Anda di halaman 1dari 33

Uji Fitokimia Ekstrak Beras

Merah (Oryzae nivara)


1. Achsa Fraditha
2. Dwi Sasmita Sari
3. Gia Safitri
4. Hellen Octaviani
5. Ismar Hidayattullah
6. Lestari Rahayu
7. Lusi Sarmini
8. M.Febri Auliya
9. Vinny Eky Vallery
Abstrak
Beras merupakan sumber kalori bagi sebagian
besar bagi penduduk Indonesia. Salah satu jenis beras
adalah beras merah yang aleuronnya memproduksi
senyawa proantosianidin dan antosianin. Senyawa-
senyawa ini memiliki aktifitas antioksidan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya senyawa
antosianin, jenis antosianin apa yang terkandung
dalam beras merah yang diekstraksi dengan pelarut
etanol 96 %. Ekstrak diperoleh dengan metode
maserasi, ektraksi metode soxhlet, ekstraksi metode
perkolasi, ekstraksi metode infusa, dan evaporasi.
Latar Belakang
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau
mencegah proses oksidasi senyawa lain yang diakibatkan oleh adanya
suatu radikal bebas. Antioksidan dapat mencegah terjadinya kerusaka pada
sel terutama pada bagian-bagian sel seperti DNA, sel otak, jaringan kulit,
dan sebagainya.

Antioksidan dapat berupa enzim yang terdapat dalam tubuh seperti


superoksida dismutase, glutation peroksidase, dan katalase. Selain itu
antioksidan dapat pula merupakan senyawa non-enzim.

Antioksidan ini didapat dari asupan makanan yaitu dari antioksidan


alami yang terkandung dalam makanan maupun antioksidan sintetik yang
sengaja ditambahkan pada suatu makanan. ( Sunarni, 2007 )
Metode maserasi, ektraksi metode soxhlet, ekstraksi metode How
perkolasi, ekstraksi metode infusa, dan evaporasi.
Untuk mengetahui hasil uji fitokimia dari ekstrak beras merah Why
(Oryzae nivara)
Wher
Di Laboratorium Dasar/MIPA Fakultas Pertanian,Perikanan e
dan Biologi Universitas Bangka Belitung
Whe
April - Mei n
What
Uji Fitokimia Ekstrak Beras Merah (Oryzae nivara)
Rumusan Masalah
Tujuan
1)Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari
tanaman.
2)Mahasiswa memahami proses kerja Ekstraksi Metode
Maserasi, Ektraksi Metode Soxhlet, Ekstraksi Metode
Perkolasi, Ekstraksi Metode Infusa, dan Evaporasi.
3)Mahasiswa dapat memisahkan ekstraks basah dan
pengotornya.
4)Mahasiswa dapat memisahkan zat dari pelarutnya.

5)Mempelajari cara-cara analisa senyawa bioaktif pada sampel


yang meliputi analisa alkaloid, fenol hidrokuinon, flavonoid,
saponin, dan steroid.

6)Mengetahui ada tidaknya komponen senyawa bioaktif di


dalam sampel uji.

7)Mengetahui ada tidaknya komponen metabolit sekunder di


dalam sampel uji dengan metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).
Manfaat Penelitian
1)Bagi Universitas Bangka Belitung diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang skrining fitokimia
pada beras merah.
2)Bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
diharapkan dapat menambah pengetahuan baru
sehingga nantinya hasil dari penelitian ini dapat
dikembangkan lebih lanjut.
3)Bagi penulis diharapkan dapat menambah
pengetahuan baru tentang skrining fitokimia pada
beras merah
Tinjauan Pustaka

Padi beras merah (oryza nivara ) merupakan salah satu


jenis padi di Indonesia yang mengandung gizi yang tinggi.
Penelitian di Cina menunjukkan bahwa ekstrak larutan beras
merah mengandung protein, asam lemak tidak jenuh, beta-
sterol, camsterol, stigmasterol, isoflavones, saponin, Zn dan Se,
lovastrin, dan mevinolin-HMG-CoA. Unsur terakhir adalah
reduktase inhibitor yang dapat mengurangi sintesis kolesterol
di hati (Anonim, 2005).

Beras merah tumbuk mengandung protein


7,3%, besi 4,2%, dan vitamin B1 0,34%
(Anonim, 1995). Bubur beras merah dicampur
susu merupakan resep makanan bayi berumur 4
bulan sampai 1 tahun (Suardi, D., 2004).
Klasifikasi Padi Beras Merah
(Oryzae nivara)
-Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
-Sub Kingdom : Tracheonbionta
(Tumbuhan berpembuluh)
-Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
-Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
-Kelas : Liliopsida
(Monokotil/Berkeping satu)
-Sub Kelas : Commelinidae
-Ordo : Poales
-Famili : Poaceae (Suku rumput-
rumputan)
-Genus : Oryza
-Species : Oryza nivara
Morfologi Padi Beras Merah
(Oryzae nivara)
2)Batang Padi Beras Merah
1)Akar Padi Beras Ciri-ciri sebagai berikut :
Merah -Batang padi beras merah
Sistem perakaran berbentuk bulat.
serabut (radix -Sifat batang padi beras merah
adventicia), karena tidak berupa batang rumput, yaitu
terdapat akar utama/akar batang yang tidak keras,
pokok dan digantikan mempunyai ruas-ruas yang nyata
oleh sejumlah akar yang dan seringkali berongga.
ukurannya kurang lebih -Permukaan batang padi beras
sama besar dan semuanya merah licin.
keluar dari pangkal -Arah tumbuh batang padi beras
batang. merah tegak, yaitu arah
tumbuhnya lurus ke atas.
-Warna batang padi beras merah
hijau, namun pada pangkal batang
padi beras merah berwarna merah.
-Pertumbuhan batang padi beras
merah dapat mencapai 2 meter.
Morfologi Padi Beras Merah
(Oryzae nivara)
3)Daun padi beras merah 4)Buah padi beras merah
Ciri-ciri sebagai berikut. : Ciri-ciri sebagai berikut :
-Daun padi beras merah termasuk -Padi beras merah termasuk buah sejati tunggal
daun tidak lengkap, karena hanya yang kering yaitu buah sejati tunggal yang bagian
memiliki helaian daun dan pelepah luarnya keras dan mengayu seperti kulit yang
daun saja kering.
-Memiliki alat tambahan pada
daun yaitu lidah-lidah. -Padi beras merah dibagi menjadi lebih spesifik
lagi yaitu buah sejati tunggal yang kering jika
-Bangun/bentuk daun pada padi
beras merah yaitu daun bentuk masak, tidak pecah dan termasuk dalam buah padi
Pita. yaitu buah berdinding tipis; mengandung satu biji
dan kulit buah berlekatan dengan kulit biji. Oleh
-Ujung daun berbentuk runcing,
pangkal daun berbentuk rata, dan karena itu, biji yang sehari-hari kita makan,
bertepi rata. Memiliki pertulangan sebenarnya adalah buah.
daun yang sejajar dan permukaan
daun yang berbulu halus dan
berdaging tipis.
-Daun berwarna hijau pada bagian
tengah, namun pada bagian tepi
daun berwarna merah.
Kandungan Beras Merah
(Oryzae nivara)
1. Kabohidrat
2. Protein
3. Mineral
4. Lemak esensial
5. Vitamin A, E, dan B kompleks (B1, B2, B6,
asam pantotenat, niasin, biotin, asam folin
(folasin), B12)
6. Serat
7. Pigmen Antosianin
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan kental yang didapat dengan
mengekstraksi zat aktif simplisia menggunakaan pelarut yang sesuai kemudian semua
atau hampir semua pelarutnya diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa di
perlakukan sampai memenuhi bahan yang telah diteatapkan.

Simplisia yang lunak seperti rimpang, daun, akar, dan ada yang keras
saperti biji, kulit kayu, kulit akar, simplisia lunak mudah di tembus oleh
cairan penyari, karena itu pada penyarian tidak perlu di serbuk sampai halus,
sebaliknya pada simplisia keras, perlu di haluskan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penyarian.

Proses ini dapat dipisahkan menjadi : Pembuatan serbuk,


Pembasahan dan Penyarian
Ekstraksi Metode Maserasi

Ekstraksi Metode Infusa

Ekstraksi Metode Soklet

Ekstraksi Metode Refluks

Ekstraksi Metode Perkolasi

Ekstraksi Metode Evaporasi


Uji Fitokimia
Alkaloid
Steroid
Fenol Hidrokuinon

Flavonoid

Saponin
Metode Penelitian
Ekstraksi Metode Maserasi Dan Refluks
Ekstraksi Metode Soxhlet
Alat : Alat :
-topless -Alat ekstraksi soxhlet
-gelas ukur -timbangan
-timbangan -oven
-oven -klem dan statif
-klem dan statif -erlenmayer
-labu destilasi
-erlenmayer
-botol sampel
-bejana silinder
Bahan :
Bahan : -etanol 96%
-methanol -simpilisa beras merah
-simplisia beras merah -tissue
-tissue -kertas saring
-aluminium foil -benang
-kain putih
Metode Penelitian
Ekstraksi Metode Perkolasi Ekstraksi Metode Infusa
Alat : Alat :
-Corong pisah 250 mL
-gelas beaker
-statif dan klem
-batang pengaduk -spatula
-gelas ukur 50 mL -hotplate

Bahan :
Bahan :
Simplisia beras merah dan cairan penyari etanol
96% -Simplisia beras merah
-akuades
Ekstrasi Metode Evaporasi

Alat :
Seperangkat alat rotary evaporator

Bahan :
Ekstrak basah simplisia beras
merah
Metode Penelitian
Uji fitokimia Identifikasi metabolit sekunder dengan
Alat : metode kromatografi lapis tipis (KLT)
labu takar ; mortal; nampan besi; neraca Alat :
analitik;oven; penjepit; pipet tetes; rak tabung Plat KLT ; pipa kapiler ; gelas ukur 10
reaksi; spatula kaca; tabung reaksi mL ; gelas kimia 20 mL; penutup kaca;
Bahan : pipet tetes ; labu ukur 5 mL ; lampu UV ;
-ekstrak simplisia beras merah pinset
-pereaksi mayer
-pereaksi wagner Bahan :
-asam sulfat 2 N -ekstrak sample beras merah
-klorofom
-etil asetat
-asam asetat glacial
-methanol
-serbuk magnesium
-amil alcohol -N-heksana
-alcohol -klorofom
-asam klorida 2 N -aseton
-etanol -kertas saring
-peraksi FeCl3.
Prosedur Kerja
Ekstraksi Metode Maserasi
1.Sampel simpilisa di blender dalam keadaan kering air
2.Timbang sampel simplisia sebanyak 50gram dan pelarutnya dengan perbandingan 1:3 atau
divariasikan serta alat yang dgunakan
3.Sampel simplisia dimasukkan ke dalam erlenmeyer atau wadah tertutup, lalu di tuangkan etanol
96% ke dalam erlenmeyer atau wadah tertutup tersebut sesuai perbandingan yang ditentukan, setelah
itu digojok, kemudian didiamkan selama 3 hari, setelah itu disaring kedalam erlenmeyer vakum
menggunakan corong buchner dan pompa vakum, lalu larutan hasil penyaringan tersebut dipekatkan
menggunakan rotary evaporator.

Ekstraksi Metode Infusa


1.Timbanglah 10 gram simplisia berupa tanaman yang sudah dihaluskan
2.Masukkan kedalam wadah atas dan tambah100 mL air
3.Setelah wadah atas siap untuk diproses, maka masukkan panci beserta isinya ke dalam wadah bawah yang
telah berisi air
4.Setelah itu wadah bawah dipanaskan di atas air langsung dan dibiarkan sampai mendidih (artinya suhu
mencapai 1000C)
5.Pemanasan dilakukan selama 15 menit, terhitung mulai air diwadah bawah mendidih, sambil sekali-sekali
diaduk
6.Setelah cukup 15 menit, maka wadah atas diturunkan dan disaring
7.Apabila ternyata volume air yang didapat kurang dari 100 mL (air semula 100 mL) maka perlu ditambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki yaitu 100 mL
Prosedur Kerja

Ekstarksi Metode Soxhlet


1.Timbang kurang lebih 20 gram sampel, masukkan dalam timble ekstraksi
2.Timbang labu ekstraksi yang telah dikeringkan
3.Masukkan pelarut organik(misal:etanol 96%) sebanyak 50ml dalam labu didih (labu ekstraksi)
4.Rangkai alat: labu didih, labu soxhlet, kondensor
5.Lakukan ekstraksi dengan kecepatan tetesan solvent dari kondensor 5-6 tetes per detik selama 4 jam
6.Keringkan labu didih yang berisi ekstrak lemak di oven pada 105 0 C selama 30 menit, dinginkan di desikator dan
timbang

