studi intervensi/ppt
INTRODUKSI
studi intervensi/ppt
Ketiga disain studi tadi dipakai untuk meneliti : apakah suatu faktor merupakan determinan dari suatu kejadian penyakit apakah suatu faktor merupakan penyebab dari suatu penyakit apakah suatu faktor mereupakan risiko untuk suatu penyakit
Jika E merupakan faktor yang diteliti, D merupakan penyakit yang diteliti apakah ada hubungan sebab akibat antara E dan D E exposure determinan faktor risiko SEBAB D disease AKIBAT
studi intervensi/ppt
REVIEW
D + (kasus)
pilih sampel dari populasi studi tentukan status kehadiran penyakit pada anggota sampel kelompokkan menjadi kelompok D+ (kontrol) kelompok D- (kasus) ukur status riwayat keterpaparan dengan exposure (E+ atau E-) bandingkan status riwayat keterpaparan dengan exposure pada kedua kelompok
Eretrosepktif E+
D-(kontrol)
E-
studi intervensi/ppt
E+
Free of out come
Dtime to follow up D+
peneliti hanya mengobservasi subjek-subjek yang diteliti pilih sampel dari populasi studi ukur status keterpaparan terhadap exposure kelompok E + kelompok E follow -up kedua kelompok ukur outcome (D+ atau D-) pada kedua kelompok bandingkan outcome pada kedua kelompok studi intervensi/ppt 5
THE FUTURE D+
E+ Dtime to follow up
intervensi
D+ E-
pilih sampel dari populasi peneliti mengintervensi subjek-subjek yang diteliti kelompokkan menjadi kelompok E + (mendapat exposure) kelompok E - (tidak mendapat exposure) follow -up kedua kelompok ukur outcome (D+ atau D-) pada kedua kelompok bandingkan outcome pada kedua kelompok studi intervensi/ppt
D-
studi experimen merupakan studi kohort dimana peneliti memanipulasikan variabel predictor pada subjek-subjek yang diteliti mengobservasi variabel outcome pada subjek-subjek tadi
studi intervensi/ppt
true experiment study merupakan studi epidemiologi analitik yang paling baik dalam mengontrol pengaruh variabel-variabel confounding dalam meningkatkan validitas interna dari suatu penelitian dalam melihat hubungan sebab akibat
studi intervensi/ppt
Populasi
outcome +
Exposure(-)
outcome(-)
studi intervensi/ppt
Random Allocation pada individu-individu di sampel RA (random allocation)/randomisasi menjadikan individu-individu di sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat exposure (E+) atau tidak mendapat exposure (E-) variabel-variabel confounder (covariate) terdistribusi hampir secara equal pada kelompok yang E + dan E -
Contoh
kelompok E+(100 orang) Sampel ( 200 orang)
randomisasi
Jika proses RA baik maka akan diperoleh distribusi variabel konfounder yang equal pada kedua kelompok Kelompok E +(100 orang)
umur : tua 40% sex : laki-laki 24 % aktifitas olah raga : baik 15 % merokok : merokok 20%
Selain variabel konfounder yang dapat terukur, variabel-variabel konfounder yang tidak terukur juga akan terdistribusi secara equal juga
Jika distribusi frekwensi variabel konfounder equal pada kedua kelompok maka tidak perlu lagi dilakukan kontrol terhadap variabel konfounder pada fase analisis analisis cukup sampai uji bivariate saja
studi intervensi/ppt
11
Contoh dari beberapa metode Random Allocation Completly Random Allocation 1000
Random allocation
500 mendapat E
studi intervensi/ppt
12
wanita 400
Stratifikasi berdasarkan umur
pria 600
tua 150
Random allocation
muda 350
tua 400
muda 200
75
studi intervensi/ppt
13
Jenis studi experimen berdasarkan kelompok pembanding within group design (pre-experimental design) between group design true experimental design quasi experimental design
Whithin Group Design (pre-experimental design) nama lain single group design, pre-test and post-test design individu-individu yang diteliti sebelum dilakukan intervensi dilakukan pengukuran terhadap variabel outcome tidak dilakukan randomisasi seluruh individu yang sama mendapat variabel exposure seluruh individu di follow-up, kemudian diukur variabel outcome bandingkan variabel outcome pada saat pretes dan variabel outcome pada postes
studi intervensi/ppt
14
studi intervensi/ppt
15
Skema
THE PRESENT E+
randomisasi
THE FUTURE D+
DD+ ED-
sampel populasi
langkah-langkah : pilih sampel dari populasi ukur variabel-variabel dasar (yang diduga sebagai confounder) lakukan proses randomisasi aplikasikan intervensi secara blind follow-up kelompok-kelompok yang diteliti ukur variabel outcome pada kelompok yang diteliti secara blind
studi intervensi/ppt
17
langkah-langkah dalam penelitian : pilih sampel dari populasi ukur variabel-variabel dasar (yang diduga sebagai confounder)
Randomisasi menjadikan individu-individu di sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat exposure (E+) atau tidak mendapat
exposure (E-)
variabel-variabel (karakteristik, konfounder atau variabel outcome terdistribusi hampir secara equal pada kelompok yang E + dan E sebagai dasar untuk merencanakan analisis yang akan dilakukan,
Mengaplikasikan E secara Blind bila memungkinkan peneliti mendisain sedemikian rupa sehingga subjek-subjek yang diteliti atau siapapun yang kontak dengan mereka tidak mengetahui apakah mereka termasuk kelompok E + atau E single bilnd jika hanya subjek yang diteliti yang tidak mengetahui double blind jika subjek yang diteliti dan peneliti yang tidak mengetahui triple blind jika subjek yang diteliti, peneliti, dan penganalisis data tidak mengetahui
studi intervensi/ppt
20
kegunaan blinding :
randomisasi dapat mengeliminasi pengaruh variabel konfounder pada waktu randomisasi dilakukan
tidak dapat mengeliminasi variabel konfounder pada periode follow-up dapat muncul kondisi yang dapat menimbulkan bias misal : subjek yang mengetahui dirinya mendapat E + akan merasa lebih baik, sebaliknya subjek yang mendapat E - merasa dirinya menjadi lebih parah atau sebagainya peneliti yang mengetahui mengenai status keterpaparan exposure pada subjek yang diteliti akan memberikan perhatian yang berlebih atau berkurang terpengaruh pada waktu mengukur variabel outcome
studi intervensi/ppt
21
penganalisis yang mengetahui status keterpaparan exposure dan outcome pada subjek-subjek yang diteliti dapat mempengaruhi proses analisis yang dilakukannya untuk menghindari bias tersebut diatas, jika memungkinkan dilakukan proses blinding tidak semua penelitian eksperimen dapat dilakukan proses blinding
studi intervensi/ppt
22
Mengukur outcome variabel outcome dapat diukur dalam skala kontinyu ataupun kategorikal jumlah dari variabel outcome dapat lebih dari satu definisi operasional dari variabel outcome harus jelas peneliti sebaiknya telah membuat definisi operasional untuk variabel outcome yang mungkin muncul akibat adanya side effectpada studi experimen yang dilakukan sebaiknya blindingjuga dilakukan pada waktu mengukur variabel outcome kelengkapan data, minimal 90% baru dapat dikatan valid
studi intervensi/ppt
23
RCT (Randomized Clinical Trial) merupakan penelitian epidemiologi yang bersifat true experiment design biasanya untuk mengukur keamanan dan efikasi suatu pengobatan pada penyakit dan masalah-masalah kesehatan
studi intervensi/ppt
24
studi intervensi/ppt
25
tahap kedua (studi klinis) terbagi menjadi 4 fase fase I : experimen dilakukan pada manusia
fase II : experimen dilakukan pada 100-200 orang untuk mengevaluasi efetivitas dari obat tidak jarang beberapa pengobatan baru diskrining
studi intervensi/ppt
26
fase III : untuk mengevaluasi obat baru pada sejumlah besar orang (500-1500 orang) untuk memastikan efektifitas obat di populasi yang lebih besar, dan mengumpulkan informasi tambahan tentang keamanan obat pada manusia kebanyakan studi fase III merupakan comparative clinicaltrialdimana dilakukan perbandingan antara kelompok yang mendapat obat baru dan kelompok lain yang mendapat plasebo atau obat standard fase IV : penelitian post marketing
studi intervensi/ppt
27
Tipe-tipe dari RCT : RCT yang dilakukan proses blinding disebut juga dengan Randomized Blinded Design ada 4 macam RCT yang bersifat blind run-in design factorial design randomization of matched pairs group randomization
studi intervensi/ppt
28
Run-in Design disain ini berguna untuk meningkatkan proporsi dari subjek-subjek yang patuh mengikuti prosedur intervensi dan follow-up setelah memperoleh anggota sampel dan persetujuannnya, kemudian semua anggota sampel diberi plasebo dalam beberapa waktu (biasanya beberapa minggu) anggota sampel yang patuh kemudian di randomisasi untuk memperoleh obat yang akan diteliti atau tetap mendapat plasebo mengeluarkan subjek-subjek yang tidak patuh, sebelum randomisasi akan meningkatkan compliance, menurunkan kasus-kasus drop-out
studi intervensi/ppt
29
Skema dari Run-in Design THE PRESENT THE FUTURE improved treatment Placebo
Randomization
not improved
Follow-up
Langkah -langkah penelitian : pilih sampel dari populasi ukur variabel karakteristik dasar berikan plasebo pada semua anggota sampel lakukan randomisasi pada anggota kelompok yang patuh saja anggota kelompok yang tidak patuh dikeluarkan aplikasisikan intervensi secara blind followup kelompok kohort yang diteliti ukur variabel outcome secara blind jika memungkinkan
studi intervensi/ppt
30
studi intervensi/ppt
31
Langkah-langkah penelitian factorial design pilih sampel dari populasi ukur varuabel karakteristik dewasa lakukan randomisasi menjadi 4 kelompok aplikasikan intervensi secara blind follow-up kelompok kohort ukur variabel outcome pada semua kelompok
Skema Factorial Design THE PRESENT drug A & drug B drug A & placebo B
randomization
sampel populasi
studi intervensi/ppt
32
Randomization of matched pairs salah satu strategi untuk membuat variabel-variabel konfounder terdistribusi secara equal sebelum dilakukan randomisasi dipilih pasangan-pasangan yang match misal secara sexual, umur dan lain-lain
studi intervensi/ppt
33
EE+
pria
matching
USIA gol.usia 2
randomisasi
EE+
SEX
matching
gol.usia 1 wanita
matching
randomisasi
EE+
USIA gol.usia 2
randomisasi
sampel
populasi
E-
studi intervensi/ppt
34
Group Randomization
randomisasi dilakukan secara klaster /kelompok subjek yang terjadi secara alamiah unit klaster dapat berupa unit kerja, unit area,
THE FUTURE D+
DD+ E-
D-
studi intervensi/ppt
36
studi intervensi/ppt
37
Replacement treatment design digunakan untuk memperoleh informasi tentang efek perubahan suatu pengobatan A dengan obat lain yang berbeda misalnya dengan obat B atau C dilakukan randomisasi pada sampel penelitian sehingga terbagi menjadi 2 group. pada awal penelitian kedua group tadi menerima pengobatan A setelah setelah selesai periode 1, salah satu group menerima obat B sedangkan group yang lain menerima obat C kemudian kedua group tadi di follow-up untuk melihat outcome diantara subjek.
studi intervensi/ppt
38
THE FUTURE
C H A N G E O V E R
D+ treatment B DD+
treatment A
populasi sampel
treatment B
D-
studi intervensi/ppt
39
Crossover Design digunakan untuk memperoleh informasi tentang efek perubahan suatu pengobatan A dengan obat lain B bila diberikan dengan
studi intervensi/ppt
40
THE FUTURE
C H A N G E O V E R
D+ treatment B DPeriode 2
D+
treatment B
sampel populasi
treatment A
D-
studi intervensi/ppt
41
Kelemahan dari studi experimen dengan time series design kelemahan yang terbesar adalah karena adanya time dependent confounding variable yaitu munculnya suatu kondisi selama masa follow-up, dimana kondisi tadi ikut mempengaruhi variabeloutcome. misalnya adanya perubahan musim dari periode 1 ke periode 2 yang mempengaruhi outcome carry over effect merupakan pengaruh sisa dari suatu pengobatan, walaupun pengobatannya sendiri telah selesai untuk mengatasinya dapat dilakukan periode washout sebelum periode 2 dimulai
studi intervensi/ppt
42
Quasi Experiment Design (nonrandomized between-group design) studi experimen dilakukan tanpa melaksanakan proses randomisasi pada subjek-subjek yang diteliti variabel konfounder belum dapat dikontrol pada fase disain variabel konfounder dikontrol pada fase analitik dengan analisis multivariate
studi intervensi/ppt
43
DD+ E-
populasi
sampel
Dlangkah-langkah : pilih sampel dari populasi ukur variabel-variabel dasar (yang diduga sebagai confounder) aplikasikan intervensi secara blind follow-up kelompok-kelompok yang diteliti ukur variabel outcome pada kelompok yang diteliti secara blind
studi intervensi/ppt
44
studi intervensi/ppt
45
TERIMA KASIH
studi intervensi/ppt
46