Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS ILMU

KEDOKTERAN
FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL

KEKERASAN DALAM
RUMAH TANGGA
Pembimbing :
dr. Sofwan Dahlan, Sp. F (K)
Febrianto A
Eko Deskurniawan
Elfin Naimathul H
Elia Purnamasari
Fitri Aulia Ananda
Nurul Putri Fitriani

012106159
012116376
012116377
012116378
012116397
012116479

FEBRIANTO

Latar belakang

Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia, semakin lama


semakin meningkat jumlahnya.

Pada tahun 2001 tercatat sebanyak 258 kasus KDRT, kemudian 226
kasus pada tahun 2002, 272 kasus pada tahun 2003, 328 kasus pada
tahun 2004, 455 kasus pada tahun 2005, dan terus meningkat hingga
sekarang (budiyanto dkk, 1997).

Oleh karena itu, saat ini KDRT merupakan salah satu jenis kekerasan
yang menjadi masalah kesehatan global, karena kejadian KDRT dapat
menyebabkan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan tidak menutup
kemungkinan akan mempengaruhi kesehatan mental pada korban
(Dahlan, 1997).

FEBRIANTO

Definisi Kekerasan
Dalam Rumah Tangga

FEBRIANTO

Definisi kekerasan:
Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik
maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun
dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh
pelaku, dan ada akibat yang merugikan pada korban
(fisik atau psikis) yang tidak dikendaki oleh korban.

FEBRIANTO

UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah


Tangga No. 23 Tahun 2004 Pasal 1 angka 1
(UU PKDRT) memberikan pengertian bahwa:
Kekerasan dalam Rumah Tangga
adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama
perempuan,
yang
berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran
rumah
tangga
termasuk
ancaman
untuk
melakukan
perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga.

FEBRIANTO

Bentuk bentuk
Kekerasan Dalam
Rumah Tangga

FEBRIANTO

Mengacu kepada UU No. 23 Tahun


2004 Pasal 5 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah tangga,
kekerasan dalam rumah tangga dapat
berwujud :
Kekerasan Fisik
Kekerasan Psikis
Kekerasan Seksual
Penelantaran rumah tangga

FEBRIANTO

Kekerasan fisik menurut UU No. 23 Tahun 2004


Pasal 6

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang


mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau
luka berat.
Kekerasan fisik yang dialami korban seperti:
pemukulan menggunakan tangan maupun alat
seperti (kayu, parang), membenturkan kepala
ke tembok, menjambak rambut, menyundut
dengan rokok atau dengan kayu yang bara
apinya masih ada, menendang, mencekik leher.

EKO DESKURNIAWAAN

Kekerasan psikis menurut UU No. 23 Tahun 2004


Pasal 7

Kekerasan psikis
perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
pada seseorang. Kekerasan psikis berupa
makian, ancaman cerai, tidak memberi
nafkah, hinaan, menakut-nakuti, melarang
melakukan aktivitas di luar rumah.

EKO DESKURNIAWAAN

Kekerasan seksual menurut UU No. 23 Tahun


2004 Pasal 8
Kekerasan seksual
meliputi pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut, maupun pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk
tujuan
komersial
dan/atau
tujuan
tertentu.
Kekerasan
seksual
seperti
memaksa
isteri
melakukan hubungan seksual walaupun isteri dalam
kondisi lelah dan tidak siap termasuk saat haid,
memaksa isteri melakukan hubungan seks dengan
laki-laki lain.

EKO DESKURNIAWAAN

Etiologi

EKO DESKURNIAWAAN

Adapun faktor-faktor terjadinya kekerasan


terhadap perempuan dalam rumahtangga
khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap
istri, yaitu (Ribka, 1998) :
Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang
antara suami dan istri.
Ketergantungan ekonomi.
Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik.
Persaingan
Frustasi
Belum siap kawin
Suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang
mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Masih serba terbatas dalam kebebasan karena masih
menumpang pada orang tua atau mertua.

Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses


hukum

EKO DESKURNIAWAAN

Dampak Kekerasan
dalam Rumah Tangga

EKO DESKURNIAWAAN

Adapun dampak kekerasan dalam rumah tangga


yang menimpa istri adalah (Munti, 2000) :
Kekerasan fisik langsung atau tidak langsung dapat
mengakibatkan istri menderita
rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat tindakan
kekerasan tersebut.
Kekerasan seksual dapat mengakibatkan turun atau
bahkan hilangnya gairah seks,
karena istri menjadi ketakutan dan tidak bisa merespon
secara normal ajakan ber-hubungan seks.
Kekerasan psikologis dapat berdampak istri merasa
tertekan, shock, trauma, rasa takut, marah, emosi tinggi
dan meledak-ledak, kuper, serta depresi yang
mendalam.
Kekerasan
ekonomi
mengakibatkan
terbatasinya
pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang diperlukan istri
dan anak-anaknya.

ELFIN NAIMATUL

Kekerasan dalam rumah tangga yang anak lihat


adalah sebagai pelajaran dan proses sosialisasi bagi
dia sehingga tumbuh pemahaman dalam dirinya
bahwa kekerasan dan penganiayaan adalah hal yang
wajar dalam sebuah kehidupan berkeluarga.
Pemahaman seperti ini mengakibatkan anak
berpendirian bahwa (Kalyanamitra, 1999) :
Satu-satunya jalan menghadapi stres dari berbagai
masalah adalah dengan melakukan kekerasan
Tidak perlu menghormati perempuan
Menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan
berbagai persoalan adalah baik dan wajar
Menggunakan paksaan fisik untuk mendapatkan
sesuatu yang diinginkan adalah wajar dan baikbaik saja.

ELFIN NAIMATUL

Pemulihan Korban
Kekerasan dalam
Rumah Tangga

UU Nomor 23 Tahun 2004


Pasal 39

ELFIN NAIMATUL

Untuk kepentingan
pemulihan, korban dapat
memperoleh pelayanan
dari:
a. Tenaga kesehatan;
b. Pekerja sosial;
c. Relawan pendamping;
dan/atau
d. Pembimbing rohani.

UU Nomor 23 Tahun 2004


Pasal 40

ELFIN NAIMATUL

Tenaga kesehatan wajib memeriksa


korban sesuai dengan standar
profesinya
Dalam hal korban memerlukan
perawatan, tenaga kesehatan wajib
memulihkan dan merehabilitasi
kesehatan korban.

ELFIN NAIMATUL

KEKERASAN DAN LUKA

ELFIN NAIMATUL

Kekerasan adalah suatu tindakan yang


dilakukan oleh seseorang atau sejumlah
orang yang berposisi kuat (atau yang tengah
merasa kuat) terhadap seseorang atau
sejumlah orang yang berposisi lebih lemah
(atau dipandang berada di dalam keadaan
lebih lemah), bersaranakan kekuatannya
entah fisik maupun non fisik yang superior
dengan kesengajaannya untuk menimbulkan
rasa derita di pihak yang tengah menjadi
obyek kekerasan.
luka
adalah
suatu
keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat
kekerasan.

ELFIN NAIMATUL

PENYEBAB

ELFIN NAIMATUL

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat


menimbulkan efek pada fisik maupun psikiknya. Efek
fisik berupa luka-luka, apabila diperiksa akan diketahui
jenis penyebabnya, yaitu:
Benda-benda mekanik
Benda tajam
Benda tumpul
Memar
Luka lecet
Luka robek/terbuka

Benda-benda fisik
Benda bersuhu tinggi
Benda bersuhu rendah
Sengatan listrik
Petir
Tekanan

Kombinasi benda mekanik dan fisik


Zat-zat kimia korosif

ELIA PURNMA

Akibat Trauma

ELIA PURNMA

Kelainan yang terjadi akibat trauma dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu:
Aspek medis
Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa:
Kelainan fisik/organic
Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu
Infeksi
Penyakit
Kelainan psikik
Aspek yuridis
Kebijakan hukum pidana di dalam penentuan berat ringannya luka
didasarkan atas pengaruhnya terhadap:
Kesehatan jasmani
Kesehatan rohani
Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan
Estetika jasmani
Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian
Fungsi alat indera

ELIA PURNMA

Jenis luka
Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau mata pencahariannya.

Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit


atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata pencahariannya untuk sementara waktu.
Luka berat adalah luka yang sebagaimana diuraikan di
dalam pasal 90 KUHP

LAPOR
AN
KASUS

ELIA PURNMA

ELIA PURNMA

KRONOLOGI KEJADIAN
Seorang wanita 36 tahun (korban) datang ke RS Bhayangkara
pada hari Selasa, tanggal 29 November 2016 pukul 08.30 WIB.
Mengaku telah mengalami tindakan kekerasan fisik (Kekerasan
Dalam Rumah Tangga) pada dirinya berupa pemukulan pada
kepala dan tanggannya digores dengan rokok yang menyala oleh
suaminya pada tanggal 28 November 2016 pukul 22.00 WIB.
Kejadian bermula saat korban bertengkar dengan suaminya,
korban sempat diancam akan diseret sambil ditarik rambutnya
dari ujung jalan hingga ke ujung jalan dan dibunuh, anak
menangis keras, suami tidak terima, akhirnya korban dipukuli
wajah serta kepalanya hingga terjatuh. Saat terjatuh di lantai
suaminya menahan kaki dan tangannya, karena suaminya sedang
merokok , tangan korban digores gores dengan rokok yang
masih menyala. Kejadian tersebut disaksikan oleh anaknya yang
berusia 6 tahun. Karena menunggu suaminya pergi dari rumah
dan anaknya pergi ke sekolah, korban periksa ke RS Bhayangkara
tanggal 29 November pukul 08.30. Kejadian tersebut terjadi,
diduga karena pelaku marah karena korban meminta uang belanja
kebutuhan rumah tangga.

FITRI AULIA

FITRI AULIA

FITRI AULIA

FITRI AULIA

FITRI AULIA

PEMBAHASA
N

FITRI AULIA

PEMBAHASAN
ANAMNESIS
Seorang wanita 36 tahun (korban) datang ke RS Bhayangkara pada
hari Selasa, tanggal 29 November 2016 pukul 08.30 WIB. Mengaku
telah mengalami tindakan kekerasan fisik (Kekerasan Dalam Rumah
Tangga) pada dirinya berupa pemukulan pada kepala dan
tanggannya digores dengan rokok yang menyala oleh suaminya
pada tanggal 28 November 2016 pukul 22.00 WIB. Kejadian
bermula saat korban bertengkar dengan suaminya, korban sempat
diancam akan diseret sambil ditarik rambutnya dari ujung jalan
hingga ke ujung jalan dan dibunuh, anak menangis keras, suami
tidak terima, akhirnya korban dipukuli wajah serta kepalanya
hingga terjatuh. Saat terjatuh di lantai suaminya menahan kaki dan
tangannya, karena suaminya sedang merokok , tangan korban
digores gores dengan rokok yang masih menyala. Kejadian
tersebut disaksikan oleh anaknya yang berusia 6 tahun. Karena
menunggu suaminya pergi dari rumah dan anaknya pergi ke
sekolah, korban periksa ke RS Bhayangkara tanggal 29 November
pukul 08.30. Kejadian tersebut terjadi, diduga karena pelaku marah
karena korban meminta uang belanja kebutuhan rumah tangga.

NURUL PUTRI

Kekerasan pertama yaitu kekerasan fisik,


ditemukan sebuah luka terbuka pada lengan kanan
bawah sisi luar berbentuk memanjang, ujung pertama 4
cm dari pergelangan, tangan ujung kedua 5 cm dari lipat
siku, berukuran 10 cm, lebar 1 cm dan dalamnya 0,5 cm.
Garis batas luka tidak teratur, tebing luka tidak rata,
dasar luka jaringan ikat terlihat basah dan berwarna
hitam, sekitar luka kemerahan.
Luka tersebut termasuk luka bakar derajat 3
Karena terdapat kerusakan yang meliputi seluruh dermis
dan lapisan lebih dalam, tidak dijumpai bula, Terjadi
koagulasi protein pada epidermis. yang dikenal sebagai
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh
karena ujung ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian. Penyembuhanterjadi lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar
luka (Moenadjat, 2001).

NURUL PUTRI

Kekerasan kedua yaitu kekerasan mekanik,


ditemukan sebuah luka memar pada pipi kanan berbentuk oval
ujung luka pertama 2 cm dari lubang telinga kanan batas ujung
kedua 3 cm dari ujung bibir sebelah kanan diameter luka
terpanjang 6 cm , luka berwarna merah kebiruan berbatas tegas,
dan tepi tidak teratur.
Memar merupakan suatu perdarahan dalam jaringan bawah
kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan
oleh karena kekerasan benda tumpul (Dahlan, 2007).
Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu
benturan atau kekerasan dengan energi yang cukup untuk
mengganggu permeabilitas sel-sel pembuluh darah sehingga
terjadi pembengkakan disekitar daerah tubuh yang terkena
benturan. Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan
dan sel-sel sirkulasi darah ke jaringan intertitial (Stark, 2000).
Mula-mula pembengkakan timbul berwarna merah kebiruan
sesudah 4 sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan
sesudah lebih dari seminggu menjadi kekuningan (Dahlan, 2007).

NURUL PUTRI

Dikategorikan sebagai Kekerasan Dalam Rumah Tangga


ditemukannya kekerasan fisik dan kekerasan psikis.
kekerasan fisik yakni pemukulan menggunakan tangan di kepala
serta terdapat luka bakar akibat rokok yang masih menyala yang
di gores pada lengan kanan bawah
kekerasan psikis berupa ancaman akan membunuh dan menyeret
sambil ditarik rambutnya dari ujung jalan hingga ke ujung jalan.
Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga mengacu kepada
UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 5 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah tangga bahwa kekerasan dalam rumah tangga
dapat berwujud : kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan
seksual, dan penelantaran rumah tangga.
Menurut UU Pasal 1 angka 1, Kekerasan dalam Rumah Tangga
adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan
secara
fisik,
seksual,
psikologis,
dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

NURUL PUTRI

Jenis Luka
Pada kasus ini ditemukan
adanya kekerasan fisik dan
mekanik.
Kekerasan fisik Kekerasan fisik
yakni terdapat luka bakar
derajat 3 akibat rokok yang
masih menyala yang di gores
pada lengan kanan bawah.
kekerasan mekanik berupa
pemukulan
menggunakan
tangan
di
kepala
yang
mengakibatkan luka memar.

NURUL PUTRI

Kualifikasi Luka
Pada kasus ini ditemukan luka etsa (luka bakar) akibat
persentuhan dengan benda bersuhu tinggi. Akibatnya
korban
tidak
dapat
menjalankan
perkerjaan
jabatannya sebagai ibu rumah tangga selama 8 hari.

NURUL PUTRI

KESIMPULAN
Dalam KUHP pasal 351 penganiayaan
merupakan kejahatan terhadap tubuh
orang lain. Akibatnya dapat berupa abrasi
atau memar
Derajat luka tergantung dari benda yang
digunakan, organ yang terkena, kekuatan
trauma, dan kecepatan penanganan.
Pasal 353 penganiayaan yang diawali
perencanaan terlebih dahulu, ayat (1)
mengakibatkan
luka,
ayat
(2)
mengakibatkan luka berat dan ayat (3)
mengakibatkan mati.

NURUL PUTRI

SARAN
Belum diketahui bagaimana proses
terjadinya trauma tumpul dilihat dari
segi jaringan. Secara hukum belum
diketahui perbedaan hukuman yang
diberikan kepada pelaku trauma
tumpul dengan derajat luka minimal
hingga sedang.

Anda mungkin juga menyukai