Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

Stroke Non Haemoragic


Disusun Oleh :
Thyrister Nina Asarya Sembiring, S.Ked
NIM : FAA 111 0046

Pembimbing :
dr. Sutopo, Sp. RM
dr. Tagor Sibarani

KEPANITERAAN KLINIK REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY


MEDICINE
FK UPR/RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA
2016

BAB I. Pendahuluan

BAB II. Laporan Kasus


Survey Primer
Tn. M, 50 tahun, laki-laki.
Vital Sign :
Nadi : 84x/menit, regular, kuat angkat,isi cukup
Tekanan Darah : 210/110 mmHg
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu : 36,6C
Airways : Bebas, tidak terdapat sumbatan
Breathing : Spontan, 20 x/menit, pergerakan dada simetris

kanan-kiri
Circulation: Denyut nadi 84x/menit, regular, kuat angkat, isi
cukup, CRT <2
Disability : GCS 15 (Eye 4, Motorik 6, Verbal 5)
Exposure : Tampak lemas

Evaluasi Masalah

Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus


ini merupakan kasus yang termasuk dalam
priority sign karena pasien datang dalam
keadaan sadar, lemas, tidak terdapat tandatanda yang mengancam, dan tidak terdapat
kegawatdaruratan. Pasien diberi label kuning.
Tatalaksana Awal

Tatalaksana awal pada pasien ini adalah


ditempatkan di ruangan non bedah, posisi head
up 30o, diberikan oksigen nasal canul 2 lpm,
dilakukan pemasangan akses infus intravena
menggunakan cairan NaCl 0,9% 20 tpm

Survey Sekunder
Identitas
Nama : Tn.M
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. A.Yani
Tanggal Masuk RS : 27/8/16 pukul 22.39 WIB

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis
pada tanggal 27 Agustus 2016 di ruang IGD RSUD
dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
Keluhan Utama : Lemah anggota gerak kanan sejak +
11 jam SMRS.

RPS
Os datang ke IGD RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 27
Agustus 2016 dengan keluhan lemah anggota gerak kanan sejak + 11 jam
SMRS (sekitar pukul 15.00), keluhan muncul tiba-tiba setelah ikut mengubur
keluarganya.
Saat itu pasien mengaku pusing berputar kemudian langsung dibawa pulang
kemudian diantar ke IGD. Pasien muntah 1x dirumah dan 1x saat dimobil
menuju ke IGD, muntahan + 1 aqua gelas berisi air bewarna putih. Saat ini
pusing (-), nyeri dada (-),pingsan(-), kejang (-), pandangan mata kabur (-),
penglihatan berkurang (-), demam (-), bicara pelo (-) sebelumnya pasien tidak
pernah jatuh dan terbentur. Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan
seperti ini sebelumnya.
RPD
Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya.
Riw.TB (+) tahun 1993, pengobatan tuntas.
Riw.HT (+) 3 bulan ini, riwayat pengobatan kaptopri namun tidak rutin kontrol
RPK
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat hipertensi pada
keluarga dan riwayat diabetes mellitus disangkal.

Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2016 dan didapatkan


hasil
sebagai berikut :
Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Frek. Nadi : 84x/menit, regular
Tekanan Darah : 210/110 mmHg
Frek. Nafas
: 20 x/menit
Suhu : 36,6 C (aksila)
Kepala : Normocephal
Mata

:Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), oedema palpebra (-/-)


Hidung :Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-), nafas cuping hidung
(-).
Mulut
:Mukosa mulut pucat (-), kering (-), sianosis (-)
Leher
: KGB dan tiroid tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat

Thorax
Cor :
Inspeksi
: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung S1S2 tunggal, mumur (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi: Normochest, Simetris +/+, Massa (-), Retraksi (-/-),
Palpasi : Fremitus Vocal (+/+), Massa (-), Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor (+/+) dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki Basah (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi: Datar, distensi (-), Massa (-), Jejas (-),
Auskultasi : Bising Usus (+) 12 /menit
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Ekstermitas

Akral hangat, CRT <2, pitting Oedem (-/-), sianosis (-/-)

Pemeriksaan Neurolgis
Pemeriksaan
Kaku kuduk
Kernig
:
Laseque
Bruzinski I
Bruzinski II

selaput otak
: (-)
(-)/(-)
: (-)/(-)
: (-)
: (-)/(-)

Pemeriksaan Nervus Kranialis


N.I (Olfaktorius)

Daya pembau

Normal

N.II (Optikus)
Daya penglihatan : Normal - Normal
Tajam penglihatan : 6/6 - 6/6
Pengenalan warna : Baik
- Baik
Lapangan pandang dalam batas normal
N.III (Okulomotorius)
Ptosis : (-)/(-)
Gerak Mata : Medial, bawah (+) atas (+)
Ukuran pupil : 3mm/3mm
Reflek cahaya langsung:(+)/(+)
Strabismus divergen : (-)/(-)
Diplopia : (-)/(-)

...Pemeriksaan Nervus Kranialis


N.IV (Trokhlearis)
Gerak, mata kelateral bawah : (+)/(+)
Strabismus konvergen : (-)/(-)
Diplopia: (-)/(-)
N.V (Trigeminus)
Menggigit :(+)
Membuka mulut : (+)
Sensibilitas : Atas, tengah dan bawah normal
Reflek kornea:Tidak dilakukan
Reflek bersin : Tidak dilakukan
Reflek maseter : Tidak dilakukan
Reflek zigomatikus : Tidak dilakukan
Trismus : (-)

...Pemeriksaan Nervus Kranialis


N.VI (Abdusen)
Gerakan mata ke lateral : (+)/(+)
Strabismus konvergen : (-)/(-)
N.VII (Fasialis)
Kerutan kulit dahi : (+)/(+)
Kedipan mata
: (+)lemah/(+)
Mengerutkan dahi : (+)/(+)
Menutup mata : (+)lemah/(+)
Mengembangkan pipi : (+)/(+)
Lipatan kulit nasolabial dan sudut mulut : (+)/(+)

...Pemeriksaan Nervus Kranialis


N. (VIII) (Vestibulokoklearis)
Mendengar suara berbisik : (+)/(+)
Mendengar detik arloji : (+)/(+)
Tes Rinne
: Tidak dilakukan
Tes Weber : Tidak dilakukan
Tes Schwabach : Tidak dilakukan
N.IX (Glosofaringeus)
Arkus farings : Dalam batas normal
Reflek muntah : (+)
Sengau : (-)
Tersedak : (-)

...Pemeriksaan Nervus
Kranialis
N. X (Vagus)
Denyut nadi : 84 x/menit
Bersuara
: Normal
Menelan
: Normal
N. XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala : (+)
Sikap bahu
: Normal
Mengangkat bahu : (+)
Atrofi otot bahu : (-)
N. XII (Hipoglosus)
Sikap lidah
: deviasi (-)
Artikulasi
: Jelas
Menjulurkan lidah
: deviasi kearah kanan (+)

Tes koordinasi dan keseimbangan


Cara berjalan
: Lambat
Tes Romberg : tidak dilakukan
Ataksia : (-)
Nistagmus
: (-)/(-)
Tes telunjuk hidung
: Tidak dilakukan
Tes hidung-telunjuk-hidung
: Tidak dilakukan
Gerakan abnormal : Tremor(-)
Tes fungsi vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal

Ekstremitas superior

Ekstremitas inferior

Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

Kekuatan

5555

5555

5555

5555

Tonus

Normotonus

Normotonus

Normotonus

Normotonus

Trofi

Eutrofi

Eutrofi

Eutrofi

eutrofi

Sensibilitas

Nyeri

Refleks Fisiologis

+2

+2

+2

+2

Refleks Patologis

Tremor

Pemeriksaan penunjang
EKG

Laboratorium
Parameter

RSUD dr Doris Sylvanus


27/08/16

Nilai rujukan

Interpretasi

Leukosit

7,32x 103/uL

4,00-10,00

Meningkat

Eritrosit

4,71x106/uL

3,50-5,50

Normal

Hb

15 g/dL

11-16

Normal

Ht

42,2%

37-54

Trombosit

134.000/uL

150-400

Menurun

Glukosa-Sewaktu

157 mg/dl

<200

Normal

Creatinin

1,12 mg/dl

0,17-1,5

Normal

CT

400 menit

4-10 menit

Normal

BT

200 menit

1-3 menit

Normal

Elektrolit
-Natrium (Na)
- Kalium (K)
- Calcium (Ca)

137
3,0
1,00

135-148 mmol/L
3,5-5,3 mmo/L
0,98-1,2 mmo/L

Normal
Menurun
Normal

Normal

Foto Thoraks
Posisi Posterior-Anterior.
Trakea berada ditengah
Inspirasi cukup: >5 costae.
Sudut costofrenicus: kanan kiritajam
dan diafragma normal
Corakan bronkovaskular normal
CTR: 45%

CT-Scan
Tidak ada pergeseran midline
Tidak terdapat perdarahan
Terdapat gambaran iskemik

Diagnosis Banding
Strok Non-Hemoragik
Stroke Hemoragik

Diagnosis Kerja
Diagnosa Klinis: hemiparese dekstra, parese
n. VII, parase n.XII
Diagnosa Etiologi: Stroke non-hemoragik

Tatalaksana dan Prognosis


O2 nasal canul 2 liter/menit
Elevasi kepala 30o
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi :
Inj. Citicolin 2x500 mg (IV)
Inj Mecobalamin 3 x 1 amp/IV
Inj Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Obat oral : Amlodipin 1x10 mg
Rencana rawat bangsal Neuro
Diet 3x Nasi Lunak (TKTP) + Buah-

buahan + Puding (Rendah lemak


Jenuh)
Monitoring: Keadaan umum,
Kesadaran GCS, vital sign (TD,DN,
RR, dan t), kejang dan observasi
deficit neurologis dan observasi efek
samping obat yang diberikan.

Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad
bonam
Ad fungsionam : dubia ad
bonam

BAB III Pembahasan


Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang laki-laki

berusia 50 tahun, berdasarkan data-data yang


didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien
menderita stroke non hemoragik/iskemik.
Dari anamnesis data yang menunjang adalah defisit
neurologis berupa hemparesa dekstra, mata kanan
yang lemah menutup, dan lidah terdeviasi ke kanan
saat menjulur, muncul secara tiba-tiba tanpa
didahului trauma, nyeri kepala, dan muntah. Dari
anamnesis juga ditemukan faktor resiko stroke seperti
gender (laki-laki) dan hipertensi yang tidak terkontrol.

Pemeriksaan fisik yang menunjang ke arah diagnosis

kerja adalah bukti hipertensi pada pemeriksaan


tanda vital (210/110 mmHg)
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko
penyebab tersering serangan stroke iskemik
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pemeriksaan
motorik didapatkan adanya kelemahan pada tangan
kanan dan tungkai kanan dan pada pemeriksaan N.
VII dan N.XII didapatkan kelainan. Kekuatan motorik
ekstremitas superior dan inferior dekstra mengalami
kelemahan. Sehingga dari pemeriksaan fisik dapat
disimpulkan bahwa penderita mengalami
hemiparesis dekstra.

Stroke iskemik dapat dijumpai dalam 4

bentuk klinis
Serangan Iskemia Sepintas/Transient
Ischemic Attack (TIA) gejalah neurologik
yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak akan menghilang dalam
waktu 24 jam.
Defisit Neurologik Iskemia
Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND) gejala neurologik yang
timbul akan menghilang dalam waktu lebih
dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
Stroke progresif (Progressive Stroke/Stroke
in evolution) gejala neurologik makin
lama makin berat.
Stroke komplet (Completed
Stroke/Permanent Stroke) gejala klinis
sudah menetap. Kasus completed stroke ini
ialah hemiplegi dimana sudah
memperlihatkan sesisi yang sudah tidak
ada progresi lagi. Dalam hal ini, kesadaran
tidak terganggu

Pada kasus ini pasien


mengaami kelemahan
anggota gerak kanan sejak 1
am SMRS, pada pemeriksaan
neurologis terdapat kekuatan
motorik didapatkan adanya
kelemahan pada tangan
kanan dan tungkai kanan dan
pada pemeriksaan N. VII dan
N.XII didapatkan kelainan.
Kekuatan motorik
ekstremitas superior dan
inferior dekstra mengalami
kelemahan. Sehingga dari
pemeriksaan fisik dapat
disimpulkan bahwa penderita
mengalami hemiparesis
dekstra dengan onset
perbaikan <24 jam TIA

Faktor risiko ialah faktor yang menyebabkan seseorang

lebih rentan/mudah mengalami stroke (baik iskemik


ataupun hemoragik). Adapun yang termasuk faktor risiko
dari stroke yang tidak dapat diubah adalah usia tua,
jenis kelamin laki-laki, ras, riwayat keluarga, dan riwayat
stroke. Sedangkan faktor risiko dari stroke yang dapat
diubah adalah hipertensi, diabetes mellitus, merokok,
alkohol, kontrasepsi oral, hiperurisemia, dislipidemia.
Dari faktor risiko diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

faktor risiko dari penderita ini adalah jenis kelamin lakilaki, usia tua, dan faktor yang dapat diubah adalah
hipertensi yaitu melalui gaya hidup sehat dan rutin
kontrol.

GEJALA

PERDARAHAN

INFARK

Sangat akut

Sub akut

Aktif

Bangun tidur

++

Nyeri Kepala

++

Muntah

++

Kejang-kejang

++

Kesadaran
Menurun
Bradikardi

++

+/-

+++ (dari hari 1)

++

Kaku
Kuduk,
Kernig, Brudzinski

++

Ptosis

++

Lokasi

Subkortikal

Kortikal/subkortika
l

Permulaan

Berdasarkan dari tabel, dapat

diambil kesimpulan bahwa


penderita ini memenuhi kriteria
seperti yang ada pada tabel diatas
yaitu awal terjadinya yang sangat
tiba-tiba saat beraktivitas, tidak
disertai nyeri kepala sebelumnya,
tidak ada peringatan untuk
serangan. Satu-satunya cara yang
akurat untuk dapat mendiagnosa
stroke hemorragik dan non
hemorragik adalah dengan
bantuan pemeriksaan penunjang
CT Scan. Pada kasus ini hasil CT
scan menunjukan tidak adanya
perdarahan (haemoragic).

Waktu serangan
Peringatan
sebelumnya

Perdarahan
Retina
Papil Edema

di

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik

sebelum dilakukannya CT-scan dapat


dilakukan penegakkan diagnosis
berdasarkan sistem skoring:
Gadjah Mada skor
Penurunan kesadaran (-) + sakit kepala (-)
+ refleks babinski (-) stroke iskemik

Skor Stroke Siriraj


Rumus :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) + (0,1 x tekanan diastolik)
(3 x penanda ateroma) 12

Keterangan :
Derajat kesadaran
Muntah
Nyeri kepala
Ateroma
Hasil :
Skor > 1
Skor < 1

0 = kompos mentis; 1 = somnolen;


2 = sopor/koma
0 = tidak ada; 1 = ada
0 = tidak ada; 1 = ada
0 = tidak ada; 1 = salah satu atau lebih (diabetes; angina;
penyakit pembuluh darah)
Perdarahan supratentorial
Infark serebri

Skor

pasien:
(2,5 x 0) +
(2 x 0) + (2
x 1) + (0,1
x 110) - (3
x 0) 12 =
-1 infark
cerebri

Dari pemeriksaan penunjang yang

mendukung diagnosis ke arah strok iskemik


tidak banyak. Pemeriksaan laboratorium
yang diperhatikan adalah hematokrit yang
menandakan kondisi viskositas darah,
dimana viskositas darah mempengaruhi
aliran darah ke otak. Aliran darah ke otak
yang tidak lancar menyebabkan hipoksia
otak yang dapat berakhir terjadinya
iskemik. Pada pemeriksaan laboratorium
pasien hematokrit masih dalam batas
normal (42,2%).

Tatalaksana
O2 nasal canul 2 liter/menit
Elevasi kepala 30o
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Injeksi :
Inj. Citicolin 2x500 mg (IV)
Inj Mecobalamin 3 x 1 amp/IV
Inj Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Obat oral : Amlodipin 1x10 mg
Rencana rawat bangsal Neuro
Diet 3x Nasi Lunak (TKTP) + Buah-buahan + Puding (Rendah

lemak Jenuh)
Monitoring: Keadaan umum, Kesadaran GCS, vital sign (TD,DN,
RR, dan t), kejang dan observasi deficit neurologis dan
observasi efek samping obat yang diberikan.

Pada pasien gejala klinis gangguan fungsi otak lokal

yang berangsung <24 jam dan membaik secara


spontan disebut sebagai transient ischemic attack (TIA).
Pengenaan gejala TIA ini dapat dikurangi dengan

penanganan yang tepat. Prognosis ad vitam pada kasus


ini ad bonam, hal ini dipengaruhi oleh keadaan pasien
pada saat datang yang masih dalam keadaan umum
yang baik. Untuk prognosis ad fungsionam dubia ad
bonam dikarenakan sangat tergantung dari ketelatenan
pasien dalam menjalani fisioterapi. Prognosis
sanationam dubia ad malam dikarenakan adanya faktor
resiko hipertensi yang butuh kesadaran dan perhatian
dari pasien untuk mengontrolnya.

Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai

dasar pembelajaran dan mungkin pula


menunjukkan faktor resiko stroke seperti
polisitemia, trombositosis, trombositopenia,
dan leukemia).
Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk
mengeliminasi kelainan yang memiliki
gejala seperti stoke (hipoglikemia,
hiponatremia) atau dapat pula menunjukka
penyakit yang diderita pasien saat ini
(diabetes, gangguan ginjal).

CT scan kepala non kontras


Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan

stroke hemoragik dan stroke non hemoragik secara


tepat kerena pasien stroke non hemoragik
memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin.
Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk
menentukan distribusi anatomi dari stroke dan
mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain
yang gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma,
neoplasma, abses)
Modalitas lain yang juga berguna untuk mendeteksi

kelainan jantung adalah EKG dan foto thoraks

BAB IV. Kesimpulan


Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang laki-laki, Tn.M 56 tahun

datang dengan keluhan utama kelemahan anggota gerak kanan


mendadak, tidak didahuui oleh adanya trauma, nyeri kepala dan
muntah. Vital sign: Tekanan darah 210/110 mmHg, Nadi 84 x/menit.
Pemeriksaan fisik di dapatkan hemiparesis dekstra dan gangguan
nervus VII dan XII serta Siriraj score pasien adalah -1. Pemeriksaan
CT- Scan tidak didapatkan adanya iskemik, tidak adanya lesi
hipodens maupun perdarahan. Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dari pasien ini
ditegakkan diagnosis yaitu : Stroke Non Hemoragik.
Stroke adalah penyebab kematian dan disabilitas utama.

Penanganan gawat darurat pada stroke hemoragik adalah evaluasi


cepat dan diagnosis, terapi umum (suportif) dan terapi khusus
berdasarkan jenis perdarahan. Tindakan operasi tergantung pada
tingkat kesadaran, besar dan luas serta letak perdarahan dan usia.
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkat keparahan stroke dan
lokasi serta ukuran dari lesi.

Daftar Pustaka
Kapita Selekta Penanganan Kegawatan

Medis. Simposium Clinical UPA Tes 205.


Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, 2015
Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia.Guideline Stroke
2011. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter
Spesialis SarafIndonesia: Jakarta, 2011.
Dewanto G, Suwono WJ. Riyanto B, Turana
Y. Panduan Praktis : Diagnosis & tatalaksana
Penyakit Saraf. Jakarta : EGC. 2009.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai