Pembimbing:
dr. Arin Dwi Iswarini, Sp.THT-KL.,
M.Kes
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Wagiyem
Tanggal Lahir : 18 Januari 1935
Usia
: 81 thn
Alamat
: Gondomanan , YK
Tanggal masuk RS : 9 Desember 2016
Auto dan Alloanamnesis: dilakukan di
bangsal C RS
10 Desember 2016
Anamnesis
Keluhan Utama : sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
3 bulan SMRS
HMRS
::+
:::-
DM
: Riwayat trauma
Keluhan serupa
:: + (masuk RS Bulan
November)
Riwayat
alergi
:-
RIWAYAT PENGOBATAN
RIWAYAT KELUARGA
Lifestyle
Pola makan 1-2x sehari, sering telat makan
Konsumsi buah dan sayur (+)
Konsumsi makanan MSG/penyedap rasa,
minuman dingin , gorengan dan makanan
pedas & bersantan (+)
Merokok (-) , pasien merupakan perokok
pasif (+)
Alkohol (-)
Rutinitas jarang olahraga
Pasien sering menggunakan kayu bakar
untuk memasak di dapurnya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan
Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
Tanda Vital
Nadi : 118 kali/menit
Respirasi : 26 kali/menit
Suhu : 37 C
TD : 120/90 mmHg
SPO2 : 98 % (dengan O2 3-4 l/mnt )
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali
Mata : SI (-/-), CA(-/-), injeksi konjungtiva -/-, pupil
(-),
krepitasi (-)
Mulut
: Bibir kering (+), mukosa mulut basah ,
sianosis (- ), lidah kotor (-) , lidah simetris dan warna
lidah normal.
Pemeriksaan Fisik
Toraks:
a. Paru (Depan)
Inspeksi :gerakan
dada
simetris,
retraksi
interkosta (-),
jejas pada dada (+)
Palpasi : teraba adanya massa padat multiple,
tidak
mobile, berbatas tidak tegas, nyeri
tekan (-) pada
para tracheal dextra dan
sinistra hingga mid axilla
sinistra, fremitus
vocal tidak simetris, ketinggalan
gerak (-).
Perkusi : redup
Auskultasi :
wheezing (-/-)
ronkhi(+/+),
vesikuler
(-/-),
Toraks:
a. Paru (belakang)
Inspeksi
jejas (-)
Palpasi
Pemeriksaan Fisik
b. Jantung
Pemeriksaan Fisik
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada;
distensi
abdomen (-), massa (-), sikatriks (-)
Auskultasi : peristaltic usus (+), bising arteri (-)
Perkusi : timpani di 9 regio perut
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastric (+),
defans muskuler
(-), pada palpasi hepar, lien,
dan ren tidak teraba.
Pemeriksaan Fisik
Kulit dan Otot :
Turgor elastisitas : Baik.
Kekuatan otot
: 55
55
Ekstremitas
Atas : Oedem -/- , akral hangat, capillary refill
time < 2 detik.
Bawah : Oedem -/- , akral hangat, capillary refill
time < 2 detik.
STATUS LOKALIS
Dextra
Sinistra
HIDUNG
Dorsum Nasi
Cavum Nasi
Discharge (-)
Discharge (-)
STATUS LOKALIS
Rhinoskopi Anterior
Vestibulum
Nasi
Septum Nasi
Meatus Nasi
Inferior
discharge (-)
discharge (-)
Konka
Inferior
hipertrofi (-)
Meatus Nasi
Media
hipertrofi (-)
hipertrofi (-)
Konka Media
SINUS PARANASAL
Inspeksi
Perkusi
Transluminasi
Tidak dilakukan
CAVUM ORIS-TONSIL-FARING
Bibir
Bibir sianosis dan kering (-), stomatitis (-)
Mukosa Oral
Lingua
Atap mulut
Ulkus (-)
Dasar Mulut
Ulkus (-)
Uvula
Tonsila Palatina
detritus
detritus
(-),
permukaan
(-),
permukaan
Peritonsil
Abses (-)
Abses (-)
Faring
Dekstra
Sinistra
TELINGA
Auricula
aurikula
(-),
nyeri
tekan
auricular (-)
Meatus
Edema
auricular (-)
(-),
furunkel
(-),
Edema
(-),
furunkel
(-),
Externus
(-)
(-)
Membran
Membran
Timpani
hiperemis
timpani
(-),
retraksi
utuh, Membran
(-), hiperemis
timpani
(-),
utuh,
retraksi
(-),
bulging (-), conus of light (+, bulging (-), conus of light (+,
Mastoid
jam 5)
jam 7)
Pemeriksaan
AD
Rinne
Weber
Scwabach
Tidak dilakukan
AS
Status
lokalis
Hidung: dbn
Cavum oris dan Faring: uvula
hiperemis (+)
Tonsil dekstra T1, hiperemis,
permukaan rata dan kripta tidak
melebar
Tonsil sinistra T1, hiperemis,
permukaan rata dan kripta tidak
melebar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama
Hasil
Nilai normal
12 g/dl
11,7-15,5
4,5-11,5
37,5 %
35,0-49,0
479 ribu/mm3
150-450
Pemeriksaan
Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
66,4 fL
80,0- 94,0
21,2pg
26,0- 32,0
32,0 g/dl
32,0- 36,0
Hitung jenis
Hasil
Nilai normal
0,2 %
0-1
Eosinofil
0,0
2-4
Segmen
86,6
50-70
Limfosit
8,0
25-40
Monosit
5,2
2-8
leukosit
Basofil
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama
Hasil
Nilai normal
GDS
112 mg/dl
70,0-140,0
Natrium
133,5 mmol/l
136-146
Kalium
3,80 mmol/l
3,5-5,1
Ureum
49,1
14.0 -40.0
Creatinin
0,64
0.55-1.02
Pemeriksaan
Kesan :
Radiologis
bronchitis, tak
tampak spesifik
proses
Tak tampak
Cardiomegaly
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING:
Dispneu
ec
obstruksi
jalan
napas
Massa Paratracheal
Massa Laring
Bronchitis
CHF
DIAGNOSIS KERJA:
Dispneu ec obstruksi
jalan napas
Massa Paratracheal DD
Massa laring
Bronchitis
TATALAKSANA
Farmakologi :
Ceftriaxon
Natrium Diklofenak
Methylprednisolon
Ranitidin
Ambroxol
Non
Farmakologi
Tirah Baring
Mengatur diet (pola makan , bahan
makanan)
PLANNING :
Pasang TT
ke spesialis THT
Dilakukan Laringoskopi
Biopsi dilakukan pemeriksaan PA
Motivasi untuk dilakukan
pemasangan TT , resiko gagal
napas .
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi
superior
Ruang
FISIOLOGI LARING
Fungsi laring bergantung pada posisi pita suara
Bila terbuka (dalam keadaan respirasi )
udara mengalir melalui laring ke dalam trakea
dan bronkus.
Saat rima glottidis menutup, laring berfungsi
sebagai organ fonasi.
Fungsi perlindungan
melalui penarikan laring ke atas ke arah os
hyoideum , epiglottis secara pasif terdorong
keatas pintu masuk laring melalui dasar lidah.
Timbul reflex penutupan glottis.
Anatomi Trakea
FISIOLOGI TRAKEA
Saluran
napas
yang
terutama
berfungsi
menghangatkan
dan
melembabkan udara pernapasan.
Reflek batuk untuk mengeluarkan
benda asing
Sistem
mukosiliar
fungsi
pembersihan
Massa Trakea
Tumor
Gejala
ETIOLOGI
Merokok
Alkohol
Radiasi
Pekerjaan
infeksi papiloma
virus
refluks gastroesofageal
dan keadaan imunosupresi
berpengaruh untuk terjadinya
karsinoma laring
PATOFISIOLOGI
Pada sel normal
terdapat kesetimbangan antara sinyal sinyal yang menstimulasi dan
menginhibisi pertumbuhan yang diregulasi dengan cermat sehingga
pembelahan
sel hanya bila diperlukan.
Pada sel tumor proses ini terganggu sehingga
pembelahan sel berlangsung terus menerus. Proses pembelahan
adalah
pengendalian sel melalui siklus sel dimana melibatkan berbagai
kejadian
yang menghasilkan duplikasi DNA dan pembelahan sel.
Pada sel tumor
mutasi gen gen yang mengkontrol siklus sel menghasilkan sel sel
yang
mengandung DNA rusak.
Terdapat dua
kelompok gen yang berperanan dalam timbulnya kanker berupa
kelompok gen
yang terlibat dalam pengendalian kontrol positif (proto-onkogen ) dan
negatif
(tumor supresor ) pada siklus sel.
Gen supresor tumor banyak mendapat perhatian
adalah p53
, mutasi pada gen ini paling banyak ditemukan pada kanker manusia
menghasilkan protein abnormal yang dapat mengikat protein produk
gen
p53 normal dan menghambat fungsinya sebagai penghambat
proliferasi sel
Mutasi pada titik mutasi gen p53 terdapat 45 % pada karsinoma sel
squamous
kepala leher
MANIFESTASI KLINIS
Massa
Klasifikasi Tumor
Secara
T Tumor primer
TX Tumor primer belum bisa dipastikan
T0 Tidak ada tumor primer
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor 2 cm atau kurang pada ukuran terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm dan kurang dari 4 cm pada ukuran terbesar
T3 Tumor lebih dari 4 cm pada ukuran terbesar
T4 Tumor lebih dari 4 cm pada ukuran terbesar atau sudah keluar dari trakea
N Nodus limfatikus regional
NX Metastase ke nodus limfatikus regional belum bisa dipastikan
N0 Tidak ada metastase ke nodus limfatikus regional
N1 Ada metastase tunggal ipsilateral, ukuran kurang dari 3 cm pada ukuran terbesar
N2 N2a Ada metastase tunggal ipsilateral, ukuran lebih dari 3 cm dan kurang dari 6
cm pada ukuran terbesar
N2b Ada metastase multipel ipsilateral, ukuran kurang dari 6 cm pada ukuran terbesar
N2c Ada metastase bilateral/kontralateral dengan ukuran kurang dari 6 cm pada
ukuran terbesar
N3 Ada metastase dengan ukuran lebih dari 6 cm pada ukuran terbesar
M Metastase jauh
M0 Belum ada metastase jauh
M1 Telah terjadi metastase jauh
TATALAKSANA
Yang paling penting dari semua problem
dalam penatalaksanaan tumor trakea
adalah masalah jalan napas
Pemasangan intubasi endotrakea tidak
mungkin dan sangat berbahaya karena
bisa menyebabkan obstruksi total.
Tindakan yang paling sederhana untuk
mengurangi obstruksi jalan napas adalah
dengan elevasi kepala pasien dan
pemberian oksigen.
Prognosis
SEVERITY OF AIRWAY
OBSTRUCTION
JACKSON CRITERIA
I : Patient Calm
Stridor Inspiratory
Retraction Suprasternal
II : Patient Discomfort
Stridor Inspiratory
Retraction Suprasternal, Substernal
III : Patient Dyspneu
Stridor Inspiratory, Expiratory
Retraction Suprasternal , Substernal , Intercostal
IV : Patient Cyanosis/Apathy
Stridor Inspiratory, Expiratory
Retraction Suprasternal, Substernal , Intercostal
GAGAL NAPAS
Gagal
napas
didefinisikan
secara
numerik sebagai kegagalan pernapasan
bila tekanan parsial oksigen arteri
(PaO2) 50 sampai 60 mmHg
atau
kurang dengan atau tanpa tekanan
parsial karbondioksida arteri (PaCO2)
50 mmHg
KLASIFIKASI GAGAL
NAFAS
Tipe
I
merupakan
kegagalan
oksigenasi
Tipe II yaitu kegagalan ventilasi
Tipe III adalah gabungan antara
kegagalan oksigenasi dan ventilasi
GEJALA KLINIS
o
o
o
o
o
o
Apnoe
Batuk berdahak
Sianosis
Sesak nafas/dispnoe
Perubahan pola nafas:
Frekuensi menurun (bradipnea) atau meningkat (takhipnea)
Adanya retraksi dinding dada
Penggunaan otot-otot bantu pernafasan
Pernafasan yang paradoksal
Gerakan dinding dada yang tidak simetris
Kelelahan
TRAKEOSTOMI
Tracheotomy
Indikasi
Obstruksi mekanis saluran nafas atas.
-Kongenital/bawaan
-Infeksi
- Keganasan
- Trauma
- Kelumpuhan pita suara
- Benda asing
Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi
- Penyakit neurologis
- Koma
Gagal nafas
Retensi sekresi bronchial
Kontraindikasi
DAFTAR PUSTAKA
Kreit
JW and Rogers RM. 1995.Approach to the patient with respiratory failure. In Shoemaker, Ayres,
Grenvik, Holbrook (Ed) Textbook of Critical Care. WB Saunders, Philadelphia,Pp 680-7.
Muhardi, OET. 1989. Penatalaksanaan Pasien di Intensif Care Unit, Bagian Anestesi dan Terapi
Intensif FKUI, Penerbit FKUI, Jakarta, Hal 1-9
Nemaa PK. 2003. Respiratory Failure. Indian Journal of Anaesthesia, 47(5): 360-6.
Price & Wilson. 2005. Gagal Napas : Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. EGC; Edisi 6; Bab 41;
824-37
Shapiro BA and Peruzzi WT. 1994.Physiology of respiration.In Shapiro BA and Peruzzi WT (Ed) Clinical
Application of Blood Gases. Mosby, Baltimore, Pp. 13-24.
Sue DY and Bongard FS.2003. Respiratory Failure. In Current Critical Care Diagnosis and Treatment,
2nd Ed, Lange-McGrawHill, California, Pp. 269-89
Wijoatmodjo, K. 2000 Gawat Nafas Akut: Mo
Mathisen DJ. Tracheal Tumors. In: Byron J. Balley, editor. Head and Neck Surgery Otolaryngology.
Second ed. Vol 2. Lippincot-Raven Publisher. Philadelphia 1998 : p. 1789 1802.
Meester SRG and Patterson A. Diagnosis and Management of Tracheal Neoplasms. In: Charles W.
Cummings, editor. Otolaryngology-Head & Neck Surgery. Second ed. Vol 3. The Mosby Year Book.
Saint Louis, Missouri. 1993 : p. 2339 2347.
Lee KJ. Essential Otolaryngology - Head and Neck Surgery. Sixth ed. Appleton & Lange. Stamford,
Connecticut. 1995 : p. 328 329.
Hossfeld DK. Manual of Clinical Oncology. Fifth ed. Springer-Verlag. Berlin Heidelberg. 1990 : p. 188 210
dul Dasar anestesiologi dan Reanimasi, DIKTI, DEPNAS, 2000, Hal. 26-34
Wijoatmodjo, K. 2000 Gawat Nafas Akut: Modul Dasar anestesiologi dan Reanimasi, DIKTI, DEPNAS,
2000, Hal. 26-34