Anda di halaman 1dari 53

INSITU

MEASUREMENT
Tegangan alamiah yang bekerja di dalam
massa batuan yang terdiri dari tegangan
gravitasi, tegangan tektonik, tegangan sisa
dan tegangan normal
Tegangan Insitu
Pengukuran insitu digunakan untuk
mengetahui keadaan tegangan di dalam
massa batuan
Menentukan parameter-parameter penting

untuk mengetahui perilaku massa batuan.


Pemecahan klasik pengukuran insitu
Tegangan vertikal

Tegangan horisontal
METODE PENGUKURAN
Metode Rosette
Metode Flat jack
Metode pengukuran di lubang bor :
1) Metode Overcoring
2) Metode uji rekah hidrolik

Interpretasi dari semua hasil pengukuran


tegangan insitu didasarkan pada hipotesa
homogenitas, kontinuitas, isotropi dan
elastik linier.
FLAT JACK REKAH HIDROLIK
satu komponen tegangan dua komponen tegangan

USBM OVERCORING TORPEDO CSIRO OVERCORING GAUGE


Tiga komponen 2D dari 6 komponen dalam
3 kali pengukuran satu kali pengukuran

Tensor tegangan hasil metode pengukuran tegangan insitu (ISRM,


Hudson & Harison, 2000)
METODE ROSETTE
DEFORMASI
Prinsip :
Mengukur deformasi supervisial pada sebuah
permukaan bebas di dinding massa batuan
Hipotesa:

1) Tegangan bidang (plane stress), tegangan


yang tegak lurus bidang pengukuran sama
dengan nol.
2) Pembebasan tegangan adalah total.
3) Perilaku batuan adalah elastik linier.
lanjutan
Pengukuran :
Titik-titik pengukuran sebanyak delapan buah
yang dipasang pada lingkaran yang
berdiameter 20 cm.
Tegangan didapat dari (Bonvallet, 1976) :
METODE FLAT JACK
Prinsip :
Membebaskan sebagian tegangan yang ada di dalam
massa batuan dengan jalan membuat potongan pada
batuan tersebut dengan bantuan gergaji intan.
Hipotesa :

1) Perilaku batuan adalah elastik reversible, tidak perlu


linier dan batuan homogen
2) Tegangan pada dinding batuan tidak dipengaruhi
oleh proses penggalian.
3) Tegangan yang diukur tegak lurus dengan potongan
yang dibuat atau tegak lurus dengan flat jack.
lanjutan
Pengukuran :
1) Titik-titik pengukuran yang berupa baut besi dipasang
dengan jarak 10cm, masing-masing L1, L2, dan L3
2) Buat potongan pada batuan dengan bantuan gergaji
intan yang besarnya hampir sama dengan ukuran flat
jack
3) Titik-titik pengukuran diukur jaraknya. Sesudah
pengukuran selesai, ke dalam potongan dimasukkan
flat jack yang berupa 2 lembar potongan baja yang
dijadikan satu dengan mengelas ujungnya.
4) Flat jack dipompa dengan pompa hidrolik sampai L1,
L2, dan L3 menjadi nol.
lanjutan
Pengukuran modulus deformasi dengan flat
jack :
Perhitungan kestabilitas pada pekerjaan
bawah tanah perlu diketahuinya
karakteristik elastisitas batuan, terutama
modulus deformasi.
L = l1 + l2 + e
L + |L| = l1 + l1 + l2 + l2 + e + e
l1/l1 dan l2/l2 menggambarkan regangan
elastik dari batuan demikian juga dengan
L/L
e = perpindahan yang disebabkan oleh
relaksasi dari batuan pada lubang gergajian
sesudah pembebasan tegangan.
Kurva tegangan-regangan pada uji flat
jack
METODE OVERCORING
Prinsip
Membebaskan seluruh tegangan yang ada di massa batuan
dengan cara overcoring

Hipotesa
Batuan homogen dengan perilaku elastik reversible

Pengukuran
Mengukur arah dan besarnya tiga tegangan utama pada sebuah
titik yang ditentukan

Dengan menggunakna teori elatisitas linier dan isotrop, maka


perpindahan atau tegangan yang diukur hanya pada dinding
lubang bor, artinya p=r dimana r adalah jari-jari lubang bor.
Untuk sel dari University of Liege (Belgia)
yang dapat mengukur perpindahan radial
dan longitudinal diperoleh hubungan
sederhana sebagai berikut
Perpindahan longitudinal

Perpindahan radial
Sel yang mengukur tegangan dengan extensometer
gauge
1) Leeman dan Hayes pada tahun 1966 mempublikasikan
prinsip pengukuran dan teori dari sel yang dilengkapi
sengan extensometer gauge yang berupa tiga rosette.
2) Sel CSIRO (Commonwealth Scientific & Industrial
Research Organization). Sel ini digunakan untuk lubang
bor yang pendek (+10m) yang terbuat dari permukaan
tanah atau dari dalam tanah (terowongan)
3) Sel dari Swedish State Power Board. Peralatan yang
digunakan dapat melakukan overcoring dengan
diameter 76mm sampai mencapai kedalaman 300m.
Sel yang mengukur perpindahan
1) Sel yang hanya mengukur perpindahan radial,
yang dikenal dengan sel USBM (US. Bureau of
Mines). Sel tersebut memerlukan lubang bor
dengan diameter 38 mm dan terdiri dari tiga
pengukuran diameterikal dengan sudut 1200.
2) Sel yang mengukur perpindahan radial dan
longitudinal yang dikembangkan oleh F.
Bonnechere dapat mengukur sekaligus
perpindahan radial dalam delapan titik pada
empat diameter dengan sudut 450 dan
perpindahan longitudinal dalam delapan titik.
METODE UJI REKAH
HIDROLIK
Prinsip
Metode ini mengukur tegangan dengan cara menguji
perilaku rekahan yang sudah ada atau rekahan
yang baru dibentuk dengan injeksi air sampai
tekanan yang diperlukan untuk membuka kembali
rekahan tersebut didalam sebuah bor.

Peralatan yang digunakan


Alat yang digunakan secara umum adalah double
packer di dalam lubang bor tanpa casing, yaitu
mengisolir bagian dari lubang bor yang akan diuji
dengan dua buah packer.
Kurva tipe perekahan
1) Tekanan perekahan (fracturing yang mempunyai
hubungan dengan kuat tarik batuan), Pfr.
2) Tekanan pertambahan besar, Pc.
3) Tekanan penutupan sesudah popmpa injeksi
dihentikan, Pf.
Kurva memberikan puncak (peak) dari tekanan
pembukaan kembali yang kurang dari puncak tekanan
perekahan, bahkan puncak tersebut tidak ada.
Interpretasi dari uji rekah hidrolik
Pada pemboran mengakibatkan berubahnya distribusi tegangan
disekitar lubang bor.

Keadaan dimana tegangan utama 2, 3 pada bidang yang tegak


lurus pada sumbu lubang bor (dengan 2> 3), tegangan tangensial
pada dinding lubang bor memiliki harga minimal 3 3- 2

Dengan mengambil =0 searah dengan 2, variasi pada dinding


lubang bor. Di sisi lain untuk =0 (tegangan minimal) bertambah
kecil sebagai fungsi dari 2/3

=2 2= 2 3 untuk 2/ 3 =1
=0 untuk 2/ 3 = 3
mempunyai harga negatif (tegangan tarikan) untuk 2/ 3 >3
Haimson memperkenalkan konsep tegangan efektif yang dinyatakan dalam tekanan
perekahan

Pfr Po = (3 h-H+Rt-2Po) K

Didalam batuan yang permeabilitasnya sangat kecil, K dapat dianggap 1 sehingga


menjadi

Pfr = 3 h-H+Rt Po

Jika batuan tidak permeabel, Po = 0

Pfr = 3 h-H+Rt

Dengan membuka lagi rekahan maka persamaan menjadi (dengan menganggap Pr =


Pfr Rt)

Pfr Po = (3 h-H+Rt-2Po) K

H = 3H Pr

Dengan diketahuinya tekanan penutupan Pf dan tekanan pembukaan Pr yang


ditentukan pada saat uji, maka dapat ditentukan (paling tidak dari sudut teori)

h = Pr
H = 3 Pf Pr
PENERAPAN UJI INSITU DI
TAMBANG BAWAH TANAH
Teknik pengukuran tegangan insitu secara langsung dengan
metode rekah hidrolik memanfaat rekahan yang terbentuk
karena proses penekanan hidrolik yang terjadi tegak lurus
tegangan prinsipal minimum.
Shut-in pressure (Ps) adalah tekanan penutupan rekahan yang
diperlukan agar rekahan tetap terbuka tanpa menambah
rekahan. Dari grafik tekanan uji terhadap waktu, tekanan ini
dapat ditentukan pada titik belok saat tekanan mulai turun
dengan cepat dan saat tekanan mulai konstan.
Gronseth dan Kry (1981,1982), Zoback dan Haimson (1982),
Mc. Lennan dan Roegiers (1981), Doe dan Hustrulid (1981), dan
Mizuta (1987) mengusulkan cara penentuan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah menggunakan turunan tekanan terhadap
waktu (dp/dt), kemudian membuat grafik dp/dt terhadap
tekanan, sehingga diperoleh kurva kemiringan.
Reopening Pressure (Pr) adalah tekanan
yang diperlukan untuk membuka kembali
rekahan. Tekanan ini merupakan tekanan
puncak pada siklus setelah siklus dimana
breakdown pressure.
Peralatan Uji Hydraulic Packer
Prinsip Uji Rekah Hidrolik
Dalam massa batuan dengan metode rekah
hidrolik dilakukan dengan cara menyekat
bagian tertentu dari lubang bor (sekitar 0,5
2,5 m) dengan menggunakan packer
kemudian menginjeksian fluida (air atau oli)
pada bagian tersebut dengan kecepatan
tertentu, sekitar 0,1- 1MPa/det hingga
batuan mengalami rekahan.
METODE PENGUKURAN TEGANGAN
INSITU TIDAK LANGSUNG
Metode ini dilakukan dilaboratorium dengan
menggunakan beberapa metode antara lain; emisi
akustik (AE), Deformation Rate Analysis (DRA),
Differential Strain Curve Analysis (DSCA) dan Anelistic
Strain Relaxation (ASR).
Emisi akustik adalah gelombang elastis frekuensi
tinggi yang muncul karena adanya pelepasan energi
yang cepat dari satu atau lebih sumber pada saat
material mengalami proses pembebanan.
Efek Kaiser adalah emisi akustik yang terdeteksi pada
saat pembebanan mendekati atau melampaui tingkat
tegangan yang pernah dialami contoh batuan.
Prinsip
Emisi akustik berhubungan dengan energy
gelombang elastic yang timbul karena
mekanisme pembentukan, pergerakan, dan
multiplikasi rekahan, proses friksi selama
penutupan dan pembukaan rekahan,
transformasi fasa propagasi rekahan mikro,
deformasi material, tumbukan, dan
pemadatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai