Anda di halaman 1dari 68

INTRODUKSI

Disain studi epidemiologi analitik dipakai dalam


penelitian epidemiologi tujuan utamanya adalah
untuk memperoleh informasi tentang determian
(faktor risiko) dari suatu kejadian penyakit /masalah
kesehatan di populasi

Ada 3 macam disain studi epidemiologi analitik


studi kohort (cohort study)
studi kasus- kontrol (case-control study)
studi intervensi (intervention study)

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 1


Ketiga disain studi tadi dipakai untuk meneliti :
apakah suatu faktor merupakan determinan dari
suatu kejadian penyakit
apakah suatu faktor merupakan penyebab dari
suatu penyakit
apakah suatu faktor mereupakan risiko untuk
suatu penyakit

Jika :
E merupakan faktor yang diteliti (exposure)
D merupakan penyakit yang diteliti (disease)
apakah ada hubungan sebab akibat antara E dan D
E D
exposure disease
determinan
faktor risiko
SEBAB AKIBAT
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 2
Studi Kohort

Introduksi :

Cohort merupakan istilah yang berasal dari bahasa


Romawi kuno yang artinya : sekelompok tentara yang
maju bersama-sama ke medan pertempuran

Studi kohort mempunyai 2 tujuan utama :

tujuan deskriptif untuk :


mendeskripsikan insidens suatu kejadian penyakit
tertentu selama periode waktu tertentu

tujuan analitik untuk :


meneliti hubungan antara suatu faktor risiko dengan
kejadian penyakit

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 3


Penelitian dengan disain studi kohort bersifat observasional
peneliti hanya mengobservasi subjek-subjek yang diteliti
tanpa melakukan intervensi
Unit pengamatan /unit analisis individu

Prinsip :

penelitian dimulai dari pengukuran status keterpaparan


terhadap faktor risiko (exposure) pada subjek -subjek yang
diteliti, kemudian kelompokkan :
kelompok yang terpapar dengan exposure ( E+)
kelompok yang tidak terpapar dengan exposure (E-)

kedua kelompok di follow up,


kemudian diukur outcome (Disease) pada masing-masing
kelompok bandingkan

penelitian dilakukan pada subjek-subjek yang masih


bebas dari outcome (Disease) tapi berisiko untuk dapat
mengalaminya kris bantas/s1/dept epid/fkmui 4
Pola dasar disain studi kohort

D+
E+ D-
Population Follow-up
At risk E+-
E D+

D-
THE PRESENT THE FUTURE

Secara basic berdasarkan waktu dilakukannya pengukuran


terhadap variabel exposure (E) and outcome (D) ada 2 macam
studi kohort
prospektif kohort
retrospektif kohort

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 5


Berdasarkan asal dari kelompok pembanding ( E -) yang
dipilih
Single cohort (berasal dari 1 populasi)
internal comparison
Double cohort (berasal dari populasi yang berbeda
status keterpaparannya dengan exposure
external comparison

Berdasarkan dinamika keikutsertaan subjek yang diteliti


selama penelitian berlangsung disain studi kohort dapat
dibagi dua :
Closed cohort ( Fixed population )
Open cohort (Unfixed population)

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 6


Disain Studi Kohort Prospektif
D+

population
E+

Free of out D-
come
time to follow up
(disease)
D+

sample E-
D-

Steps THE PRESENT THE FUTURE


Tentukan populasi studi
pilih sampel dari populasi studi dgn
mengukur status keterpaparan terhadap exposure
kelompok E +(sampel E +)
kelompok E (sampel E -)
follow -up kedua kelompok
ukur outcome (D+ atau D-) pada masing-masing kelompok
bandingkan outcome pada kedua kelompok
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 7
Disain Studi Kohort Retrospektif
D+

population
E+

Free of out D-
come
time to follow up
(disease)
D+

sample E-
D-

Steps THE PAST THE PRESENT


Tentukan populasi studi
pilih sampel dari populasi studi dgn
mengukur status keterpaparan terhadap exposure
kelompok E +(sampel E +)
kelompok E (sampel E -)
follow -up kedua kelompok
ukur outcome (D+ atau D-) pada masing-masing kelompok
bandingkan outcome pada kedua kelompok
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 8
Disain Studi Kohort (Single cohort)
D+

population
E+

Free of out D-
come
time to follow up
(disease)
D+

sample E-
D-

Steps THE PRESENT THE PAST


Tentukan populasi studi
pilih sampel dari 1 populasi studi dgn
mengukur status keterpaparan terhadap exposure
kelompok E +(sampel E +)
kelompok E (sampel E -)
follow -up kedua kelompok
ukur outcome (D+ atau D-) pada masing-masing kelompok
bandingkan outcome pada kedua kelompok
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 9
Disain Studi Kohort ( Double Cohort)
D+
Population
With E+ E+

Free of out D-
sample time to follow up
come
(disease) D+

Population E-
With E - D-

Steps THE PRESENT THE PAST


Tentukan populasi studi dengan status E+ and E- dgn :
mengukur status keterpaparan terhadap exposure
kelompok E +(sampel E +)
kelompok E (sampel E -)
follow -up kedua kelompok
ukur outcome (D+ atau D-) pada masing-masing kelompok
bandingkan outcome pada kedua kelompok

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 10


Closed Cohort and Open Cohort

Closed Cohort

PRESENT FUTURE

D+
E+ Anggota kelompok E+ and E-
difolow-up dalam periode waktu
D- yang sama
Insidens outcome (D) diukur
D+ dgn ukuran Cummulative
Incidence
E-

D-

Fixed cohort
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 11
Open Cohort
Awal studi Akhir studi

P o
?
E
X
R ?
E+ S X
?
O X
N ?
? !
O = meninggal
TIME krn kausa lain
X = outcome +
? = drop-out
P o
?
E
?
E- R X
S ?
O o
N !
?

TIME Insidens diukur dengan


Incidence Density
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 12
Analisis pada studi kohort :

Analisis pada studi kohort tergantung kepada beberapa faktor :


skala pengukuran dari variabel exposure and
variabel outcome (kategorikal atau kontinyu)
apakah distribusi dari variabel yang diukur sesuai dgn
uji statistik yang dipakai
apakah subjek-subjek dalam penelitian di follow-up untuk
waktu yang sama sampai outcome muncul

Langkah analisis dapat dibagi menjadi :

analisis univariate :
mendskripsikan distribusi frekwensi variabel exposure
ataupun variabel outcome
jika pengukuran varibel-variabel tadi dalam skala kontinyu
analisis dari nilai mean, and 95% confidence intervalnya
dapat dilakukan

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 13


jika pengukuran variabel-variabel tadi dalam skala
kategorikal analisis dari nilai proporsi, 95% confidence
intervalnya dapat dilakukan

Analisis bivariate :
melihat hubungan (asosiasi) antara variabel exposure and
variabel outcome E D
tergantung dari skala pengukuran varaibel exposure
and variabel outcome
jika variabel E and D diukur dalam skala kategorikal
hubungan antara E and D
diukur dengan RR, OR ataupun AR
uji statistik dengan chi-square atau membandingkan
dua proporsi dari 2 populasi berbeda
jika variabel E diukur dengan skala kategorikal and
variabel D dengan skala kontinyu
hubungan antara E and D
diukur dengan membandingan nilai mean dari
variabel D pada kelompok E+ and E-
uji statistik dengan membandingkan dua mean
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 14
jika variabel E and D keduanya diukur dengan skala
kontinyu
hubungan antara E and D :
diukur dengan koefisien korelasi r
uji statistik dengan uji korelasi
diukur dengan koeffisien regressi
uji statistik dengan F tes atau t tes

Analisis multivariate
untuk melihat hubungan antara E and D setelah dikontrol
dengan variabel-variabel lain yang merancu hubungan
antara E and D
ntar untuk kuliah S2 euy.

E D C1, C2, C3 = variabel perancu


(variabel confounding)
C1
C2

C3
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 15
Contoh :

Analisis untuk melihat asosiasi antara E and D bila


E diukur dengan skala kategorikal
D diukur dengan skala kategorikal

Suatu studi kohort ingin melihat hubungan antara minum jamu X


and kejadian keguguran pada ibu hamil
E = minum jamu X (ya, tidak) data kategorikal/nominal
D = keguguran (ya, tidak) data kategorikal/nominal
Populasi studi: ibu hamil muda
E diukur sebelum D muncul
Data sebagai berikut

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 16


Analisis :

Contoh :

Population at
risk

D+ 40
100 E+
D- 60

D+ 20
100 E-
D- 80

Exposure (E) = minum jamu X


Outcome (D) = keguguran

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 17


Tabel 2x2 untuk data diatas

D+ D- Total

E+ 40 60 100
E- 20 80 100

Total 60 140 200

Insidens (D+|E+) = 40/100


Insidens (D+|E -) = 20/100

Insidens (D+|E+) 40/100


RR = --------------------------- = ----------- = 2
Insidens (D+|E -) 20/100

AR = IE+ - IE- = 40/100 20/100 = 20/100 = 20%

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 18


pengukuran variabel E and D keduanya dengan skala
kategorik
minum jamu X (E) E+ = ya, E- = tidak
keguguran (D) D+ = ya, D- = tidak

analisis univariate :
kalkulasi penghitungan insidens D+(keguguran)
pada kelompok E+ = 40/100 = 40%
pada kelompok E - = 20/100 = 20%
dari total sampel = 60/200 = 30 %
kalkulasi penghitungan insidens D-(tidak terjadi
keguguran)
pada kelompok E+ = 60/100 = 60%
pada kelompok E - = 80/100 = 80%
dari total sampel = 140/200 = 70 %

