Anda di halaman 1dari 1

OSTEOMALASIA Osteomalasia merupakan hasil dari gangguan mineralisasi dari osteoid.

Gangguan mineralisasi osteoid pada bayi atau anak-anak akan menghasilkan riketsia, sedangkan pada orang dewasa sindrom ini disebut dengan osteomalasia. Osteomalasia lebih sering terjadi pada negara dengan sedikit paparan sinar matahari, suplemen makanan yang minim, malnutrisi atau pada orang yang sering mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya. Beberapa mekanisme yang menyebabkan terjadinya osteomalasia antara lain serum kalsium atau fosfor yang rendah, asidosis kronis, hipofosfatemia, penyakit hati atau ginjal dan obat-obatan yang menginduksi terjadinya gangguan mineralisasi dalam tubuh. Obat-obatan yang dapat menginduksi terjadinya osteomalasia antara lain fenitoin, primidone, fenobarbital, carbamazepine, rifampisin, dan beberapa obat hipnotik. Mekanisme induksi terjadi secara mikrosomal hepatik pada sitokrom P450 yang meningkatkan metabolisme vitamin D. Penyebab paling umum adalah kekurangan vitamin D, penurunan paparan sinar matahari dan malabsorpsi atau menurunnya metabolisme tubuh. Gejala-gejala yang menyertai osteomalasia antara lain nyeri pada tulang, lemah pada otot proksimal, hipofosfoatemia dan hiperparatiroid. Pada pemeriksaan radiografi, akan terlihat perubahan di bidang pertumbuhan lempeng tulang, erosi tulang, osteopenia dan pseudofraktur pada zona Loosers. Penentuan kandungan serum kalsium, fosfor, fosfatase alkali, nitrogen urea, kreatinin, PTH, 25(OH) vitamin D dan calcitrol serta pemeriksaan kalsium, kreatinin dan fosfor pada urin akan membantu menentukan penyebab terjadinya osteomalasia serta dapat menentukan pilihan terapi yang akan diambil dan pemantauan hasil terapi yang diinginkan. Diagnosis dapat juga dilakukan dengan biopsi tulang. Pengobatan dari osteomalasia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pengobatan osteomalasia akibat kekurang vitamin D diterapi sesuai tingkat keparahan yang dialami, biasanya diberikan vitamin D dengan dosis 800-4000 unit/hari. Paparan sinar matahari juga dapat bermanfaat dalam sintesis vitamin D dalam tubuh. Pemberian vitamin D dosis tinggi perlu dilakukan pemantau terhadap serum kalsium dan 25(OH) vitamin D. Osteomalasia pada penyakit ginjal dengan defisiensi sintesis 1,25(OH) vitamin D dapat diterapi dengan calcitrol, namun dengan pemantauan yang ketat pada serum kalsium dan kreatinin. Dosis calcitrol yang biasa diberikan adalah 0,25 1 mcg/hari. Untuk osteomalasia dengan asidosis tubulus ginjal, asidosis diterapi dengan bikarbonat oral. Untuk osteomalasia dari sindrom Fanconis, pengobatan didasarkan pada gangguan yang terjadi, namun sering diterapi dengan suplemen fosfat dan analog vitamin D.

Anda mungkin juga menyukai