Insitu Measurement
Insitu Measurement
MEASUREMENT
Tegangan alamiah yang bekerja di dalam
massa batuan yang terdiri dari tegangan
gravitasi, tegangan tektonik, tegangan sisa
dan tegangan normal
Tegangan Insitu
Pengukuran insitu digunakan untuk
mengetahui keadaan tegangan di dalam
massa batuan
Menentukan parameter-parameter penting
Tegangan horisontal
METODE PENGUKURAN
Metode Rosette
Metode Flat jack
Metode pengukuran di lubang bor :
1) Metode Overcoring
2) Metode uji rekah hidrolik
Hipotesa
Batuan homogen dengan perilaku elastik reversible
Pengukuran
Mengukur arah dan besarnya tiga tegangan utama pada sebuah
titik yang ditentukan
Perpindahan radial
Sel yang mengukur tegangan dengan extensometer
gauge
1) Leeman dan Hayes pada tahun 1966 mempublikasikan
prinsip pengukuran dan teori dari sel yang dilengkapi
sengan extensometer gauge yang berupa tiga rosette.
2) Sel CSIRO (Commonwealth Scientific & Industrial
Research Organization). Sel ini digunakan untuk lubang
bor yang pendek (+10m) yang terbuat dari permukaan
tanah atau dari dalam tanah (terowongan)
3) Sel dari Swedish State Power Board. Peralatan yang
digunakan dapat melakukan overcoring dengan
diameter 76mm sampai mencapai kedalaman 300m.
Sel yang mengukur perpindahan
1) Sel yang hanya mengukur perpindahan radial,
yang dikenal dengan sel USBM (US. Bureau of
Mines). Sel tersebut memerlukan lubang bor
dengan diameter 38 mm dan terdiri dari tiga
pengukuran diameterikal dengan sudut 1200.
2) Sel yang mengukur perpindahan radial dan
longitudinal yang dikembangkan oleh F.
Bonnechere dapat mengukur sekaligus
perpindahan radial dalam delapan titik pada
empat diameter dengan sudut 450 dan
perpindahan longitudinal dalam delapan titik.
METODE UJI REKAH
HIDROLIK
Prinsip
Metode ini mengukur tegangan dengan cara menguji
perilaku rekahan yang sudah ada atau rekahan
yang baru dibentuk dengan injeksi air sampai
tekanan yang diperlukan untuk membuka kembali
rekahan tersebut didalam sebuah bor.
=2 2= 2 3 untuk 2/ 3 =1
=0 untuk 2/ 3 = 3
mempunyai harga negatif (tegangan tarikan) untuk 2/ 3 >3
Haimson memperkenalkan konsep tegangan efektif yang dinyatakan dalam tekanan
perekahan
Pfr Po = (3 h-H+Rt-2Po) K
Pfr = 3 h-H+Rt Po
Pfr = 3 h-H+Rt
Pfr Po = (3 h-H+Rt-2Po) K
H = 3H Pr
h = Pr
H = 3 Pf Pr
PENERAPAN UJI INSITU DI
TAMBANG BAWAH TANAH
Teknik pengukuran tegangan insitu secara langsung dengan
metode rekah hidrolik memanfaat rekahan yang terbentuk
karena proses penekanan hidrolik yang terjadi tegak lurus
tegangan prinsipal minimum.
Shut-in pressure (Ps) adalah tekanan penutupan rekahan yang
diperlukan agar rekahan tetap terbuka tanpa menambah
rekahan. Dari grafik tekanan uji terhadap waktu, tekanan ini
dapat ditentukan pada titik belok saat tekanan mulai turun
dengan cepat dan saat tekanan mulai konstan.
Gronseth dan Kry (1981,1982), Zoback dan Haimson (1982),
Mc. Lennan dan Roegiers (1981), Doe dan Hustrulid (1981), dan
Mizuta (1987) mengusulkan cara penentuan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah menggunakan turunan tekanan terhadap
waktu (dp/dt), kemudian membuat grafik dp/dt terhadap
tekanan, sehingga diperoleh kurva kemiringan.
Reopening Pressure (Pr) adalah tekanan
yang diperlukan untuk membuka kembali
rekahan. Tekanan ini merupakan tekanan
puncak pada siklus setelah siklus dimana
breakdown pressure.
Peralatan Uji Hydraulic Packer
Prinsip Uji Rekah Hidrolik
Dalam massa batuan dengan metode rekah
hidrolik dilakukan dengan cara menyekat
bagian tertentu dari lubang bor (sekitar 0,5
2,5 m) dengan menggunakan packer
kemudian menginjeksian fluida (air atau oli)
pada bagian tersebut dengan kecepatan
tertentu, sekitar 0,1- 1MPa/det hingga
batuan mengalami rekahan.
METODE PENGUKURAN TEGANGAN
INSITU TIDAK LANGSUNG
Metode ini dilakukan dilaboratorium dengan
menggunakan beberapa metode antara lain; emisi
akustik (AE), Deformation Rate Analysis (DRA),
Differential Strain Curve Analysis (DSCA) dan Anelistic
Strain Relaxation (ASR).
Emisi akustik adalah gelombang elastis frekuensi
tinggi yang muncul karena adanya pelepasan energi
yang cepat dari satu atau lebih sumber pada saat
material mengalami proses pembebanan.
Efek Kaiser adalah emisi akustik yang terdeteksi pada
saat pembebanan mendekati atau melampaui tingkat
tegangan yang pernah dialami contoh batuan.
Prinsip
Emisi akustik berhubungan dengan energy
gelombang elastic yang timbul karena
mekanisme pembentukan, pergerakan, dan
multiplikasi rekahan, proses friksi selama
penutupan dan pembukaan rekahan,
transformasi fasa propagasi rekahan mikro,
deformasi material, tumbukan, dan
pemadatan.
TERIMA KASIH