) non proyeksi, misalnya poster, peta penyebaran

penyakit, bola dunia, dan boneka tangan.

b. Alat peraga (media) dengar (audio aids)

Alat peraga (media) dengar berfungsi membantu stimulasi indra

pendengaran saat proses penyampaian materi penyuluhan. Contohnya

piringan hitam, siaran radio, dan pita suara.

c. Alat Peraga Audio Visual

AVA atau audio visual aids adalah media yang dapat dilihat dan

didengar, yang berguna dalam membantu menstimulasi indra mata

(penglihatan) dan telinga pada waktu terjadinya proses penerimaan pesan.

Media visual memiliki beberapa manfaat, diantaranya (Jatmika et al.,

2019):

1) Memudahkan seseorang mengingat

Media visual memiliki hubungan antara visualisasi gambar dengan

fikiran. Perceiving and thingking are insdivisibly intertwined, hal ini

menunjukan bahwa melihat memiliki kontribusi positif dalam berfikir.

33
Sedangkan berfikir merupakan fondasi untuk mengontrusksi

pengetahuan. Beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa

seseorang dapat memiliki daya ingat yang baik melalui gambar dari

pada hanya dengan kata-kata

2) Penggunaan gambar juga dapat membuat seseorang lebih fokus,

karena gambar dapat memusatkan perhatian.

3) Gambar dapat mempengaruhi gairah dan emosional pembaca, selain

itu juga menambah kreatifitas

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara atau alat bantu

AVA contohnya yaitu televisi, video, dan film (Jatmika et al., 2019).

1) Televisi

Televisi banyak menampilkan berbagai program, salah satunya

adalah iklan layanan masyarakat. Iklan adalah salah satu strategi

pemasaran yang masih sangat popular digunakan untuk

mengkomunikasikan produk atau nilai. Iklan berfungsi untuk

memberikan informasi agar membuat konsumen atau khalayak sadar

akan nilai yang disampaikan. Misalnya nilai tentang kesehatan

pencegahan demam berdarah pada iklan layanan masyarakat. Televisi

34
sebagai media memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan

dari televisi sebagai media berupa:

a) Memiliki sifat audio visual

b) Memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasinya secara

langsung

c) Pesan yang disampaikan konkret

d) Cepat dan tepat dalam menyampaikan informasi secara langsung

Adapun kekurangan televisi sebagai media dapat berupa:

a) Komunikasi yang terjadi hanya komunikasi satu arah, sehingga

penonton menjadi pasif

b) Informasi yang disampaikan tidak dapat diulang, kecuali

menggunakan alat perekam

c) Membutuhkan biaya untuk memilikinya

d) Memiliki ruang penyimpanan pesan yang terbatas

2) Video

Video merupakan media untuk menyampaikan pesan atau

informasi yang mengarah kesosialisasi program dalam bidang

kesehatan, mengutamakan pendidikan dan penerangan serta

komunikasi kesehatan yang bersifat persuasif. Kadang-kadang diselipi

iklan layanan masyarakat atau iklan perusahaan obat atau alat-alat

laboratorium. Selain sebagai media penyampaian pesan, video

35
merupakan segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat

dikombinasikan dengan gambar gerak. Kemampuan video dalam

memvisualisasikan sebuah pesan menjadi gerakan motorik, ekspresi

wajah, dan suasana lingkungan tertentu, merupakan suatu kelebihan

dari video. Video memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai media

komunikasi.

Adapun kelebihan video sebagai media komunikasi dapat

berupa:

a) Pesan yang disampaikan dikemas secara menarik sehingga akan

mudah diingat oleh penonton

b) Tidak terbatas jarak dan waktu

c) Dapat di ulang-ulang

d) Format dapat disajikan dengan berbagai bentuk, seperti kaset, CD

dan DVD.

Adapun kekurangan video sebagai media komunikasi dapat berupa:

a) Pada proses pembuatannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit

b) Membutuhkan peralatan – peralatan lain, seperti vidioplayer, LCD

dan lain-lain

c) Lebih menekan isi materi daripada proses dari materi tersebut

d) Tidak dapart menampilkan objek dengan ukuran yang sebenarnya

36
e) Pengambilan gambar yang kurang tepat akan mengakibatkan salah

penafsiran oleh penonton

5. Penelitian tentang Video Edukasi Pencegahan Stunting

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi suatu proses pendidikan yang berdampak pada tercapainya

suatu hasil pendidikan yang optimal (Fadyllah & Prasetyo, 2021). Pendidikan

kesehatan dapat mempengaruhi proses belajar, melalui pemberian pendidikan

kesehatan terhadap seseorang maka dapat meningkatkan pengetahuan, serta

mampu meningkatkan kemampuan perilaku untuk mencapai sehat. Pemberian

pendidikan kesehatan salah satunya menggunakan metode audiovisual sangat

efektif karena ibu-ibu dapat mengulang dan memahami kembali apa yang

telah dijelaskan atau yang telah disampaikan (Ilmanisak et al., 2017). Metode

audiovisual merupakan media pembelajaran atau media penyuluhan untuk

memberikan informasi penting yang akan disampaikan. Metode Audiovisual

mengandung unsur suara dan gambar yang dapat dilihat melalui video, film,

dan lain-lain (Wea et al., 2019).

Metode audiovisual dapat menjadi media pendukung untuk melakukan

penyuluhan karena informasi yang diberikan singkat padat dan jelas serta

menarik dan mudah dipahami ibu-ibu dan juga dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang (Wea et al., 2019). Keunggulan metode audiovisual

dari metode lainnya ialah mudah serta efektif. Penggunaan media audiovisual

mempunyai jenis beragam seperti film pendek, video, iklan, video animasi,

37
serta video grafis. Banyaknya pilihan media ini bisa memudahkan peserta

serta membuat para peserta tidak bosan dengan penyuluhan biasa yang

dilakukan menggunakan metode ceramah yang menggunakan poster dan

flipchart. Berbagai macam media yang ada dalam metode audiovisual mampu

memberikan infomasi secara menarik dan singkat tentang infomasi tentang

gizi, pola makan, kecukupan karbohidrat, gizi serta protein yang baik serta

kebersihan lingkungan yang harus bersih yang harus dilakukan oleh ibu.

Metode audiovisual dapat merangsang dua indera yaitu mata dan telinga

secara bersamaan sehingga ibu lebih fokus pada materi yang diberikan.

Penyampaian melalui kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitas

paling rendah. Penggunaan metode audiovisual merupakan pengalaman salah

satu prinsip proses pendidikan. Metode audiovisual sangat membantu dalam

penyampaian informasi tentang gizi seimbang untuk balita kepada ibu agar

informasi tersebut dapat disampaikan lebih jelas dan tepat (Wahyurin et al.,

2019).

Media audiovisual juga menerangkan suatu objek yang dapat

diberikan misalnya makan yang dikonsumsi menggandung karbohidrat,

protein, mineral dan lain sebagainya. Tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting

pada anak balita. Peningkatan pengetahuan terjadi dikarenakan adanya

kemauan dalam diri ibu untuk mengikuti dan mengetahui upaya pencegahan

stunting. Pengetahuan ibu merupakan penyebab tidak langsung terhadap

38
kejadian stunting anak karena berpengaruh pada makanan apa yang diberikan

pada anak dan juga salah satu faktor yang mempengaruhi asupan pangan

adalam pemahaman pangan, kesehatan dan gizi. Manfaat dari metode

audiovisual diantaranya dapat menjadi media pendukung untuk melakukan

penyuluhan atau pendidikan kesehatan karena informasi yang diberikan

singkat, padat, dan jelas serta menarik dan mudah dipahami. Media

audiovisual menampilkan gerak serta suara yang memudahkan ibu-ibu untuk

menerima informasi secara cepat. Video saat ini banyak digunakan dalam

kegiatan sehari-hari, sehingga sangat mendukung dalam pelaksanaan edukasi

dibandingkan metode ceramah. Metode audiovisual yang dilakukan yaitu

menggunakan video dan iklan televisi dalam pemberian informasi kepada ibu-

ibu. Video dan iklan berisikan materi pemberian gizi, pola makan, perilaku

makan ibu dan anak, perilaku sanitasi dan kebersihan lingkungan, pemberian

makanan tambahan, modifikasi pemberian makanan, pemenuhan nutirisi

sesuai dengan pedoman gizi seimbang, serta pentingnya pemberian sayuran

dan buah potein yang dikonsumsi anak dalam pemenuhan gizi dalam

meningkatkan perkembangan anak. Dampak dari pemberian pendidikan

kesehatan dengan menggunakan metode audiovisual terhadap ibu yaitu

meningkatkan pemberian makanan serta gizi untuk anak sesuai dengan

pedoman gizi seimbang, adanya perubahan perilaku ibu dalam pemenuhan

gizi pada anak, mengetahui pentingnya pemberian makanan tambahan untuk

anak, meningkatkanya pengetahuan ibu akan pentingnya keanekaragaman

39
makanan serta asupan buah dan sayuran, serta pemenuhan protein yang dapat

memenuhi kebutuhuan gizi anak dalam menurunkan angka pravelensi stunting

(Septian Emma Dwi Jatmika & Safrilia, 2019).

40
D. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori


Sumber: (Jatmika et al., 2019; Notoatmodjo, 2014; Nurmala et al., 2018; Rahayu et
al., 2018)

41
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep menjelaskan korelasi yang lebih terbatas dan spesifik antara

variabel penelitian yang akan diteliti (Machfoedz, 2019). Adapun kerangka

konsep penelitian dijelaskan pada skema berikut ini:

Variabel Independen Variabel Depeneden

Edukasi Dengan Video


Pengetahuan
Stunting

Skema 3.1 Kerangka Konseptual

Pada penelitian ini, variabel independen berupa variabel edukasi dengan video

stunting dan pengetahuan sebagai variabel dependen.

42
B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional
Video Edukasi 1. Nutrisi pada ibu Menggunakan Nominal 1. Sebelum
Edukasi dalam hamil video intervensi
Stunting bentuk video 2. Dukungan keluarga informasi dan 2. Sesudah
yang 3. Kunjungan rutin ke edukasi Intervensi
diberikan fasilitas kesehatan pencegahan
kepada ibu 4. Inisiasi menyusui stunting dari
yang dini Kementerian
memiliki 5. ASI 6 Bulan Kesehatan
balita 0-56. Personal Republik
tahun hygiene/sanitasi Indonesia
7. Imunisasi
Pengetah Pengetahuan 1. Pengetahuan definisi Kuesioner Ordinal 1. Kurang
uan ibu yang stunting dengan skala ≤56%
memiliki 2. Pengetahuan faktor guttman: 2. Cukup:
balita 0-5 penyebab stunting 0. Jawaban 56-75%
tahun 3. Pengetahuan ciri-ciri salah 3. Baik:
tentang stunting 1. Jawaban ≥76%
stuntung 4. Pengetahuan benar
dampak stunting
5. Pengetahuan
penatalaksanaan
stunting
6. Pengetahuan deteksi
dini stunting

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan dari suatu penelitian (Nursalam, 2020). Adapun hipotesis pada

penelitian berupa:

43
1. Ha : Ada pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas

2. Ho : Tidak pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas

44
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasy experimental dengan pendekatan

pretest posttest with control group. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan

kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas. Adapun desain penelitian

dijelaskan pada skema berikut:

Kelompok Intervensi

R1 X1 R2

Kelompok Kontrol

R3 X2 R4

Skema 4.1 Desain Penelitian


Sumber: (Notoatmodjo, 2018)
Keterangan:

R1: Pengetahuan sebelum intervensi pada kelompok intervensi

X1: Video Edukasi Stunting

R2 : Pengetahuan sesudah intervensi pada kelompok intervensi

R3 : Pengetahuan sebelum intervensi pada kelompok kontrol

45
X2 : Leaflet

R4 : Pengetahuan sesudah intervensi pada kelompok kontrol

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek / subjek yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diteliti

(Nursalam, 2020). Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak

berusia 0-5 tahun di Wilayah Puskesmas Sejangkung tahun 2023 sebesar 1693

orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian unsur populasi yang dijadikan objek

penelitian (Nursalam, 2020). Pada penelitian ini, sampel berjumlah 94 orang

yang dibagi menjadi 2 kelompok berupa kelompok intervensi dan kelompok

kontrol yang masing-masing berjumlah 47 orang. Pada pemilihan sampel,

peneliti menggunakan rumus Slovin yang berupa

N
n =
1 + N (e) ²

1693
n =
1 + 1693 (0,1) ²

n = 94 orang responden

46
Keterangan:

N: Besar Populasi

n: Besar Sampel

e: Persentase batas toleransi (0,1)

3. Sampling

Sampling merupakan proses penyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2020). Pada penelitian ini, tehnik

sampling yang digunakan berupa purposive sampling. Total sampling

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2018). Adapun kriteria dalam pengambilan sampel pada penelitian

ini berupa:

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu-ibu yang memiliki anak balita 0-5 tahun

2) Ibu-ibu yang tinggal dengan balita

3) Dapat berkomunikasi dengan baik

4) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu-ibu yang tidak menyelesaikan proses penelitian hingga selesai

2) Ibu-ibu yang tiba-tiba sakit ketika proses penelitian

47
C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari dua berupa variabel independen dan variabel

dependen. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel. Variabel dependen berupa variabel yang dapat

dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2020). Adapun

variabel independen pada penelitian ini berupa video edukasi stunting dan

variabel dependennya berupa pengetahuan.

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Semanga Kecamatan Sejangkung

Kabupaten Sambas. Desa Semanga berada diwilayah binaan dari Puskesmas

Sejangkung.

E. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September – 12 Desember 2023

F. Instrumen Penelitian

1. Video Informasi dan Pencegahan Stunting

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan video informasi dan

pencegahan stunting yang bersumber pada Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia (Kemenkes RI) yang didalamnya terdapat indikator tentang

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020):

a. Nutrisi pada ibu hamil

b. Dukungan keluarga

48
c. Kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan

d. Inisiasi menyusui dini

e. ASI 6 Bulan

f. Personal hygiene/sanitasi

g. Imunisasi

2. Kuesioner Pengetahuan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner pengetahuan

tentang stunting yang berasal dari penelitian Mutiah (2022) yang sudah

dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah ketepatan atau

kecermatan. Validitas dikatakan juga sebagai kesahihan. Suatu instrumen

dikatakan valid apabila alat tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang

akan diukur. Artinya bahwa apabila digunakan berkali-kali dalam pengukuran

akan mendapatkan hasil yang tetap atau hanya sedikit perbedaan. Nilai r tabel

digunakan sebagai pembanding yang akan dibandingkan dengan nilai r hitung

untuk tiap pertanyaan. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka

pertanyaan tersebut dikatakan valid (Sugiyono, 2018).

Kuesioner pengetahuan dari Mutiah (2022) sudah dilakukan uji

validitas dengan nilai hitung (0,508-0,832) dengan 10 pertanyaan valid

(Mutiah, 2022). Kuesioner ini juga sudah dilakukan uji reliabilias. Reliabilitas

merupakan uji terhadap keajegan terhadap suatu pengukuran. Tinggi

rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang

disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan

49
nilai mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap

sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700. Atau bisa juga diartikkan seperti

berikut, jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 –

0.90 maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat.

Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan

satu atau beberapa item tidak reliabel (Sugiyono, 2018). Pada penelitian ini,

hasil uji reliabilitas dengan Chronbach Alpha didapatkan nilai 0,852 sehingga

kuesioner ini reliabel (Mutiah, 2022).

50
G. Alur Penelitian

Skema 4.2 Alur Penelitian

51
H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Persiapan

a. Peneliti mengajukan permohonan surat studi pendahuluan dari STIKes

YARSI Pontianak ke Puskesmas Sejangkung untuk pengambilan data

b. Setelah mendapatkan data, peneliti membuat proposal penelitian,

melakukan konsultasi dengan pembimbing dan melakukan sidang

proposal penelitian.

c. Setelah melakukan proses sidang proposal, peneliti mengajukan uji etik

penelitian ke LPPM STIKes YARSI Pontianak untuk mendapatkan surat

uji lolos etik penelitian.

d. Setelah mendapatkan surat lolos uji etik, peneliti mengajukan surat

permohonan izin penelitian dari STIKes YARSI Pontianak ke Puskesmas

Sejangkung.

e. Setelah mendapatkan izin dari Puskesmas Sejangkung, peneliti melakukan

pengambilan data

2. Pelaksanaan

a. Peneliti menemui calon responden untuk menjelaskan terkait dengan

penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti juga menjelaskan bahwa calon

responden berhak untuk mengikuti atau menolak pada kegiatan penelitian

ini. Calon responden yang setuju akan diminta menandatangani Informed

Consent. Pada sesi ini peneliti akan melakukan pemilihan kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dengan cara mengambil secara acak

52
dengan undian. Sebanyak 47 orang dikelompok intervensi dan 47

kelompok kontrol.

b. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden, peneliti menjelaskan

proses kegiatan yang terdiri dari tiga sesi berupa sesi pretest, kegiatan

edukasi dan posttest. Peneliti akan dibantu satu asisten peneliti yang

bertugas untuk menyebarkan dan mengumpulkan kuesioner serta

membantu penjelasan cara pengisian kuesioner. Waktu pemberian

intervensi pada kelompok intervensi dan kontrol berbeda namun berada

pada 1 tempat. Peneliti akan memberikan video dulu kepada kelompok

intervensi dan besoknya peneliti akan memberikan leaflet pada kelompok

kontrol. Semua responden akan dikumpulkan pada balai pertemuan Desa

Semanga.

c. Pada sesi pretest peneliti meminta responden kelompok intervensi dan

kontrol untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti dalam waktu

10 menit pada hari yang berbeda. Setelah itu, peneliti mengumpulkan

kuesioner yang telah diisi oleh responden. Peneliti memastikan seluruh

pertanyaan pada kuesioner telah diterisi. Kalau masih ada yang belum

terisi, peneliti akan mengembalikan kuesioner tersebut kepada responden

untuk dilengkapi.

d. Setelah melakukan sesi pretest, peneliti akan melakukan kegiatan edukasi

tentang stunting yang berlangsung 30 menit. Kegiatan edukasi tentang

stunting untuk kelompok intervensi menggunakan video yang sudah

53
disediakan oleh peneliti dengan perlengkapan pendukungnya seperti

laptop, speaker, layar proyektor dan proyektor. Untuk kelompok kontrol,

peneliti menggunakan media leaflet yang biasa digunakan peneliti untuk

melakukan edukasi ke masyarakat.

e. Setelah dilakukan sesi edukasi, peneliti meminta kembali responden

kelompok intervensi dan kontrol untuk mengisi kuesioner yang diberikan

oleh peneliti dalam waktu 10 menit. Setelah itu, peneliti mengumpulkan

kuesioner yang telah diisi oleh responden. Peneliti memastikan seluruh

pertanyaan pada kuesioner telah diterisi. Kalau masih ada yang belum

terisi, peneliti akan mengembalikan kuesioner tersebut kepada responden

untuk dilengkapi.

3. Evaluasi

a. Setelah terkumpul semua kuesioner akan dilakukan penginputan dan

pengolahan data dengan software SPSS.

I. Prosedur Pengolahan Data

Adapun prosedur pengolahan data pada penelitian ini berupa (Hidayat, 2013):

1. Editing

Hasil pengisian lembar observasi yang digunakan untuk penelitian

dilakukan penyuntingan terlebih dahulu. Proses editing dilakukan dengan

melalukan pengecekan dan perbaikan isian lembar observasi, apakah sudah

54
lengkap atau belum diisi. Pada penelitian ini, peneliti mengecek kuesioner

yang diisi oleh responden dan memastikan tidak ada isian yang belum diisi.

2. Coding

Data yang telah didapatkan kemudian diberi kode numerik dalam

bentuk angka serta diolah menggunakan program komputer. Pada penelitian

ini kode yang digunakan berupa:

a. Jenis Kelamin Balita : 1=Laki-laki dan 2= Perempuan

b. Pekerjaan: 1=Buruh, 2=IRT, 3=PNS, 4=Wiraswasta, 5=Swasta dan 6=

Petani

c. Pendidikan: 1=SD, 2=SMP, 3=SMA, 4=PT dan 5=Tidak Sekolah

d. Penghasilan : 1= < 3 Juta dan 2= ≥3 juta

e. Pengetahuan: 1= Baik, 2= Cukup dan 3= Kurang

3. Entry data

Data yang sudah diberi kode, selanjutnya diproses ke program komputer

4. Cleaning

Data yang sudah diproses ke dalam program komputer, kemudian

dicocokkan serta diperiksa kembali apakah sudah sesuai atau tidak. Peneliti

mengecek data apakah ada yang missing atau tidak.

55
J. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat

distribusi data dari variabel Independen maupun dependen (Dahlan, 2011).

Analisa univariat pada penelitian ini berupa data demografi balita dan ibu

yang mengasuh balita. Data demografi balita terdiri dari usia, jenis kelamin

dan tinggi badan. Data demografi ibu terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan,

jumlah anak, tinggal serumah dengan dan penghasilan keluarga. Data dalam

bentuk numerik dianalisis dengan menampilkan nilai mean/rata-rata untuk

ukuran pemusatan dan standar deviasi untuk ukuran penyebaran. Data yang

berbentuk kategorik dianalisis menggunakan tabel frekuensi dan presentase

(Dahlan, 2011).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk melihat

hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Dahlan, 2011).

Analisa bivariat yang digunakan untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan

vidio terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan kejadian stunting di Desa

Semanga Kabupaten Sambas. Pada penelitian ini juga peneliti akan

menganalisis perbedaan perubahan pengetahuan pada kelompok intervensi

dengan kelompok kontrol. Pada analisis bivariat ini peneliti akan menguji

56
a. Pengaruh edukasi stunting dengan video terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan kejadian stunting di wilayah Puskesmas Sejangkung dengan

uji statistik marginal homogeneity.

b. Pengaruh edukasi stunting dengan leaflet terhadap pengetahuan ibu

tentang pencegahan kejadian stunting di wilayah Puskesmas Sejangkung

dengan uji statistik marginal homogeneity.

c. Perbedaan perubahan pengetahuan setelah diberikan intervensi pada

kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan uji statistik chi

square.

K. Etika Penelitian

Penelitian ini sudah melalui uji etik dan dinyatakan lolos etik dengan No.

063/KEPK/STIKes.YSI/XI/2023.

1. Informed consent

Informed consent merupakan suatu bukti tertulis yang diberikan dan

diberikan penjelasan secara detail mengenai penelitian yang akan dilakukan,

sebelum penelitian mengambil data. Responden mempunyai hak menerima

atau menolak dengan memberikan atau tidak tanda tangannya pada lembar

persetujuan yang diberikan. Jika responden bersedia, maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti juga harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

57
Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil

peneliti yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasian hasil penelitian dengan hanya

menyajikan kelompok-kelompok data tertentu pada hasil penelitian. Semua

informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaanya oleh pneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan yaitu data usia, jenis

kelamin

4. Beneficience (Bermanfaat)

Beneficience adalh peneliti harus memaksimalkan manfaat dan

meminimalkan kerugian yang akan timbul akibat dari penelitian ini.

5. Justice (Keadilan)

Keadilan yaitu bersikap adil dengan cara menjunjung tinggi hak-hak

manusia tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Peneliti menjunjung tinggi

nilai-nilai keadilan bagi responden dengan cara memilih responden sesuai

kriteria inklusi dan memberikan perlakuan dengan benar sesuai dengan

haknya. Keadilan responden yaitu terletak pada hak responden untuk

memperoleh keadilan sebelum, selama, dan setelah mengikuti penelitian

(Hidayat, 2013). Keadilan pada kelompok kontrol berupa adanya pemberian

intervensi standar yang biasa digunakan pada responden.

58
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Analisa Data Univariat

Hasil analisa data univariat pada penelitian ini terdiri atas usia ibu,

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak, penghasilan keluarga, usia balita,

jenis kelamin balita, tinggi badan balita, pengetahuan ibu sebelum diberikan

intervensi dan sesudah diberikan intervensi. Adapun hasilnya dijelaskan pada

tabel berikut ini:

Tabel 5.1 Karateristik Responden Berdasarkan Usia Ibu, Jumlah Anak,


Usia Balita dan Tinggi Badan Balita

Kelompo Variabel Mea Minimum Maksimum


k n
Intervensi Usia Ibu 35,94 20 45
Jumlah Anak 2,3 1 3
Usia Balita (Bulan) 38,57 24 56
Tinggi Badan Balita 79,04 75 83
(cm)
Kontrol Usia Ibu 36,38 20 56
Jumlah Anak 2,27 2 5
Usia Balita (Bulan) 39,49 27 56
Tinggi Badan Balita 79,91 75 84
(cm)

Sumber: Data Primer (2023)

Berdasarkan tabel di 5.1 didapatkan usia ibu pada kelompok intervensi

rata-rata 35 tahun dengan usia paling muda 20 tahun dan usia paling tua 45

59
tahun. Untuk usia ibu pada kelompok kontrol rata-rata berusia 36 tahun usia

paling muda 20 tahun dan usia paling tua 56 tahun.

Untuk jumlah anak yang dimiliki oleh ibu pada kelompok intervensi

rata-rata sebesar 2 orang dengan jumlah paling sedikit 1 anak dan paling

banyak 3 anak. Untuk jumlah anak yang dimiliki oleh ibu pada kelompok

kontrol rata-rata sebesar 2 orang dengan jumlah paling sedikit 1 anak dan

paling banyak 5 anak.

Untuk usia balita yang dimiliki oleh ibu pada kelompok intervensi

rata-rata 38 bulan dengan usia paling muda 24 bulan dan paling tua 56 bulan.

Untuk usia balita yang dimiliki oleh ibu pada kelompok kontrol rata-rata 39

bulan dengan usia paling muda 27 bulan dan paling tua 56 bulan

Untuk tinggi balita yang dimiliki oleh ibu pada kelompok intervensi

rata-rata 79 cm dengan tinggi badan paling rendah 75 cm dan paling tinggi 83

cm. Untuk tinggi balita yang dimiliki oleh ibu pada kelompok kontrol rata-

rata 79 cm dengan tinggi badan paling rendah 75 cm dan paling tinggi 84 cm.

Tabel 5.2 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu,


Pekerjaan Ibu, Penghasilan Keluarga dan Jenis Kelamin Balita

No Variabel Kategori Kelompok


Intervensi Kontrol
f % f %
1 Pendidikan Ibu Tidak 5 5,3 10 10,6
Sekolah
SD 18 19,1 10 10,6
SMP 1 1,1 4 4,3
SMA 23 24,5 23 24,5

60
2 Pekerjaan Ibu IRT 40 42,6 41 43,6
Wiraswast 4 4,3 3 3,2
a
Petani 3 3,2 3 3,2
3 Penghasilan Keluarga < 3 Juta 46 48,9 46 48,9
≥ 3 Juta 1 1,1 1 1,1
4 Jenis Kelamin Balita Laki-Laki 22 23,4 23 24,5
Perempuan 25 26,6 24 25,5
Sumber: Data Primer (2023)

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan pendidikan ibu paling dominan pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol berupa SMA dengan masing

masing berjumlah 23 orang. Untuk pekerjaan ibu yang paling dominan pada

kelompok intervensi sebagai ibu rumah tangga sebesar 40 orang dan

kelompok kontrol sebagai ibu rumah tangga sebesar 41 orang. Penghasilan

keluarga yang paling dominan pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol berupa kurang dari 3 juta rupiah sebanyak 46 orang. Jenis kelamin

balita paling domninan pada kelompok intervensi berupa perempuan dengan

jumlah 25 balita dan kelompok kontrol berupa perempuan dengan jumlah 24

balita.

Tabel 5.3 Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting

No Variabel Kategori Kelompok


Intervensi Kontrol
f % f %
Tinggi 0 0 0 0
Pengetahuan sebelum
Sedang 2 2,1 4 4,3
1 diberikan intervensi
Rendah 45 47,9 43 45,7
2 Pengetahuan sesudah Tinggi 41 43,6 29 30,9
diberikan intervensi Sedang 3 3,2 11 11,7

61
Rendah 3 3,2 7 7,4
Sumber: Data Primer (2023)

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan pengetahuan sebelum intervensi

pada kelompok intervensi paling dominan pengetahuan rendah dengan jumlah

45 orang dan kelompok kontrol paling domnina pengetahuan rendah dengan

jumlah 43 orang. Setelah diberikan intervensi, kelompok intervensi paling

banyak memiliki pengetahuan tinggi sebesar 41 orang dan kelompok kontrol

memiliki pengetahuan tinggi sebesar 29 orang.

Tabel 5.4 Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting Sebelum dan


Sesudah diberikan Video

Kelompok
No Variabel Kategori Intervensi Nilai P
f %
Tinggi 0 0
Pengetahuan sebelum
1 Sedang 2 2,1
diberikan intervensi
Rendah 45 47,9
0,000
Tinggi 41 43,6
Pengetahuan sesudah
2 Sedang 3 3,2
diberikan intervensi
Rendah 3 3,2
Sumber: Data Primer (2023)

Berdasarkan tabel 5.4 melalui uji statistik marginal homogeneity

didapatkan nilai p=0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan kejadian

stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas.

62
Tabel 5.5 Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting Sebelum dan
Sesudah diberikan Leaflet

Kelompok
No Variabel Kategori Kontrol Nilai P
f %
Tinggi 0 0
Pengetahuan sebelum
1 Sedang 4 4,3
diberikan intervensi
Rendah 43 45,7
0,000
Tinggi 29 30,9
Pengetahuan sesudah
2 Sedang 11 11,7
diberikan intervensi
Rendah 7 7,4
Sumber: Data Primer (2023)

Berdasarkan tabel 5.5 melalui uji statistik marginal homogeneity

didapatkan nilai p=0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

edukasi dengan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan kejadian

stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas.

Tabel 5.6 Perbedaan Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting


Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

No Variabel Kategori Kelompok Nilai P


Intervensi Kontrol
f % f %
Pengetahuan Tinggi 41 43,6 29 30,9 0,016
sesudah Sedang 3 3,2 11 11,7
1
diberikan Rendah 3 3,2 7 7,4
intervensi

63
Sumber: Data Primer (2023)

Berdasarkan tabel 5.6 melalui uji statistik chi square didapatkan nilai

p=0,016 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan

ibu tentang pencegahan stunting pada kelompok intervensi dan kontrol di

Desa Semanga Kabupaten Sambas.

B. PEMBAHASAN

1. Pengaruh edukasi dengan video terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, secara umum

menunjukkan ada pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu

tentang pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hartono et al (2020)

menjelaskan bahwa terdapat peningkatan kapasitas kader posyandu dalam

mencegah stunting melalui edukasi gizi berbasis media video. Penelitian lain

juga yang dilakukan oleh Susilowati et al (2021) menjelaskan bahwa hasil

evaluasi tingkat pengetahuan orang tua tentang pencegahan stunting

menunjukkan bahwa sebesar 84,2 % ibu memiliki pengetahuan baik dan 15,8

% memiliki pengetahuan cukup, tidak ada yang berpengetahuan kurang.

Edukasi tentang pencegahan stunting dapat meningkatkan pengetahuan orang

tua sehingga hal tersebut dapat menjadi dasar bagi orang tua untuk melakukan

64
tindakan agar anaknya dapat terhindar dari stunting dan memiliki

perkembangan serta pertumbuhan yang maksimal.

AVA atau audio visual aids adalah media yang dapat dilihat dan

didengar, yang berguna dalam membantu menstimulasi indra mata

(penglihatan) dan telinga pada waktu terjadinya proses penerimaan pesan.

Media visual memiliki beberapa manfaat, diantaranya berupa memudahkan

seseorang mengingat, Penggunaan gambar juga dapat membuat seseorang

lebih fokus, karena gambar dapat memusatkan perhatian dan Gambar dapat

mempengaruhi gairah dan emosional pembaca, selain itu juga menambah

kreatifitas (Jatmika et al., 2019).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa vidio dapat

meningkatkan pengetahuan ibu tentang pencegahan kejadian stunting.

2. Pengaruh edukasi dengan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, secara umum

menunjukkan ada pengaruh edukasi dengan leaflet terhadap pengetahuan ibu

tentang pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

berjudul analisis penyuluhan menggunakan leaflet terhadap pengetahuan ibu

tentang stunting pada balita di Desa Cot Puuk Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen (Misrina & Salmiati, 2022). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden sebelum diberikan penyuluhan

65
memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 68 responden (60%), kemudian

mengalami peningkatan menjadi pengetahuan baik sebanyak 89 responden

(78%). Hasil uji wilcoxon menunjukkan nilai p-value (0,000) < alpha (0,05)

maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh pemberian penyuluhan dengan menggunakan media leaflet

terhadap pengetahuan ibu tentang stunting di Desa Cot Puuk, Kecamatan

Gandapura, Kabupaten Bireuen. Penelitian lain yang berjudul perbandingan

penggunaan metode penyuluhan dengan dan tanpa media leaflet terhadap

pengetahuan dan sikap ibu tentang tumbuh kembang balita (Ramadhanti et al.,

2019). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada kelompok yang

diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet didapatkan nilai p-value

= 0,004 < 0,05, hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan pada kelompok

penyuluhan dengan media leaflet sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

Sedangkan pada intervensi yang hanya diberikan penyuluhan tanpa media

leaflet didapatkan nilai p-value = 0,056 > 0,05, hal ini berarti tidak terdapat

pengaruh pada pengetahuan kelompok penyuluhan tentang media leaflet

rambu-rambu sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Hasil analisis

menunjukkan bahwa metode penyuluhan dengan menggunakan media leaflet

lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan metode

penyuluhan tanpa media leaflet.

Analisis dari peneliti adalah dari hasil penelitian ini dan penelitian

terkait, tingkat pengetahuan tentang pencegahan stunting dapat meningkat

66
apabila masyarakat mendapatkan informasi yang baik dan benar, baik dari

segi isi informasi maupun cara penyampaian informasi tersebut, sehingga

seseorang yang akan menerima informasi tersebut akan semakin mudah untuk

memahaminya dan diharapkan dapat merubah pola pikir kearah yang lebih

baik.

3. Perbedaan pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting pada kelompok

intervensi dan kontrol di Desa Semanga Kabupaten Sambas.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan ibu

tentang pencegahan stunting pada kelompok intervensi dan kontrol di Desa

Semanga Kabupaten Sambas. Terdapat perbedaan perubahan pengetahuan

dimana pada kelompok intervensi lebih banyak memiliki pengetahuan lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hasil penelitian sebelumnya juga menjelaskan pendidikan kesehatan

menggunakan media audiovisual dan booklet efektif dalam meningkatkan

keterampilan kader dalam melakukan skrining. efektifitas pemberian media

edukasi booklet maka dilakukan uji Wilcoxon didapatkan nilai probabilitas (p)

< 0,001 yang berarti media edukasi video efektif dalam meningkatkan

keterampilan kader dalam deteksi dini stunting. Penelitian menunjukan media

video lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan kader dalam deteksi dini

stunting (Sartika & Purnanti, 2021).

67
Pemberian pendidikan kesehatan salah satunya menggunakan metode

audiovisual sangat efektif karena ibu-ibu dapat mengulang dan memahami

kembali apa yang telah dijelaskan atau yang telah disampaikan (Ilmanisak et

al., 2017). Metode audiovisual merupakan media pembelajaran atau media

penyuluhan untuk memberikan informasi penting yang akan disampaikan.

Metode Audiovisual mengandung unsur suara dan gambar yang dapat dilihat

melalui video, film, dan lain-lain (Wea et al., 2019).

Metode audiovisual dapat menjadi media pendukung untuk melakukan

penyuluhan karena informasi yang diberikan singkat padat dan jelas serta

menarik dan mudah dipahami ibu-ibu dan juga dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang (Wea et al., 2019). Keunggulan metode audiovisual

dari metode lainnya ialah mudah serta efektif. Penggunaan media audiovisual

mempunyai jenis beragam seperti film pendek, video, iklan, video animasi,

serta video grafis. Banyaknya pilihan media ini bisa memudahkan peserta

serta membuat para peserta tidak bosan dengan penyuluhan biasa yang

dilakukan menggunakan metode ceramah yang menggunakan poster dan

flipchart. Berbagai macam media yang ada dalam metode audiovisual mampu

memberikan infomasi secara menarik dan singkat tentang infomasi tentang

gizi, pola makan, kecukupan karbohidrat, gizi serta protein yang baik serta

kebersihan lingkungan yang harus bersih yang harus dilakukan oleh ibu.

Metode audiovisual dapat merangsang dua indera yaitu mata dan telinga

secara bersamaan sehingga ibu lebih fokus pada materi yang diberikan.

68
Penyampaian melalui kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitas

paling rendah. Penggunaan metode audiovisual merupakan pengalaman salah

satu prinsip proses pendidikan. Metode audiovisual sangat membantu dalam

penyampaian informasi tentang gizi seimbang untuk balita kepada ibu agar

informasi tersebut dapat disampaikan lebih jelas dan tepat (Wahyurin et al.,

2019).

Media audiovisual juga menerangkan suatu objek yang dapat

diberikan misalnya makan yang dikonsumsi menggandung karbohidrat,

protein, mineral dan lain sebagainya. Tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting

pada anak balita. Peningkatan pengetahuan terjadi dikarenakan adanya

kemauan dalam diri ibu untuk mengikuti dan mengetahui upaya pencegahan

stunting. Pengetahuan ibu merupakan penyebab tidak langsung terhadap

kejadian stunting anak karena berpengaruh pada makanan apa yang diberikan

pada anak dan juga salah satu faktor yang mempengaruhi asupan pangan

adalam pemahaman pangan, kesehatan dan gizi. Manfaat dari metode

audiovisual diantaranya dapat menjadi media pendukung untuk melakukan

penyuluhan atau pendidikan kesehatan karena informasi yang diberikan

singkat, padat, dan jelas serta menarik dan mudah dipahami. Media

audiovisual menampilkan gerak serta suara yang memudahkan ibu-ibu untuk

menerima informasi secara cepat. Video saat ini banyak digunakan dalam

kegiatan sehari-hari, sehingga sangat mendukung dalam pelaksanaan edukasi

69
dibandingkan metode ceramah. Metode audiovisual yang dilakukan yaitu

menggunakan video dan iklan televisi dalam pemberian informasi kepada ibu-

ibu. Video dan iklan berisikan materi pemberian gizi, pola makan, perilaku

makan ibu dan anak, perilaku sanitasi dan kebersihan lingkungan, pemberian

makanan tambahan, modifikasi pemberian makanan, pemenuhan nutirisi

sesuai dengan pedoman gizi seimbang, serta pentingnya pemberian sayuran

dan buah potein yang dikonsumsi anak dalam pemenuhan gizi dalam

meningkatkan perkembangan anak. Dampak dari pemberian pendidikan

kesehatan dengan menggunakan metode audiovisual terhadap ibu yaitu

meningkatkan pemberian makanan serta gizi untuk anak sesuai dengan

pedoman gizi seimbang, adanya perubahan perilaku ibu dalam pemenuhan

gizi pada anak, mengetahui pentingnya pemberian makanan tambahan untuk

anak, meningkatkanya pengetahuan ibu akan pentingnya keanekaragaman

makanan serta asupan buah dan sayuran, serta pemenuhan protein yang dapat

memenuhi kebutuhuan gizi anak dalam menurunkan angka pravelensi stunting

(Septian Emma Dwi Jatmika & Safrilia, 2019).

4.

70
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Usia ibu pada kelompok intervensi rata-rata 35 tahun dengan usia paling muda

20 tahun dan usia paling tua 45 tahun. Untuk usia ibu pada kelompok kontrol

rata-rata berusia 36 tahun usia paling muda 20 tahun dan usia paling tua 45

tahun.Untuk jumlah anak yang dimiliki oleh ibu pada kelompok intervensi

rata-rata sebesar 2 orang dengan jumlah paling sedikit 1 anak dan paling

banyak 3 anak. Untuk jumlah anak yang dimiliki oleh ibu pada kelompok

kontrol rata-rata sebesar 2 orang dengan jumlah paling sedikit 1 anak dan

paling banyak 5 anak. Untuk usia balita yang dimiliki oleh ibu pada kelompok

intervensi rata-rata 38 bulan dengan usia paling muda 24 bulan dan paling tua

56 bulan. Untuk usia balita yang dimiliki oleh ibu pada kelompok kontrol

rata-rata 39 bulan dengan usia paling muda 27 bulan dan paling tua 56 bulan

Untuk tinggi balita yang dimiliki oleh ibu pada kelompok intervensi rata-rata

79 cm dengan tinggi badan paling rendah 75 cm dan paling tinggi 83 cm.

Untuk tinggi balita yang dimiliki oleh ibu pada kelompok kontrol rata-rata 79

cm dengan tinggi badan paling rendah 75 cm dan paling tinggi 84 cm.

2. Pendidikan ibu paling dominan pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol berupa SMA dengan masing masing berjumlah 23 orang. Untuk

71
pekerjaan ibu yang paling dominan pada kelompok intervensi sebagai ibu

rumah tangga sebesar 40 orang dan kelompok kontrol sebagai ibu rumah

tangga sebesar 41 orang. Penghasilan keluarga yang paling dominan pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol berupa kurang dari 3 juta rupiah

sebanyak 46 orang. Jenis kelamin balita paling domninan pada kelompok

intervensi berupa perempuan dengan jumlah 25 balita dan kelompok kontrol

berupa perempuan dengan jumlah 24 balita.

3. Pengetahuan sebelum intervensi pada kelompok intervensi paling dominan

pengetahuan rendah dengan jumlah 45 orang dan kelompok kontrol paling

domnina pengetahuan rendah dengan jumlah 43 orang. Setelah diberikan

intervensi, kelompok intervensi paling banyak memiliki pengetahuan tinggi

sebesar 41 orang dan kelompok kontrol memiliki pengetahuan tinggi sebesar

29 orang.

4. Ada pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas

5. Ada pengaruh edukasi dengan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas.

6. Terdapat perbedaan pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting pada

kelompok intervensi dan kontrol di Desa Semanga Kabupaten Sambas.

72
B. Saran

1. Pihak Puskesmas

Diharapkan video edukasi ini dapat dijadikan instrumen yang

digunakan oleh pihak Puskesmas dalam melakukan pendidikan kesehatan

untuk pencegahan stunting.

2. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada penelitian selanjutkan dapat melakukan

pengembangan video edukasi secara mandiri atau menambah variabel

penelitian lain tentang pencegahan stunting

3. Masyarakat umum

Diharapkan melalui pemberian video edukasi, masyarakat dapat lebih

mudah mempelajari tentang pencegahan pada kasus stunting

73
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, P., Aisyah, I. S., Wirawan, S., Hasanah, L. N., Idris, A. N., Yulistianingsih,
A., & Siswati, T. (2022). Stunting Pada Anak. Padang: PT. Global Eksekutif
Teknologi.
Aisah, S., Ismail, S., & Margawati, A. (2021). Edukasi kesehatan dengan media video
animasi: Scoping review. Jurnal Perawat Indonesia, 5(1), 641–655.
Aryu, C. (2020). Buku Epidemiologi Stunting. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Dahlan, M. S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas. (2022). Data Balita Stunting Kabupaten
Sambas.
Fadyllah, M., & Prasetyo, Y. (2021). Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode
Audiovisual dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibu Merawat Anak dengan
Stunting. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 16, 23–30.
https://doi.org/10.14710/jpki.16.1.23-30
Hartono, R., Andini, M., Sartika, D., & Hasanah, B. U. (2020). Peningkatan
Kapasitas Kader Posyandu Dalam Mencegah Stunting Melalui Edukasi Gizi
Berbasis Media Di Kecamatan Biringkanaya Dan Mamajang. Media
Implementasi Riset Kesehatan, 1(1).
Hidayat. (2013). Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika.
Ilmanisak, R., Pudjirahaju, A., & Aswin, A. (2017). Edukasi MP-ASI, Sikap Ibu dan
Tingkat Konsumsi EnergiProtein Baduta Stunting Usia 7–24 Bulan. J Pendidik
Kesehat, 6(1), 16–26.
Jatmika, S.E.D., Maulana, M., Kuntoro, & Martini, S. (2019). Buku Ajar
Pengembangan Media Promosi Kesehatan.
Jatmika, Septian Emma Dwi, & Safrilia, F. E. (2019). Perbedaan Edukasi Konsumsi
Sayur Dan Buah Pada Anak Sd Menggunakan Metode Ceramah Dengan Alat
Peraga Dan Media Audiovisual. Gizi Indonesia, 42(1), 53–60.
Kemenkes. (2018). Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf. In Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan (p. 198).
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/
Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Stunting, Ancaman Generasi
Masa Depan Indonesia.

74
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020a). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020b). Video Informasi dan
Pencegahan Stunting. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kuswanti, I., & Azzahra, S. K. (2022). Hubungan pengetahuan ibu tentang
pemenuhan gizi seimbang dengan perilaku pencegahan stunting pada balita.
Jurnal Kebidanan Indonesia, 13(1).
Misrina, M., & Salmiati, S. (2022). Analisis penyuluhan menggunakan leaflet
terhadap pengetahuan ibu tentang stunting pada balita di desa cot puuk
kecamatan gandapura kabupaten bireuen. Journal of Healthcare Technology and
Medicine, 7(2), 683–692.
Mugianti, S., Mulyadi, A., Anam, A. K., & Najah, Z. L. (2018). Faktor penyebab
anak stunting usia 25-60 bulan di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Jurnal Ners
Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 5(3), 268–278.
Mulyadi, M. I., Warjiman., & Chrisnawati. (2018). Efektivitas pendidikan kesehatan
dengan media video terhadap tingkat pengetahuan perilaku hidup bersih dan
sehat. Jurnal Keperawatan STIKES Suaka Insan, 3(2), 1–9.
Mutiah, I. (2022). Hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan stunting
pada anak usia 3-5 tahun. ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Mutingah, Z., & Rokhaidah, R. (2021). Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan
perilaku pencegahan stunting pada balita. Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Indonesia, 5(2), 49–57.
Notoatmodjo, S. (2014). BUKU AJAR PROMOSI KESEHATAN. Jakarta: Rineka
cipta.
Notoatmodjo, S. (2017). Konsep Pengetahuan, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta, EGC.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. P. D. (2014). promosi kesehatan dan perlaku Kesehatan (Revisi).
Rineka Cipta.
Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., Laily, N., & Anhar, V. Y. (2018).
Promosi kesehatan. Airlangga University Press.
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (P. Puji Lestari (ed.); 5th
ed.). Salemba Medika.

75
Pratiwi, A. M., & Pratiwi, E. N. (2022). Pengaruh edukasi stunting menggunakan
metode audiovisual dan booklet terhadap pengetahuan ibu dengan anak stunting.
Jurnal Ilmu Kebidanan Dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and
Health), 13(1), 40–43.
Rahayu, A, Yulidarsi, F., Putri, A., & Anggraini, L. (2018). Study Guide-Stunting
dan Upaya Pencegahannya Study Guide-Stunting dan Upaya. 1 st. Yogyakarta:
CV. Mine.
Rahayu, Atikah, Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2018). Study guide-
stunting dan upaya pencegahannya. Buku Stunting Dan Upaya Pencegahannya,
88.
Ramadhan, K. I. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penanganan
Stunting. Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas), 2(1).
Ramadhanti, C. A., Adespin, D. A., & Julianti, H. P. (2019). Perbandingan
penggunaan metode penyuluhan dengan dan tanpa media leaflet terhadap
pengetahuan dan sikap ibu tentang tumbuh kembang balita. JURNAL
KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL), 8(1),
99–120.
Sartika, Q. L., & Purnanti, K. D. (2021). Perbedaan media edukasi (booklet dan
video) terhadap ketrampilan kader dalam deteksi dini stunting. Jurnal Sains
Kebidanan, 3(1), 36–42.
Sholikhah, A., & Dewi, R. K. (2022). Peranan Protein Hewani dalam Mencegah
Stunting pada Anak Balita. JRST (Jurnal Riset Sains Dan Teknologi), 6(1), 95–
100.
Shorayasari, S., Wati, A. K., & Nurrika, D. (2022). Faktor yang berhubungan dengan
Kejadian Stunting di Desa Kepyar Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri
Tahun 2021. Amerta Nutrition, 6.
Simanjuntak, B. Y., Annisa, R., & Saputra, A. I. (2022). Kajian Literatur:
Berhubungankah Mikrobiota Saluran Cerna dengan Stunting pada Anak Balita?
Amerta Nutrition, 6.
Sugiyono. (2018a). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono, D. (2018b). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D.
Susilowati, L., Trisetiyaningsih, Y., & Nursanti, I. (2021). Pencegahan Stunting Pada
Balita selama masa pandemi covid-19 melalui edukasi audiovisual. Community
Empowerment, 6(4), 563–567.
Wahyurin, I. S., Aqmarina, A. N., Rahmah, H. A., Hasanah, A. U., & Silaen, C. N. B.

76
(2019). Pengaruh edukasi stunting menggunakan metode brainstorming dan
audiovisual terhadap pengetahuan ibu dengan anak stunting. Ilmu Gizi
Indonesia, 2(2), 141–146.
Wea, K. B., Kristiawati, K., & Hidayati, L. (2019). Pendidikan kesehatan dengan
media audiovisual meningkatkan perilaku ibu dalam penanganan infeksi saluran
pernafasan akut pada balita di Kelurahan Lebijaga Kabupaten Ngada. Critical,
Medical and Surgical Nursing Journal, 6(2).
World Health Organization. (2023). Stunting prevalence among children under 5
years of age (%) (model-based estimates).

77
LAMPIRAN PENELITIAN

1. Lembar Penjelasan Penelitian


a. Judul Penelitian : Pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu
tentang pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas
b. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan vidio terhadap
pengetahuan ibu tentang pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga
Kabupaten Sambas.
2) Tujuan Khusus
a. Menganalisis karateristik demografi responden ibu yang berupa usia,
pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan penghasilan keluarga serta
data demografi balita seperti jenis kelamin, usia dan tinggi badan
b. Menganalisis pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting pada
kelompok intervensi dan kontrol sebelum diberikan intervensi
c. Menganalisis pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting pada
kelompok intervensi dan kontrol sesudah diberikan intervensi
d. Menganalisis perbedaan perubahan pengetahuan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan
c. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini sebagai informasi, diharapkan dapat menjadi


referensi pengembangan dalam ilmu keperawatan terkait dengan metode
edukasi pada ibu yang dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan
kejadian stunting.

78
2) Manfaat Praktis
d) Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan penelitian serta menambah informasi mengenai metode
edukasi yang dapat digunakan pada kasus stunting.
e) Bagi Keluarga/Orang Tua
Memberikan informasi kepada keluarga atau orang tua tentang
pentingnya pengetahuan keluarga tentang stunting.
f) Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai media edukasi yang
bisa digunakan oleh pihak puskesmas untuk memberikan pengetahuan
tentang stunting.
3) Bahaya Potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan karena keterlibatan
responden dalam penelitian ini karena responden hanya mendapatkan edukasi
dengan media video dan leaflet serta diminta mengisi kuesioner.
4) Hak untuk Undur Diri
Responden memiliki hak penuh untuk mengundurkan diri jika
penelitian dianggap membahayakan responden.
5) Jaminan Kerahasiaan Data
Data pasien akan dirahasiakan oleh peneliti dan tidak dipublikasikan
sembarangan tanpa ada persetujuan dari responden.
6) Adanya Insentif untuk Responden
Responden akan mendapatkan souvenir sebagai ucapan terima kasih
telah mengikuti kegiatan ini.

Informasi Tambahan
Nama : Agus Damayanti

79
Telp : +62 852-5256-8000

80
2. Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :…………………………………………………

Usia :…………………………………………………

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui manfaat dan

resiko penelitian yang berjudul “Pengaruh edukasi dengan vidio terhadap

pengetahuan ibu tentang pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga

Kabupaten Sambas. Saya setuju untuk menjadi responden pada penelitian ini

tanpa paksaan apapun.

Sambas, ………………..2023

Responden

.………………………

81
3. Kuesioner Penelitian

Pengaruh edukasi dengan vidio terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan kejadian stunting di Desa Semanga Kabupaten Sambas.

Petunjuk pengisian jawaban


1. Pilihlah jawaban yang menurut Anda sesuai dengan memberikan tanda cek
atau centang (√) pada salah satu jawaban yang telah disediakan.
2. Jika ada pertanyaan yang kurang jelas bisa ditanyakan

A. Data Demografi Ibu


1. Usia :
2. Pendidikan :  SD SMP  SMA  PT
 Tidak Sekolah
3. Pekerjaan :  Buruh  IRT  PNS  Swasta
 Wiraswasta,  Petani
4. Jumlah Anak :
5. Tinggal serumah dengan :
6. Penghasilan Keluarga :  < 3 Juta  ≥ 3 juta
B. Data Demografi Balita
1. Usia Balita (Bulan) :
2. Jenis Kelamin :  Laki-Laki,  Perempuan
3. Tinggi Badan :

82
C. Kuesioner Pengetahuan
1. Sebelum menjawab peratanyaan, bacalah dahulu pertanyaan ini dengan
teliti.
2. Saudara dipersilahkan memilih salah satu jawaban yang tersedia dengan
memberikan tanda (×) pada tempat yang tersedia.
3. Usahakan agar tidak ada jawaban satupun yang terlewatkan.
4. Apabila kurang jelas saudara berhak bertanya kepada peneliti.
5. Setelah semua diisi mohon diserahkan kembali.
Pertanyaan
1. Apa yang anda ketahui tentang makanan bergizi?
a. Empat sehat lima sempurna
b. Makanan yang mengandung minyak
c. Makanan yang mengandung lemak
d. Makanan yang seimbang dan bergizi serta tercukupi angka kebutuhan
gizi
2. Apa yang anda ketahui tentang stunting?
a. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan keturunan
b. Gangguan tumbuh kembang anak yang tinggi badannya tidak sesuai
dengan umur
c. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan anak terlalu banyak
makan mie instan
d. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh aktivitas fisik anak
3. Apa yang anda ketahui tentang ciri-ciri stunting yaitu
a. Pertumbuhan melambat
b. Pertumbuhan gigi cepat
c. Anak memiliki gizi yang baik
d. Anak sudah tumbuh tinggi

83
4. Apa penyebab dari stunting?
a. Kekurangan asupan karbohidrat: nasi, ubi ubian, mie
b. Kekurangan asupan lemak: daging, kacang-kacangan, selai kacang
c. Kekurangan gizi dan penyakit infeksi
d. Kekurangan sayuran
5. Berikut ini yang bukan ciri-ciri dari stunting adalah?
a. Pertumbuhan melambat
b. Pertumbuhan gigi terhambat
c. Pertumbuhan gigi cepat
d. Pubertas melambat
6. Apa yang anda ketahui tentang stunting, merupakan
a. Penyakit bawaan sejak lahir
b. Penyakit menular
c. Penyakit tidak menular
d. Gangguan tumbuh kembang
7. Apa dampak dari kondisi stunting adalah ?
a. Kerusakan otak yang bersifat permanen
b. Pertumbuhan tubuh yang pendek
c. Terjangkit penyakit infeksi kronis
d. Diare akut
8. Apa yang anda ketahu tentang anak-anak yang mengalami stunting?
a. Tubuh pendek
b. Tubuh kurus
c. Perut buncit
d. Wajah lebih muda
9. Menurut anda faktor yang bisa menyebabkan resiko terjadinya stunting
adalah
a. Faktor pengasuhan orang tua yang kurang baik
b. Faktor penyakit infeksi yang berulang

84
c. Faktor asupan yang bergizi harus cukup
d. Faktor air bersih yang cukup
10. Manakah penyakit dibawah ini menurut anda yang menyebabkan
stunting?
a. Sakit kepala
b. Mata merah
c. Diare dengan dehidrasi
d. Diabetes mellitus (DM)

85
4. Lembar Konsultasi
Lembar Konsultasi

Nama Mahasiswa : Agus Damayanti


NIM : 821223002
Nama Pembimbing 1 : Ns. Lintang Sari, M.Kep
No Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing Paraf
Pembimbing
1 21 September Penyampaian Judul dan Melakukan studi
2023 Latar Belakang pendahuluan untuk
memperkuat data latar
belakang
2 22 September Pembahasan judul dan Membuat latar belakang
2023 latar belakang yang sudah ada data studi
pendahuluan
3 24 September Revisi BAB 1 Silahkan lanjut ke BAB 2
2023
4 4 Oktober Konsultasi BAB 2 Revisi sumber pada BAB 2
2023
5 11 Oktober Revisi BAB 1-2 ACC BAB 1-2
Lanjut membuat BAB 3-4
6 19 Oktober Proposal lengkap Disetujui untuk mendaftar
2023 ujian proposal
7 27 Oktober Revisi BAB 1-4 (Hasil
2023 sidang proposal

86
Lembar Konsultasi

Nama Mahasiswa : Agus Damayanti


NIM : 821223002
Nama Pembimbing 2 : Nisma M.Kes
No Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing Paraf
Pembimbing
1 8 Oktober Konsultasi BAB 3-4 Revisi pada BAB 3 & 4
2023
2 10 Oktober Revisi BAB 3-4 Perbaiki di BAB 4
2023
3 13 Oktober Revisi BAB 4 Revisi di BAB 4 dan
2023 melengkapi semua bagian
proposal
4 17 Oktober Revisi BAB 4 Buat kelengkapan proposal
2023 penelitian
5 18 Oktober Pengiriman Proposal -
2023 Penelitian lengkap
6 27 Oktober Revisi BAB 1-4 (Hasil
2023 sidang proposal
7

87
5. Lampiran leaflet

88
89
90
91
6. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Vidio dan Leaflet

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PENGARUH EDUKASI DENGAN VIDIO TERHADAP PENGETAHUAN IBU
TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN STUNTING DI DESA SEMANGA
KABUPATEN SAMBAS

Pokok Bahasan : Stunting


Sasaran : Ibu yang memiliki Balita
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruangan Pertemuan Desa Semanga

A. Tujuan Umum
Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 30 menit, ibu yang
memiliki balita mampu memahami tentang stunting
B. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang stunting selama
30 menit, diharapkan ibu mampu:
1. Memahami definisi stunting
2. Cara mengetahui anak mengalami stunting
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stunting
4. Upaya pencegahan stunting
5. Program penanganan stunting
6. Dampak dari stunting
C. Kegiatan Penyuluhan
1. Metode: Ceramah, diskusi dan tanya jawab
2. Media: Vidio
3. Strategi Pelaksanaan

92
Waktu Tahap Respon
5 menit Orientasi: a. Menjawab salam
a. Mengucapkan salam b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri c. Audiens ingat dengan
c. Mengingatkan kontrak kontrak
d. Menjelaskan maksud dan tujuan d. Audiens mengerti
e. Menanyakan ketersediaan maksud dan tujuan
f. Menanyakan pertanyaan e. Audiens bersedia
apersepsi kepada sasaran
10 Kerja: a. Menyimak
menit a. Memulai penkes b. Mengajukan pertanyaan
b. Pemutaran vidio stunting
15 Terminasi a. Mempraktekkan
menit a. Melakukan evaluasi b. Menjawab pertanyaan
b. Memberikan kesimpulan c. Menyimak
c. Menutup penkes d. Menjawab salam
d. Memberikan salam penutup penutup

D. Evaluasi
1. Evaluasi Persiapan
a. Media sudah siap 1 hari sebelum pendidikan kesehatan
b. Tempat sudah siap 2 hari sebelum pendidikan kesehatan
c. SAP sudah jadi 1 hari sebelum pendidikan kesehatan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta hadir tepat waktu
b. Peserta kooperatif serta aktif bertanya
c. Media digunakan secara efektif
3. Evaluasi Hasil
a. Ibu dapat memahami definisi stunting
b. Ibu dapat mengetahui anaknya mengalami stunting
c. Ibu dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stunting
d. Ibu dapat mengetahui upaya pencegahan stunting

93
e. Ibu dapat mengetahui program penanganan stunting
f. Ibu dapat mengetahui dampak dari stunting

94
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENGARUH EDUKASI DENGAN VIDIO TERHADAP PENGETAHUAN IBU
TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN STUNTING DI DESA SEMANGA
KABUPATEN SAMBAS

Pokok Bahasan : Stunting


Sasaran : Ibu yang memiliki Balita
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruangan Pertemuan Desa Semanga

A. Tujuan Umum
Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 30 menit, ibu yang
memiliki balita mampu memahami tentang stunting
B. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang stunting selama
30 menit, diharapkan ibu mampu:
1. Memahami definisi stunting
2. Cara mengetahui anak mengalami stunting
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stunting
4. Upaya pencegahan stunting
5. Program penanganan stunting
6. Dampak dari stunting
C. Kegiatan Penyuluhan
1. Metode: Ceramah, diskusi dan tanya jawab
2. Media: leaflet
3. Strategi Pelaksanaan

95
Waktu Tahap Respon
5 menit Orientasi: a. Menjawab salam
a. Mengucapkan salam b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri c. Audiens ingat dengan
c. Mengingatkan kontrak kontrak
d. Menjelaskan maksud dan tujuan d. Audiens mengerti
e. Menanyakan ketersediaan maksud dan tujuan
f. Menanyakan pertanyaan e. Audiens bersedia
apersepsi kepada sasaran
10 Kerja: a. Menyimak
menit a. Memulai penkes b. Mengajukan pertanyaan
b. Peneliti memberikan leaflet dan
menjelaskan isi leaflet
15 Terminasi a. Mempraktekkan
menit a. Melakukan evaluasi b. Menjawab pertanyaan
b. Memberikan kesimpulan c. Menyimak
c. Menutup penkes d. Menjawab salam
d. Memberikan salam penutup penutup

D. Evaluasi
1. Evaluasi Persiapan
a. Media sudah siap 1 hari sebelum pendidikan kesehatan
b. Tempat sudah siap 2 hari sebelum pendidikan kesehatan
c. SAP sudah jadi 1 hari sebelum pendidikan kesehatan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta hadir tepat waktu
b. Peserta kooperatif serta aktif bertanya
c. Media digunakan secara efektif
3. Evaluasi Hasil
a. Ibu dapat memahami definisi stunting
b. Ibu dapat mengetahui anaknya mengalami stunting
c. Ibu dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stunting
d. Ibu dapat mengetahui upaya pencegahan stunting
e. Ibu dapat mengetahui program penanganan stunting

96
f. Ibu dapat mengetahui dampak dari stunting

E. Materi

1. Definisi Stunting

Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek

dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). Stunted

(short stature) atau tinggi/panjang badan terhadap umur yang rendah

digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat

kurang gizi balita dalam jangka waktu lama (Rahayu et al., 2018). Stunting

adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan

usia dan jenis kelamin (Aryu, 2020). Stunting adalah kondisi gagal tumbuh

pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari

Pertama Kehidupan (HPK) (Adriani et al., 2022).

2. Pengukuran Status Stunting Dengan Antropometri PB/U atau TB/U

Panjang badan menurut umur atau umur merupakan pengukuran

antropometri untuk status stunting. Panjang badan merupakan antropometri

yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal,

panjang badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan

panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap

masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap panjang badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

97
Pengukuran tinggi badan harus disertai pencatatan usia (TB/U). Tinggi

badan diukur dengan menggunakan alat ukur tinggi stadiometer

Holtain/mikrotoice (bagi yang bisa berdiri) atau baby length board (bagi balita

yang belum bisa berdiri). Stadiometer holtain/mikrotoice terpasang di dinding

dengan petunjuk kepala yang dapat digerakkan dalam posisi horizontal. Alat

tersebut juga memiliki jarum petunjuk tinggi dan ada papan tempat kaki. Alat

tersebut cukup mahal, sehingga dapat diganti dengan meter stick yang

digantung di dinding dengan petunjuk kepala yang dapat digeralkan secara

horizontal. Stick pada petunjuk kepala diisertai dengan skala dalam cm

(Rahayu et al., 2018). Kategori dan ambang batas status stunting balita

berdasarkan PB/U, dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas Status Stunting Berdasarkan PB/U

Indikator Status Gizi Keterangan


Panjang Badan Sangat Pendek < -3,0 SD
menurut (Stunted)
Umur (TB/U) Pendek (Stunted) ≥ -3 SD s.d < -2 SD
Normal ≥ -2 SD
Sumber: (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020a)

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kejadian Stunting

Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor keluarga

dan rumah tangga, makanan tambahan/komplementer yang tidak adekuat,

menyusui dan infeksi (Rahayu et al., 2018).

98
a. Faktor keluarga dan rumah tangga

Faktor maternal, dapat disebabkan karena nutrisi yang buruk selama

prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi

perawakan ibu yang pendek, infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa,

IUGR dan persalinan prematur, jarak persalinan yang dekat, dan

hipertensi. Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh stimulasi dan

aktivitas yang tidak adekuat, penerapan asuhan yang buruk,

ketidakamanan pangan, alokasi pangan yang tidak tepat, rendahnya

edukasi pengasuh (Rahayu et al., 2018).

b. Complementary feeding yang tidak adekuat

Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang

bergizi sering disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pengenalan

dan pemberian MPASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk

maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.

Dalam keadaan darurat, bayi dan balita seharusnya mendapat MP-ASI

untuk mencegah kekurangan gizi. Untuk memperolehnya perlu

ditambahkan vitamin dan mineral (variasi bahan makanan) karena tidak

ada makanan yang cukup untuk kebutuhan bayi. Kualitas makanan yang

buruk meliputi kualitas micronutrient yang buruk, kurangnya keragaman

dan asupan pangan yang bersumber dari pangan hewani, kandungan tidak

bergizi, dan rendahnya kandungan energi pada complementary foods.

Praktik pemberian makanan yang tidak memadai, meliputi pemberian

99
makan yang jarang, pemberian makan yang tidak adekuat selama dan

setelah sakit, konsistensi pangan yang terlalu ringan, kuantitas pangan

yang tidak mencukupi, pemberian makan yang tidak berespon. Makanan

tambahan yang diberikan berupa makan lumat yang bisa dibuat sendiri

berupa bubur tepung atau bubur beras ditambah lauk pauk, sayur, dan

buah, sehingga perlu pengetahuan gizi yang baik. Konsumsi makanan bagi

setiap orang terutama balita umur 1-2 tahun harus selalu memenuhi

kebutuhan. Konsumsi makanan yang kurang akan menyebabkan

ketidakseimbangan proses metabolisme di dalam tubuh, bila hal ini terjadi

terus menerus akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Bukti menunjukkan keragaman diet yang lebih bervariasi dan konsumsi

makanan dari sumber hewani terkait dengan perbaikan pertumbuhan

linear. Analisis terbaru menunjukkan bahwa rumah tangga yang

menerapkan diet yang beragam, termasuk diet yang diperkaya nutrisi

pelengkap, akan meningkatkan asupan gizi dan mengurangi risiko

stunting. Pemberian tambahan makanan di samping makanan yang

dimakan sehari – hari dengan tujuan memulihkan keadaan gizi dan

kesehatan. PMT dapat berupa makanan lokal atau makanan pabrik tidak

memberatkan fungsi pencernaan serta memiliki zat–zat gizi yang

disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk pertumbuhan dan kesehatan

yang optimal. Program Makanan Tambahan Pemulihan (PMT–P)

diberikan kepada anak gizi buruk dan gizi kurang yang jumlah harinya

100
tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi anak. Ibu yang

memiliki anak di bawah lima tahun yang menderita gizi kurang / gizi

buruk diberikan satu paket PMT Pemulihan (Rahayu et al., 2018).

c. Infeksi

Penyebab langsung malnutrisi adalah diet yang tidak adekuat dan

penyakit. Manifestasi malnutrisi ini disebabkan oleh perbedaan antara

jumlah zat gizi yang diserap dari makanan dan jumlah zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari terlalu

sedikit mengkonsumsi makanan atau mengalami infeksi, yang

meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat gizi, mengurangi nafsu makan,

atau mempengaruhi penyerapan zat gizi di usus. Kenyataannya, malnutrisi

dan infeksi sering terjadi pada saat bersamaan. Malnutrisi dapat

meningkatkan risiko infeksi, sedangkan infeksi dapat menyebabkan

malnutrisi yang mengarahkan ke lingkaran setan. Anak kurang gizi, yang

daya tahan terhadap penyakitnya rendah, jatuh sakit dan akan menjadi

semakin kurang gizi, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk melawan

penyakit dan sebagainya. Ini disebut juga infectionmalnutrition. Status

kesehatan balita meliputi kejadian diare dan infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA) pada balita. Diare adalah buang air besar dengan frekuensi

yang meningkat dan dan konsistensi tinja yang lebih lunak dan cair yang

berlangsung dalam kurun waktu minimal 2 hari dan frekuensinya 3 kali

dalam sehari. Bakteri penyebab utama diare pada bayi dan anak-anak

101
adalah enteropathogenic escherichia coli (EPEC). Menurut Levine dan

Edelman, Bakteri EPEC juga diyakini menjadi penyebab kematian ratusan

ribu anak di negara berkembang setiap tahunnya. Hal ini juga

diungkapkan oleh Budiarti, bahwa di Indonesia 53% dari bayi dan anak

penderita diare terinfeksi EPEC. Oleh karena itu, penyakit diare

merupakan salah satu masalah kesehatan utama dibanyak negara

berkembang, termasuk Indonesia (Rahayu et al., 2018).

d. Kelainan Endokrin

Beberapa penyebab perawakan pendek diantaranya dapat berupa

variasi normal, penyakit endokrin, displasia skeletal, sindrom tertentu,

penyakit kronis dan malnutrisi. Pada dasarnya perawakan pendek dibagi

menjadi dua yaitu variasi normal dan keadaan patologis. Kelainan

endokrin dalam faktor penyebab terjadinya stunting berhubungan dengan

defisiensi GH, IGF- 1, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, diabetes

melitus, diabetes insipidus, rickets hipopostamemia. Pada referensi lain

dikatakan bahwa tinggi badan merupakan hasil proses dari faktor genetik

(biologik), kebiasaan makan (psikologik) dan terpenuhinya makanan yang

bergizi pada anak (sosial). Stunting dapat disebabkan karena kelainan

endokrin dan non endokrin. Penyebab terbanyak adalah adalah kelainan

non endokrin yaitu penyakit infeksi kronis, gangguan nutrisi, kelainan

gastrointestinal, penyakit jantung bawaan dan faktor sosial ekonomi.

Faktor kedua penyebab stunting adalah makanan komplementer yang

102
tidak adekuat yang dibagi lagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan yang

rendah, cara pemberian yang tidak adekuat, dan keamanan makanan dan

minuman. Kualitas makanan yang rendah dapat berupa kualitas

mikronutrien yang rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi

dan sumber makanan hewani yang rendah, makanan yang tidak

mengandung nutrisi, dan makanan komplementer yang mengandung

energi rendah. Cara pemberian yang tidak adekuat berupa frekuensi

pemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak adekuat

ketika sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus,

pemberian makan yang rendah dalamkuantitas. Keamanan makanan dan

minuman dapat berupa makanan dan minuman yang terkontaminasi,

kebersihan yang rendah, penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak

aman. Faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting adalah pemberian

air susu ibu (ASI) yang salah bisa karena inisiasi yang terlambat, tidak

ASI eksklusif, penghentian menyusui yang terlalu cepat. Faktor keempat

adalah infeksi klinis dan subklinis seperti infeksi pada usus: diare,

environmental enteropathy, infeksi cacing, infeksi pernafasan, malaria,

nafsu makan yang kurang akibat infeksi, inflamasi (Rahayu et al., 2018).

e. Beberapa masalah dalam pemberian ASI

Rendahnya kesadaran Ibu akan pentingnya memberikan ASI pada

balitanya dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang kesehatan dan sosio-

kultural, terbatasnya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan,

103
tradisi daerah berpengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI

yang terlalu dini, dan tidak lancarnya ASI setelah melahirkan. Masalah-

masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi delayed initiation, tidak

menerapkan ASI eksklusif, dan penghentian dini konsumsi ASI. Sebuah

penelitian membuktikan bahwa menunda inisiasi menyusu (delayed

initiation) akan meningkatkan kematian bayi. ASI eksklusif didefinisikan

sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi makanan maupun minuman

lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu selain ASI. IDAI

merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Setelah enam bulan, bayi

mendapat makanan pendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan

sampai usia 24 bulan. Menyusui yang berkelanjutan selama dua tahun

memberikan kontribusi signifikan terhadap asupan nutrisi penting pada

bayi. Namun ada pengecualian, bayi diperbolehkan mengonsumsi obat-

obatan, vitamin, dan mineral tetes atas saran dokter.

Risiko menjadi stunting 3,7 kali lebih tinggi pada balita yang tidak

diberi ASI eksklusif (pemberian ASI<6 bulan) dibandingkan dengan balita

yang diberi ASI Eksklusif. Penelitian yang sebelumnya menjelaskan

bahwa anak yang tidak mendapatkan kolostrum lebih berisiko tinggi

terhadap stunting. Hal ini mungkin disebabkan karena kolostrum

memberikan efek perlindungan pada bayi baru lahir dan bayi yang tidak

menerima kolostrum mungkin memiliki insiden, durasi dan keparahan

104
penyakit yang lebih tinggi seperti diare yang berkontribusi terhadap

kekurangan gizi. Penelitian lain juga menyebutkan pemberian kolostrum

pada bayi berhubungan dengan kejadian stunting (Rahayu et al., 2018).

4. Upaya Pencegahan Stunting

Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun (batita) merupakan periode

emas (golden age) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada

masa tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Periode 1000 hari

pertama sering disebut window of opportunities atau periode emas ini

didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua

tahun terjadi proses tumbuh-kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada

kelompok usia lain. Gagal tumbuh pada periode ini akan mempengaruhi status

gizi dan kesehatan pada usia dewasa. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-

upaya pencegahan masalah stunting ini mengingat tingginya prevalensi

stunting di Indonesia. Pemerintah telah menetapkan kebijakan pencegahan

stunting, melalui Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan

Nasional Peningkatan Percepatan Gizi dengan fokus pada kelompok usia

pertama 1000 hari kehidupan, yaitu sevagai berikut (Rahayu et al., 2018):

a. Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet

selama kehamilan

b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil

c. Pemenuhan gizi

d. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli

105
e. Pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

f. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi hingga usia 6

bulan

g. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas 6

bulan hingga 2 tahun

h. Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A

i. Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu terdekat 10. Penerapan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Selain itu, pemerintah menyelenggarakan pula PKGBM yaitu Proyek

Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk mencegah stunting. PKGBM

adalah program yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mencegah

stunting di area tertentu. Dengan tujuan program sebagai berikut (Rahayu et

al., 2018):

a. Mengurangi dan mencegah berat badan lahir rendah, kurang gizi, dan

stunting pada anak – anak

b. Meningkatkan pendapatan rumah tangga/keluarga dengan penghematan

biaya, pertumbuhan produkstifitas dan pendapatan lebih tinggi

5. Program Penanganan Stunting

Penanganan stunting dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan

Intervensi Sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak

sampai berusia 6 tahun. Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 menyatakan

106
bahwa Gerakan 1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi

gizi sensitif. Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam

perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Sedangkan

intervensi sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor

kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000

HPK. Salah satu sasaran untuk intervensi gizi sensitif adalah remaja. Remaja

merupakan kelompok yang perlu mendapat perhatian serius mengingat masa

remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa dan belum mencapai

tahap kematangan fisiologis dan psikososial. Menurut Heriana yang dikutip

oleh Rosa (2012) remaja mempunyai sifat yang selalu ingin tahu dan

mempunyai kecenderungan untuk mencoba hal-hal baru. Sehingga, apabila

tidak dipersiapkan dengan baik remaja sangat beresiko terhadap kehidupan

seksual pranikah. Di berbagai daerah kira-kira separuh dari remaja telah

menikah (Rahayu et al., 2018).

c. Intervensi Gizi Spesifik

Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000

Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan

stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan

pada sektor kesehatan. Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil dapat berupa:

6) Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi

kekurangan energi dan protein kronis

7) Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat

107
8) Mengatasi kekurangan iodium

9) Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil

10) Melindungi ibu hamil dari Malaria.

Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan

dapat berupa

1) Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum)

2) Mendorong pemberian ASI Eksklusif.

Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan

dapat berupa:

1) Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan

didampingi oleh pemberian MP-ASI

2) Menyediakan obat cacing

3) Menyediakan suplementasi zink

4) Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan

5) Memberikan perlindungan terhadap malaria

6) Memberikan imunisasi lengkap,

7) Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

d. Intervensi Gizi Sensitif

Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar

sector kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran

108
dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak

khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari PertamaKehidupan (HPK).

1) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih

2) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi

3) Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan

4) Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga

Berencana (KB)

5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal)

7) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua

8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal

9) Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat

10) Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi

pada Remaja

11) Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.

12) Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.

6. Dampak Buruk Stunting

Stunting dapat menyebabkan dampak buruk dalam jangka pendek

maupun jangka panjang (Rahayu et al., 2018).

a. Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,

gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

109
b. Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah

menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya

kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya

penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,

kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

110
7. Surat Etik Penelitian

111
8. Surat Izin Penelitian

112
9. Surat Balasan Penelitian

113
10. Hasil Penelitian

114
11. Dokumentasi Penelitian

115
12. Lampiran SPSS
Case Processing Summary

Kelompok Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Intervensi 47 100,0% 0 0,0% 47 100,0%


Usia Ibu
Kontrol 47 100,0% 0 0,0% 47 100,0%

Intervensi 47 100,0% 0 0,0% 47 100,0%


Jumlah Anak
Kontrol 47 100,0% 0 0,0% 47 100,0%

Intervensi 47 100,0% 0 0,0% 47 100,0%


Usia Balita
Kontrol 47 100,0% 0 0,0% 47 100,0%

Intervensi 47 100,0% 0 0,0% 47 100,0%


Tinggi Badan Balita
Kontrol 47 100,0% 0 0,0% 47 100,0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Usia Ibu Intervensi Mean 35,19 1,113

Lower Bound 32,95


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 37,43

5% Trimmed Mean 35,49

Median 34,00

Variance 58,245

Std. Deviation 7,632

116
Minimum 20

Maximum 45

Range 25

Interquartile Range 13

Skewness -,317 ,347

Kurtosis -,755 ,681

Mean 36,11 ,972

Lower Bound 34,15


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 38,06

5% Trimmed Mean 36,49

Median 37,00

Variance 44,445

Kontrol Std. Deviation 6,667

Minimum 20

Maximum 45

Range 25

Interquartile Range 10

Skewness -,643 ,347

Kurtosis -,158 ,681

Jumlah Anak Intervensi Mean 2,30 ,074

95% Confidence Interval for Lower Bound 2,15

Mean Upper Bound 2,45

5% Trimmed Mean 2,30

117
Median 2,00

Variance ,257

Std. Deviation ,507

118
Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Jumlah Anak Intervensi Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness ,381

Kurtosis -,687

Mean 2,47

Lower Bound 2,27


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 2,67

5% Trimmed Mean 2,39

Median 2,00

Variance ,472

Kontrol Std. Deviation ,687

Minimum 2

Maximum 5

Range 3

Interquartile Range 1

Skewness 1,591

Kurtosis 2,881

Usia Balita Intervensi Mean 38,04

119
95% Confidence Interval for Lower Bound 35,57

Mean Upper Bound 40,51

5% Trimmed Mean 37,75

Median 35,00

Variance 70,868

Std. Deviation 8,418

Minimum 24

Maximum 56

Range 32

Interquartile Range 11

Skewness ,766

Kurtosis -,308

Kontrol Mean 39,49

Pendidikan Ibu * Kelompok Crosstabulation

Kelompok Total

Intervensi Kontrol

Pendidikan Ibu Count 5 10 15

% within Pendidikan Ibu 33,3% 66,7% 100,0%


Tidak Sekolah
% within Kelompok 10,6% 21,3% 16,0%

% of Total 5,3% 10,6% 16,0%

SD Count 18 10 28

% within Pendidikan Ibu 64,3% 35,7% 100,0%

% within Kelompok 38,3% 21,3% 29,8%

120
% of Total 19,1% 10,6% 29,8%

Count 1 4 5

% within Pendidikan Ibu 20,0% 80,0% 100,0%


SMP
% within Kelompok 2,1% 8,5% 5,3%

% of Total 1,1% 4,3% 5,3%

Count 23 23 46

% within Pendidikan Ibu 50,0% 50,0% 100,0%


SMA
% within Kelompok 48,9% 48,9% 48,9%

% of Total 24,5% 24,5% 48,9%

Count 47 47 94

% within Pendidikan Ibu 50,0% 50,0% 100,0%


Total
% within Kelompok 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Pekerjaan Ibu * Kelompok Crosstabulation

Kelompok Total

Intervensi Kontrol

Pekerjaan Ibu Count 40 41 81

% within Pekerjaan Ibu 49,4% 50,6% 100,0%


IRT
% within Kelompok 85,1% 87,2% 86,2%

% of Total 42,6% 43,6% 86,2%

Wiraswasta Count 4 3 7

% within Pekerjaan Ibu 57,1% 42,9% 100,0%

121
% within Kelompok 8,5% 6,4% 7,4%

% of Total 4,3% 3,2% 7,4%

Count 3 3 6

% within Pekerjaan Ibu 50,0% 50,0% 100,0%


Petani
% within Kelompok 6,4% 6,4% 6,4%

% of Total 3,2% 3,2% 6,4%

Count 47 47 94

% within Pekerjaan Ibu 50,0% 50,0% 100,0%


Total
% within Kelompok 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Penghasilan Keluarga * Kelompok Crosstabulation

Kelompok Total

Intervensi Kontrol

Count 46 46 92

% within Penghasilan
50,0% 50,0% 100,0%
Keluarga
< 3 Juta

% within Kelompok 97,9% 97,9% 97,9%

% of Total 48,9% 48,9% 97,9%


Penghasilan Keluarga
Count 1 1 2

% within Penghasilan
50,0% 50,0% 100,0%
Keluarga
> 3 Juta

% within Kelompok 2,1% 2,1% 2,1%

% of Total 1,1% 1,1% 2,1%

122
Count 47 47 94

% within Penghasilan
50,0% 50,0% 100,0%
Keluarga
Total

% within Kelompok 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Jenis Kelamin Balita * Kelompok Crosstabulation

Kelompok Total

Intervensi Kontrol

Count 22 23 45

% within Jenis Kelamin Balita 48,9% 51,1% 100,0%


Laki-Laki
% within Kelompok 46,8% 48,9% 47,9%

% of Total 23,4% 24,5% 47,9%


Jenis Kelamin Balita
Count 25 24 49

% within Jenis Kelamin Balita 51,0% 49,0% 100,0%


Perempuan
% within Kelompok 53,2% 51,1% 52,1%

% of Total 26,6% 25,5% 52,1%

Count 47 47 94

% within Jenis Kelamin Balita 50,0% 50,0% 100,0%


Total
% within Kelompok 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Pengetahuan Sebelum Intervensi * Kelompok Crosstabulation

Kelompok Total

Intervensi Kontrol

123
Count 2 4 6

% within Pengetahuan
33,3% 66,7% 100,0%
Sebelum Intervensi
Sedang

% within Kelompok 4,3% 8,5% 6,4%

% of Total 2,1% 4,3% 6,4%


Pengetahuan Sebelum
Intervensi
Count 45 43 88

% within Pengetahuan
51,1% 48,9% 100,0%
Sebelum Intervensi
Rendah

% within Kelompok 95,7% 91,5% 93,6%

% of Total 47,9% 45,7% 93,6%

Count 47 47 94

% within Pengetahuan
50,0% 50,0% 100,0%
Sebelum Intervensi
Total

% within Kelompok 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Pengetahuan Sesudah Intervensi * Kelompok Crosstabulation

Kelompok Total

Intervensi Kontrol

Pengetahuan Sesudah Tinggi Count 41 29 70


Intervensi
% within Pengetahuan
58,6% 41,4% 100,0%
Sesudah Intervensi

% within Kelompok 87,2% 61,7% 74,5%

% of Total 43,6% 30,9% 74,5%

124
Count 3 11 14

% within Pengetahuan
21,4% 78,6% 100,0%
Sesudah Intervensi
Sedang

% within Kelompok 6,4% 23,4% 14,9%

% of Total 3,2% 11,7% 14,9%

Count 3 7 10

% within Pengetahuan
30,0% 70,0% 100,0%
Sesudah Intervensi
Rendah

% within Kelompok 6,4% 14,9% 10,6%

% of Total 3,2% 7,4% 10,6%

Count 47 47 94

% within Pengetahuan
50,0% 50,0% 100,0%
Sesudah Intervensi
Total

% within Kelompok 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)

Pearson Chi-Square 8,229a 2 ,016

Likelihood Ratio 8,573 2 ,014

Linear-by-Linear Association 6,073 1 ,014

N of Valid Cases 94

125
126

Anda mungkin juga menyukai