Bells Palsy
Bells Palsy
Pendahuluan
Bells palsy atau prosoplegia
adalah kelumpuhan fasialis
akibat paralisis nervus fasial
perifer yang terjadi secara
akut dan penyebabnya tidak
diketahui (idiopatik) di luar
sistem saraf pusat tanpa
disertai adanya penyakit
neurologis lainnya.
patofisiologi
Para ahli menyebutkan bahwa pada
Bells palsy terjadi proses inflamasi
akut pada nervus fasialis di daerah
tulang temporal, di sekitar foramen
stilomastoideus. Bells palsy hampir
selalu terjadi secara unilateral.
etiologi
c.Di
b.
A.
Manifestasi Klinis
Gejala awal berupa perasaan nyeri dan
terasa ngilu disekitar telinga yang diikuti
dengan kelumpuhan otot wajah berupa:
- Lagophthalmos
-Bell's sign
-Sudut mulut tidak dapat diangkat
- Gangguan Pengecapan /Hilang pengecapan
Diagnosa
Diagnosa Belss Palsy ditegakkan berdasarkan
Anamnesa
-Rasa nyeri
- Gangguan atau kehilangan pengecapan.
-Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang
dilakukan pada malam hari di ruangan terbuka
atau di luar ruangan.
-Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh
penderita seperti infeksi saluran pernafasan,
otitis, herpes, dan lain-lain.
Pemeriksaan Fisik
Gerakan volunter yang diperiksa,
dianjurkan minimal :
1.Mengerutkan dahi
2.Memejamkan mata
3.Mengembangkan cuping hidung
4.Tersenyum
5.Bersiul
6.Mengencangkan kedua bibir
Diagnosa Banding
- Ramsay Hunt Syndrome
- Miller Fisher Syndrome
Tatalaksana
Non medikamentosa:
Istirahat, terutama dalam keadaan akut
Penggunaan Kacamata
Fisioterapy
Medikamentosa:
- Kortikosteroid (perdnison dengan dosis 40
-60 mg/hari per oral atau 1 mg/kgBB/hari
selama 3 hari, diturunkan perlahan-lahan
selama 7 hari kemudian
- Acyclovir (400 mg selama 10 hari) terutama
pada fase akut untuk mencegah replikasi virus
- Penggunaan cendolytears untuk mencegah
kekeringan pada mata
komplikasi
1. Crocodile tear phenomenon.
2. Synkinesis
3. Tic Facialis
Prognosis
Prognosis umunya baik
Beberapa faktor Resiko yang
memperburuk prgonosis antara lain:
1. Usia di atas 60 tahun
2. Paralisis komplit
3.Menurunnya fungsi pengecapan atau
aliran saliva pada sisi yang lumpuh,
4.Nyeri pada bagian belakang telinga dan
5.Berkurangnya air mata.
Identitas Pasien
Karakteristik Genogram
Keluarga
Kedudukan
Nama
Dalam
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Ket.
SMA
Wiraswasta
Penderita
Keluarga
Edi kurnia
Kepala Keluarga
Laki-laki
Sumiati
Istri
Perempuan
Ilham yahya
Anak
54 thn
50 thn
25 thn
Laki- laki
Rani Kusmiati
Anak
Perempuan
24 thn
Putri Ulfani
Anak
Perempuan
22 thn
SMA
SMA/
Sederajad
SMA/
Sederajad
SMA/
Sederajad
Ibu Rumah
Tangga
Belum Bekerja
Belum Bekerja
Belum Bekerja
Sekolah
SLTP
Yusuf Affandi
Anak
Laki-laki
15 thn
/Sederajat
Genogram keluarga
2. Nutrisi
Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk pauk
berupa ikan dan sayur, konsumsi buah jarang.
Variasi dan kualitas makanan
Status Nutrisi
Berat Badan
: 60 kg
Tinggi Badan
: 165 cm
Kesan
: Normoweight
3. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : Baik
Eksterior rumah :
Atap
: Seng
Pintu rumah : Kayu
Dinding Rumah: Batu
Jendela : Jerjak besi dengan jendela
kaca bertingkat
Ventilasi : dari pintu dan jendela
Halaman : tidak ada
Interior rumah :
Kepadatan : Terlalu padat
Kebersihan : Cukup
Kenyamanan : cukup nyaman
Privasi : Ada
Hewan peliharaan : tidak ada
Buku-buku : tidak ada
Televisi : Ada
Pernak-pernik : Ada
4. Orang Lain
Dukungan Sosial : ya
Semangat Hidup : ya
Sumber Penghasilan: dari pasien
sendiri
Sikap dan keluarga : Menyambut
dengan ramah dan baik
5. Medikasi
Obat resep
: ya
Obat non resep : tidak
Suplemen diet
: tidak
Obat tertata rapi
: ya
Kepatuhan Minum Obat : ya
6. Pemeriksaan Berdasarkan
Anamnesis
A. Anamnese penyakit
keluhan utama : Bibir kanan miring
telaah : Hal ini dialami pasien sejak 3 tahun
yang lalu. Awalnya os seorang supir lintas
Sumatra dan sering melakukan perjalanan
malam dengan kaca mobil terbuka. Kemudian
os merasakan kebas pada wajah kiri. Dan
susah untuk menelan makanan. Karena
keterbatasan ekonomi dan kurangnya
pengetahuan os tidak datang berobat. Lama
kelaman gejala sedikit berkurang tetapi belum
sembuh sempurna. Riwayat terjatuh (-)
I .Riwayat Lingkungan :
Pasien tinggal dengan istri dan ke empat anaknya
di rumah kontrakan. Di rumah pasien yang hanya
ada dua kamar yaitu satu kamar tidur untuk dia
dan istriya dan satu lagi kamar untuk anak
anaknya, satu ruang keluarga yang bersamaan
dengan ruang tamu dan ruang makan, satu dapur
dan satu kamar mandi. Sirkulasi udara kurang
baik karena kamar tidak ada jendela, pencahayaan
cukup, kebersihan kurang. Selain di rumah, pasien
juga sering berinteraksi dengan teman-teman di
sekitar rumahnya.
G. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Baik/Sedang/Sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus
(/-), pupil isokor, diameter 2-3 mm, RC (+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan dan kiri
sama,
sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler pada
kedua lapangan paru
Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh
lapangan perut, peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status lokalisata
Pemeriksaan nervus VII :
Pemeriksaan sensibilitas eksteroseptif :
Raba: berkurang, Nyeri berkurang,
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Motorik :
wajah pasien tidak simetris , dahi dan alis mata
sebelah kanan tertinggal saat mengerutkan dahi, pada
saat pemejaman mata kelopak mata kanan tidak
dapat menutup sempurna, bibir tertarik ke kanan, dan
pada saat menggembungkan pipi tidak simetris.