Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH PATOFIOSLOGI

“Proses Peradangan dan Proses Demam”

Dosen Pengampuh: Ns. Abd. Gani Baeda, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTASSAINSDANTEKNOLOGI
UNIVERSITASSEMBILANBELASNOVEMBERKOLAKA
KOLAKA
2022
Anggota Kelompok 1 :
Vicky Amalia 192521619
Arni Sesliani 192511550
Nur Aprilliah Purnama 192521601
Ratna 192521605
Ulfa Anugrah 192511566
Feby Sherin Zam Zami 192531631
Mardatillah B. 192531644
Musdalifa 192521593
Wa ode celsi 192511568
Zulkifli 192531666
Nurliana 182532067
Dewi Shinta Bella Eduard 182532048
Sri Andini 192531660
Ardelia Shaen Natasya 182532045
Pitra Ayu Adi Nengsi 192511562
Nining Asriani 192521597
Angelisa 182532043
Citra Afdhalia HM 182532047
Sitti Mifthahul Intania 182532071
Muh. Ansar Azali 182532061
Iyan Saputra 192521587
Amira 192521571
Nurfadilla Imran 192531650
Ayu Derani Surti 192521576
Fachriza Annisa 192521580
Arshella Febriany 192521573
Shofwatun Nisa 192521612
La Ura 192521589
Nur Aziza 192511560
Agung Mulya I.N 182532041
Andini Hasyim 192521619
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA
karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan
makalah yang bejudul “Proses Peradangan dan Proses Demam” . Makalah ini
dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Patofisiologi.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan


besar kita yaitu nabi Muhammad SAW. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan
dan kerja sama anatar kelompok sulit bagi kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata
Kuliah Patofisiologi serta bantuan teman-teman dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa pembuatan dan penyusunan makalah ini masih


jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mohon maaf apabila dalam makalah ini
terdapat kesalahan penulisan atau dalam penyusunan terdapat kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan sarannya sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penyusunanan makalah selanjutnya.

Akhir kata kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu semoga makalah ini memberi
manfaaat bagi semua pihak dan kami ucapkan terima kasih.

Kolaka, 20 Februari 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN.........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Manfaat Penulisan...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
A. DEFINISI Peradangan Dan Demam.......................................................
B. Proses Etiologi Terjadinya Peradangan Dan Demam.............................
C. Proses Patofisiologi Terjadinya Perdangan Dan Demam.......................
D. Klasifikasi Dan Faktor-Faktor Terjadinya Peradangan Dan Demam....
E. Penangan Peradangan Dan Demam........................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia kasus penyakit yang melibatkan proses peradangan di


masyarakat, angka kejadian yang terbentuk cukup tinggi. Prevalensi nasional
penyakit kanker dan tumor 0,4%, hepatitis 1,2%, penyakit diabetes melitus adalah
2,1%, pneumonia 2,13%, asma 4,5%, dermatitis 6,8%, penyakit sendi 24,7% dan
pada penyakit infeksi saluran pernafasan akut 25,50%. Penyakit yang telah
disebutkan merupakan penyakit yang dalam mekanismenya melalui tahap adanya
inflamasi (RISKESDA, 2013).

Suhu tubuh manusia erat hubungannya dengan status kesehatan seseorang,


pengukuran suhu tubuh bahkan menjadi salah satu pemeriksaan dasar tanda vital
bersama dengan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan denyut nadi, dan
pemeriksaan laju napas. Hal ini menunjukkan bahwa suhu tubuh manusia
merupakan hal yang esensial dan sangat perlu diperhatikan. Tanda-tanda vital
adalah ukuran dari fungsi-fungsi vital tubuh yang paling dasar. Secara spesifik,
pemeriksaan suhu tubuh berguna untuk menilai kondisi metabolisme yang terjadi
di dalam tubuh. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada beberapa lokasi
tubuh, yaitu oral, aksila, telinga, dan rektal.

Radang merupakan suatu rangkaian reaksi yang terjadi pada jaringan


cedera serta suatu respon tubuh pada benda asing. Radang juga bisa terjadi pada
rongga mulut diantaranya gingivitis yang merupakan suatu penyakit periodontal.
Penyakit periodontal adalah proses patologis yang mengenai jaringan periodontal
(Fedi dkk, 2005).

Demam adalah kenaikan suhu badan secara abnormal yang disebabkan


oleh endogenic pyrogen yang merubah set point di hipotalamus menjadi lebih
tinggi dari normal, sebagai respon dariinvasi mikroba akibat infeksi maupun
inflamasi. Hal ini menyebabkan suhu tubuh inti saat itu dinilaiterlalu rendah
terhadap set point baru. Hipotalamus anterior kemudian mengaktifkan mekanisme

produksi panas untuk meningkatkan suhu tubuh agar sesuai dengan set
point baru (Walter et al, 2016).

Berdasarkan atas latar belakang tersebut, pentinganya untuk mengetahui


mekanisme terjadinya proses peradangan dan demam didalam tubuh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
F. Apa pengertian Peradangan dan demam?
G. Bagaimana proses etiologi terjadinya peradangan dandemam?
H. Bagaimana proses Patofisiologi terjadinya perdangan dan demam?
I. Apa saja Klasifikasi dan faktor-faktor terjadinya Peradangan dan
demam?
J. Bagaimana cara penangan peradangan dan demam?

C. Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat


diambil manfaat dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang pengertian Peradangan dan demam?
2. Memberikan informai tentang proses etiologi terjadinya peradangan dan
demam?
3. Memberikan informasi tentang proses Patofisiologi terjadinya perdangan
dan demam?
4. Memberikan informasi tentang Klasifikasi dan faktor-faktor terjadinya
Peradangan dan demam?
5. Memberikan informasi tentang cara penangan peradangan dan demam?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peradangan Dan Demam

Peradangan merupakan suatu kondisi respon terhadap cedera jaringan atau


infeksi, yang bisa terjadi dalam rongga mulut. Peradangan yang terjadi akan
melalui mekanisme pertahanan tubuh disebabkan oleh adanya respon terhadap
pengaruh rusaknya jaringan yang bersifat lokal, pengaruh rusakya jaringan
tersebut bisa terjadi adanya bakteri (Yoczhan et al, 2015). Peradangan akan
berhubungan dengan beberapa fungsi seperti fungsi darah, fungsi pembuluh
darah, fungsi saraf, fungsi limfa, fungsi cairan serta sel – sel di sekitar
peradangan. Peradangan akut akan mengakibatkan timbulnya respon relatife
singkat berlangsung, dalam beberapa jam atau hari setelah terjadinya peradangan
(Suryana, 2014).

Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari batas normal yang


disebabkan oleh peningkatan pengatur suhu tubuh dihipotalamus yang
diperantarai oleh interleukin-1 (IL-1). Normal suhu tubuh berkisar 370 celcius
(C) tetapi dapat bervariasi. Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung
pada tempat pengukuran.

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat –
obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi.

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai


saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi
usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya suhu
meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya (Lestari,
2016)

B. Etiologi Terjadinya Peradangan dan Demam

1) Etiologi Perdangan
Etiologi infeksi peradangan diakibatkan masalah sistemik, seperti
AIDS, leukemia, dan anemia hal ini memerlukan pengobatan dari dokter
spesialis. Peradangan juga dapat dipicu dari luka bakar mulut kecil, minum
atau makanan yang masih dalam suhu panas. Pada masalah kronis dapat
diperbaiki dengan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin
B12, zat besi, atau folat. (Yekti & Erlita, 2013).

Penyebab lain bisa terjadi pada fisika seperti cahaya, sinar X dan
radium, kandungan bahan kimia juga dapat menimbulkan terjadinya
stomatitis pada mukosa mulut seperti kandungan asam kuat, basa kuat.
Bakteri juga termasuk pemicu pada stomatitis dalam mukosa mulut,
bakteri pathogen antara lain Streptococcus, Staphylococcus, dan
Pneumococcus. Reaksi imunologi dan gangguan vaskuler serta hormonal
yang dapat menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan. Kuman dan
parasite mengiritasi jaringan melalui zat kimia yang diproduksi berupa
toksin, dapat bertindak sebagai rangsang mekanis akibat adanya benda
tersebut dalam sel atau jaringan (Nuraini, 2011).
2) Etiologi Demam

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain


infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.


Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015). Demam sering disebabkan
karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, sinusitis,
bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi vostomatitis,
gastroenteritis, infeksi saluran kemih, 10 pyelonephritis, meningitis,
bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi, 2006).

Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab


demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan
holistik.

Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara


timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam. Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
a) Suhu lingkungan.
b) Adanya infeksi.
c) Pneumonia.
d) d. Malaria..
e) Otitis media.
f) Imunisasi Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri
salmonella thypi. Bakteri salmonella thypi adalah berupa basil
gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora,
mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O, antigen H dan
antigen VI (Lestari, 2016).

C. Patofisiologi Terjadinya Peradangan dan Demam


1) Patofisiologi Peradangan (Inflamasi)

Terjadinya inflamasi adalah reaksi lokal dari jaringan atau sel


terhadap suatu rangsangan. Jika ada cedera, terjadi rangsangan untuk 7
melepaskan zat kimia tertentu yang menstimulasi terjadinya perubahan
jaringan sebagai manifestasi dari radang, diantaranya yaitu histamin,
serotonin, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin.

Cyclooxygenase (COX) merupakan enzim yang terdapat pada jalur


biosintetik dari prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin.Menurut
Kujubu et al (1991) dalam Multazar et al (2012) Enzim ini ditemukan
tahun 1988 oleh Dr. Daniel Simmons, peneliti dari Harvard University.
Cyclooxygenase terbagi dua yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 sebagai
housekeeping gen pada hampir seluruh jaringan normal, sedangkan enzim
COX-2 bertanggung jawab terhadap mekanisme inflamasi dan rasa nyeri
(Multazar et al., 2012). COX-2 membentuk PGE2 dan PGI2 yang dapat
menyebabkan terjadinya beberapa proses biologis yaitu peningkatan
permeabilitas kapiler, agen piretik dan hiperalgesia (Stables &Gilroy,
2010).

Beberapa tanda inflamasi (Muliati, 2014) :


a) Rubor atau kemerahan
Kemerahan atau rubor biasanya merupakan hal pertama yang
terlihat pada saat mengalami peradangan. Ketika reaksi peradangan
mulai timbul maka arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut
melebar, oleh karena itu darah mengalir lebih banyak ke dalam
mikrosirkulasi lokal. Pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau
sebagian saja meregang dengan cepat dan terisi penuh olehdarah.
Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti menyebabkan warna
merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia
merupakan permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh melalui
pengeluaran zat mediator seperti histamin.
b) Kalor atau peningkatan suhu tubuh
Panas merupakan reaksi pada permukaan tubuh yakni kulit yang
terjadi bersamaan dengan kemerahan akibat peradangan. Daerah
peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, hal ini
terjadi karena darah dengan suhu 37oC lebih banyak disalurkan ke
permukaan daerah yang terkena radang lebih banyak dibandingkan ke
daerah normal
c) Dolor atau nyeri
Rasa sakit atau dolor dari reaksi peradangan dihasilkan dengan
berbagai mekanisme. Perubahan pH lokal atau konsentrasi ion-ion
tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf untuk mengeluarkan zat
kimia tertentu misalnya mediator histamin atau mediator lainnya yang
menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada jaringan sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dapat menimbulkan rasa
sakit.
d) Tumor atau pembengkakan
Gejala dari peradangan akut adalah tumor atau pembengkakan.
Hal ini terjadi akibat meningkatnya permeabilitasdinding kapiler serta
adanya penyaluran cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan
yang cedera. Pada peradangan, dinding kapiler tersebut menjadi lebih
permeabel dan lebih mudah dilalui oleh leukosit dan protein terutama
albumin yang diikuti oleh molekul yang lebih besar sehingga plasma
jaringan mengandung lebih banyak protein yang kemudian
meninggalkan kapiler dan masuk ke dalam jaringan sehingga
menyebabkan jaringan menjadi bengkak.
e) Functio Laesa
Functio laesa adalah reaksi peradangan yang ditandai dengan
nyeri disertai adanya sirkulasi yang abnormal akibat penumpukan dan
aliran darah yang meningkat sehingga menghasilkan lingkungan
kimiawi lokal yang abnormal dan menjadikan jaringan yang
terinflamasi tersebut tidak berfungsi normal.
2) Patofisiologi Demam

Demam terjadi oleh karena pengeluaran zat pirogen dalam tubuh. Zat
pirogen sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksogen dan endogen.
Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh seperti
mikroorganisme dan toksin. Sedangkan pirogen endogen merupakan
pirogen yang berasal dari dalam tubuh meliputi interleukin-1 (IL-1),
interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosing factor-alfa (TNF-A). Sumber
utama dari zat pirogen endogen adalah monosit, limfosit dan neutrofil
(Guyton, 2007). Seluruh substansi di atas menyebabkan selsel fagosit
mononuclear (monosit, makrofag jaringan atau sel kupfeer) membuat
sitokin yang bekerja sebagai pirogen endogen, suatu protein kecil yang
mirip interleukin, yang merupakan suatu mediator proses imun antar sel
yang penting. Sitokin-sitokin tersebut dihasilkan secara sistemik ataupun
local dan berhasil memasuki sirkulasi. Interleukin-1, interleukin-6, tumor
nekrosis factor α dan interferon α, interferon β serta interferon γ
merupakan sitokin yang berperan terhadap proses terjadinya demam.
Sitokin-sitokin tersebut juga diproduksi oleh sel-sel di Susunan Saraf
Pusat (SSP) dan kemudian bekerja pada daerah preoptik hipotalamus
anterior. Sitokin akan memicu pelepasan asam arakidonat dari membrane
fosfolipid dengan bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakidonat
selanjutnya diubah menjadi prostaglandin karena peran dari enzim
siklooksigenase (COX, atau disebut juga PGH sintase) dan menyebabkan
demam pada tingkat pusat termoregulasi di hipotalamus (Dinarello dan
Gelfrand, 2001; Fox, 2002; Wilmana dan Gan, 2007; Ganong. 2008;
Juliana, 2008; Sherwood, 2010).

Enzim sikloosigenase terdapat dalam dua bentuk (isoform), yaitu


siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). Kedua
isoform berbeda distribusinya pada jaringan dan juga memiliki fungsi
regulasi yang berbeda. COX-1 merupakan enzim konstitutif yang
mengkatalis pembentukan prostanoid regulatoris pada berbagai jaringan,
terutama pada selaput lender traktus gastrointestinal, ginjal, platelet dan
epitel pembuluh darah. Sedangkan COX-2 tidak konstitutif tetapi dapat
diinduksi, antara lain bila ada stimuli radang, mitogenesis atau
onkogenesis. Setelah stimuli tersebut lalu terbentuk prostanoid yang
merupakan mediator nyeri dan radang. Penemuan ini mengarah kepada,
bahwa COX-1 mengkatalis pembentukan prostaglandin yang bertanggung
jawab menjalankan fungsi-fungsi regulasi fisiologis, sedangkan COX-2
mengkatalis pembentukan prostaglandin yang menyebabkan radang
(Dachlan et al., 2001; Davey, 2005).

Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu jenis prostaglandin yang


menyebabkan demam. Hipotalamus anterior mengandung banyak neuron
termosensitif. Area ini juga kaya dengan serotonin dan norepineprin yang
berperan sebagai perantara terjadinya demam, pirogen endogen
meningkatkan konsentrasi mediator tersebut. Selanjutnya kedua
monoamina ini akan meningkatkan adenosine monofosfat siklik (cAMP)
dan prostaglandin di susunan saraf pusat sehingga suhu thermostat
meningkat dan tubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan suhu
thermostat (Dinarello dan Gelfrand, 2001; Fox, 2002; Wilmana dan Gan,
2007; Ganong, 2008; Juliana, 2008; Sherwood, 2010).

D. Klasifikasi Dan Faktor-Faktor Terjadinya Peradangan Dan Demam


1) Klasifikasi Peradangan Peradangan dan Demam

a). Klasifikasi Peradangan

Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, yaitu:

 Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari


beberapa menit sampai beberapa hari, dan ditandai dengan eksudasi cairan
dan protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol.
 Inflamasi kronik berlangsung lebih lama yaitu berhari-hari sampai
bertahun-tahun dan ditandai khas dengan influks limfosit dan makrofag
disertai dengan proliferasi pembuluh darah dan pembentukan jaringan
parut.

Sel dan mediator-mediator dari sistem imun sangat mempengaruhi


dalam proser respon inflamasi, yang khas ditandai dengan 4 fase. Pertama,
pembuluh darah didaerah sekitar daerah yang mengalami jejas memberi
respon kepada sistem imun. Kedua, sistem imun dalam pembuluh darah
bermigrasi ke dalam jaringan yang mengalami jejas, dan mekanisme dari
sistum imun bawaan dan sistem imun adaptif untuk menetralisir dan
menghilangkan stimulus yang menimbulkan jejas. Selanjutnya adalah
proses perbaikan dan penyembuhan dari jaringan yang mengalami jejas.
Dan peristiwa tersebut merupakan proses dari inflamasi akut. Apabila
peristiwa terus berlanjut dan jaringan yang mengalami jejas tidak
mengalami proses penyembuhan, disebut inflamasi kronik (PVP Arvan,
2016).

Berikut ini adalah mediator-mediator inflamasi beserta efeknya :


 Vasodilatasi : prostaglandin dan nitrit oksida
 Peningkatan permeabilitas vaskular : histamin, serotonin, bradikinin,
leukotrien C4, leukotrien D4, dan leukotrien E4
 Kemotaksis, aktivasi leukosit : leukotrien B4, kemokin (misalnya:
interleukin 8 [IL-8])
 Demam : IL-1, IL-6, prostaglandin, faktor nekrosis tumor (TNF)
 Nyeri: prostaglandin dan bradikinin
 Kerusakan jaringan: nitrit oksida, enzim lisosom neutrofil dan makrofag

b). Klasifikasi Demam

Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:

 Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
 Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
 Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara
dua serangan demam disebut kuartana.
 Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
 Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam
kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya
tipe demam intermiten untuk malaria.
Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia,
infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
(Nurarif, 2015)

2. Faktor Terjadinya Peradangan Dan Demam

a). Faktor Peradangan

 Tidak aktif secara fisik. Senyawa anti-inflamasi akan mengalir ke dalam


ketika otot-otot Anda bergerak. Orang yang malas bergerak, kemungkinan
besar akan mengalami peningkatan risiko terkait peradangan di usia tua.
 Obesitas. Berat badan yang berlebihan memungkinkan adanya lemak
ekstra di perut, yang bisa memicu senyawa yang sifatnya merusak tubuh.
 Pola makan tertentu. Diet tinggi lemak jenuh, lemak trans, dan gula
rafinasi dikaitkan dengan peningkatan inflammation pada tubuh, terutama
pada orang yang kelebihan berat badan.
 Punya kebiasaan merokok. Kebiasaan buruk ini bisa meningkatkan
menurunkan produksi senyawa anti-inflamasi sehingga kerusakan tubuh
mudah terjadi.
 Usia. Bertambahnya usia menjadi lebih tua, bisa meningkatkan terjadinya
kerusakan pada tubuh.
 Stres dan kurang tidur. Kerusakan pada sel tubuh berkaitan erat dengan
stres dan insomnia yang terjadi secara terus-menerus.
 Hormon seks yang rendah. Kadar hormon estrogen dan testosteron di
bawah angka normal bisa memicu terjadinya proses inflamasi.
b). Faktor Demam

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam


dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi
(Guyton dalam Thabarani, 2015).

Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis


media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi
vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis,
meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi,
2006).

E. Penangan Peradangan dan Demam


1) Penanganan Peradangan
Menurut kamus Oxford antiinflamasi adalah segala sesuatu yang digunakan
untuk mengurangi peradangan, utamanya obat. Mekanisme obat
antiinflamasi terbagi menjadi dua yaitu:
a. Antiinflamasi Steroid
Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan menghambat fosfolipase,
suatu enzim yang berperan menghambat asam arakhidonat dari
membran lipid. Katzung (2006) dalam Walidah (2014) Beberapa contoh
obat golongan ini yaitu hidrokortison, prednison, betametason,
deksametason.
b. Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menghambat enzim COX
sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.
AINS terbagi menjadi beberapa turunan diantaranya:
a. Turunan Asam propionat : ibuprofen dan ketoprofen
b. Turunan Indol : indometacin
c. Turunan Asam pirolealkanoat : tolmetin
d. Turunan Asam fenilasetat : diklofenak
e. Turunan Pirazolon : fenilbutazon
f. Klasfenamat : asam meklofenamat
g. Oksikam : piroksikam
h. Prodrug Asam naftilasetat : nabumeton
2) Penanganan Demam
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam
dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis
maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
untuk menangani demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
1) Paracetamol. Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat
pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang
diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam
waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian.
Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
3) Ibuprofen. Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua
pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat
diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya.
Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa peradangan merupakan suatu kondisi respon terhadap cedera
jaringan atau infeksi, yang bisa terjadi dalam rongga mulut. Demam adalah
peningkatan suhu tubuh dari batas normal yang disebabkan oleh peningkatan
pengatur suhu tubuh dihipotalamus yang diperantarai oleh interleukin-1 (IL-1).
Normal suhu tubuh berkisar 370 celcius (C) tetapi dapat bervariasi.

Etiologi infeksi peradangan diakibatkan masalah sistemik, seperti AIDS,


leukemia, dan anemia. Penyebab lain bisa terjadi pada fisika seperti cahaya, sinar
X, radium, dan kandungan bahan kimia, serta bakteri pathogen antara lain
Streptococcus, Staphylococcus, dan Pneumococcus. Demam sering disebabkan
karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh
keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma).

Terjadinya inflamasi adalah reaksi lokal dari jaringan atau sel terhadap suatu
rangsangan. Jika ada cedera, terjadi rangsangan untuk melepaskan zat kimia
tertentu yang menstimulasi terjadinya perubahan jaringan sebagai manifestasi dari
radang, diantaranya yaitu histamin, serotonin, bradikinin, leukotrien dan
prostaglandin. Demam terjadi oleh karena pengeluaran zat pirogen dalam tubuh.
Zat pirogen sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksogen dan endogen.
Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh seperti
mikroorganisme dan toksin. Sedangkan pirogen endogen merupakan pirogen yang
berasal dari dalam tubuh meliputi interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan
tumor necrosing factor-alfa (TNF-A).

Klasifikasi inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, yaitu: Inflamasi akut dan
Inflamasi kronik berlangsung lebih lama. Sedangkan klasifikasi demam yaitu
demam septik, demam remiten, demam intermiten, demam kontinyu dan demam
siklik. Faktor peradangan terjadi karena tidak aktif secara fisik, obesitas, pola
makan tertentu, punya kebiasaan merokok, usia, stres dan kurang tidur, serta
hormon seks yang rendah. Sedangkan demam sering disebabkan karena; infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis, pneumonia,
pharyngitis, abses gigi, gingi vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih,
pyelonephritis, meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma, dan osteomyelitis.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga pembaca dapat
memahami serta dapat menambah pemahaman mengenai Proses Peradangan dan
Proses Demam. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena
akan ditemukan banyak kelemahan atau bahkan kekeliruan baik dalam kepenulisan
ataupun penyajian. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan dari para pembaca
sehingga kedepannya mampu lebih baik dalam penyelesaiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat, Asep Suryana. Luka, Peradangan Dan Pemulihan. Jurnal Entropi.


2014. Vol.9. No.1. hlm.729-738.

Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:


Mediaction.

Dyaningsih, D.,M., 2007, Pengaruh Pemaparan Entamoeba gingivalis Terhadap


Jumlah Polimorfonuklear Neutrofil pada Tikus Wistar Jantan dengan
Radang Gingiva, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember,
Jawa Timur.

Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. (2015). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1 - 3 Tahun Di SMC RS
Telogorejo Semarang. Jurnal Keperawatan.

Lumbanraja, L. B., 2009, Skrining Fitokimia dan Uji Efek AntiinflamasiEkstrak


Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvenis L.) terhadapRadang pada Tikus,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas SumatraUtara.

Muliati, F., 2014, Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Daun Paku Pyrrocia
lanceolata (L.) Farw. Terhadap Penghambatan Denaturasi Protein Secara In
Vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Multazar, A., Nursiah, S., Rambe, A., Harahap Ida, S., 2012, Ekspresi
cycloocygenase-2 (COX-2) pada Penderita Rinosinusitis Kronis, Laporan
Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan.

Mumpuni, Yekti & Pratiwi, Erlita.2013. 45 Masalah & Solusi Penyakit Gigi dan
Mulut. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Stables M.,J., Derek W. Gilroy, Old and new generation lipid mediators in acute
inflammation and resolution, Progress in Lipid Research, Volume 50, Issue
1, January 2011, Pages 35-51, ISSN 0163-7827,
http://dx.doi.org/10.1016/j.plipres.2010.07.005.

Suriadi & Yuliani. (2006). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta:


Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan.

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Thobaroni, Imam. (2015). Asuhan Keperawatan Demam. Artikel Kesehatan

Wijaya, Y. A., Kalangi, S. J., & Kaseke, M. M. (2015). Gambaran Reaksi Radang
Luka Postmortem Pada Hewan Coba. eBiomedik, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai