Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN

Partus spontan
KASUS
Makrosomia
Manual plasenta
PEMBIMBING
DR. WAHYU JATMIKA,SP.OG

Wahyuningtyastuti Widia
P.D
112014069

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. Jenis
BHT
Umur : 37 tahun
Status

perkawinan

kelamin

Perempuan
Suku bangsa : Batak
: Agama : Kristen

Kawin (G4P2A1)
Pekerjaan : Ibu Rumah Pendidikan : SMA
Tangga
Alamat : Sengon Indah Masuk Rumah Sakit :
Perum No. 36B RT 05 15

Mei

RW 02 Sengon Bugel, 19.35 WIB


Mayong, JEPARA

2016

pukul

Nama suami : Tn. JN


Umur
: 35 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat : Sengon Indah
Perum No. 36B RT 05 RW
02 Sengon Bugel, Mayong,
JEPARA.

ANAMNESIS
Auto anamnesis
16 Mei 2016, 08.30
WIB

Riwayat
Penyakit
Sekarang

Pasien datang ke RSMR dengan keluhan perut


bagian bawah terasa nyeri dan sering
mengencang sejak 2 hari SMRS. Pasien
megatakan ini kehamilan yang keempat
dengan usia kehamilan 40 minggu, os rutin
memeriksakan kehamilannya setiap bulan di
bidan dan ke dokter. Sekitar 3 jam SMRS,
pasien mengeluh perutnya mulai terasa
kencang dan mengeluarkan lendir darah.
Pasien mengatakan hari pertama haid
terakhir 8 Agustus 2015 dengan taksiran hari
persalinan tanggal 15 mei 2016. Pasien
mengatakan adanya bengkak pada kaki sejak
usia
kehamilan
7
bulan.
Pasien
juga
mengatakan tidak merasa adanya demam,
pusing kepala, mual muntah, nyeri ulu hati,
mata berkunang dan pandangan kabur. Nafsu

Ham
Usia
il Ke kehamil
an
1
37
minggu
2
4
minggu
3
37
minggu

Jenis Penyul Penolo Jenis


persali
it
ng
kelami
nan
n
Spontan
Bidan Peremp
uan
Abortus
Dokter
-

BB /
TB
lahir
3800
gr
-

Umur
sekara
ng
10
tahun
-

Spontan

4800
gr

7 tahun

Bidan

Peremp
uan

Riwayat
Penyakit
Dahulu

Os tidak memiliki riwayat tekanan


darah tinggi, penyakit jantung,
kencing manis, asma dan alergi.
Os tidak memiliki riwayat operasi
sebelumnya

Riwayat
Penyakit
Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang


menderita riwayat tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, kencing
manis, asma dan alergi.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu
: 36,7oC
Mata
: Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/Telinga
: tidak tampak kelainan
Hidung
: tidak tampak kelainan
Mulut/gigi : tidak tampak kelainan
Leher
: tidak tampak pembesaran KGB dan tiroid
Jantung : BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Thorak
: Suara napas dasar vesikuler, ronkhi -/-,
wheezing -/ Abdomen : Tampak sesuai usia kehamilan, bekas
operasi laparatomi (-), BU (+)

Kelenjar getah bening

Submandibula : tidak ditemukan pembesaran


Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher
: tidak ditemukan pembesaran
Ketiak
: tidak ditemukan pembesaran

Aspek kejiwaan
Tingkah laku : Tenang
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar

PEMERIKSAAN OBSTETRI
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum
(-)
Payudara : pembesaran payudara
(+), hiperpigmentasi aerola
mammae (+), puting susu
menonjol, ASI (-)
Abdomen:
Inspeksi : Tampak sesuai usia
kehamilan, Linea nigra (+), strie
gravidarum (+), bekas operasi
(-)
DJJ 140 x/menit, His (+)
Pemeriksaan
luar
jarang, belum adekuat

Palpasi :
TFU 35 cm
Tafsiran berat janin 3565
gram
Leopold I teraba bagian
bulat, lunak, dan tidak
melenting (bokong)
Leopold II teraba bagian
memanjang dan keras di
sebelah kanan (PUKA)
Leopold III teraba bagian
bulat, melenting, dan keras
Pemeriksaan
(kepala)
Leopoldluar
IV kepala sudah
masuk PAP

PEMERIKSAAN OBSTETRI

Pemeriksaan
Pemeriksaan
darah lengkap
Hemoglobin
L
Leukosit

Hasil

Satua

Nilai

Normal

10.8

g/dL

11.7-15.5

9.31

10^3/uL

3.6-11.0

1.70

1-3

Basofilia
Neutrofilia
H
Limfosit
L
Monosit
Luc %

0.30
70.60

%
%

0-1
50-70

19.50

25-40

6.10
1.10

%
%

2-8
1-4

MCV
L
MCH
MCHC
Hematokrit
L
Trombosit
Eritrosit

79

fL

80-100

27
34
32.10

Pg
g/dL
%

26-34
32-36
36-46

213
4.1

10^3/uL
10^6/uL

150-400
3.80-5.20

DIFF COUNT
Eosinofil

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan

Hasil

Golongan

Darah +
Rhesus
Golongan
B
Darah
Rhesus
Positif
Hemostasis

Pembekuan /
5.00
CT
Perdarahan /
1.30
BT
Imunoserolog

Satua

Nilai

Normal

Menit

3-6

Menit

1-3

Resume
Wanita, 37 tahun, GIVPIIAI hamil 40 minggu, datang ke IGD RSMR
dengan keluhan perut bagian bawah terasa nyeri dan sering
mengencang sejak 2 hari SMRS. Os mengatakan ini kehamilan yang
keempat. Kehamilan pertama lahir spontan di bidan tanpa adanya
masalah. Os mengatakan pernah keguguran pada kehamilan kedua
saat usia kehamilan 1 bulan dan dilakukan kuret. Kehamilan ketiga
lahir spontan di bidan tanpa adanya masalah namun os mengatakan
berat lahir anak ketiga 4800 gram. Kehamilan keempat saat ini rutin
diperiksa setiap bulan di bidan. Os mengatakan adanya bengkak
pada kaki sejak usia kehamilan 7 bulan. Riwayat haid teratur. Os
mengatakan HPHT 8 Agustus 2015, dengan HPL 15 Mei 2016. Saat ini,
usia kehamilan 40 minggu.
Pada pemeriksaan fisik obstetrik didapatkan, Inspeksi: perut
membuncit memanjang, sesuai usia kehamilan, striae gravidarum
(+), linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-). Palpasi: tinggi
fundus uteri 35 cm, Leopold I: teraba bagian bulat, lunak, tidak

DIAGNOSIS

Pukul 08.40
S : perut terasa kencang

Pukul 10.20

Pukul 10.35

Pukul 10.50

S : Perut terasa kencang, rasa


ingin mengejan

LAPORAN PERSALINAN

O:
KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos
mentis
TD : 120/80
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
DJJ : 136 x/menit
His : 2 x/10 menit (25
detik)
VT :
Pembukaan : 8 cm
KK (+), Eff 75 %
Portio : lunak
Hodge : II
Point of direction :
UUK

O:
KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
DJJ : 140 x/menit
His : 2 x/10 menit (25 detik)
VT :
Pembukaan : Lengkap
KK (-)
Portio : lunak
Hodge : III
Point of direction : UUK

A : GIVPIIAI 37
tahun,hamil 40 minggu
Anak 1 hidup

A : GIVPIIAI 37 tahun hamil 40


minggu
Anak 1 hidup intrauterine

Pimpin mengejan
saat ada his
Partus spontan +
Episiotomi
mediolateral
Bayi laki-laki, BBL
4850 gram, PBL
54 cm, Apgar
score 9-10-10
Infus D5% +
oksitosin 1 amp

Plasenta lahir
manual, lengkap
Jahitan perineum,
Hecting (+)
Bledstop 1 amp
Pehacain 1 amp

Laporan
Persalinan

FOLLOW UP

PROGNOSIS
Power

: bonam

Passage

: bonam

Passenger

: bonam

TINJAUAN PUSTAKA

Partus spontan
Makrosomia

PERSALINAN NORMAL
Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun kedalam jalan lahir.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada :
kehamilan 37-40 minggu
lahir spontan dengan persentasi belakang kepala
berat badan janin 2500-4000 gram

PERSALINAN NORMAL
Macam- macam persalinan menurut Manuaba (2002) :
Persalinan spontan:bila persalinan seluruhnya
berlangsung dengan kekuatan sendiri.
Persalinan buatan:bila persalinan dengan bantuan
tenaga dari luar.
Persalinan anjuran:bila kekuatan yang diperlukan
untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.

Abortus

Berakhimya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar pada


umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500
gram.

Persalinan imaturus

Berakhimya kehamilan sebelum janin hidup di dunia luar pada umur


kehamilan kurang dari 28 minggu.

Persalinan prematuritas

Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu dan berat janin


kurang dari atau sama dengan 2499 gram.

Persalinan aterm

Persalinan antara umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu


dan berat janin lebih dari atau sama dengan 2500 gram.

Persalinan serotinus

Persalinan melainpaui umur kehamilan 42 minggu dan pada janin


terdapat tanda postmaturitas.

Persalinan presipitatus:

Persalinan yang berlangsung cepat, kurang dari 3 jam.

PERSALINAN DIPENGARUHI
OLEH :
POWER His, tenaga mengejan/meneran,
PASSAGE Ukuran panggul
PASSENGER Ukuran kepala, bayi, letak
dan presentasi bayi, letak plasenta.

POWER
HIS

His persalinan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Kontraksi


rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi
dapat juga dipengaruhi oleh rangsangan dari luar.
Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah
sebagai berikut :
Lamanya kontraksi : pada permulaan persalinan his timbul sekali
dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Tenaga mengejan / meneran : jika pembukaan sudah lengkap,
efektif sewaktu kontraksi rahim.

PASSAGE
PANGGUL
Panggul ginekoid
Panggul
antrhopoid
Panggul android
Panggul
Platipelloida

Panggul ginekoid
Paling banyak pada wanita normal. 45%
wanita
Panggul antrhopoid
berbentuk lonjong seperti telur. 35 %
wanita
Panggul android
panggul seperti laki-laki. Seperti segitiga,
ruangan untuk penurunan kepala terbatas.
Spina iskiadika menonjol ke dalamjalan
lahir dan pintu bawah panggul menunjukan
suatu arkus pubis yangmenyempit. 15%
wanita.
Panggul Platipelloida
< 5% wanita. pemendekan daridiameter
antero- posterior, sebaliknya diameter
transversal lebar.

BIDANG HODGE

Hodge telah menentukan berapa bidang


khayalan dalam panggul :
H I Bidang yang dibentuk pada
lingkaran PAP dgn bagian atas
H II Sejajar dengan H I melalui
pinggir bawah symphysis
H III Bidang ini sejajar dengan bidang
Hodge I dan II, terletak setinggi spina
iskiadika kanan dan kiri
H IV Sejajar H I, II, III, terletak
setinggi os coccygis

PASSENGER
Makrosomia, hidrocephalus, kelainan
kongenital,letak lintang/sungsang, presentasi
muka, dan lain-lain
Adapun perubahan yang terjadi pada jalan
lahir saat persalinan berlangsung sebagai
berikut :
Keadaan segmen atas dan segmen bawah
rahim pada persalinan

TANDA PERSALINAN
Timbul rasa sakit his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada
serviks.
Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran yang normal terjadi pada
kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai
persalinan spontan dalam 24 jam.
Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Nulipara, sebelum persalinan 50-60% penipisan serviks dan pembukaan sampai 1 cm, dan
dengan dimulainya persalinan penipisan serviks 50-100%, kemudian terjadi pembukaan.
Multipara tidak terjadi penipisan serviks pada awal persalinan, tetapi hanya membuka 1-2
cm. Seringkali serviks akan membuka kemudian diteruskan dengan penipisan.
Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).

MEKANISME PERSALINAN
NORMAL
Partus dibagi menjadi 4 kala.
Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai
menjadi pembukaan lengkap 10 cm,disebut kala
pembukaan.
Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan
kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong
janin keluar hingga lahir
Kala III : Batasan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta.
Kala IV : 2 jam setelah plasenta lahir lengkap

KALA I
Timbul his dan keluar lendir darah yang berasal dari
sekitar kanalis servikalis pecah
Pada primigravida ostium uteri internum akan
membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan
mendatar dan menipis, baru kemudian oue membuka.
Pada multigravida oue dan oui sudah sedikit membuka.
Penipisan dan pendataran serviks terjadi bersamaan

Proses membukanya serviks dibagi 2 fase.


Fase Laten : selama 8 jam. Sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 4 cm.
Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam; 4 cm 9 cm.
Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. 2 jam 9
cm
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida
fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam. Sedangkan
multipara kira-kira 7 jam.

KALA II
Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan
his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin
keluar hingga lahir
His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 3
menit sekali
His dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan
Gtanda inpartu kala II : ibu ingin mengejan, Perineum
menonjol, labia mulai membuka, kepala janin tampak
dalam vulva pada waktu his

KALA III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri
sedikit diatas pusat.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 15 menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri.
Tanda tanda lepasnya plasenta : Perubahan ukuran dan
bentuk uterus, Tali pusat memanjang, semburan darah tiba
tiba
Catatan :
Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit , dapat diberikan
oksitosin 10 unit IM dosis kedua dan ulangi PTT
Jika kandung kemih teraba penuh, bisa dilakukan

KALA IV
Penatalaksanaaan :
Lakukan masase fundus uteri
Evaluasi tinggi fundus ( normalnya fundus uteri setinggi pusat
atau dibawahnya , misal 2 jari dibawah pusat )
Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya
lengkap dan utuh
Periksa kehilangan darah secara keseluruhan
Periksa perineum dan perdarahan aktif ( apabila ada laserasi atau
episiotomi )
Evaluasi kondisi umum ibu
Dokumentasikan semua temuan dan penatalaksaan kala IV
dibelakang partograf

Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian


gerakan untuk melewati panggul -seven cardinal
movements of laboryang terdiri dari :
1. Engagemen
2. Fleksi
3. Desensus
4. Putar paksi dalam
5. Ekstensi
6. Putar paksi luar
7. Ekspulsi

ENGAGEMEN
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah
melewati pintu atas panggul.
Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul
ibu pada panggul jenis ginekoid dengan oksiput
melintang (tranversal)
Proses engagemen kedalam pintu atas panggul
dapat
melalui
prosesnormal
sinklitismus
,
asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior.

ASINKLITISMUS ANTERIOR
Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum. Asinklitismus
derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun
jika derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi
sefalo pelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun.

ASINKLITISMUS POSTERIOR
Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis
pubis (parietal bone presentasion) posisi yang
berlawanan dengan asinklitismus anterior

FLEKSI
Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik,
dinding panggul dan otot dasar panggul.
Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen
dan desensus. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada
janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih
pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih
panjang.
Bila terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi
kepala sehingga terjadi letak defleksi (presentasi dahi,
presentasi muka).

DESENSUS ( PENURUNAN
KEPALA
)
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu

dan
tidak berlanjut sampai awal kala II; pada multipara
desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
3. Usaha meneran ibu
4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)

Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus


adalah :
1. Ukuran dan bentuk panggul
2. Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya
kesempitan panggul akan menyebabkan desensus
berlangsung lambat.

PUTAR PAKSI DALAMINTERNAL ROTATION


Bersama dengan gerakan desensus, bagian
terendah janin mengalami putar paksi dalam
pada level setinggi spina ischiadica (bidang
tengah panggul).
Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi
posisi anterior (kadang-kadang kearah
posterior).

PUTAR PAKSI DALAMINTERNAL ROTATION


Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah daerah
ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke
bawah simfisis. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran
kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bentuk
bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak
terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan
tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III kadang-kadang baru
terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul
Putar paksi biasanya berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul

PUTARAN PAKSI DALAM :


SEBAB
Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni:
Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah darikepala.
Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling
sedikit, yaitu disebelah depan atas tempat terdapatnya
hiatus genitalis antara antara musculuslevator ani kiri
dan kanan.
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah
diameter anteroposterior.

EKSTENSI
Putaran paksi selesai & kepala sampai di dasar panggul
terjadilah ekstensi atau defleksi kepala, sebab :
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke
depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala
akan tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada kepala,
bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan
yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul yang
menolaknya ke atas. kekuatan ke arah depan atas.

PUTAR PAKSI LUAREXTERNAL ROTATION


Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang
menyebabkan posisi kepala kembali pada posisi saat engagemen
terjadi dalam jalan lahir. Belakang kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam putaran restitusi (putaran
balasan : putaran paksiluar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sesisi putaran paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior pintu bawah panggul.

EKSPULSI
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di
bawah simfisis dan menjadi hipomoklion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak
lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Bahu anterior akan mengalami putar paksi dalam
sejauh 450menuju arcus pubis sebelum dapat lahir
dibawah simfisis.

EPISIOTOMI
Definisi :
Suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasea perineum dan kulit
sebelah depan perineum

EPISIOTOMI
Indikasi janin :
- Sewaktu melahirkan janin prematur -cegah terjadinya
trauma yang berlebihan pada kepala janin
- Letak sungsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi
vakum & janin besar
Indikasi ibu
Peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan
terjadi robekan perineum atau ruptur perineum.

EPISIOTOMI MEDIALIS
Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot
otot sfingter ani
Keuntungan :
Perdarahan lebih sedikit sdkt PD
penjahitan kembali lebih mudah & penyembuhan lebih memuaskan.
Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis
Mudah sembuh, krn bekas insisi mudah dirapatkan
Tidak begitu sakit pada masa nifas
Dispareuni jarang terjadi
Kerugian :
Perluasan laserasi kesfingter ani ataulaserasi menjangkau hingga rektum(laserasi dinding
rektum)

EPISIOTOMI MEDIOLATERAL
Sayatan yang di buat dari garis
tengah
kesamping
menjauhi
anus,
dimulai
dari
ujung
terbawah
introitus
vagina
menuju ke belakang & samping
kiri atau kanan ditengahantara
spina ischiadica & anus
Keuntungan
:
lebih
kecil
kemungkinannya mencapaiotot
sfingter ani dan rektum

Kerugian :
- Perdarahan luka lebih banyak PD
- Otot-otot perineum terpotong - penjahitan luka lebih sukar& sakit
dan lama
- Insisi
lateral akan menyebabkan distorsi
(penyimpangan)
keseimbangan dasar pelvis.
- Otot ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar
(aposisinya sulit),sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang
baik
- Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang
kadang diikuti dispareuni(nyeri saat berhubungan)

EPISIOTOMI
LATERALIS
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira kira
pada jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam
Luka insisi ini dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh
darah pundendal
interna,
sehingga
dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat
menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita

MAKROSOMIA
Bila berat badan bayi melebihi 4000 gram atau lebih tanpa
memandang usia kehamilan.
Insiden diabetes pada ibu meningkat seiring dengan
meningkatnya berat badan lahir melebihi 4000 gram.
Diantara janin makrosomik dari wanita pengidap diabetes,
terdapat peningkatan lingkar bahu yang konsekuensinya adalah
peningkatan resiko distosia bahu pada pelahiran pervaginam.

DIAGNOSIS
tidak dapat ditegakkan hingga bayi dilahirkan dan ditimbang berat
badannya.
sblm bayi lahir, dapat dilakukan perkiraan untuk mengantiasipasi
terjadinya distosia bahu, fraktur klavikula, atau cedera pleksus
brakialis.
Berat janin dengan menilai menilai faktor resiko ibu,
pemeriksaan klinis, atau pemeriksaan USG rumus johnson

ETIOLOGI
Genetik, obesitas dan overweight yang dialami ayah ibu dapat menurun pada
bayi.
Pertambahan berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi makanan
yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu. Asupan gizi
yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata.
Ibu dengan diabetes melitus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada
berat badan bayi. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka janin dapat
tumbuh makin subur.
Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia, ibu yang sebelumnya
pernah melahirkan bayi makrosomia beresiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali
melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan
bayi makrosomia.
Multigravida, ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya

PENANGANAN
Bila terdapat sefalopelvik disporporsi, dianjurkan untuk
sectio caesaria.
Bila sulit melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan
episiotomi yang cukup untuk lebar dan janin
diusahakan lahir, atau bahu diperkecil dengan
melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral. Setelah
dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk
cedera postkleidotomi dikonsulkan ke bagian bedah.
Apabila janin meninggal, dilakukan embriotomi.

KOMPLIKASI
Bayi akan lahir dengan gangguan
Pada Ibu
Ibu mengalami robekan
perineum
Persalinan dengan
operasi caesaria
Kehilangan darah dalam
jumlah banyak saat
persalinan
Ruptur uteri dan serviks

nafas dan kadangkala bayi lahir


Pada Bayi
dengan trauma tulang leher dan
bahu.
Distosia atau macet pada bahu
Hipoglikemia
Hipoglikemia digunakan bila kadar
gula darah bayi dibawah kadar
rata-rata. Dikatakan hipoglikemia
apabila kadar glukosa darah kurang
dari 30 mg/dl pada semua
neonatus tanpa menilai masa
gestasi atau ada tidaknya gejala

PENCEGAHAN
Penimbangan berat badan ibu secara teratur dan ANC yang teratur
Ibu harus selalu menjaga berat badannya agar tetap normal, ibu
hamil, sebaiknya melakukan pengaturan pola makan sesuai
kebutuhan kalori. Makanan ringan diperbolehkan akan tetapi
hindari cemilan manis
Olahraga ringan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli
dari Norwegia menyebutkan, resiko bayi lahir dengan ukuran besar
bisa berkurang hingga 28% bila di masa kehamilan ibu tetap
berolahraga secara teratur pada trimester dua dan tiga.
Ibu hamil hendaknya memeriksakan kadar gula darahnya,
meskipun sebelumnya tidak ada diabetes mellitus.

PROGNOSIS
Pada panggul normal janin dengan berat badan
4000-4500 gram umumnya tidak menimbukan
kesulitan dalam persalinan. Distosia akan diperoleh
bila janin lebih besar daripada 4500-5000 gram atau
pada kepala yang sudah keras (postmaturitas) dan
pada bahu yang lebar. Apabila disporporsi
sefalopelvik dibiarkan akan terjadi kesulitan baik
pada ibu maupun pada janin.

MANUAL PLASENTA

Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan
kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari
dikuncupkan membentuk kerucut.
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta bila terdapat constrition
ring, mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut
tadi.
tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil
menahan atau mendorong fundus itu ke bawah.
Tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah
pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, bagian pinggir plasenta terlepas.
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam
antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu.
Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya
(kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri
supaya jangan ikut terdorong ke atas.
Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.
Plasenta berhasil dikeluarkan eksplorasi (adanya bagian dinding uterus yang
sobek atau bagian plasenta yang tersisa)

KOMPLIKASI
Multiple organ failure yang berhubungan dengan
kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan
sepsis plasenta akreta histerektomi &
mengangkat sisa plasenta dalam uterus.

ROBEKAN PERINEUM
Etiologi :
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada
persalinan dimana :
1. Kepala janin terlalu cepat lahir
2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak
jaringan parut
4. Pada persalinan dengan distosia bahu

JENIS / TINGKAT
ROBEKAN
Robekan perineum dapat dibagi menjadi 4 tingkat :
1. Tingkat 1 : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir
vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perinum sedikit
cutgut, secara jelujur dgn figure of eight
2. Tingkat 2 : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain
mengenai selaput lendir vagina juga mengenai muskulus
perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani
ratakan pinggir yang bergerigi, cutgut secara
jelujur/terputus-putus.
3. Tingkat 3 : Robekan yang terjadi mengenai seluruh
perineum sampai mengenai otot otot sfingter ani

KESIMPULAN
Persalinan normal adalah proses pengeluaran buah kehamilan cukup
bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput
ketuban, dengan presentasi kepala dari rahim ibu melalui jalan lahir
dengan tenaga ibu sendiri.
Kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan
adanya kontraksi yang teratur, addekuat dan menyebabkan
perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap
Kala II persalinan dimulai ketika perubahan serviks sudah lengkap dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dikenal dengan kala
pengeluaran
Kala II persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhrinya
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhirnya

Anda mungkin juga menyukai