analisis bivariate :
D
E ? (asssosiasi) adakah hubungan antara E and D
membandingkam insidens D+ pada kelompok E+
dengan insidens D + pada kelompok Ekris- bantas/s1/dept epid/fkmui 19
Insidens D+ pada kelompok E+ P(D+|E+) = 40/100
Insidens D+ pada kelompok E- P(D+|E-) = 20/100
Insidens D+ pada kelompok E+ 40/100
RR =------------------------------------------------ = -------------- = 2
Insidens D+ pada kelompok E- 20/100

Uji statistik :
Hipotesis nol : tidak ada perbedaan insiden (proporsi
D+) pada kelompok E+ and E-
HipotesisA : ada perbedaan isidens (proporsi D+) pada
kelompok E+ and E -
Uji dengan beda 2 proporsi pada populasi yg berbeda
atau dgn Chi square
Interpretasi :
jika sesara statistik ada perbedaan yang bermakna
antara insidens D+ pada kelompok E+ and E-
maka ada hubungan antara E and D
ibu hamil yang minum jamu X mempunyai risiko
keguguran 2 kali lebih besar daripada ibu hamil
yang tidak minum jamu kris bantas/s1/dept epid/fkmui 20
Contoh :

Suatu studi kohort dilakukan untuk melihat hubungan


antara minum obat X pada anak-anak penderita cacing
tambang dengan kadar Hb dalam darah setelah 3 bulan
kemudian

Populasi adalah anak-anak cacingan, sekelompok anak


minum obat X, sekelompok lagi tidak, difollow-up,
setelah 3 bulan kemudian diukur kadar Hb

Pengukuran variabel E and D


E = minum obat X E+ = ya, E- = tidak (skala kategorik)
D = kadar Hb skala kontinyu

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 21


ID Hb ID Hb ID Hb
1= 5.7 11= 7.1 21= 7.1
2= 6.5 12= 8.1 22= 8.3 xi
3= 6.1 13= 9.0 23= 4.5 Hb|E+= --------
4= 6.5 14= 3.7 24=6.9 N
5= 6.9 15= 2.8 25= 8.0
E+ 6= 6.7 16= 8.0 26= 10.0
7= 7.9 17= 4.6 27= 6.7
30 8= 8.0 18= 5.5 28= 6.8
9= 4.3 19= 8.6 29= 7.6
10= 4.8 20= 5.0 30= 9.4
D
ID Hb ID Hb ID Hb
1= 13.0 11= 10.1 21= 12.2
2= 13.6 12= 9.9 22= 14.5
3= 15.0 13= 14.5 23= 14.2
4= 11.9 xi
E- 14= 10.0 24= 13.6
5= 10.9 15= 12.5 25= 11.6 Hb|E-=---------
6= 12.3 16= 10.2 26= 15.3 N
30 7= 11.7 17= 13.5 27= 12.7
8= 11.4 18= 13.8 28= 13.2
9= 13.2 19= 10.6 29= 13.0
10= 14.3 20= 12.7 30= 16.8
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 22
Analisis univariate :

nilai rata-rata (mean) kadar Hb pada kelompok E+


xi 201.1
Hb|E+ = --------- = ----------- = 6.7
N 30
nilai rata-rata (mean) kadar Hb pada kelompok E-
xi 308.2
Hb|E- = --------- = ----------- = 12.74
N 30
nilai rata-rata (mean) kadar Hb pada seluruh anggota
sampel = 9.72

Analisis bivariate :
E D
? (assosiasi) adakah hubungan antara E and D
Ada hubungan jika : ada perbedaan yang secara statistik
bemakna antara nilai mean kadar Hb pada kelompok
E+ and E- kris bantas/s1/dept epid/fkmui 23
Uji statistik :
Hipotesis nol : tidak ada perbedaan nilai mean kadar Hb
pada kelompok E+ and E-
HipotesisA : ada perbedaan nilai mean kadar Hb
Uji statistik dengan beda 2 mean dari 2 pada populasi yg
berbeda dengan uji t

Interpretasi :

Jika secara statistik ada perbedaan yang bermakna nilai


mean kadar Hb pada kelompok E+ and E-
maka ada hubungan antara minum obat X dengan
kadar Hb pada anak-anak penderita cacing tambang.
dimana kadar Hb anak-anak yang minum obat X
rata-rata 12.74/6.7 =1.90 kali kadar Hb anak-anak
yang tidak minum obat X

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 24


Kelemahan and Kekuatan studi kohort

Kekuatan studi kohort pada umumnya


dapat untuk melihat sekuens/urutan kejadian sebab
akibat, yakni dari E D
dapat menghindari terjadinya bias dalam pengukuran
variabel-variabel E
dapat meneliti beberapa outcome sekaligus

D1
E D2
D3
jumlah dari variabel outcome dapat bertambah selama
proses follow-up

E D1
D2 D3
dapat untuk menghitung insidens, RR and AR

Kelemahan studi kohort pada umumnya


membutuhkan sampel yang besar
tidak realistik /feasible untuk outcome yang jarang
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 25
Studi kohort prospektif
kekuatan:
lebih dapat mengontrol dalam pemilihan subjek
subjek yg diteliti
lebih dapat mengontrol dalam pengukuran variabel
E maupun D
kelemahan:
lebih mahal
lebih lama

Studi kohort retrospektif


kekuatan :
lebih murah
durasi penelitian lebih pendek
kelemahan :
kurang dapat mengontrol dalam pemeilihan subjek
subjek yang diteliti
kurang dapat mengontrol dalam pengukuran variabel
E ataupun D

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 26


Studi Kasus-Kontrol

Introduksi :

Untuk meneliti faktor risiko /diterminan suatu penyakit


dimana outcome jarang terjadi, penelitian dengan disain
studi kohort memerlukan sampel yang besar and memakan
waktu yang lama sehingga sangat mahal

Untuk mengatasi masalah diatas disain studi yang sesuai


dipilih adalah disain studi kasus-kontrol karena:
sampel yang dibutuhkan tidak begitu besar
durasi penelitian relatif singkat

Penelitian dengan disain studi kasus-kontrol


bersifat observasional peneliti hanya mengobservasi
subjek-subjek yang diteliti tanpa melakukan intervensi
Unit pengamatan /unit analisis adalah: individu

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 27


Prinsip penelitian kaus kontrol

penelitian dimulai dari pengukuran status keterpaparan


D (kesakitan) pada subjek -subjek yang diteliti, kemudian
kelompokkan :
kelompok subjek yang sakit (D+)
kelompok subjek yang tidak sakit (D-)

subjek-subjek pada kedua kelompok secara retrospektif


diteliti tentang status keterpaparannya dengan variabel
exposure
bandingkan status keterpaparan dengan E pada kelompk
D + and D-

karena penelitian dimulai dari status D (kesakitan)


tidak dapat mengukur insidens
hubungan antara E and D diukur dgn OR

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 28


Pola dasar disain studi kasus-kontrol

E+

D+
E-
Retrospektif

E+
D-

E-

THE PAST THE PRESENT

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 29


Disain Studi Kasus - Kontrol

THE PAST THE PRESENT


E+
D + (kasus) Population
With D +
E-
retrosepktif Sample
E+
D-(kontrol) Population
With D -
E-
Steps:
tentukan populasi studi
tentukan status kehadiran penyakit
pada anggota populasi
kelompokkan menjadi
populasi dgn D+ (kontrol) General population
populasi dgn D- (kasus)
tarik sampel (kasus) and (kontrol)
ukur status riwayat keterpaparan
dengan exposure (E+ atau E-) pada masing-masing anggota sampel
bandingkan status riwayat keterpaparan dengan exposure pada kedua
kelompok kris bantas/s1/dept epid/fkmui 30
Analisis pada studi kasus-kontrol :

Analisis pada studi kasus-kontrol tergantung kepada beberapa


faktor :
skala pengukuran dari variabel disease and
variabel exposure (kategorikal atau kontinyu)
apakah distribusi dari variabel yang diukur sesuai dgn
uji statistik yang dipakai

Analisis dapat dibagi menjadi :

analisis univariate :
mendskripsikan distribusi frekwensi variabel disease
ataupun variabel exposure
jika pengukuran varibel-variabel tadi dalam skala kontinyu
analisis dari nilai mean, and 95% confidence intervalnya
dapat dilakukan
jika pengukuran variabel-variabel tadi dalam skala
kategorikal analisis dari nilai proporsi, 95% confidence
intervalnya dapat dilakukan
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 31
Analisis bivariate :

melihat hubungan (asosiasi) antara variabel disease and


variabel exposure E D
tergantung dari skala pengukuran varaibel disease
and variabel exposure
jika variabel E and D diukur dalam skala kategorikal
hubungan antara E and D
diukur dengan OR
uji statistik dengan chi-square atau membandingkan
dua proporsi
jika variabel E diukur dengan skala kategorikal and
variabel D dengan skala kontinyu
hubungan antara E and D
diukur dengan membandingan nilai mean dari
variabel D pada kelompok E+ and E-
uji statistik dengan membandingkan dua mean
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 32
jika variabel E and D keduanya diukur dengan skala
kontinyu
hubungan antara E and D
diukur dengan koefisien korelasi r
uji statistik dengan uji korelasi

Analisis multivariate
Ntar, kalau anda masuk S2 dijelaskan

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 33


Contoh :

Suatu studi kasus-kontrol dilakukan untuk melihat apakah ada


hubungan antara minum jamu X and kejadian keguguran
pada ibu-ibu hamil
Exposure (E) = minum jamu X
Outcome (D) = keguguran
Pengukuran variabel E and D keduanya dengan skala
kategorik
minum jamu X (E) E+ = ya, E- = tidak
keguguran (D) D+ = ya, D- = tidak
Disain KASUS
40 E+
D+ 100
60 E-
KONTROL
20 E+
D- 100
80 E-
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 34
D+ D- Total

E+ 40 20 60
E- 60 80 140

Total 100 100 200

analisis univariate :
kalkulasi penghitungan proporsi E+ and E - pada
kelompok kasus atau D+ (keguguran)
proporsi E+ = 40/100 = 40%
Proporsi E - = 60/100 = 60%
kalkulasi perhitungan proporsi E+ and E pada
kelompok kontrol atau D (tidak keguguran)
proporsi E+ = 20/100 = 20%
proporsi E - = 80/100 = 80%
kalkulasi perhitungan proporsi E+ and E- pada
seluruh sampel
proporsi E+ = 60/200
proporsi E - = 140/200 kris bantas/s1/dept epid/fkmui 35
analisis bivariate :
E D
? (asssosiasi) adakah hubungan antara E and D

membandingkan odds E pada kelompok D+ and kelompok D-


Odds E pada kelompok D+
P (E+|D+) 40/100
-------------- = ------------ = 4/6
P (E- |D+) 60/100
Odds E pada kelompok D
P (E+|D-) 20/100
----------------- = ------------- = 2/8
P (E- |D-) 80/100

OR (Odds Ratio)

Odds E pada kelompok D+ 4/6


---------------------------------------- = ---------- = 32/12 = 2.67
Odds E pada kelompok D - 2/8
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 36
Uji statistik :
Hipotesis nol : tidak ada perbedaan proporsi E+ pada
kelompok D+ and D atau tidak ada perbedaan proporsi E-
pada kelompok D+ and D-
HipotesisA : ada perbedaan proporsi E+ pada kelompok D+
and D atau ada perbedaan proporsi E pada kelompok D+
and kelompok D -
Uji dengan beda 2 proporsi pada populasi yg berbeda
atau dgn Chi square

Interpretasi :
jika sesara statistik ada perbedaan yang bermakna
antara proporsi E+ pada kelompok D+ and D -
maka ada hunungan antara E and D
Odds minum jamu X pada ibu yang keguguran 2.67 kali
lebih besar daripada ibu yang tidak keguguran

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 37


Contoh :

Suatu studi kasus-kontrol dilakukan untuk melihat


hubungan antara terjadinya perdarahan post-partum dgn
kadar Hb sebelum melahirkan

Pengukuran variabel :
E = skala kontinyu (kadar Hb)
D = skala kategorikal D+ : perdarahan post-partum
D - : tidak terjadi perdarahan post-partum

Data seperti yang berikut

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 38


ID Hb ID Hb ID Hb
1= 5.7 11= 7.1 21= 7.1 KASUS
xi 2= 6.5 12= 8.1 22= 8.3
Hb|D+= --------- 3= 6.1 13= 9.0 23= 4.5
4= 6.5 14= 3.7 24=6.9 D+
N
5= 6.9 15= 2.8 25= 8.0
6= 6.7 16= 8.0 26= 10.0
7= 7.9 17= 4.6 27= 6.7
8= 8.0 18= 5.5 28= 6.8 30 ibu dgn perdarahan
9= 4.3 19= 8.6 29= 7.6 post-partum
10= 4.8 20= 5.0 30= 9.4
E
ID Hb ID Hb ID Hb KONTROL
1= 13.0 11= 10.1 21= 12.2
2= 13.6 12= 9.9 22= 14.5
xi 3= 15.0 13= 14.5 23= 14.2
D-
Hb|D -= --------- 4= 11.9 14= 10.0 24= 13.6
5= 10.9 15= 12.5 25= 11.6
N 6= 12.3 16= 10.2 26= 15.3
30 ibu tanpa perdarahan
7= 11.7 17= 13.5 27= 12.7
8= 11.4 18= 13.8 28= 13.2
post-partum
9= 13.2 19= 10.6 29= 13.0
10= 14.3 20= 12.7 30= 16.8
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 39
Analisis univariate :

nilai rata-rata (mean) kadar Hb pada kelompok D+


xi 201.1
Hb|D+ = --------- = ----------- = 6.7
N 30
nilai rata-rata (mean) kadar Hb pada kelompok D-
xi 308.2
Hb|D- = --------- = ----------- = 12.74
N 30
nilai rata-rata (mean) kadar Hb pada seluruh anggota
sampel = 9.72

Analisis bivariate :
E D
? (assosiasi) adakah hubungan antara E and D
Ada hubungan jika : ada perbedaan yang secara statistik
bemakna antara nilai mean kadar Hb pada kelompok
D+ and D- kris bantas/s1/dept epid/fkmui 40
Uji statistik :
Hipotesis nol : tidak ada perbedaan nilai mean kadar Hb
pada kelompok D+ and D-
HipotesisA : ada perbedaan nilai mean kadar Hb
Uji statistik dengan beda 2 mean dari 2 pada populasi yg
berbeda dengan uji t

Interpretasi :

Jika secara statistik ada perbedaan yang bermakna nilai


mean kadar Hb pada kelompok D+ and D-
maka ada hubungan antara kadar Hb sebelum partus
dengan kejadian perdarahan postpartum, dimana
kadar Hb ibu yang mengalami perdarahan PP
rata-rata 12.74/6.7 =1.90 kali lebih rendah dari kadar
Hb yang tidak mengalami perdarahan PP

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 41


Kekuatan and Kelemahan Studi Kasus-Kontrol

Kekuatan:
cocok untuk penelitian dgn frekwensi outcome jarang
durasi penelitian relatif singkat
relatif murah
jumlah sampel penelitian yang dibutuhkan relatif kecil
menghasilkan nila Odds ratio ( sebagai aproksimasi dari
nilai RR

Kelemahan:
berpotensi untuk terjadinya bias akibat pengambilan sampel
kasus and kontrol dari populasi yg berbeda (populasi kasus
and populasi kontrol)
berpotensi terjadinya bias dalam pengukuran variabel exposure
terbatas pada satu variabel outcome
tidak dapat menghasilkan : prevalens, insidens, RR ataupun AR

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 42


Studi Intervensi
Introduksi

Nama lain studi experimen


Studi intervensi mirip dengan studi kohort, bedanya pada
studi intervensi peneliti melakukan intervensi status
exposure pada subjek-subjek yang diteliti

Berdasarkan bagaimana peneliti mengalokasikan exposure


kepada subjek-subjek yang diteliti, maka studi intervensi
dapat dikategorikan menjadi 2 yi :
true experiment study bila ada proses randomisasi
quasi experiment study tanpa ada proses randomisasi

Randomisasi = random allocation ;


Proses yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek-subjek
yang diteliti sedemikian rupa sehingga sehingga setiap subjek
mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat exposure
atau tidak mendapat exposure
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 43
Random allocation and Random selection

Memilih secara random anggota sampel untuk mendapat


exposure sehingga setiap anggota sampel mempunyai kesempatan
yang sama untuk menerima E+ atau E-

E+ E+

Randomisasi

E-

Sampel

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 44


Random selection :
Peneliti menseleksi subjek-subjek yang akan diteliti sedemikian
rupa sehingga setiap subjek di populasi studi mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel

Memilih secara random anggota populasi untuk menjadi anggota


Sample sehingga sampel representatif untuk populasi

Populasi Sampel

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 45


Random selection and random allocation

Random selection
Populasi

Outcome +
Sampel
E+
Outcome -
Follow-up

Random Outcome +
allocation
E-

Outcome -

THE PRESENT THE FUTURE

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 46


Random Allocation pada individu-individu di sampel

RA (random allocation)/randomisasi

menjadikan individu-individu di sampel mempunyai kesempatan


yang sama untuk mendapat exposure (E+) atau tidak mendapat
exposure (E-)
variabel-variabel confounder (covariate) terdistribusi hampir secara
equal pada kelompok yang E + dan E -

Contoh
kelompok E+(100 orang)
Sampel ( 200 orang)

randomisasi
kelompok E- (100 orang)

setiap individu di sampel membawa karakteristik masing-


masing misal (umur, sex, aktifitas olah raga, merokok dll
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 47
Jika proses RA baik maka akan diperoleh distribusi variabel
konfounder yang equal pada kedua kelompok
Contoh :

distribusi frekwensi variabel konfounding

E +(100 orang) E (100 orang)

umur : tua 40% tua 41%


sex : laki-laki 24 % laki-laki 26 %
aktifitas olah raga : baik 15 % baik-baik 14%
merokok : merokok 20% merokok 18%

Selain variabel konfounder yang dapat terukur, variabel-variabel


konfounder yang tidak terukur juga akan terdistribusi secara
equal juga

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 48


Jika distribusi frekwensi variabel konfounder equal pada
kedua kelompok
maka tidak perlu lagi dilakukan kontrol terhadap variabel
konfounder
pada fase analisis
validitas interna meningkat
analisis cukup sampai uji bivariate saja

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 49


Contoh dari beberapa metode Random Allocation

Completely Random Allocation

1000

Random allocation

500 500

mendapat E tidak mendapat E

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 50


Stratified Random Allocation

1000
Statifikasi berdasarkan
sex
Wanita Pria
400 600
Stratifikasi berdasarkan
umur
Tua Muda Tua Muda
150 250 400 200

Random allocation

75 125 200 100 75 125 200 100

Mendapat exposure Tidak mendapat exposure

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 51


Jenis studi experimen berdasarkan kelompok pembanding

Within group design (pre-experimental design)


Between group design
true experimental design
quasi experimental design

Whithin Group Design (pre-experimental design)

nama lain single group design, pre-test and post-test design


individu-individu yang diteliti sebelum dilakukan intervensi
dilakukan pengukuran terhadap variabel outcome
tidak dilakukan randomisasi
seluruh individu yang sama mendapat variabel exposure
seluruh individu di follow-up, kemudian diukur variabel
outcome
bandingkan variabel outcome pada saat pretes dan variabel
outcome pada postes
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 52
Pretest and posttest design

Intervensi exposure

Sampel x Sampel x

pretes postes
variabel outcome variabel outcome
THE PRESENT THE FUTURE

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 53


Between Group Design

Merupakan studi experimen dimana peneliti membandingkan


outcome dari dua atau lebih kelompok yang mendapat
intervensi yang berbeda
Macamnya :
true experiment design ( ada proses randomisasi)
quasi experiment design (tidak ada proses randomisasi)

True Experiment Design (randomized between-group design)

nama lain RCT (Randomized Clinical Trial), untuk penelitian


yang bersifat klinis
meneliti hubungan variabel exposure dengan variabel outcome
E atau exposure dapat berupa : obat, program-program kesehatan,
pelatihan, tindakan medis dan lain-lain
D atau outcome dapat berupa: status klinis, status psikologis,
status kesehatan, status laboratoris, status pengetahuan, dll
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 54
Skema disain studi true experiment

THE PRESENT THE FUTURE

D+
E+
randomisasi D-

D+
E-
D-
sampel
populasi
langkah-langkah :
pilih sampel dari populasi
ukur variabel-variabel dasar (yang diduga sebagai confounder)
lakukan proses randomisasi
aplikasikan intervensi secara blind
follow-up kelompok-kelompok yang diteliti
ukur variabel outcome pada kelompok yang diteliti secara blind
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 55
Langkah-langkah dalam penelitian :
pilih sampel dari populasi
ukur variabel-variabel dasar (yang diduga sebagai confounder)
lakukan proses randomisasi
aplikasikan intervensi secara blind
follow-up kelompok-kelompok yang diteliti
ukur variabel outcome pada kelompok yang diteliti secara blind

Pilih sampel dari populasi :

tugas pertama adalah menentukan


siapa yang menjadi subjek untuk penelitian ini
dan bagaimana merekrutnya
sesuaikan dengan pertanyaan penelitian
kriteria interna
kriteria externa
tentukan populasi studi
hitung sampel yang adekuat
tarik sampel dari populasi secara random
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 56
Mengukur variabel-variabel dasar

Sebelum proses randomusasi


mengukur variabel karakteristik dasar dari seluruh individu
pada sampel
pertimbangkan mengukur variabel outcome
untuk memastikan bahwa outcome belum muncul
pada saat studi dimulai
untuk dibandingkan dengan variabel outcome
setelah studi berakhir
pertimbangkan mengukur variabel-variabel yang berpotensi
untuk menjadi konfounder

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 57


Pengukuran variabel dasar dapat dipakai untuk mengecek apakah
randomisasi berjalan secara baik
dengan membandingkan distribusi frekwensi variabel-
variabel dasar pada masing-masing kelompok
apakah distribusi frekwensi variabel-variabel dasar
terdistribusi secara equal

kadang-kadang terdapat penelitian tidak melakukan pengukuran


variabel dasar
dengan anggapan randomisasi yang dikerjakan
memastikan adanya ekualisasi
kelemahannya adalah peneliti tidak dapat mengecek
jika randomisasi tidak menghasilkan ekualisasi pada
masing-masing kelompok
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 58
Randomisasi

menjadikan individu-individu di sampel mempunyai kesempatan


yang sama untuk mendapat exposure (E+) atau tidak mendapat
exposure (E-)
variabel-variabel (karakteristik, konfounder atau variabel outcome
terdistribusi hampir secara equal pada kelompok yang E + dan E -
sebagai dasar untuk merencanakan analisis yang akan dilakukan,

jika variabel-variabel yang diukur setelah randomisasi :

tersdistribusi secara equal pada kelompok yang


dibandingkan maka analisis bivariate sudah cukup

tidak terdistribusi secara equal pada kelompok


yang dibandingkan maka analisis multivariate
dibutuhkan untuk mengontrol variabel- variabel
yang belum terdistribusi secara equal

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 59


Mengaplikasikan E secara Blind

bila memungkinkan peneliti mendisain sedemikian rupa


sehingga subjek-subjek yang diteliti atau siapapun yang
kontak dengan mereka tidak mengetahui apakah mereka
termasuk kelompok E + atau E

single bilnd jika hanya subjek yang diteliti yang


tidak mengetahui

double blind jika subjek yang diteliti dan peneliti


yang tidak mengetahui

triple blind jika subjek yang diteliti, peneliti, dan


penganalisis data tidak mengetahui

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 60


kegunaan blinding :

randomisasi
dapat mengeliminasi pengaruh variabel konfounder
pada waktu randomisasi dilakukan
setelah proses randomisasi selesai yaitu pada periode
follow-up, proses randomisasi tidak dapat lagi mengeliminasi
variabel konfounder

pada periode follow-up dapat muncul kondisi yang dapat


menimbulkan bias misal :
subjek yang mengetahui dirinya mendapat E + akan
merasa lebih baik, sebaliknya subjek yang mendapat E
merasa dirinya menjadi lebih parah atau sebagainya
peneliti yang mengetahui mengenai status keterpaparan
exposure pada subjek yang diteliti akan
memberikan perhatian yang berlebih atau berkurang
terpengaruh pada waktu mengukur variabel outcome

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 61


penganalisis yang mengetahui status keterpaparan exposure
dan outcome pada subjek-subjek yang diteliti dapat mem-
pengaruhi proses analisis yang dilakukannya

untuk menghindari bias tersebut diatas, jika memungkinkan


dilakukan proses blinding

tidak semua penelitian eksperimen dapat dilakukan proses


blinding

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 62


Mengukur outcome

variabel outcome dapat diukur dalam skala kontinyu


ataupun kategorikal
jumlah dari variabel outcome dapat lebih dari satu
definisi operasional dari variabel outcome harus jelas
peneliti sebaiknya telah membuat definisi operasional
untuk variabel outcome yang mungkin muncul akibat
adanya side effectpada studi experimen yang dilakukan
sebaiknya blindingjuga dilakukan pada waktu mengukur
variabel outcome
kelengkapan data, minimal 90% baru dapat dikatan valid

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 63


Quasi Experiment Design (nonrandomized between-group design)

Studi experimen dilakukan tanpa melaksanakan


proses randomisasi pada subjek-subjek yang diteliti
Biasannya variabel konfounder tidak terdistribusi
secara equal pada kelompok-kelompok yang dibandingkan
Variabel konfounder belum dapat dikontrol pada fase disain
Variabel konfounder dikontrol pada fase analitik dengan
analisis multivariate
Kerugiannya hanya variabel konfounder yang diketahui
dan dapat terukur saja yang dapat dikontrol, sedangkan
variabel konfounder yang belum diketahui dan tidak terukur
tidak dapat dikontrol

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 64


Skema :

THE PRESENT THE FUTURE

D+
E+
D-
Non randomisasi

D+
E-
sampel D-
populasi

langkah-langkah :
pilih sampel dari populasi
ukur variabel-variabel dasar
(yang diduga sebagai confounder)
aplikasikan intervensi secara blind
follow-up kelompok-kelompok yang diteliti
ukur variabel outcome pada kelompok yang diteliti
secara blind
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 65
Kelebihan dan kelemahan dari studi experimen :

Kelebihan :

dapat memberikan bukti kuat adanya hubungan sebab-akibat


dapat merupakan satu-satunya disain yang sesuai dipakai misalnya
untuk mempelajari obat-obat baru
dapat menghasilkan penelitian yang murah dan cepat dibanding
penelitian observasional :
misal studi tentang efek dari diet rendah lemak pada kadar
kolesterol darah
studi observasional dapat menjadi lebih lama dan mahal

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 66


Kelemahan :

mahal dan memakan waktu


tidak semua pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan disain
experimen karena :
masalah etika
frekwensi outcome yang jarang
standar intervensi exposure mungkin dapat berbeda dengan
kondisi sesungguhnya di populasi
cenderung membatasi skope penelitian

kris bantas/s1/dept epid/fkmui 67


Disain Studi Intervensi
THE PRESENT THE FUTURE

D+
intervensi
E+
D-
time to follow up
intervensi
D+

E-
D-
Steps
pilih sampel dari populasi
peneliti mengintervensi subjek-subjek
yang diteliti
kelompokkan menjadi
kelompok E + (mendapat exposure)
kelompok E - (tidak mendapat exposure)
follow -up kedua kelompok
ukur outcome (D+ atau D-) pada kedua kelompok
bandingkan outcome pada kedua kelompok
kris bantas/s1/dept epid/fkmui 68

Anda mungkin juga menyukai