Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A

BLOK XX

KELOMPOK 7

Dosen Pembimbing : dr. Siti Rohani, M.Biomed

1. Tania Evita Salsabila (702019068)


2. Muthahhari (702019003)
3. Widya Indah Pratiwi (702019011)
4. Mutiara Aswalita Wijaya (702019021)
5. Zahratu Fania Atamal Putri (702019029)
6. Asa Gemilang Puja Esha (702019049)
7. Miftah Luthfiyah Salma (702019065)
8. Annisah Aulia Rahmatullah (702019074)
9. Khofifah Alqiftiyah (702019088)
10. Adinda Suci Pramesti (702019098)
11. Muhammad Ryan Fadila (702019100)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2022
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4

1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5

2.1. Data Tutorial .................................................................................................. 5

2.2. Skenario ......................................................................................................... 5

2.3 Klarifikasi Istilah ............................................................................................ 9

2.4 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 10

2.5 Prioritas Masalah .......................................................................................... 13

2.7 Kesimpulan ................................................................................................... 68

2.8 Kerangka Konsep .......................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 69

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A Blok
20 Semester 6. Shalawat seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi
besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga
akhir zaman.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan
tugas-tugas selanjutnya .

Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,


bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada :

1. dr. Siti Rohani, M.Biomed selaku pembimbing tutor kelompok 7.


2. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan tutorial ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang menyusun dan membantu pembuatan laporan
ini dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

Palembang, 21 Juni 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Traumatologi dan kegawatdaruratan medik semester VI dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang


memaparkan Pak Budi, 30 tahun, seorang teknisi perbaikan AC, sedang
menyelesaikan pekerjaan di lantai 2 kantor tiba-tiba terjadi kebakaran akibat
compressor AC yang meledak, dan api menyambar muka dan lengan Pak Budi. Pak
Budi kemudian menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2 ke lantai 1.
Pak Budi terjatuh dengan dada kanan dan panggul kanan membentur besi tangga.
Lengan kanan dan kiri mengalami luka bakar dan terasa nyeri. Pak Budi juga
mengeluh nyeri saat bernapas terutama di dada kanan dan dia juga merasa sesak.
Panggul kanan terasa sakit karena terbentur dan terdapat luka terbuka dengan
perdarahan aktif di daerah tungkai kanan bawah. Lima belas menit kemudian ia
dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan sadar dan mengeluh suaranya menjadi parau,
sesak dan saat batuk keluar dahak berwarna kehitaman. Menurut istrinya, berat
badan Pak Budi 60 Kg.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Data Tutorial
Tutor : dr. Siti Rohani, M.Biomed

Moderator : Muhammad Ryan Fadila

Sekretaris Meja : Miftah Luthfiyah Salma

Sekertaris Papan : Khofifah Alqiftiyah

Hari/Tanggal : 1. Senin, 20 Juni 2022

2. Rabu, 22 Juni 2022

Peraturan Tutorial :

1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial.


2. Dilarang makan dan minum saat berlangsungnya tutorial.
3. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat.
4. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat.
5. Tidak mengaktifkan alat komunikasi selama proses tutorial berlangsung.

2.2. Skenario
Pak Budi, 30 tahun, seorang teknisi perbaikan AC, sedang menyelesaikan
pekerjaan di lantai 2 kantor tiba-tiba terjadi kebakaran akibat compressor AC yang
meledak, dan api menyambar muka dan lengan Pak Budi. Pak Budi kemudian
menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2 ke lantai 1. Pak Budi
terjatuh dengan dada kanan dan panggul kanan membentur besi tangga. Lengan
kanan dan kiri mengalami luka bakar dan terasa nyeri. Pak Budi juga mengeluh nyeri
saat bernapas terutama di dada kanan dan dia juga merasa sesak. Panggul kanan
terasa sakit karena terbentur dan terdapat luka terbuka dengan perdarahan aktif di
daerah tungkai kanan bawah. Lima belas menit kemudian ia dibawa ke UGD RSMP
dalam keadaan sadar dan mengeluh suaranya menjadi parau, sesak dan saat batuk
keluar dahak berwarna kehitaman. Menurut istrinya, berat badan Pak Budi 60 Kg.

5
Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey:
- Airway: bisa berbicara parau, terdapat sputum berwarna kehitaman
(carbonaceous sputum)
- Breathing: RR 26x/menit, suara napas kanan dan kiri vesikuler, bunyi
jantung tidak menjauh
- Circulation: Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 114x/menit, ekstremitas
terlihat pucat dan teraba dingin, sumber perdarahan yang terlihat di tungkai
bawah kanan.
- Disability: membuka mata secara spontan, bisa menggerakkan ekstremitas
sesuai perintah. Pupil isokor, refleks cahaya (+).
- Exposure:
▪ Hematom di daerah panggul dan paha kanan atas serta vulnus laceratum di
daerah tungkai kanan bawah.
▪ Tampak luka bakar pada lengan kanan dan kiri, bullae (+) terasa sakit
▪ Alis dan bulu hidung terbakar
▪ Suhu: 36,7o C
Secondary Survey:
- Kepala:
• Tidak terdapat jejas
• Mata: Alis terbakar
• Telinga dan hidung: bulu hidung terbakar
• Mulut: terpasang ETT
- Leher: dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
- Thoraks:
• Inspeksi: ada jejas di thoraks dekstra bagian tengah , frekuensi 26x/menit,
gerak dada kanan sedikit tertinggal karena sakit
• Palpasi: nyeri tekan di daerah dada kanan, krepitasi ada, stem fremitus
sama kanan dan kiri.
• Perkusi: sonor kanan dan kiri
• Auskultasi: suara paru vesikuler, suara jantung jelas, regular.

6
- Abdomen:
• Inspeksi: datar
• Palpasi: lemas, nyeri tekan (+) di bagian bawah kanan.
• Perkusi: timpani
• Auskultasi: bising usus normal terdengar di seluruh bagian abdomen
- Pelvis:
• Inspeksi: tampak jejas di daerah perut bawah kanan dan panggul kanan,
• Palpasi: nyeri tekan (+) di daerah panggul kanan, dan abdomen kanan
bawah
• ROM: pergerakan panggul kanan terbatas karena sangat sakit.
- Ekstremitas superior : Terdapat luka bakar pada lengan anterior atas dan
bawah di bagian kanan dan kiri. Ditemukan warna kulit kemerahan dan
terdapat bullae dan terasa nyeri.
- Ekstremitas inferior :
Regio Femur Dekstra
• Inspeksi: tampak deformitas, soft tissue swelling
• Palpasi : Nyeri tekan, arteri dorsalis pedis teraba
• ROM : Aktif terbatas di daerah sendi lutut dan panggul
Regio cruris dekstra
• Inspeksi : tampak vulnus laseratum dengan perdarahan aktif.
• Palpasi : nyeri tekan (+)
• ROM : pergerakan tungkai kanan terbatas karena adanya luka terbuka
- Genitalia: OUE darah (-), skrotum tidak tampak hematom dan edema
- Colok dubur: sphincter ani menjepit, ampula kosong, prostat teraba, tidak
teraba tonjolan tulang.

7
Pemeriksaan tambahan :
Foto Thoraks AP

Foto Pelvis AP

Foto femur dekstra AP / LAT

Foto cruris dekstra AP lateral

Pada saat dipasang kateter urin: keluar urin jernih sebanyak 50 cc.
8
2.3 Klarifikasi Istilah
No. Klasifikasi Terjemahan
1. Parau Bunyi nafas kasar yang bernada tinggi akibat obstruksi
dari laring (Dorlan, 2015).
2. Hematom Pengumpulan darah setempat umumnya menggumpal
dalam organ, rongga atau jaringan akibat pecahnya
dinding pembuluh darah (Dorlan, 2015).
3. Carbonaceous Saliva yang terbentuk dari campuran pembakaran yang
Sputum terhirup pada saluran pernafasan (Dorlan, 2015).
4. Jejas Lecet, tergores luka sedikit pada kulit (KBBI, 2015).
5 Deformitas Perubahan bentuk tubuh atau bagian tubuh secara umum
(Dorlan, 2015).
6. ETT (Endotracheal Tube) saluran nafas buatan yang
dimasukkan kedalam trachea (Dorland,2015).
7. Bullae Gelembung yang berisi cairan serum beratap yang
berukuran lebih dari 0,5cm garis tengah dan mempunyai
dasar (Dorland, 2015).
8. Vulnus Luka robek yang disertai kehilangan jaringan yang
Laseratum disebabkan oleh trauma (Dorlan, 2015).
9. ROM Range Of Motion kisaran dapat di ektensikan dan di
fleksikannya suatu sendi, diukur dengan derajar
lingkaran (Dorlan, 2015).
10. soft tissue Pembengkakan pada jaringan lunak (Dorlan, 2015).
swelling

9
2.4 Identifikasi Masalah
5. Pak Budi, 30 tahun, seorang teknisi perbaikan AC, sedang menyelesaikan
pekerjaan di lantai 2 kantor tiba-tiba terjadi kebakaran akibat compressor AC
yang meledak, dan api menyambar muka dan lengan Pak Budi. Pak Budi
kemudian menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2 ke lantai 1.
Pak Budi terjatuh dengan dada kanan dan panggul kanan membentur besi tangga.
Lengan kanan dan kiri mengalami luka bakar dan terasa nyeri.
6. Pak Budi juga mengeluh nyeri saat bernapas terutama di dada kanan dan dia juga
merasa sesak. Panggul kanan terasa sakit karena terbentur dan terdapat luka
terbuka dengan perdarahan aktif di daerah tungkai kanan bawah.
7. Lima belas menit kemudian ia dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan sadar dan
mengeluh suaranya menjadi parau, sesak dan saat batuk keluar dahak berwarna
kehitaman. Menurut istrinya, berat badan Pak Budi 60 Kg.
8. Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey:
• Airway: bisa berbicara parau, terdapat sputum berwarna kehitaman
(carbonaceous sputum)
• Breathing: RR 26x/menit, suara napas kanan dan kiri vesikuler, bunyi
jantung tidak menjauh
• Circulation: Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 114x/menit, ekstremitas
terlihat pucat dan teraba dingin, sumber perdarahan yang terlihat di tungkai
bawah kanan.
• Disability: membuka mata secara spontan, bisa menggerakkan ekstremitas
sesuai perintah. Pupil isokor, refleks cahaya (+).
• Exposure:
- Hematom di daerah panggul dan paha kanan atas serta vulnus laceratum di
daerah tungkai kanan bawah.
- Tampak luka bakar pada lengan kanan dan kiri, bullae (+) terasa sakit
- Alis dan bulu hidung terbakar
- Suhu: 36,7o C
9. Secondary Survey:
- Kepala:

10
o Tidak terdapat jejas
o Mata: Alis terbakar
o Telinga dan hidung: bulu hidung terbakar
o Mulut: terpasang ETT
- Leher: dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
- Thoraks:
o Inspeksi: ada jejas di thoraks dekstra bagian tengah , frekuensi
26x/menit, gerak dada kanan sedikit tertinggal karena sakit
o Palpasi: nyeri tekan di daerah dada kanan, krepitasi ada, stem fremitus
sama kanan dan kiri.
o Perkusi: sonor kanan dan kiri
o Auskultasi: suara paru vesikuler, suara jantung jelas, reguler
- Abdomen:
o Inspeksi: datar
o Palpasi: lemas, nyeri tekan (+) di bagian bawah kanan.
o Perkusi: timpani
o Auskultasi: bising usus normal terdengar di seluruh bagian abdomen
- Pelvis:
o Inspeksi: tampak jejas di daerah perut bawah kanan dan panggul
kanan,
o Palpasi: nyeri tekan (+) di daerah panggul kanan, dan abdomen kanan
bawah
o ROM: pergerakan panggul kanan terbatas karena sangat sakit.
- Ekstremitas superior : Terdapat luka bakar pada lengan anterior atas dan
bawah di bagian kanan dan kiri. Ditemukan warna kulit kemerahan dan
terdapat bullae dan terasa nyeri.
- Ekstremitas inferior :
Regio Femur Dekstra
o Inspeksi: tampak deformitas, soft tissue swelling
o Palpasi : Nyeri tekan, arteri dorsalis pedis teraba
o ROM : Aktif terbatas di daerah sendi lutut dan panggul
Regio cruris dekstra

11
o Inspeksi : tampak vulnus laseratum dengan perdarahan aktif.
o Palpasi : nyeri tekan (+)
o ROM : pergerakan tungkai kanan terbatas karena adanya luka terbuka
- Genitalia: OUE darah (-), skrotum tidak tampak hematom dan edema
- Colok dubur: sphincter ani menjepit, ampula kosong, prostat teraba, tidak
teraba tonjolan tulang.
10. Pemeriksaan tambahan :
- Foto Thoraks AP

- Foto Pelvis AP

- Foto femur dekstra AP / LAT

12
- Foto cruris dekstra AP lateral

Pada saat dipasang kateter urin: keluar urin jernih sebanyak 50 cc.
2.5 Prioritas Masalah
Nomor 1: Pak Budi, 30 tahun, seorang teknisi perbaikan AC, sedang menyelesaikan
pekerjaan di lantai 2 kantor tiba-tiba terjadi kebakaran akibat compressor
AC yang meledak, dan api menyambar muka dan lengan Pak Budi. Pak
Budi kemudian menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2
ke lantai 1. Pak Budi terjatuh dengan dada kanan dan panggul kanan
membentur besi tangga. Lengan kanan dan kiri mengalami luka bakar dan
terasa nyeri.
Alasan : Karena terdapat kondisi kegawadaruratan yang harus segera ditatalaksana
agar dapar mencegah terjadinya komplikasi dan menurunkan angka
mortilitas dan morbiditas.
2.6 Analisis Masalah
1. Pak Budi, 30 tahun, seorang teknisi perbaikan AC, sedang menyelesaikan
pekerjaan di lantai 2 kantor tiba-tiba terjadi kebakaran akibat compressor AC
yang meledak, dan api menyambar muka dan lengan Pak Budi. Pak Budi
kemudian menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2 ke lantai 1.
Pak Budi terjatuh dengan dada kanan dan panggul kanan membentur besi tangga.
Lengan kanan dan kiri mengalami luka bakar dan terasa nyeri.
a. Apa makna Pak Budi, 30 tahun, seorang teknisi perbaikan AC, sedang
menyelesaikan pekerjaan di lantai 2 kantor tiba-tiba terjadi kebakaran akibat
compressor AC yang meledak, dan api menyambar muka dan lengan Pak
Budi ?
Jawab :

13
Maknanya adalah Pak Budi mengalami luka bakar (vulnus
combustion) pada regio facialis dan regio ekstremitas superior anterior yang
dimana berdasarkan etiologinya telah terjadi trauma termal dan trauma
inhalasi pada pasien. Trauma termal disebabkan oleh cairan panas, kontak
dengan benda padat panas seperti lilin atau rokok, kontak dengan zat kimia,
dan aliran listrik. Sedangkan, trauma inhalasi disebabkan oleh terhirupnya
gas panas, cairan panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang
tidak sempurna. Berdasarkan epidemiologi, penyebab luka bakar pada
dewasa terbanyak adalah api dan ledakan (44%) (Rahayuningsih, 2012).
b. Apa makna pak budi kemudian menyelamatkan diri dengan cara melompat
dari lantai 2 ke lantai 1. Pak Budi terjatuh dengan dada kanan dan panggul
kanan membentur besi tangga. Lengan kanan dan kiri mengalami luka bakar
dan terasa nyeri ?
Jawab :
Makna pak Budi terjatuh dengan dada kanan dan panggul kanan
membentur besi tangga yaitu terjadi trauma tumpul hingga menyebabkan
fraktur. Bila ada suatu kekuatan eksternal dibenturkan kepada tubuh manusia,
maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor
fisik dari kekuatan tersebut dan jaringan tubuh. Beratnya trauma yang terjadi
berhubungan dengan kemampuan objek statis (yang ditubruk) untuk
menahan tubuh. Pada tempat benturan akan terjadi perbedaan pergerakan
dari jaringan tubuh, yang akan menimbulkan disrupsi jaringan.
Lengan kanan dan kiri mengalami luka bakar dan terasa nyeri maknanya,
Maknannya yaitu mengalami luka bakar derajat II pada regio ekstremitas
superior dextra et sinistra. Luka bakar derajat II atau partial thicknessburns
ditandai dengan warna kemerahan atau campuran disertai pembengkakam
dan bullae serta nyeri hebata (American College of Surgeons Committee on
Trauma, 2018).

14
c. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada kasus ?
Jawab :
Anatomi Wajah :
Wajah adalah bagian anterior dari kepala, dengan batas kedua telinga
di lateral, dagu di inferior dan garis batas tumbuhnya rambut di superior.
Wajah terbentuk dari tulang belakang dan jaringan lunak yang terletak
diatasnya (jaringan otot, jaringan tulang rawan, pembuluh darah, saraf,
pembuluh limfe dan kelenjar-kelenjar), yang secara bersama-sama
memberikan tampilan dan fingsi dari wajah.
Otot Wajah :
Berdasarkan embriologinya, otot-otot ekspresi wajah terbentuk dari
mesoderm lengkung faring II. Otot-otot wajah dipersarafi oleh saraf
lengkung faring II yaitu nervus fasialis (N.VII).
Berdasarkan fungsinya, otot-otot wajah diklasifikasikan sebagai otot-
otot sfingter dan otot-otot dilator, kedua jenis otot tersebut mengelilingi
orifisium pada wajah (mata, hidung, mulut) dan memiliki fungsi yang
berlawanan. Fungsi keduanya secara silih berganti mengatur gerakan
orifisium pada wajah sehingga terbentuk mimik dan ekspresi dari wajah.
Anatomi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial
lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis
yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel
berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm
adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Snell,
2015).

15
Gambar 2.1 Anatomi Kulit
Sumber : (Snell, 2015).
Epidermis
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum Korneum : Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum : Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum : Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum : Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan
penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek
abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan
tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.
Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.
Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum) : Terdapat aktifitas mitosis
yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis
secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke

16
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu
lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans) (Snell, 2015).
Dermis :
Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering
dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya
bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.


Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang
dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan
menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari
fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam
jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi
kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis
mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis (Snell, 2015).
Fungsi Dermis: struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
Subkutis :
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi

17
Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber (Snell, 2015).
Vaskularisasi Kulit :
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak
antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan
jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi
papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang
vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient
dari dermis melalui membran epidermis (Snell, 2015).
Anatomi Thorax :
Thoraks merupakan rongga yang dibatasi dan dikelilingi oleh
dinding thoraks yang dibentuk oleh tulang, kartilage, dan otot. Didalam
rongga thoraks terdapat dua ruangan yaitu paru-paru dan mediastinum serta
terjadi proses sistem pernapasan dan peredaran darah.Organ yang terletak
dalam rongga dada yaitu; esophagus, paru paru, hepar, jantung, pembuluh
darah dan saluran limfe (Snell, 2012).
Dinding thoraks merupakan sistem kompleks dari sejumlah struktur
tulang, tulang rawan, ligamen, otot dan tendon.Bagian superfisial dari
dinding thoraks adalah struktur tulang dan muskulus-tendon yang
menghubungkan tungkai atas dengan batang tubuh. Bagian kranial dibatasi
oleh tulang vertebra thoraks pertama, tulang kosta pertama, klavikula dan
tepi atas manubrium. Batas inferior dipisahkan terhadap abdomen oleh
diafragma. Suatu kurungan thoraks terdiri dari 12 pasang tulang kosta.
Setiap kosta terdiri dari kepala, leher, dan badan. Pada bagian kepala
memiliki suatu faset untuk terhubung dengan sendi kostovertebra.Kecuali
kosta satu dan dua, semuanya mempunyai cekungan untuk perjalanan serat
saraf dan pembuluh darah pada tepi bawah tulang (Ombregt, 2013). Tulang
kosta berfungsi melindungi organ vital rongga thoraks seperti jantung, paru-
paru, hati dan Lien (Snell, 2012).

18
Gambar 2.2 Anatomi Thoraks
Sumber : (Snell, 2015).
Organ Intra thoraks :
- Oeshopagus
- paru-paru
- hepar
- jantung
- pembuluh darah
- saluran limfe
Anatomi Pelvis :
Gelang panggul terdiri atas tulang yaitu os coxae, os sacrum, dan os
coccygis. Gelang panggul memberikan hubungan yang kuat dan stabil antara
tubuh dan ekstremitas inferior. Hubungan ini harus kuat karena memikul
berat badan yang besar. Gelang bahu relatif kurang stabil, namun
mempunyai andil yang besar dalam mobilitas dibandingkan dengan gelang
panggul. Kedua os coxar bersendi satu dengan yang lain di sebelah anterior
pada symphisis pubis dan posterior dengan os sacrum pada articulatio
sacroiliaca. Gelang panggul bersama dengan sendi-sendinya membentuk
struktur berbentuk mangkuk yang kuat disebut pelvis (Snell, 2012).
Pelvis dibagi menjadi dua bagian oleh apertura pelvis superior yang
dibentuk di belakang oleh promontorium os sacrum, di lateral oleh linea
iliopectinea, dan di anterior oleh symphisis pubis. Di atas apertura pelvis
superior terdapat pelvis major, yang membentuk sebagian rongga abdomen.
Di bawah apertura pelvis superior terdapat pelvis minor (Snell, 2012).

19
Organ Intra Pelvis : Bagian akhir colon sigmoideum, Rectum, Anal canal,
Vesica urinaria, Ureter, Saluran reproduksi, Kelenjar prostat, Uterus, Tuba
falovi, Ovarium.

Gambar 2.3 Anatomi Pelvis


Sumber : (Snell, 2015).
Tulang pelvis memberikan hubungan yang kuat dan stabil antara
batang badan dan extremitas inferior. Fungsi utamanya adalah meneruskan
berat badan dari columna vertebralis ke femur; memuat, menyokong, dan
melindungi viscera pelvis; dan menyediakan tempat perlekatan otot-otot
batang badan dan extremitas inferior. Tulang pelvis terdiri atas empat tulang;
ossa coxae, yang membentuk dinding lateral dan anterior, serta os sacrum
dan os coccygis, yang merupakan bagian columna vertebralis dan
membentuk diding belakang (Snell, 2012).
Anatomi extrimitas superior :

Gambar 2.4 Anatomi Ekstremitas Superior


Sumber : (Snell, 2015).
Tulang pada extremitas superior :
1. Clavicula : adalah tulang panjang yang terletak horizontal di daerah
pangkal leher. Tulang ini bersendi dengan sternum dan cartilage costalis
20
I di sebelah medial, dan dengan acromion di sebelah lateral. Clavicula
bekerja sebagai sebuah penyanggah pada waktu lengan atas bergerak
menjauhi tubuh. Clavicula juga berperan menyalurkan gaya dari lengan
atas ke skeleton axiale, dan merupakan tempat melekatnya otot.
2. Scapula : adalah tulang pipih berbentuk segitiga yang terletak pada
dinding posterior thorax di antara iga II sampai VII.
3. Humerus : bersendi dengan scapula pada art.humeri serta dengan radius
ulna pada art.cubiti. Terbagi menjadi : caput, collum, tuberculum majus,
dan tuberculum minus yang dipisahkan satu sama lain oleh sulcus
bicipalis.
4. Radius: tulang lateral lengan bawah. Ujung atas bersendi dengan
humerus pada art.cubiti dan dengan ulna pada art.radioulnaris proximal.
Ujung distalnya bersendi dengan scaphoideum dan lunatum pada art.
Radiocarpalis dan dengan ulna pada art.radioulnaris distal.
5. Ulna: merupakan tulang medial lengan bawah. Ujung atasnya bersendi
dengan humerus pada art.cubiti dan dengan caput radii pada
art.radioulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan radius pada
art.radioulnaris distal, tatapi dipisahkan dari art.radiocarpalis dengan
adanya facies articularis.
Anatomi extremitas inferior :

Gambar 2.4 Anatomi Ekstremitas Inferior


Sumber : (Snell, 2015).
1. Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal
berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia
21
melalui condyles. Didaerah proksimal terdapat processus yang disebut
trochanter mayor dan minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric.
Dibagian distal anterior terdapat condyle medial untuk artikulasi dengan
tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Dibagian distal posterior
terdapat fossa intercondylar.
2. Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibandingkan dengan fibula. Dibagian proksimal, tibia memiliki condyle
medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi
dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikualsi dengan
kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuborositas untuk
perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan
tulang-tulang tarsal dan malleous medial.
3. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Dibagian proksimal, fibula berartikulasi dengan
tibia. Sedangkan dibagian distal, fibula membentuk malleos lateral dan
facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
d. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar menurut rule of nine ?
Jawab :
Penggunaan “Rule of Nine” sangat akurat untuk digunakan pada
pasien dewasa, namun tidak akurat bila digunakan pada pasien anak. Hal ini
disebabkan karena proporsi luas permukaan tubuh pada anak sangat berbeda
dengan pasien dewasa. Anak-anak memiliki proporsi paha dan kaki yang
kecil dan bahu dan kepala yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Oleh karena itu, penggunaan “Rule of Nine” tidak disarankan untuk pasien
anak anak karena dapat menghasilkan estimasi cairan resusitasi yang tidak
akurat. Penggunaan “Pediatric Rule of Nine” harus digunakan untuk pasien
anak dengan luka bakar. Namun setiap peningkatan umur pada anak,
persentasi harus disesuaikan. Setiap tahun setelah usia 12 bulan, 1%
dikurangi dari area kepala dan 0,5% ditambahkan pada dua area kaki anak.

22
Setelah anak mencapai usia 10 tahun, tubuh anak sudah proporsional sesuai
dengan tubuh dewasa (Kemenkes RI, 2019).

Gambar 2.5 Rule of nine

Sumber : (Sjamsuhidajat, 2019).

• Kepala (nilai total 9%)

• Tubuh (nilai total 36%)

• Lengan (nilai total 18%)

• Kaki (nilai total 36%)

• Alat kelamin (nilai total 1%) (Sjamsuhidajat, 2019).


Penentuan luka bakar dengan menggunakan rule of nine pada pasien
dewasa yaitu dengan membagi luas permukaan tubuh menjadi multiple 9%
area kecuali perineum yang diestimasi menjadi 1% (Sjamsuhidajat, 2019).
Luka bakar diatas 20% akan memicu perubahan fisiologis dimana terjadi ebb
phase yaitu periode beberapa jam sampai beberapa hari setelah onset,
dimana periode ini terjadi hipodinamik state dan kebocoran kapiler difus.
Apabila fase ini teresusitasi dengan baik, maka akan masuk kedalam flow
phase dimana periode lanjut, periode high cardiac output dan low peripheral
vascular tone, demam dan katabolisme otot (Sjamsuhidajat, 2019).
e. Apa dampak dari api yang menyambar muka dan lengan pak budi ?
Jawab :
Pada luka bakar 20% dapat menimbulkan syok hipovolemik dengan
gejala yang khas. Luka bakar termal pada ruang tertutup dapat menyebabkan
trauma inhalasi dengan penemuan berupa sputum berwana gelap akibat

23
jelaga, luka bakar pada wajah, alis dan bulu hidung yang terbakar, edema
orofaring, perubahan suara seperti serak, perubahan kesadaran, dan stridor.
Pada luka bakar terjadi peningkatan katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus,
otot mengecil dan berat badan menurun. Terjadi hiperpireksia persisten,
takikardi, hiperventilasi, dan hiperglikemi. Pada luka bakar yang berat,
respons imun mengalami penurunan dan dapat terjadi bakterimia, syok
septik serta kematian.
Pada luka bakar dapat pula ditemukan ileus paralitik. Stres atau
beban faal dapat mengakibatkan tukak di mukosa lambung atau duodenum
dengan gejala sama seperti tukak peptik yang disebut dengan tukak curling
dan dapat menyebabkan hematemesis atau melena (Sjamsuhidajat, 2019).
Selain itu luka bakar dapat juga menyebabkan :
1. Kerusakan kulit
2. Infeksi (sepsis)
3. Gagal nafas (ARDS)
4. Kerusakan darah (anemia)
5. Oedem paru
6. Syok hipovolemik
7. Stress
8. Gagal ginjal (Yasti, 2015).
f. Bagaimana klasifikasi dari luka bakar ?
Jawab :
Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab :
a) Luka bakar suhu tinggi (Thermal burn) : gas, cairan, bahan padat. Luka
bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain).
b) Luka bakar bahan kimia (Chemical burn) Luka bakar kimia biasanya
disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang
industri militer ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan rumah tangga.

24
c) Luka bakar sengatan listrik (Electrical burn) Listrik menyebabkan
kerusakan yang dibedakan karena arus, apim dan ledakan. Aliran listrik
menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika
intima, 24 sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering
kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber
arus maupun grown.
d) Luka bakar radiasi (Radiasi injury) Luka bakar radiasi disebabkan karena
terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh
penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi. (Sjamsuhidajat, 2019).
Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar :
• Derajat I (superficial partial-thickness)
Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit. Luka bakar derajat I
sembuh 3-6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat remodeling
(Barbara dkk, 2013).
• Derajat II (deep partial-thickness)
Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis dan sebagian dermis.
Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edema dan nyeri
berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat sembuh
dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan jaringan parut (Barbara
dkk, 2013).
• Derajat III (full thickness)
Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk
tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan
mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang
beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak seperti arang.
Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf pada
dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya
membutuhkan donor kulit (Barbara dkk, 2013).

25
g. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar pada kasus ?
Jawab :
Tersambar api → kulit terpajan suhu panas → kerusakan pembuluh
darah dibawah dan sekitarnya → peningkatan premeabilitas kulit →
kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial → edema dan bula → terjadi
peregangan dan stimulus pada ujung saraf kulit → implus ke otak → nyeri
pada daerah luka bakar (Mitchell & Cotran, 2017).
Ketika sumber panas menyentuh permukaan tubuh misalnya kulit,
maka kulit akan mengalami kerusakan dan kehilangan kontinuitasnya.
Kerusakan tersebut akan menimbulkan respon inflamasi. Luka bakar akan
merusak keratinosit dan mengaktifkan sistem imun pada kulit seperti sel
dendritik dan sel mast yang akan mengeluarkan sitokin proinflamasi yaitu
Interleukin 1 (IL-1) dan TNF (Tumor necrosis factor) dan histamin yang
akan memicu terjadinya reaksi fase akut berupa perubahan vaskular dan
berbagai kejadian yang terjadi pada sel. IL-1 akan menstimulasi
terbentuknya prostaglandin yang akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi
arteriol, yang mengakibatkan peningkatan aliran darah dan penyumbatan
lokal pada aliran kapiler selanjutnya dan pada permukaan kulit akan
bermanifestasi sebagai kemerahan pada kulit. Selanjutnya mikrovaskular
menjadi lebih permeabel, mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke
dalam jaringan ekstravaskular. Hal ini disebabkan oleh bertambah
meningkatnya tekanan hidrostatik intravaskular dan pergerakan cairan di
kapiler, disebut transudat. Dengan meningkatnya permeabilitas vaskular
yang memungkinkan pegerakan cairan kaya protein, bahkan sel ke dalam
interstisium (eksudat). Hilangnya cairan kaya protein ini menurunkan
tekanan osmotik intravaskular dan meningkatkan tekanan osmotik
interstisial. Cairan yang keluar ke interstisial juga bisa terakumulasi pada
satu area lokal dan menyebabkan terbentuknya bullae. Sitokin proinflamasi
yang dihasilkan juga akan stimulasi terhadap serabut saraf nyeri pada kulit
dan bermanifestasi sebagai nyeri pada luka bakar (Mitchell & Cotran, 2017).

26
h. Bagaimana proses dari penyembukan luka bakar ?
Jawab :
Proses penyembuhan pada luka bakar bergantung pada kedalaman
luka. Pada luka bakar derajat I dan derajat II superfisial, penyembuhan luka
terjadi secara primer. Luka derajat II superfisialsembuh dari sisa epitelium
folikel rambut yang banyak ditemukan pada dermis superfisial. Proses
penyembuhan akan memakan waktu 5-7 hari dan biasanya jaringan sikatriks
minim terjadi. Pada derajat II dalam dan derajat III, proses penyembuhan
luka terjadi secara sekunder yang melibatkan proses inflamasi (reaktif),
fibioblastik (reparasi) dan maturasi (remodeling) (Tiwari, 2012).
Adapun proses penyembuhannya adalah sebagai berikut.
a. Fase inflamasi : Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka
bakar. Pada fase ini terjadi perubahan vascular dan proliferase
seluler.Daerah luka mengalamiagregasi trombosit dan mengeluarkar
serotonin serta mulai timbul epitalisasi
b. Fase Fibioblastik : Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca
luka bakar Pada fase ini timbul abrobast yang membentuk kolagen
yang tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna
kemerahan.
c. Fase Maturasi : proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler. Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan
sampai lebih dari satu tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-
tanda inflamasi untuk akhir dari fase ini berupa jaringanparut yang
berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal (Tiwari, 2012).
i. Apa saja penyebab dari luka bakar ?
Jawab :
Luka bakar merupakan suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolism dan fungsi
setiap sel tubuh, semua system dapat terganggu, terutama system
kardiovaskular (Rahayiningsih, 2012).

27
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar termahal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan pada satu obyek obyek lainnya. Penyebab
paling sering jatuh luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan
suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan
logam yang panas.
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (Kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak
dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena
zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
dengan zat zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industry, pertanian dan militer (Rahayiningsih, 2012).
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar elektrik (Listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan
dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tumbuh. Luka bakar listrik ini biasanya
lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi Iwan pada industry atau dari sumber radiasi untuk keperluan
Terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi (Rahayiningsih, 2012)
Kerusakan jaringan disebabkan api lebih berat dibandingkan air
panas, kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya
bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan selain
menimbulkan luka bakar, juga menyebabkan kerusakan organ dalam
akibat daya ledak (eksplosif). Bahan kimia, terutama menyebabkan

28
kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi
diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan (Moenadjat, 2016).
j. Apa saja grade pada luka bakar dan deskripsi derajat pada pak budi ?
Jawab :
1. Luka bakar derajat I atau luka bakar ringan
Luka bakar derajat I ditandai dengan luka bakar superfisial dengan
kerusakan pada lapisan epidermis. Umumnya tidak disertai kelepuhan
pada kulit, kulit kemerahan pada bagian yang terbakar, bengkak ringan,
nyeri namun kulit tidak terkoyak karena melepuh, tidak terdapat bula,
nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
2. Luka bakar derajat II
Luka bakar derajat II terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian
dermis dibawahnya, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses
eksudasi. Luka bakar derajat dua dibagi menjadi derajat dua dangkal (II
A) dan derajat dua dalam (II B). Umumnya memiliki gejala berupa kulit
kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang selama beberapa hari,
kulit terlihat lembab atau becek, nyeri, dan bercak-bercak berwarna
merah muda. Luka bakar derajat IIA mengenai pada lapisan epidermis
kulit dan lapisan corium tetapi masih menyisakan banyak elemen-
elemen epitel, sehingga luka membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk
bisa sembuh tanpa membentuk sikatriks. Luka bakar derajat IIB, sisa-
sisa jaringan epitel yang tersisa sedikit sehingga membutuhkan waktu
penyembuhan yang lebih lama, yaitu sekitar 3-4 minggu dan disertai
pembentukan parut hipertrofi.
3. Luka bakar derajat III
Luka bakar derajat III terjadi pada seluruh ketebalan kulit. Semua
organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk
melakukan regenerasi kulit secara spontan atau repitelisasi. Umumnya
memiliki gejala berupa daerah luka tampak berwarna putih, kulit hancur,
sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak dan biasanya tidak melepuh
(Anggowarsito, 2014).

29
k. Bagaimana klasifikasi dari trauma dan jenis trauma pada kasus ?
Jawab :
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan
kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin
luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Rahayuningsih, 2012) :
• Luka bakar derajat I (superficial thickness) ; Luka bakar derajat I
ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada lapisan
epidermis. Umumnya tidak disertai kelepuhan pada kulit, kulit
kemerahan pada bagian yang terbakar, bengkak ringan, nyeri namun
kulit tidak terkoyak karena melepuh, tidak terdapat bula, nyeri karena
ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
• Luka bakar derajat II (partial-thickness) : Luka bakar derajat II terjadi
pada lapisan epidermis dan sebagian dermis dibawahnya, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi. Umumnya memiliki gejala
berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang selama
beberapa hari, kulit terlihat lembab atau becek, nyeri, dan bercak-bercak
berwarna merah muda. luka bakar derajat II mengenai permukaan
superficial dermis disebut dengan partial thickness burn yang ditandai
dengan terbentuknya bula dan umumnya sembuh kurang dari 21 hari.
• Luka bakar derajat III (full-thickness) : Luka bakar derajat III terjadi
pada seluruh ketebalan kulit. Semua organ kulit sekunder rusak dan
tidak ada kemampuan lagi untuk melakukan regenerasi kulit secara
spontan atau repitelisasi. Umumnya memiliki gejala berupa daerah luka
tampak berwarna putih, kulit hancur, sedikit nyeri karena ujung saraf
telah rusak dan biasanya tidak melepuh.
Pada kasus terjadi luka bakar derajat 2 ditandai dengan adanya bullae
pada lengan kanan dan kiri.

30
l. Bagaimana pertolongan pertama pada kasus luka bakar ?
Jawab :
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu
tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap
meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang
terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama
sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Akan tetapi cara ini
tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya
terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka
bakar apapun.
4. Evaluasi awal
5. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen
spesifik luka bakar pada survey sekunder (Schraga, 2020).
m. Bagaimana fase fase pada luka bakar ?
Jawab :
Luka bakar terbagi dalam 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut.
• Fase akut/syok/awal : Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita
mendapatkan perawatan di IRD/ Unit luka bakar. Seperti penderita
trauma lainnya, penderita luka bakar mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan gangguan
circulation (sirkulasi). Gangguan airway dapat terjadi segera atau
beberapa saat seteah trauma, namun obstruksi jalan nafas akibat juga

31
dapat terjadi dalam 48-72 jam paska trauma. Cedera inhalasi pada luka
bakar adalah penyebab kematian utama di fase akut. Ganguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal
berdampak sistemik hingga syok hipovolemik yang berlanjut hingga
keadaan hiperdinamik akibat instabilisasi sirkulasi (Noer dan saputro,
2016).
• Fase subakut/flow/hipermetabolik : Fase ini berlangsung setelah syok
teratasi. Permasalahan pada fase ini adalah proses inflamasi atau infeksi
pada luka bakar, problem penutupan lukan, dan keadaan
hipermetabolisme (Noer dan saputro, 2016).
• Fase lanjut : pada fase ini penderita dinyatakan sembuh, namun
memerlukan kontrol rawat jalan. Permasalahan pada fase ini adalah
timbulnya penyulit seperti jaringan parut yang hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya kontraktur (Noer dan
saputro, 2016).
n. Bagaimana prosedur evakuasi saat terjadi kebakaran ?
Jawab :
1. Persiapan : Persiapan pasien sebaiknya berlangsung dalam 2 fase yang
berbeda. Fase pertama adalah fase pra-RS (pre-hospital), dimana seluruh
penanganan pasien sebaliknya berlangsung dalam koordinasi dengan
dokter di RS, fase kedua adalah fase RS, dimana dilakukan persiapan
untuk menerima pasien, sehingga dapat dilakukan resusitasi dengan cepat.
2. Triase : triase adalah cara pemilihan pasien berdasarkan kebutuhan terapi
dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada prioritas ABC.
Faktor yang memengaruhi triase adalah beratnya trauma, salvageability
serta ketersediaan sumber daya.
3. Primary survey : penilaian keadaan pasien dan prioritas terapi, didasarkan
jenis perlukaan, tanda – tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada pasien
yang terluka parah, sekuen prioritas terapi harus ditetapkan berdasarkan
penilaian secara menyeluruh. Proses ini merupakan ABCDE-nya
pengelolaan trauma dan berusaha mengenali kondisi life-threatening
dengan berpatokan pada urutan berikut :

32
a. Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical spine
protection)

b. Breathing, menjaga pernapasan dan ventilasi

c. Circulation dan kontrol perdarahan


d. Disability, status neurologis dan nilai GCS

e. Exposure/ environtment control : buka baju pasien terapi cegah


hipotermia.
4. Secondary survey : Secondary survey adalah pemeriksaan dari kepala
sampai kaki (Head to toe) pada pasien trauma, yaitu anamnesis dan
pemeriksaan fisik termasuk menilai fungsi vital. Setiap bagian tubuh tidak
boleh terlewat diperiksa.
5. Re-evaluation : penilaian ulang pasien dengan mencatat, melaporkan
setiap perubahan pada kondisi pasien dan respon terhadap resusitasi.
Monitoring dari tanda vital dan jumlah urin mutlak dilakukan. Pasien
trauma harus di re-evaluasi terus – menerus, sehingga gejala yang baru
segera dapat dikenali dan penurunan kondisi segera diketahui dan
secepatnya ditangani.
6. Terapi definitif : institusi merujuk berdasarkan kebutuhan pasien untuk
menerima perawatan di atas kemampuan yang dimiliknya. Untuk
keputusan merujuk diperlukan informasi detail tentang kemampuan
institusi termasuk peralatan, sumber daya dan personil dalam hal menilai
pasien trauma (American College of Surgeons Committee on Trauma,
2018).
o. Bagaimana klasifikasi dari trauma thorax ?
Jawab :
1) Immediate life threatening injures
- Obstruksi jalan nafas : disebabkan pembengkakan, peerdarahan yang
masuk ke saluran nafas. Akibatnya dari trauma laring (periksa orofaring
ada benda asing,dengarkan gerakan nafas pasien) ada stridor.
Tatalaksana dengan menyedot darah atau muntah.

33
- Tension pneumothorax : nyeri dada, takipneau, gangguan pernapasan,
takikardi, hipotensi, trakea menjauh dari sisi yang terkena trauma bisa
diakibatkan trauma dinding dada atau paru-paru. Terjadi jika tekanan
udara yang mengelilingi paru meningkat karena udara di rongga pleura
tidak dapat keluar tetapi udara dari dinding dada atau paru-paru terus
masuk.
- Open pneumothorax : adanya hubungan antara rongga pleura dengan
bronkus karena ada luka terbuka pada dada tekanan interpleura dengan
udara luar sama. Saat inspirasi tekanan negative, ekspirasi positif. Saat
inspirasi mediastinum normal, ekspirasi mediastinum ke sisi terluka
(sucking wound)
- Massive hemothorax : perdarahan >1500 ml menyebabkan masalah
breathing dan circulation. Gejala yang ditimbulkan hipotensi dan syok
- Flail chest and pulmonary contusion : flail chest karena trauma contoh
patah tulang rususk sehingga tidak punya kontinuitas, darah dan cairan
lain menumpuk di jaringan paru-paru mengganggu ventilasi dan bisa
hipoksia.
- Cardiac temponade : kompresi jantung karena acumulasi cairan di
saluran pericardial menyebabkan curah janung menurun, biasanya
karena luka tembus atau trauma tumpul. Menurunnya tekanan arteri,
pelebaran vena, suara jantung redup.
- Traumatic circulatory arrest : pasien trauma tidak sadar, nadi tak
teraba,hipovolemik, fibrilasi ventrikel, termasuk kedalam ini. Penyebab
hipoksia berat, tension pneumothorax, tempinade jantung, heniasi
jantung.
2) Potentially life threatening injures
- Hemothorax : efusi pleura < 1500 ml mneumpuk dirongga pleura.
Penyebab laserasi paru-paru, pembuluh darah intercostal atau internal,
arteri mammae.
- Blunt cardiac injury : terkait kecelakaan bermotor, jatuh dari ketinggian
yang menyebabkan contusio otot myocardial, pecahnya ruang jantung,
gejala hipotensi, gangguan pada ekg, sinus takikardi umumnya ditemui.

34
- Traumatic aortic disrumtion : penyebab kematian mnedadak setelah
kecelakaanatau jatuh dari ketinggian. Tanda radiografi yaitu
mediastinum melebar, depresi bronkus kekiri, elevasi bronkus kekanan
- Traumatic diaphragmatic injury : trauma tumpul menghasilkan tetesan
air matadan trauma tajam menghasilkan perforasi kecil (American
college of surgens committee on trauma, 2018)
p. Apa saja dampak trauma pada kasus ?
Jawab :
Luka bakar melibatkan banyak organ yang terpengaruh. Luka bakar
pada jaringan mempengaruhi fungsi koagulasi secara langsung dan
menyebabkan reaksi mikrovaskular disekitar dermis yang mengakibatkan
perluasan injuri. Luka bakar mengaktivasi respons sistemik yang
menyebabkan kehilangan barrier kulit, pelepasan mediator vasoaktif dari
luka infeksi yang mengikuti. Hasil dari proses ini adalah edema interstitial
pada organ dan jaringan lunak. Pada luka bakar juga terjadi kondisi
hipermetabolisme, dimana terjadi kenaikan cardiac ouput hampir dua kali
lipat disertai peningkatam resting energy expenditure (Kemenkes, 2019).
Dampak dari luka bakar :
• Infeksi (sepsis)
• Kerusakan kulit
• Kehilangan cairan elektrolit, protein
• Gagal nafas (ARDS)
• Gangguan lambung (curling ulcer)
• Kerusakan darah (anemia)
• Oedem paru (Yasti dkk, 2015).
2. Pak Budi juga mengeluh nyeri saat bernapas terutama di dada kanan dan dia juga
merasa sesak. Panggul kanan terasa sakit karena terbentur dan terdapat luka
terbuka dengan perdarahan aktif di daerah tungkai kanan bawah.
a. Apa makna pak Budi juga mengeluh nyeri saat bernapas terutama di dada
kanan dan dia juga merasa sesak ?
Jawab :

35
Maknanya adalah pada kasus diketahui bahwa pasien mengalami
trauma jatuh sehingga menimbulkan cedera pada dada kanan, hal ini
kemungkinan besar menyebabkan terjadinya fraktur costae dextra. Adanya
fraktur costae yang kemudian menyebabkan nyeri karena apabila terjadi
pergerakan tulang (saat bernafas) maka terjadi pula splinting pada toraks
yang akan menggangu ventilasi dan gerak dinding dada sehingga mudah
terjadi sesak. Selain itu, kebakaran yang terjadi pada kasus menyebabkan
pasien menghirup karbondioksida dan asap beracun sehingga akan
menyebabkan iritasi pada system pernafasan. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya inflamasi yang berujung pembengkakan pada saluran pernafaran
dan perlepasan mediator inflamasi seperti IL-1a, IL-6, IL.8 dan TNF-a yang
menyebabkan netrofil bermigrasi melalui epitel kelenjar dan masuk ke
lumen saluran pernafasan sehingga akan terjadi kerusakan pada saluran
pernafasan atas dan berpotensi menyebabkan obstruksi, sehingga pasien
merasa sesak (ACSCT, 2012; Nielson dkk, 2017).
b. Apa makna panggul kanan terasa sakit karena terbentur dan terdapat luka
terbuka dengan perdarahan aktif di daerah tungkai kanan bawah ?
Jawab :
Maknanya adalah, pak Budi mengalami trauma pelvis. Pada saat pak
Budi melompat dari lantai 2 maka panggul kanan dan daerah tungkai kanan
membentur benda keras (penekanan berlebihan sebagai akibat kemampuan
objek statis untuk menahan tubuh) yang mengakibatkan distrupsi jaringan
(terputusnya kontinuitas tulang) sehingga menyebabkan terdapat
pendarahan/luka pada daerah sekitar tungkai kanan bawah. Panggul terasa
sakit akibat peregangan local dari jaringan yang bengkak dan rangsangan
pada neuroseptor (reseptor nyeri perifer).
Makna terdapat luka terbuka dengan perdarahan aktif di daerah
tungkai kanan bawah adalah terdapat vulnus laceratum cruris dextra, hal ini
juga dapat dicurigai sebagai adanya fraktur pelvik pada pak Budi.

36
c. Bagaimana patofisiologi nyeri saat bernafas dan sesak ?
Jawab :
Kebakaran → menyelamatkan dengan melompat dari lantai 2 ke
lantai 1 → dada terbentur besi → terjadi interaksi antarabenda keras
dengan dada → kompresi anteroposterior dari ronggathorax → lengkung
costae akan lebih melekung kearah lateral → fraktur costae multiple dextra
→ adanya segmen yang mengambang → gangguan pergerakan dada → saat
inspirasi dinding dada mengembang → Gerakan costa yang patah
menimbulkan gesekan dengan jaringan sekitar → stimulasi nociceptor nyeri
→ nyeri dada saat bernafas (Sittah, 2016).
d. Bagaimana patofisiologi dari panggul kanan terasa sakit karena terbentur ?
Jawab :
Kebakaran → melompat dari lantai 2 (gaya akselerasi) → panggul
dan paha membentur benda keras (penekanan berlebihan) → pergerakan dari
jaringan tubuh → ditrupsi jaringan (terputusnya kontinuitas tulang) →
fraktur femur dan fraktur pelvis → kerusakan jaringan di sekitar lokasi
fraktur → merangsang sel mast di daerah rusak melepaskan histamin →
pembesaran pori kapiler → protein plasma masuk ke jaringan yang
meradang → akumulasi protein plasma di cairan intersial → perpindahan
cairan ke kapiler → edema local → peregangan local dari jaringan yang
bengkak dan rangsangan pada neuroseptor (reseptor nyeri perifer) → impuls
ke otak → panggul kanan terasa sakit (Sittah, 2016).
e. Bagaimana klasifikasi dari luka terbuka ?
Jawab :
Luka terbuka Yaitu luka yang terpapar oleh udara karena adanya
kerusakan pada kulit tanpa atau disertai kerusakan jaringan di bawahnya.
Luka terbuka merupakan jenis luka yang banyak dijumpai. Jenis-jenis luka
terbuka antara lain :
- Luka Lecet (Abrasi atau Ekskoriasis) Yaitu luka yang mengenai lapisan
kulit paling atas (epidermis) yang disebabkan oleh gesekan kulit dengan
permukaan yang kasar.

37
- Luka Insisi atau Luka Iris/Sayat (Vulnus scissum) Yaitu luka yang terjadi
karena teriris oleh benda yang tajam dan rata seperti silet atau pisau. Tepi
luka tampak teratur. Misalnya luka operasi.
- Luka Robek (Laserasi atau Vulnus laceratum) Yaitu luka yang
disebabkan oleh benturan keras dengan benda tumpul. Tepi luka biasanya
tidak teratur.
- Luka Tusuk (Vulnus punctum) Yaitu luka yang disebabkan oleh benda
runcing yang menusuk kulit, misalnya jarum atau paku.
- Luka karena Gigitan (Vulnus morsum) Yaitu luka yang terjadi akibat
gigitan hewan atau manusia. Bentuk luka tergantung dari bentuk dan
susunan gigi yang menggigit.
- Luka Tembak Yaitu luka karena peluru dari tembakan senjata api.
- Luka Bakar (combustio) Yaitu luka yang terjadi karena kontak dengan
api atau benda panas lainnya, zat kimia, terkena radiasi, aliran listrik atau
petir (Abdurrahmat, 2014).
f. Bagaimana patofisiologi luka terbuka di daerah tungkai kanan bawah ?
Jawab :
Trauma thermal (kebakaran) → cidera luka bakar → mengenai kulit
→ kerusakan pembuluh darah di sekitar → peningkatan permeabilitas
kapiler → perpindahan cairan sel dari intravascular ke intersitial →
vesikularisasi → vesikuler pecah dalam keadaan luas → luka terbuka dengan
perdarahan (Silbernagl, 2013).
g. Apa saja klasifikasi dari luka secara umum ?
Jawab :
Menurut (Hoediyanto, 2012) klasifikasi luka adalah sebagai berikut:
1) Vulnus Excoriasi (Luka Lecet) : Vulnus Excoriasi atau di singkat “VE”
adalah luka yang di akibatkan terjadi gesekan dengan benda keras. Cara
mengidentifikasikan Vulnus Excoriasi adalah luka yang memiliki
Panjang dan Lebar, Berbeda dengan “VL” yang memiliki kedalaman luka.
Sebagai contoh luka lecet akibat terjatuh dari motor sehingga terjadi
gesekan antara anggota tubuh dengan aspal.

38
2) Vulnus Punctum (Luka Tusuk) : Vulnus Punctum atau di singkat “VP”
adalah luka akibat tusukan benda tajam, yang mengakibatkan luka sempit
dan dalam.
3) Vulnus Contussum (Luka Kontusiopin) : Vulnus Contussum atau di
singkat “VC” adalah luka akibat pecahnya pembuluh darah di bawah kulit,
tidak terjadi robekan dan pendarahan keluar. Vulnus Contussum terjadi
akibat benturan keras sehingga menimbulkan warna merah kehitaman
atau kebiruan pada kulit.
4) Vulnus Insivum (Luka Sayat) : Vulnus Insivum atau di singkat “VI”
adalah jenis luka kecil dan tipis yang di sengaja dalam proses pengobatan.
5) Vulnus Schlopetorum Vulnus Schlupetorum atau di singkat “VS” adalah
jenis luka yang dalam akibat terkena peluru atau tembakan senjata.
6) Vulnus Morsum (Luka Gigitan) : Vulnus Morsum atau di singkat “VM”
adalah jenis luka yang disebabkan oleh gigitan gigi, baik itu oleh manusia
ataupun hewan.
7) Vulnus Perforatum Vulnus Perforatum adalah luka tembus yang merobek
dua sisi tubuh yang disebabkan oleh senjata tajam seperti panah, tombak
atau pun proses infeksi yang sudah meluas sehingga melewati selaput
serosa/epithel organ jaringan tubuh.
8) Vulnus Amputatum : Vulnus Amputatum adalah luka yang di akibatkan
terputusnya salah satu bagian tubuh, biasa di kenal dengan amputasi.
Luka yang di sebabkan oleh amputasi di sebut Vulnus Amputatum.
9) Vulnus Combustion (Luka Bakar) : Vulnus Combustion adalah jenis luka
bakar yang di akibatkan rusaknya jaringan kulit akibat thermis, radiasi,
elektrik ataupun kimia.
10) Vulnus Laceratum (Laserasi) : Vulnus Laceratum atau di singkat “VL”
adalah luka yang mengakibatkan robek pada kulit dengan identifikasinya
memiliki dimensi panjang, lebar dan dalam. Biasanya Vulnus Laceratum
diakibatkan karena terjatuh, terkena ranting pohon, terkena batu sehingga
menimbulkan robekan pada kulit.

39
3. Lima belas menit kemudian ia dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan sadar dan
mengeluh suaranya menjadi parau, sesak dan saat batuk keluar dahak berwarna
kehitaman. Menurut istrinya, berat badan Pak Budi 60 Kg.
a. Apa makna lima belas menit kemudian ia dibawa ke UGD RSMP dalam
keadaan sadar dan mengeluh suaranya menjadi parau, sesak dan saat batuk
keluar dahak berwarna kehitaman ?
Jawab :
Makna lima belas menit dari kejadian dengan keadaannya saat itu
menunjukkan bahwa keadaannya masih dalam kondisi baik, gejala dari syok
hipovolemia yang sedang dan berat belum terlihat karena kesadarannya
masih baik, dan reaksi inflamasi akibat trauma sudah mulai berlangsung
sehingga membutuhkan tatalaksana dan penanganan dengan cepat.
Tatalaksana dan penanganan yang diberikan termasuk dalam kategori dalam
tanggap darurat.
Suara parau bermakna adanya gangguan pada airway yaitu obstruksi
jalan napas, sputum berwarna kehitaman menandakan bahwa mukus yang
dihasilkan dari saluran napas mengandung karbon dari hasil pembakaran.
Kedua hal tersebut merupakan tanda klinis dari trauma inhalasi.
Tanda-tanda dari trauma inhalasi adalah sebagai berikut:
1. Luka bakar pada wajah
2. Alis mata dan bulu hidung hangus
3. Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda inflamasi akut di dalam
orofaring
4. Sputum yang mengandung arang atau karbon
5. Wheezing, sesak dan suara serak
6. Adanya riwayat terkurun dalam kepungan api
7. Ledakan yang menyebakan trauma bakar pada kepala dan badan
8. Tanda-tanda keracunan CO (karboksihemoglobin > 10 % setelah berada
dalam lingkungan api) seperti kulit berwarna pink sampai merah,
takikardi, takipnea, sakit kepala, mual, pusing, pandangan kabur,
halusinasi, ataksia, kolaps sampai koma (Mahartha dkk, 2016).

40
b. Hubungan berat badan Pak Budi 60 Kg terhadap trauma yang dihadapi ?
Jawab :
Berat badan pak budi sebagai menentukan kebutuhan cairan pada
penderita luka bakar 8 jam pertama dan selanjutnya dengan formula
parkland : 4 ml x BB/kg x % LLB ( 8 jam pertama diberikan ½) sisanya 16
jam selanjutnya.
c. Bagaimana patofisiologi dari suara menjadi parau sesak dan batuk keluar
dahak berwarna kehitaman ?
Jawab :
Suara parau :
Kebakaran → terpapar panas → trauma inhalasi → aktivasi reaksi
inflamasi → peningkatan permeabilitas kapiler → edema laring → gangguan
getaran udara di vocal cord → suara parau (Silbernagl, 2013).
Sesak :
Kebakaran → Inhalasi CO → CO mengikat Hb → Hb tidak mampu
mengikat O2 → hipoksia otak → sesak (Silbernagl, 2013).
Dahak bewarna kehitaman:
Kebakaran → terpapar panas → trauma inhalasi → peningkatan
permeabilitas kapiler di bronkus → peningkatan sekresi mukus →
terkontaminasi CO → dahak bewarna kehitaman (Silbernagl, 2013).
d. Bagaimana klasifikasi dari batuk berdahak berdasarkan warnanya ?
Jawab :
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson:
- Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi.
- Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini
dikarenakan adanya verdoperoksidase, sputum hijau sering ditemukan
pada penderita bronkhiektasis.
- Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
- Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronkitis
kronik.
- Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/bronkhiektasis.
- Sputum berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada tuberculosis.

41
- Sputum bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk
untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis.
- Sputum berbusa putih berasal dari obstruksi atau bahkan edema.
- Sputum hitam merupakan tanda adanya trauma inhalasi (Price, 2012).
e. Apa etiologi dari suara parau ?
Jawab :
Suara parau adalah gangguan yang menyebabkan terjadinya
perubahan suara. Suara parau biasanya terdengar serak, kasar dengan nada
lebih rendah dari biasanya yang muncul setiap tarikan atau hembusan napas.
Etiologi suara parau atau serak dapat bermacam-macam yang prinsipnya
mengenai laring dan sekitarnya. Penyebabnya antara lain seperti radang,
tumor (neoplasma), paralisis otot-otot laring, kelainan laring seperti sikatrik
akibat operasi. Fiksasi pada sendi krikokarteritenoid dan lain-lain. Setiap lesi
pada laring dapat mempengaruhi pergerakan gelombang suara yang
menyebabkan penyimpanan modulasi udara melalui glotis. Hal ini meliputi
inflamasi dan masa pita suara, gangguan asimetris dan simetris laring.
Etiologi dari batuk berdahak kehitaman adalah adanya debu yang masuk ke
saluran pernapasan atau akibat adanya partikel-partikel akibat kebakaran
yang masuk ke saluran nafas (Hermani, 2011).
f. Bagaimana prinsip resusitasi cairan akibat luka bakar berdasarkan berat
badan ?
Jawab :
Prinsip dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Serta
menggantikan cairan yang hilang akibat luka bakar. Prinsip dari pemberian
cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang
hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan
paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka
bakar.
Bagian exposure extremitas : pada lengan anterior atas-bawah bagian
kanan dan kiri —> 4,5 + 4,5 = 9%

42
rumus baxter :
4 ml x Berat badan (Kg) x % presentase luas luka bakar.
4 ml x 60 kg x 9% = 2160
- Pada 8 jam pertama : ½ x 2160 = 1080 ml
- Pada 16 jam berikutnya : ½ x 2160 = 1080 ml (Schraga, 2020).
g. Apa saja jenis cairan resusitasi yang dapat digunakan pada luka bakar ?
Jawab :
1. Ringer laktat : diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang saat mengalami luka, cedera atau menjalani operasi.
2. Nacl
3. Cairan Kristaloid : umumnya digunakan untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit, mengembalikan pH, mendehidrasitubuh,
dan sebagai cairan resusitasi. Cairan kristaloid memiliki
komposisi yang mirip cairan ekstraseluler. Kristaloid digunakan
sebagai cairan resusitasi awal pada pasien dengan hemoragik dan
syok septic,luka bakar, cedera kepala ( untuk mempertahankan
tekanan perfusi serebral) dan pada pasien yang menjalani
plasmaferesis dan reseksi hati.
Pemilihan cairan resusitasi yang digunakan adalah yang
dapat secara efektif mengembalikan volum plasma pada pasien tanpa
munculnya efek samping. Cairan kristaloid, hipertonik dan koloid
sering digunakan untuk memenuhi tujian ini. Penggunaan yang
cukup populer dan direkomendasikan yaitu cairan ringer lactat (RL)
yang mengandung 130 meq/L sodium (Kemenkes, 2019).
Pada 24 jam pertama penderita luka bakar derajat II dan III
memerlukan cairan Ringer laktat 2-4 mL perkilogram berat badan
tiap persen luka bakar untuk mempertahankan volume darah
sirkulasi dan fungsi ginjal. Separuh cairan diberikan dalam 8 jam
pertama setelah terjadinya trauma, separuh sisanya diberikan dalam
waktu L5 jam berikutnya. Luka bakar derajat III dan adanya
komplikasi pada paru-paru memerlukan resusitasi cairan cepat dan
dalam jumlah banyak, sehingga sebaiknya resusitasi dimulai dengan

43
4mL/kg sambil dinilai respons penderita sesering mungkin (ATLS,
2018).
4. Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey:
• Airway: bisa berbicara parau, terdapat sputum berwarna kehitaman
(carbonaceous sputum)
• Breathing: RR 26x/menit, suara napas kanan dan kiri vesikuler, bunyi
jantung tidak menjauh
• Circulation: Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 114x/menit, ekstremitas
terlihat pucat dan teraba dingin, sumber perdarahan yang terlihat di tungkai
bawah kanan.
• Disability: membuka mata secara spontan, bisa menggerakkan ekstremitas
sesuai perintah. Pupil isokor, refleks cahaya (+).
• Exposure:
- Hematom di daerah panggul dan paha kanan atas serta vulnus laceratum di
daerah tungkai kanan bawah.
- Tampak luka bakar pada lengan kanan dan kiri, bullae (+) terasa sakit
- Alis dan bulu hidung terbakar
- Suhu: 36,7o C
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaaan fisik : primary survey ?
Jawab :
No. Pemeriksaan Primary Survey Interpretasi
1 Airway: Abormal :
- bisa berbicara parau, - Berbicara parau : edema laring
- terdapat sputum berwarna - Terdapat sputum berwarna
kehitaman (carbonaceous kehitaman (carbonaceous
sputum) sputum) : tanda dan gejala
trauma inhalasi
2 Breathing:
- RR 26x/menit, - takipnea
- suara napas kanan dan kiri - normal
vesikuler,

44
- bunyi jantung tidak menjauh - normal
3 Circulation:
- Tekanan darah 100/60 mmHg, - Hipotensi, normal: 120/80
mmHg.
- Nadi 114x/menit, - Takikardi, normalnya 60-
100x/menit
- ekstremitas terlihat pucat dan - Tanda-tanda syok
teraba dingin,
- sumber perdarahan yang - Abnormal, explore sumber
terlihat di tungkai bawah kanan. pendarhan
4 Disability:
- membuka mata secara spontan, - Eye : 4
- bisa menggerakkan ekstremitas - Motorik : 6
sesuai perintah.
- Pupil isokor, refleks cahaya (+). - Normal
5 Exposure:
- Hematom di daerah panggul - Abnormal (Curiga fraktur
dan paha kanan atas serta pelvis, frakur femur)
vulnus laceratum di daerah
tungkai kanan bawah.
- Tampak luka bakar pada lengan - Abnormal, luka bakar derajat
kanan dan kiri, bullae (+) terasa 2A luas 9%
sakit
- Alis dan bulu hidung terbakar - Indikasi trauma inhalasi
- Suhu: 36,7o C - Normal

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaaan fisik : primary survey ?


Jawab :
• Carbonaceous Sputum :
Luka bakar → menghirup CO → trauma inhalasi → refleks penutupan
plica & spasme laring berhenti → edema laring → akumulasi lendir →
bercampur CO → carbonaceous sputum (Silbernagl, 2013).

45
• Parau :
Luka bakar → CO → trauma inhalasi → refleks penutupan plica &
spasme laring berhenti → edema laring → parau (Silbernagl, 2013).
• Takipnea :
Mengalami luka bakar di sekitar wajah → menghirup asap panas CO
yang terlalu banyak → trauma inhlasi → edema laring → obstruksi jalan
napas → kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 → takipnea
(Silbernagl, 2013).
• Bullae (+) :
Mengalami luka bakar → kerusakan sel kulit → inflamasi →
peningkatan permeabilitas kapiler → cairan berpindah dari intravaskuler
ke intertisial → pembengkakan dan kulit menjadi kemerahan → bullae
(+) (Silbernagl, 2013).
c. Bagaimana cara mengevaluasi dari penanganan airway dan breathing ?
Jawab :
Airway :
1. Langkah pertama : harus dinilai adalah kelancaran jalan
2. Langkah kedua :proteksi servikal
- Pertahankan posisi kepala.
- Pasang neck collar dan pakai long spine board.
3. Langkah ketiga : lakukan penilaian airway Prinsip utama penanganan
Airway pada dasarnya adalah untuk membebaskan jalan nafas dan
mempertahankannya agar tetap bebas. Jika ada obstruksi jalan nafas maka
lakukan:
- Chin-lift dan Jaw trust manuver untuk mengangkat lidah yang jatuh
(apabila terdengar suara nafas tambahan berupa snooring atau
mengorok).
- Suction cairan atau darah apabila terdapat perdarahan dan terdengar
suara tambahan berupa grugling (bunyi kumur-kumur karena adanya
cairan).
- Oropharingeal airway (OPA) membantu ventilasi dengan menahan
lidah yang jatuh kebelakang, menutup jalan nafas.

46
- Nasopharyngeal airway
- Devinitive airway (jalan nafas definitif)
- Nasotrakheal airway
- Oro-trakheal airway
- Crichotyroidectomy
- Trakeostomi (American College of Surgeons Committee on Trauma,
2018).
Breathing :
Potensi jalan nafas saja tidak memastikan ventilasi yang adekuat.
Diperlukan pertukaran gas yang memadai untuk memaksimalkan oksigenasi
dan eliminasi karbon dioksida. Ventilasi membutuhkan fungsi yang
memadai paru-paru, dinding dada, dan diafragma; karena itu, dokter harus
cepat memeriksa dan mengevaluasi setiap komponen. Setiap pasien harus
mendapatkan oksigen tambahan. Jika pasien tidak di intubasi, oksigen harus
diberikan melalui sungkup untuk mencapai oksigenasi yang optimal.
Gunakan pulse oximeter untuk memonitor saturasi oksigen yang adekuat
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2018).
d. Bagaimana cara mengevaluasi dari penanganan circulation, disability, dan
exposure ?
Jawab :
Circulation :
1) Tekanan langsung pada tempat perdarahan eksternal
2) Mengenal adanya perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah,
serta konsultasi bedah
3) Memasang 2 kateter IV ukuran besar
4) Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin, analisis kimia,
tes kehamilan, golongan darah dan cross-match, dan analisis gas darah
5) Memberikan cairan dengan cairan RL yang dihangatkan dan pemberian
darah
6) Cegah hipotermia
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2018).

47
Disability :
Evaluasi neurologis yang cepat menetapkan tingkat kesadaran dan
ukuran dan reaksi pupil; mengidentifikasi tanda-tanda lateralisasi; dan
menentukan tingkat cedera sumsum tulang belakang, jika ada. GCS adalah
metode yang cepat, sederhana, dan objektif menentukan tingkat kesadaran.
Motor skor GCS berkorelasi dengan hasil. Penurunan dalam tingkat
kesadaran pasien dapat menunjukkan penurunan oksigenasi otak dan / atau
perfusi, atau mungkin disebabkan oleh cedera otak langsung. Sebuah tingkat
kesadaran yang berubah menunjukkan perlunya segera mengevaluasi
kembali oksigenasi pasien, ventilasi, dan status perfusi.
Hipoglikemia, alkohol, narkotika, dan obat-obatan lain juga dapat berubah
tingkat kesadaran pasien. Sampai terbukti tidak, selalu menganggap bahwa
perubahan tingkat kesadaran adalah hasil dari cedera sistem saraf pusat
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2018).
Exposure :
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara
menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka,
penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia. Tambahan
yang perlu dipasang pada primary survey dan resusitasi. - Monitor EKG -
Kateter urin untuk menilai urin output dan keberhasilan resusitasi
Monitoring laju napas, nadi, tekanan nadi, tekanan darah , ABG, suhu tubuh,
dan urin output. Laju napas dan ABG berfungsi untuk menilai airway dan
breathing. Saturasi oksigen dapat dimonitor dengan pulse oxymetri
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2018).
e. Apa saja jenis jenis syok dan tanda tanda dari syok ?
Jawab :
Klasifikasi syok yang dibuat berdasarkan penyebabnya adalah
sebagai berikut :
1. Syok Hipovolemik atau oligemik : perdarahan dan kehilangan cairan
yang banyak akibat sekunder dari muntah, diare, luka bakar, atau
dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel tidak adekuat, seperti
penurunan preload berat, direfleksikan pada penurunan volume, dan

48
tekanan end diastolic ventrikel kanan dan kiri. Perubahan ini yang
menyebabkan syok dengan menimbulkan isi sekuncup (stroke volume)
dan curah jantung yang tidak adekuat.
2. Syok Kardiogenik : syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja
jantung sistolik. Tekanan arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung
berkurang di bawah 1,8 L/menit/ m2, dan tekanan pengisian ventrikel kiri
meningkat. Pasien sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urin kurang
dari 20 ml/ jam, ekstremitas dingin dan sianotik. Penyebab paling sering
adalah 40% lebih karena miokard infark ventrikel kiri, yang
menyebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri yang berat, dan
kegagalan pompa ventrikel kiri. Penyebab lainnya miokarditis akut dan
depresi kontraktilitas miokard setelah henti jantung dan pembedahan
jantung yang lama. Bentuk lain bisa karena gangguan mekanis ventrikel.
Regurgitasi aorta atau mitral akut, biasanya disebabkan oleh infark
miokard akut, dapat menyebabkan penurunan yang berat pada curah
jantung forward (aliran darah keluar melalui katub aorta ke dalam
sirkulasi arteri sistemik) dan karenanya menyebabkan syok kardiogenik.
3. Syok Obstruktif Ekstra Kardiak : syok ini merupakan ketidakmampuan
ventrikel untuk mengisi selama diastole, sehingga secara nyata
menurunkan volume sekuncup (Stroke Volume) dan berakhirnya curah
jantung. Penyebab lain bisa karena emboli paru masif.
4. Syok Distributif : bentuk syok septic, syok neurogenik, syok anafilaktik
yang menyebabkan penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer.
Patogenesis syok septic merupakan gangguan kedua system vaskuler
perifer dan jantung.
Manifestasi klinis syok adalah
1. Syok Hipovolemik : manifestasi klinik dari syok adalah hipotensi, pucat,
berkeringat dingin, sianosis, kencing berkurang, oligouria, ganggua
kesadaran, sesak nafas
2. Syok Septik/ Syok Bakteremik
• Fase Hiperdinamik/ Syok panas (warm shock) gejala dininya ialah
hiperventilasi, tekanan vena sentral meninggi, indeks jantung naik,

49
alkalosis, oligouria, hipotensi, daerah akral hangat, tekanan perifer
rendah, laktikasidosis
• Fase Hipodinamik: Tekanan vena sentral menurun, hipotensi, curah
jantung berkurang, vasokonstriksi perifer, daerah akral dingin, asam
laktat meninggi, keluaran urin berkurang.
3. Syok Neurogenik : tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat,
bradikardi, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah
cepat. Pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler, dan vena, maka kulit
terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
4. Syok Kardiogenik : pasien tidak sadar atau hilangnya kesadaran secara
tiba- tiba, Sianosis akibat dari aliran perifer berhenti dan dingin (Fitria,
2010).
f. Bagaimana derajat dari syok hipovolemik dan pada kasus ?
Jawab :

Gambar 2.6 Klasifikasi Syok Hipovolemik


Sumber : (American College Of Surgeons Committee On Trauma, 2018).
Pada kasus termasuk syok hipovolemik kelas II.
5. Secondary Survey:
- Kepala:
• Tidak terdapat jejas

50
• Mata: Alis terbakar
• Telinga dan hidung: bulu hidung terbakar
• Mulut: terpasang ETT
- Leher: dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
- Thoraks:
• Inspeksi: ada jejas di thoraks dekstra bagian tengah , frekuensi 26x/menit,
gerak dada kanan sedikit tertinggal karena sakit
• Palpasi: nyeri tekan di daerah dada kanan, krepitasi ada, stem fremitus
sama kanan dan kiri.
• Perkusi: sonor kanan dan kiri
• Auskultasi: suara paru vesikuler, suara jantung jelas, reguler
- Abdomen:
• Inspeksi: datar
• Palpasi: lemas, nyeri tekan (+) di bagian bawah kanan.
• Perkusi: timpani
• Auskultasi: bising usus normal terdengar di seluruh bagian abdomen
- Pelvis:
• Inspeksi: tampak jejas di daerah perut bawah kanan dan panggul kanan,
• Palpasi: nyeri tekan (+) di daerah panggul kanan, dan abdomen kanan
bawah
• ROM: pergerakan panggul kanan terbatas karena sangat sakit.
- Ekstremitas superior : Terdapat luka bakar pada lengan anterior atas dan
bawah di bagian kanan dan kiri. Ditemukan warna kulit kemerahan dan
terdapat bullae dan terasa nyeri.
- Ekstremitas inferior :
Regio Femur Dekstra
• Inspeksi: tampak deformitas, soft tissue swelling
• Palpasi : Nyeri tekan, arteri dorsalis pedis teraba
• ROM : Aktif terbatas di daerah sendi lutut dan panggul
Regio cruris dekstra
• Inspeksi : tampak vulnus laseratum dengan perdarahan aktif.

51
• Palpasi : nyeri tekan (+)
• ROM : pergerakan tungkai kanan terbatas karena adanya luka terbuka
- Genitalia: OUE darah (-), skrotum tidak tampak hematom dan edema
- Colok dubur: sphincter ani menjepit, ampula kosong, prostat teraba, tidak
teraba tonjolan tulang
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaaan fisik : Secondary Survey ?
Jawab :
Hasil pemeriksaan Interpretasi

Kepala - Tidak terdapat jejas Normal


- Mata: Alis terbakar Trauma
- Telinga dan hidung: bulu hidung inhalasi
terbakar
- Mulut: terpasang ETT

Leher Dalam batas normal, vena jugularis Normal


datar
(tidak distensi)
Thoraks - Inspeksi: ada jejas di thoraks dekstra Trauma tumpul
bagian tengah, frekuensi 26x/menit, dan takipnea
gerak dada kanan sedikit tertinggal
karena sakit
- Palpasi: nyeri tekan di daerah dada Fraktur costae
kanan, krepitasi ada, stemfremitus dextra dan
sama kanan dan kiri. normal
- Perkusi: sonor kanan dan kiri
- Auskultasi: suara paru vesikuler, Normal
suara jantung jelas, reguler

Abdomen - Inspeksi: datar Normal


- Palpasi: lemas, nyeri tekan (+) di Fraktur pelvis
bagian bawah kanan. dextra

52
- Perkusi: timpani
- Auskultasi: bising usus normal Normal
terdengar di seluruh bagian abdomen

Pelvis - Inspeksi: tampak jejas di daerah


perut bawah kanan dan panggul
kanan, Fraktur pelvis
- Palpasi: nyeri tekan (+) di daerah dextra
panggul kanan, dan abdomen kanan
bawah
- ROM: pergerakan panggul kanan
terbatas karena sangat sakit.

Ekstremitas Terdapat luka bakar pada lengan Terjadi reaksi


superior anterior atas dan bawah di bagian inflamasi akibat
kanan dan kiri. Ditemukan warna kulit luka bakar.
kemerahan dan terdapat bullae dan Lengan kanan:
terasa nyeri. 4,5%
Lengan kiri: 4,5
%
Warna kulit
kemerahan dan
terdapat bullae:
luka bakar
derajat II
Ekstremitas Regio femur sinistra
inferior Inspeksi : tampak deformitas, soft Frakur os femur
tissue swelling
Palpasi : nyeri tekan , arteri dorsalis
pedis
teraba

53
ROM : aktif terbatas didaerah sendi Vulnus
lutut dan panggul laseratum

Regio cruris sinistra


Inspeksi : tampak vulnus laseratum
dengan perdarahan aktif, perdarahan
aktif (+) pada tungkai kiri
Palpasi : nyeri tekan (+)
ROM : Pergerakan tungkai kiri terbatas
karena adanya luka terbuka

Genitalia OUE darah (-), skrotum tidak tampak Normal


hematom dan edema
Colok sphincter ani menjepit, ampula kosong, Normal
dubur prostat teraba, tidak teraba tonjolan
tulang

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaaan fisik : Secondary


Survey ?
Jawab :
• Alis mata dan bulu hidung terbakar
Kebakaran → menyambar muka → alis dan bulu hidung terbakar
(Silbernagl, 2013).

• Takipnea
kebakaran → terhirup asap panas → trauma inhalasi → penurunan
oksigen → gangguan ventilasi → RR meningkat → takipnea (Silbernagl,
2013).

• Gerak dada kanan tertinggal


Trauma tumpul di thorax → luka pada jar. paru-paru → darah berkumpul
→ menekan paru → nyeri → sebelah dada tertinggal (Silbernagl, 2013).

54
• nyeri tekan dan jejas
Trauma di pelvis → peningkatan tekanan pada perut bawah dan pelvis
→ fraktur tertutup → nyeri tekan dan jejas (Silbernagl, 2013).

• Nyeri dan kemerahan


Luka bakar → sel kulit rusak → imflamasi → nyeri dan kemerahan
(Silbernagl, 2013).
c. Bagaimana prosedur pemasangan ETT ?
Jawab :
1.Posisikan pasien telentang dengan kepala ekstensi
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas memakai masker dan sarung tangan
4. Lakukansuction jika diperlukan
5. Lakukan intubasia.
• Buka blade, pegang tangkai laringoskop dengan tenang
• Buka mulut pasien
• Masukkan blade pelan-pelan menyusuri dasar lidah, ujung blade sudah
di pangkal lidah, geser lidah pelan-pelan kearah kiri
• Angkat tangkai laringoskop ke depan sehingga menyangkut ke seluruh
lidah ke depan sehingga rona glottis terlihat
• Ambil pipa ETT sesuai ukuran yang sudah ditentukan sebelumnya
• Masukkan dari sudut mulut kanan arahkan ujung ETT menyusur ke
rima glottis masuk ke celah pita suara
• Dorong pelan sehingga seluruh balon STT di bawah pita suara
• Cabut stylet
• Tiup balon ETT sesuai volumenya
• Cek dengan stetoskop dan dengarkan aliran udara yang masuk lewat
ETT apakah sama antara paru kanan dan kiri
• Fiksasi ETT dengan plester
• Hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen
• Cuci tangan sesudah melakukan intubasi
(Latief, 2017).

55
d. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan ETT ?
Jawab :
Indikasi :

Indikasi utama penggunaan ETT (endotracheal tube) adalah untuk


mengamankan jalan napas definitif. Alasan utama untuk mengamankan jalan
napas definitif adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan patensi jalan
napas, ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas terhadap aspirasi,
kegagalan ventilasi, kegagalan oksigenasi, dan antisipasi memburuknya
jalan napas yang menyebabkan gagal napas.

- Henti jantung, bila ventilasi kantung nafas tidak memungkinkan atau


tidak efektif.
- Pasien sadar dengan gangguan pernafasan dan pemberian oksigen yang
tidak adekuat dengan alat-alat ventilasi yang tidak invasif.
- Pasien yang tidak bisa mempertahankan jalan nafas (koma)
- GCS <8
- Trauma Inhalasi (American College of Surgeons Committee on Trauma,
2018).
Kontraindikasi :

Kontraindikasi utama untuk menghindari pemasangan ETT dengan


pendekatan nasotrakeal termasuk trauma wajah, fraktur basis cranii,
epistaksis aktif, hematoma leher yang meluas, trauma orofaringeal, dan
pasien apnea (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2018).
e. Bagaimana prosedur pemeriksaan ROM ?
Jawab :
ROM pada bagian jari-jari (Fleksi dan Ekstensi):
1. Pegang jari-jari tangan pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang pergelangan.

2. Bengkokkan (tekuk/fleksikan) jari-jari ke bawah.

3. Luruskan jari-jari (ekstensikan) kemudian dorong ke belakang


(hiperekstensikan).

56
4. Gerakkan ke samping kiri kanan (Abduksi-adduksikan).

5. Kembalikan ke posisi awal.


ROM pada pergelangan kaki (Fleksi dan Ekstensi) :
1. Letakkan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain
di atas
2. Pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan rileks.
3. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada atau ke
bagian atas tubuh pasien.
4. Kembalikan ke posisi awal.
5. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. Jari dan telapak kaki
diarahkan ke bawah.
ROM pada pergelangan kaki (Infersi dan Efersi) :
1. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan tangan kita (pelaksana)
dan pegang pergelangan kaki pasien dengan tangan satunya.
2. Putar kaki dengan arah ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke
kaki lainnya.
3. Kembalikan ke posisi semula.
4. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
5. Kembalikan ke posisi awal.
ROM pada bagian paha (Rotasi) :
1. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki pasien dan satu
tangan yang lain di atas lutut pasien.
2. Putar kaki ke arah pasien.
3. Putar kaki ke arah pelaksana.
4. Kembalikan ke posisi semula.
ROM pada paha (Abduksi dan Adduksi) :
1. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada
tumit.
2. Angkat kaki pasien kurang lebih 8 cm dari tempat tidur dan pertahankan
posisi tetap lurus. Gerakan kaki menjauhi badan pasien atau ke samping
ke arah perawat.
3. Gerakkan kaki mendekati dan menjauhi badan pasien.

57
4. Kembalikan ke posisi semula.
5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
ROM pada bagian lutut (Fleksi dan Ekstensi)
1. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
2. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
3. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada pasien sejauh mungkin dan
semampu pasien.
4. Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap mengangkat kaki ke atas.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
(Kasiati & Ni, 2016).
6. Pemeriksaan tambahan :
Foto Thoraks AP

Foto Pelvis AP

58
Foto femur dekstra AP / LAT

Foto cruris dekstra AP lateral

Pada saat dipasang kateter urin: keluar urin jernih sebanyak 50 cc


a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tambahan ?
Jawab :
No Pemeriksaan Interpretasi
1 Foto Thoraks AP Tidak ditemukan pneumotoraks,
hemotoraks dan flail chest, suspek
fraktur costae 5-7

2 Foto Pelvis Ap Fraktur pelvis dextra


3 Foto Femur Dextra Fraktur tertutup complete 1/3
AP/LAT proksimal os femur dextra
4 Foto Cruris Dextra AP Cruris swelling
Lateral
5 Pemasangan kateter Tidak ada trauma atau obstruksi
urin → keluar urin pada saluran kemih (normal)
jernih sebanyak 50 cc

59
7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ?
Jawab :
• Anamnesis : terjadi kebakaran, api menyambar muka dan lengan. Pasien
menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2 dan terjatuh
dengan dada kanan dan panggul kanan membentur besi tangga. Lengan
kanan dan kiri mengalami luka bakar dan terasa nyeri. Pasien mengeluh
nyeri saat bernapas terutama di dada kanan dan panggul kanan terasa
sakit. 15 menit kemudian dibawa ke UGD RSMP, suara menjadi parau
dan waktu batuk keluar dahak berwarna kehitaman.

• Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey:
- Airway: bisa berbicara parau, terdapat sputum berwarna kehitaman
(carbonaceous sputum) → tanda trauma inhalasi.
- Breathing: RR 26x/menit, suara napas kanan dan kiri vesikuler, bunyi
jantung tidak menjauh → takipneu, suara navas vesikuler menandakan
tidak adanya pneumothorax, bunyi jantung tidak menjauh menandakan
tidak adanya tamponade jantung.
- Circulation: Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 114x/menit,
ekstremitas terlihat pucat dan teraba dingin, sumber perdarahan yang
terlihat di tungkai bawah kanan. → hipotensi, takikardi, akral dingin
(merupakan tanda syok, kemungkinan yg terjadi syok hemoragik,
explore sumber perdarahan).
- Disability: membuka mata secara spontan, bisa menggerakkan
ekstremitas sesuai perintah. Pupil isokor, refleks cahaya (+). → untuk
menilai GCS E V M.
- Exposure:
• Hematom di daerah panggul dan paha kanan atas serta vulnus laceratum
di daerah tungkai kanan bawah. → hematoma di panggul curiga fraktur
pelvis segera konfirmasi dengan rontgen pelvis, hematom paha kanan
curiga fraktur femur konfirmasi dengan rontgen femur, vulnus laceratum
daerah tungkai bawah bisa juga curiga fraktur tibia fibula segera rontgen

60
• Tampak luka bakar pada lengan kanan dan kiri, bullae (+) terasa sakit →
luka bakar derajat 2A luas 18%
• Alis dan bulu hidung terbakar → trauma inhalasi
• Suhu: 36,7o C → segera buka pakaian pasien yg kotor dan basah untuk
mencegah hipotermia
Secondary Survey:
- Kepala :
o Tidak terdapat jejas
o Mata: Alis terbakar → trauma inhalasi
o Telinga dan hidung: bulu hidung terbakar → trauma inhalasi
o Mulut: terpasang ETT → airway aman
- Leher : dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
- Thoraks :
o Inspeksi: ada jejas di thoraks dekstra bagian tengah , frekuensi
26x/menit, gerak dada kanan sedikit tertinggal karena sakit → curiga
ada fraktur costau dan kontusio paru
o Palpasi: nyeri tekan di daerah dada kanan, krepitasi ada, stem
fremitus sama kanan dan kiri. → krepitasi : fraktur costae
o Perkusi: sonor kanan dan kiri → pneumothorax tidak ada
o Auskultasi: suara paru vesikuler, suara jantung jelas, regular →
pneumothorax tidak ada, tamponade jantung tidak ada
- Abdomen:
o Inspeksi: datar → tidak ada jejas di abdomen dapat menyingkirkan
adanya trauma abdomen
o Palpasi: lemas, nyeri tekan (+) di bagian bawah kanan. → curiga ada
trauma abdomen , tetapi juga bias ada trauma pelvis , konfirmasi dgn
rongten pelvis dan usg
o Perkusi: timpani
o Auskultasi: bising usus normal terdengar di seluruh bagian abdomen
- Pelvis:
o Inspeksi: tampak jejas di daerah perut bawah kanan dan panggul
kanan,

61
o Palpasi: nyeri tekan (+) di daerah panggul kanan, dan abdomen
kanan bawah
o ROM: pergerakan panggul kanan terbatas karena sangat sakit.
- Ekstremitas superior : Terdapat luka bakar pada lengan anterior atas
dan bawah di bagian kanan dan kiri. Ditemukan warna kulit kemerahan
dan terdapat bullae dan terasa nyeri.
- Ekstremitas inferior :
• Regio Femur Dekstra
o Inspeksi: tampak deformitas, soft tissue swelling → curiga fraktur
tertutup os femur
o Palpasi : Nyeri tekan, arteri dorsalis pedis teraba → vaskularisasi
masih baik
o ROM : Aktif terbatas di daerah sendi lutut dan panggul →
kemungkinan ada fraktur/dislokasi
• Regio cruris dekstra
o Inspeksi : tampak vulnus laseratum dengan perdarahan aktif.
o Palpasi : nyeri tekan (+)
o ROM : pergerakan tungkai kanan terbatas karena adanya luka terbuka
- Genitalia : OUE darah (-), skrotum tidak tampak hematom dan edema
- Colok dubur : sphincter ani menjepit, ampula kosong, prostat teraba,
tidak teraba tonjolan tulang
Glasgow coma scale : Eye 4 Verbal ETT Motor 6.
8. Apa diangnosa banding pada kasus ?
Jawab :
Diagnosis banding untuk Syok
- Syok Hipovolemik ec Combutio
- Syok Hipovolemik ec Perdarahan
Diagnosis banding Fraktur Pelvis
- Fraktur Pelvis Sinistra tipe Vertical Shear
- Fraktur Pelvis Sinistra tipe Anteroposterior Compresion
Diagnosis banding Trauma Thorax
- Flail chest

62
- Pneumothorax
Diagnosis banding untuk Luka Bakar
- Combutio 9% derajat IIA + trauma inhalasi
- Combutio 9% derajat IIB + trauma inhalasi
9. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ?
Jawab :
1) Laboratorium
- Pulse oximetry Digunakan untuk mengukur saturasi hemoglobin yang
meningkat palsu akibat ikatan CO terhadap hemoglobin sehingga
kadar karboksi hemoglobin seringkali diartikan sebagai oksihemaglon
- Analisa Gas Darah Untuk mengukur kadar karboksihemoglobin,
keseimbangan asam basa dan kadar sianida. Sianida dihasilkan dari
kebakaran rumah tangga dan biasanya terjadi peningkatan
kadarlaktatplasma
- Elektrolit Untuk memonitor abnormalitas elektrolit sebagai hasil dari
resusitasi cairandalam jumlah besar
- Darah lengkap Hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan biasanya
terjadi sesaat setelah trauma. Hematokrit yang menurun secara
progresif akibat pemulihan volume intravaskular. Anemia berat
biasanya terjadi akibat hipoksia atau ketidakseimbangan hemodinamik.
Peningkatan sel darah putih untuk melihat adanya infeksi.
2) Laringoskopi dan bronkoskopi : Keduanya dapat digunakan sebagai alat
diagnostik maupun terapeutik. Pada bronkoskopi biasanya didapatkan
gambaran eritema, sputum dengan arang, petekie, daerah pink sampai
abu-abu karena nekrosis, ulserasi, sekresi, mucus mukopurulen
(Mahartha, 2016).
10. Working diangnosa pada kasus ?
Jawab :
syok hipovolemik grade 2 ec multiple trauma (vulnus combutio derajat 2A
+ trauma inhalasi + fraktur pelvis dextra + fraktur femur dextra + fraktur
costae dextra).

63
11. Bagaimana tatalaksana pada kasus ?
Jawab :
Dalam upaya pengendalian kesehatan serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Upaya tersebut
mencakup Pelayanan kesehatan promotif; Pelayanan kesehatan preventif;
Pelayanan kesehatan kuratif dan Pelayanan kesehatan rehabilitatif.
a) Pelayanan kesehatan promotif merupakan serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat
promosi kesehatan, kegiatan promosi kesehatan diantaranya adalah :
- pelatihan / penyuluhan kesehatan kerja yang di integrasikan dengan
K3L dalam program komunikasi.
- menyediakan poster / kampanye Kesehatan.
- pelarangan penggunaan alkohol dan obat psikotropika;
- pencegahan / penghentian kebiasaan merokok.
- peningkatan gizi, pencegahan malaria dan pencegahan dan
penyebaran HIV, serta pencegahan penyakit lainnya yang dapat
disampaikan melalui kegiatan promosi.
b) Pelayanan kesehatan preventif merupakan suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

c) Pelayanan kesehatan kuratif merupakan suatu serangkaian kegiatan


pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

d) Pelayanan kesehatan rehabilitatif merupakan serangkaian kegiatan untuk


mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya
dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

64
No Jenis pelayanan Bentuk kegiatan
1 preventif dan 1. Pembinaan kesehatan kerja kepada tenaga
promotif kerja minimal 1 bulan sekali

2. Pengawasan dan pembinaan lingkungan


kerja minimal 2 bulan sekali

3. Safety talk

2 kuratif dan 1. pelayanan oleh dokter perusahaan setiap hari


rehabilitatif kerja
2. Pelayanan oleh paramedis/perawat dapat
dilakukan untuk shift kerja ke 2 dan
seterusnya.
3. Pemberian Orthotis(alat bantu badan) dan
Prosthesis (alat ganti badan)
4. Pemberian fisioterapi
5. Fasilitasi konsultasi psikologis
(Djatmiko, R, 2016)
Tatalaksana kuratif dalam kasus:

a) Tatalaksana airway : Pada pasien trauma panas sering terjadi trauma


inhalasi, penyebanya karena supraglotis sangat mudah mengalami
obstruksi akibat trauma panas. Memerlukan terapi definitive pembebasan
jalan nafas, maka harus dilakukan intubasi menggunakan pipa
orotracheal : Endothrakeal tube (ETT)

b) Tatalaksana breathing : pada pasien trauma thermal perlu dicurigai


keracunan CO oleh sebab itu harus diberikan oksigen konsnetrasi tinggi
melalui sungkup muka yang memiliki katup (non-rebreathing mask) 10-
15 liter per menit. Curiga fraktur costae →nyeri →analgesic.

c) Tatalaksana circulation : Vulnus Laseratum dengan perdarahan aktif →


Hentikan perdarahan dengan balut tekan.

Syok Hemoragic:

Beri cairan kristaloid 1-2 L/jam → evaluasi


Derajat Syok hipovolemik (hemoragic) → Derajat II , EBM 750 -1500

65
Tatalaksana → 2000 cc fluid initial atau IVFD Kristaloid 3:1 ( 3x EBM )
3 x 1500 cc = 4500 cc
Pasang kateter urin untuk evaluasi cairan
d) Tatalaksana exposure
Curiga trauma pelvis:
Pemasangan gurita disekitar pinggul,untuk mengurang perdarahan dalam
Evakuasi pasien menggunakan spine board
Luka bakar : menutup luka dengan kassa steril, bulla dipecahkan dan
diberikan antiseptic. Obat yang sebelumnya diberikan pada luka harus
dibersihkan sebelum diberikan antibiotic topical. Topical yang dapat
diberikan adalah silver sulfadiazine 1 %, silver nitrate dan mafenide, dan
xerofom/bacitracin (Djatmiko, R, 2016)
12. Apa komplikasi pada kasus ?
Jawab :
Trauma termal:
• Infeksi karena skin barrier rusak
• Kematian karena terjadi trauma inhalasi dan syok hipovolemik
• Komplikasi jangka Panjang: gerak menjadi terbatas, stress pasca trauma
(post trauma stress disorders), depresi, ansietas.
Trauma thorax:
• Pneumonia
• Pneumothorax
• Hematothorax
• Empyema
• Kontusio pulmonum
Trauma pelvis:
• Ruptur uretra
• Ruptur vesica urinaria (Sjamsuhidajat, 2019).
13. Bagaimana prognosis pada kasus ?
Jawab :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
66
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
14. SKDU ?
Jawab :
3B Gawat Darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan dalam keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindak lanjuti sesudah
kembali dari rujukan (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012).
15. NNI ?
Jawab :

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin
Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”. (QS. At Taghaabun (64) : 11)

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah”. (QS al-Hadid (57) : 22)

67
2.7 Kesimpulan
Pak budi 30 tahun seorang teknisi perbaikan AC mengalami syok
hipovolemik grade 2 ec multiple trauma (vulnus combutio derajat 2A + trauma
inhalasi + fraktur pelvis dextra + fraktur femur dextra + fraktur costae dextra).
2.8 Kerangka Konsep

Kebakaran

Multiple trauma

Trauma inhalasi
Trauma tumpul
Vulnus combutio
derajat 2
Gangguan airway

Cairan intravaskulas
menurun

Fraktur os
Fraktur pelvis dx, fraktur costae dx
tertutup os femur 1/3
proximal dx, vulnus
laseratum os cruris dx

Gangguan breathing

pendarahan

Syok hipovolemik

68
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat AS. 2014. Luka, Peradangan dan Pemulihan. Jurnal Entropi. 9


(1) :729-738

American College of Surgeon. 2018. Advanced Trauma Life Support For Doctor
(ATLS) Student Course Manual. 10 th Ed. USA : American College of
Surgeon.

Anggowarsito JL. 2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal Widya
Medika Surabaya. 2(1):115-120.

Barbara. 2013. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Jakarta:


EGC.

Djatmiko R. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta : Deepublish.

Fitria CN. 2010. Syok dan Penanganannya. Gaster. 7(2) :593-604.

Hermani B. 2011. Buku Ajar Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok. Edisi ke 5.


Jakarta: FK UI .

Hoediyanto dan Hariadi. 2010. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi 7.
Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Rahayuningsih T. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Jurnal Profesi.


Volume 08.

Kasiati NS dan Ni WDR. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta : Kemenkes


RI.

Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Luka


Bakar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompentensi Dokter Indonesia.


Jakarta.

69
Latief AS. 2017. Petunjuk Praktis Anesthesiologi. Edisi Kedua Bagian
Anesthesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Mahartha GRA, Maliawan S, Kawiyana KS. 2016. Manajemen Fraktur Pada


Trauma Muskuloskeletal. Denpasar: E-Jurnal Medika Udayana. 2(3) :548–
560

Mitchell dan Cotran. 2017. Acute and Chronic Inflammation. Robbins Basic
Pathology. Edisi ke-10. Singapura: Elsevier Saunders.

Moenadjat Y. 2016. Luka bakar Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi kedua. Jakarta:
Fakultas kedokteran universitas Indonesia.

Price SA dan Wilson LM. 2012. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. vol. 1. Alih bahasa: Pendit BU, et al. Editor: Hartanto, H., et al.
Jakarta: EGC.

Schraga ED. 2020. Emergent Management of Thermal Burns. Mills-Peninsula:


Emergency Medical Associates.

Sittah GSA, Chahine FM, Janom H. 2016. Management of burns in the elderly. Ann
Burns Fire Disasters. 29(4):249–5.

Silbernagl S dan Florian L. 2013. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta:
EGC.

Snell RS. 2015. Neuroanatomi Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sjamsuhidajat R dan De JW. 2019. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat De Jong.
Sistem Organ dan Tindak Bedahnya. 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Tiwari VK. 2012 . Burn Wound : How It Differs From Other Wounds. Indian
Journal of Plastic Surgery. (45): 364-373.

70
Wim DJ. 2010. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 66-88.

Yasti A, Saydam M, Yogarci K. 2015. Guideline and Treatment Algorithm for Burn
Injuries. Departement of General Surgery. Hitit University Faculty of
Medicine.

71

Anda mungkin juga menyukai