Ekstraksi Metode Refluks


1.Disiapkan alat dan bahan
2.Ditimbang sampel sebanyak 50 gram
3.Dimasukkan sampel ke dalam labu alas bulat
4.Dimasukkan metanol hingga semua sampel terendam
5.Dipasang labu alas bulat pada alat refluks yang telah dihubungkan dengan kondensor.
6.Dipanaskan sampel selama 1 jam
7.Disaring ekstrak yang diperoleh dengan kertas saring
8.Langkah di atas dilakukan hingga semua sampel selesai di refluks
9.Dirotavapor menggunakan evaporator ekstrak yang telah disaring
Prosedur Kerja

Ekstraksi Metode Perkolasi


1.Timbang 25 gram serbuk simplisia beras merah masukkan kedalm corong pisah.
2.Serbuk bahan dibasahi dengan cairan penyari hingga sampel terendam.
3.Tutup rapat dan diamkan selama 1 jam.
4.Bagian bawah bejana diberi sekat berporo untuk menahan serbuk. Cairan penyari
dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan
zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh.

Ekstraksi Metode Evaporasi


1.Ekstrak yang masih bercampur dengan pelarut dimasukkan ke dalam
labu evaporator sebanyak 500ml-750ml
2.Atur kecepatan putar(120 rpm) dan temperatur evaporator(75-80 0 C)
3.Ekstraksi sampai pelarut habis(tersisa hanya ekstrak murni)
Uji Fitokimia
a. Analisa Alkaloid
1.Sejumlah sampel diambil beberapa bagian kemudian dimasukkan kedalam
tabung reaksi
2.Sampel tersebut ditetesi dengan asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan
pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner
3.Perubahan yang terjadi diamati setelah 30 menit, hasil uji dinyatakan positif
apabila dengan perekasi Meyer terbentuk endapan putih kekuningan dan
dengan pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat

b. Analisa Fenol Hidrokuinon


1.Sejumlah sampel dimasukkan kedalam tabung
reaksi
2.Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5 %
3.Perubahan yang terjadi diamati, terbentuknya
warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya
senyawa fenol dalam bahan
Uji Fitokimia
c. Analisa Flavonoid
1.Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi
2.Ditambahkan pada sampel berupa sebuk Magnesium 0,1 mg dan
0,4 ml atau 4 tetes amil alkohol ( campuran asam klorida 30 %
dan etanol 95 % dengan volume yang sama ) dan 4 ml alkohol
3.Sampel dikocok dan diamati perubahan yang terjadi,
terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil
alkohol menunjukkan adanya flavonoid

e. Analisa Steroid
1.Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan ke
d. Analisa Saponin dalam tabung reaksi
1,Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam tabung 2.Ditambahkan 2ml kloroform ke dalam
reaksi tabung rekasi yang berisi sampel tersebut
2,Air panas ditambahkan pada sampel 3.Tambahkan 10 tetes asam asetat glacial dan
3,Perubahan yang terjadi terhadap terbentuknnya 3 tetes asam sulfat pekat ditambahkan ke
busa di amati, reaksi positif jika busa stabil dalam tabung
selama 30 menit dan tidak hilang pada 4.Perubahan pada sampel diamati,
penambahan 1 tetes HCl 2 N terbentuknya warna merah pada larutan
pertama kali kemudian berubah menjadi biru
dan hijau menunjukkan reaksi positif
Kromatografi Lapis Tipis

1.Timbang sejumlah sample sebanyak 500 mg


2.Masukkan sample tersebut kedalam gelas kimia, dan larutkan dengan methanol
3.Siapkan plat KLT berukuran panjang 5 cm dan lebar 1 cm
4.Totolkan sampel pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler
5.Lakukan pengelusian dengan mengkombinasikan komposisi pelarut sebagai fase gerak,
komposisi pelarut sebagai berikut :
a.Methanol : kloroform : 3 : 7
b.Methanol : kloroform : 4 : 6
c.Methanol : kloroform : 5 : 5
d.Methanol : kloroform : 6 : 4
6.Masukkan pelarut kedalam gelas kimia, jenuhkan dengan kertas saring
7.Masukkan plat klt yang sudah ditotoli sampel kedalam gelas kimia tersebut, dan ditutup dengan
penutup kaca
8.Hitung lah noda yang terlihat dan nilai Rf setiap noda. Nilai Rf adalah retardation factor atau
nilai ratio-to-front yang dieskpresikan sebagai fraksi decimal. Berikut ini cara perhitungan
Rf : =
Hasil Pengamatan
Nama Pengamatan Volume hasil ekstraksi Perubahan sampel

Maserasi 446ml Setelah 7 hari Pelarutnya


menjadi Merah Bata

Refluks 52ml Terjadi perubahan warna


pelarut menjadi putih
keruh

Soklet 51ml Terjadi perubahan warna


pelarut menjadi Merah
Bata

Perkolasi 50ml Terjadi perubahan warna


pelarut menjadi Merah
Bata
Uji Fitokimia Ekstrak Beras Merah
Pengujian Hasil Positif Hasil Praktikum Keterangan

Alkaloid Meyer Endapan putih Terdapat endapan putih ++


kekuningan

Wagner Endapan coklat merah Terdapat endapan coklat +

Flavonoid Amil alkohol + HCl Merah atau kuning atau Terbentuknya warna +
37% + etanol 95 % + jingga kuning
bubuk Mg

Fenol Hidrokuinon FeCl3 5% Warna hijau atau hijau Warna menjadi hijau +
biru kehitaman

Saponin Air panas Terbentuk busa yang Terdapat busa -


stabil dan tidak hilang
30 menit kemudian + Busa menjadi hilang
HCl 2N

Steroid Kloroform + asam Warna Biru Terbentuk warna coklat -


asetat glacial + HCl Kemudian berubah Biru susu
pekat dan hijau

Keterangan :
(++) : Positif kuat
(+) : Positif lemah
(-) : Negatif
Kromatografi Lapis Tipis

Eluen Gelas ukur (5ml)

Metanol : Klorofom Metanol : Klorofom

3:7 1,5ml : 3,5ml

4:6 2ml :3ml

5:5 2,5ml : 2,5ml

6:4 3ml : 2ml


Pembahasan
Nama Pengujian Penjelasan

Maserasi Pada 7 hari perendaman warna pelarut menjadi merah


bata, ini berarti pelarut sudah mampu menarik
senyawa bioaktif yang cukup banyak dari dalam
sampel. Hal ini dapat disebabkan karena sifat pelarut
yang polar, karena sebagian besar senyawa bioaktif
bersifat polar pula. Sesuai prinsip like dissolve like,
dimana suatu senyawa akan atau lebih mudah larut
pada larutan yang memiliki tingkat polaritas yang
sama.

Refluks Pada proses refluks senyawa metabolit sekunder yang


terdapat pada simplisia beras merah/ Oryza nivara
menggunakan teknik refulks dengan menggunakan
pelarut polar etanol dengan perbandingan 1:3 terhadap
berat sampel,terjadi perubahan warna pelarut yang di
dapat menjadi putih keruh setelah 1 jam penyarian.
Perbedaan warna yang terjadi ini dapat disebabkan
karena waktu penyarian yang seharusnya dilakukan
selama 3 jam hanya di lakukan selama 1 jam, sehingga
penyarian yang dilakukan menjadi tidak maksimal
serta hal lain yang menyebabkan perbedaan warna
pada percobaan ini adalah faktor dari terlalu tebal
pembungkus sampel simplisia.
Pembahasan
Soklet Pada teknik soxhlet dengan menggunakan pelarut polar
etanol dengan perbandingan 1:6 terhadap berat
sampel,terjadi perubahan warna pelarut .Pada 1 jam
penyarian warna pelarut menjadi merah bata, ini berarti
pelarut sudah mampu menarik senyawa bioaktif yang
cukup banyak dari dalam sampel. Hal ini dapat
disebabkan karena sifat pelarut yang polar, karena
sebagian besar senyawa bioaktif bersifat polar pula. Sesuai
prinsip like dissolve like, dimana suatu senyawa akan
atau lebih mudah larut pada larutan yang memiliki tingkat
polaritas yang sama

Perkolasi Pada teknik perkolasi dengan menggunakan pelarut polar


etanol dengan perbandingan 1:3 terhadap berat sampel,terjadi
perubahan warna pelarut .Pada 1 jam penyarian warna pelarut
menjadi merah bata, ini berarti pelarut sudah mampu menarik
senyawa bioaktif yang cukup banyak dari dalam sampel. Hal ini
dapat disebabkan karena sifat pelarut yang polar, karena
sebagian besar senyawa bioaktif bersifat polar pula. Sesuai
prinsip like dissolve like, dimana suatu senyawa akan atau
lebih mudah larut pada larutan yang memiliki tingkat polaritas
yang sama.

Evaporasi Proses evaporasi ini dilakukan dengan bantuan alat rotary


evaporator yang mampu menguapkan pelarut dan menghasilkan
esktrak hasil evaporasi. Alat tersebut diatur dengan kecepatan
120 rpm dan 75-80 C, sesuai titik didih pelarut Etanol. Waktu
yang diperlukan untuk menghasilkan ekstrak kasar adalah
selama 3 jam. Penaikan suhu ini disebabkan indikasi
terjadinya kontaminasi senyawa metanol yang bercampur
dengan isopropil alcohol.
Pembahasan
Uji Fitokimia Proses ini dilakukan untuk pengidentifikasian
senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam
ekstrak beras merah. Hampir semua uji menunjukan
hasil positif, terkecuali pada uji Saponin dan Steroid,
ini dapat disebabkan karena perbedaan sifat pelarut uji
dan senyawa metabolit sekunder seperti Saponin yang
bersifat polar dan Steroid yang bersifat non polar.
Atau dapat disebabkan pula karena memang tidak
terkandung senyawa tersebut pada jenis ekstrak Beras
Merah.
Sementara, pada penelitian yang dilakukan Nur
Jannatul Latifah (2014) menunjukan hasil yang
berbeda. Pada penelitian tersebut menunjukan bahwa
ekstrak beras merah memiliki kandungan senyawa
alkaloid, saponin, flavonoid, feolik dan terpenoid.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Dalam percobaan yang telah dilakukan pada uji
Kromatografi Lapis Tipis pada ekstrak beras merah
disini kami belum bisa menemukan eluennya.
Gambar KLT Ekstrak Beras Merah
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan,
ekstrak beras merah oryza nivara terdapat senyawa
metabolit sekunder yaitu alkaloid, fenol hidrokuinon, dan
flavonoid. Untuk mendapatkan hasil yang akurat
diperlukan keadaan dan pengerjaan yang aseptis, karena
kontaminasi dari bahan asing menyebabkan perubahan
dalam pengamatan, dan juga pengamatan yang teliti agar
tidak menyebabkan kesalahan penentuan hasil uji
fitokimia, selain itu faktor sifat polaritas pelarut akan
mempengaruhi proses pengidentifikasian senyawa
metabolit sekunder. Untuk uji kromatografi lapis tipis
belum ditemukan eluen yang tepat untuk pengujian
terhadap ekstrak beras merah.
Daftar Pustaka
Agoes.G., 2007, Teknologi Bahan Alam, ITB Press Bandung.
Ayunda, Rizqa,. 2014, Uji Aktivitas Jamu Gendong Kunyit Asam (Curcuma domestica Val.;Tamarindus
indica L.) Antidiabetes Pada Tikus Yang Diinduksi Streptozotocin,Karya Ilmiah, Universitas
Tanjungpura : Pontianak.
Deinstrop, Elke., 2007, Applied Thin-Layer Chromatograph, 2nd ed. Weinheim: Wiley-VCA Hal, 1-2.
Gandjar IG & Abdul R, 2008, Kimia Far-masi Analisis, Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Latifah, Nur Jannatul,.2014, Uji Aktivitas Jamu Gendong Beras Kencur (Oryza SativaL.;
Kaempferia Galanga L.) Sebagai Antidiabetes Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi
Streptozotocin, Karya Ilmiah, Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Lenny, S., 2006, Senyawa Flavoniod, Fenilpropanoida,Alkaloid, Terpenoida dan Steroida. Karya
Ilmiah, Universitas Sumatra Utara: Medan.
Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif, Jurnal, UIN
Alauddin Makassar : Makassar.
Murray, R. K., Granner, D.K., Mayes, P. A., dan Rodwell, V.W., 1999, Biokimia Herper, Penerjemah:
Hartono, A., EGC: Jakarta.
Rahman R, Intisari kunyit, Penerbit Kanisius : Yogyakarta. 1995.p. 9-16
Saifuddin A, Rahayu, Yuda Hilwan., 2011, Standarisasi Bahan Obat Alam, Graha Ilmu: Yogyakarta.
hal. 1-22.
Sutarno, H. S. A., 2000, Potensi dan Cara Pemanfaatan Bahan Tanaman Obat,Prosea Indonesia:
Bogor.
Yusup, N., 2001, Kajian Aktivitas Antioksidan Minuman Tradisional Hasil Olahan Industri,Skripsi,
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai