Anda di halaman 1dari 29

SEMINAR PROPOSAL

PERBANDINGAN SIFAT-SIFAT MEKANIS BETON


MEMADAT SENDIRI (SCC) DENGAN BETON SERAT
MEMADAT SENDIRI (FRSCC)

Siti Rabiatul Uula


F1A 211 141

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Mataram
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beton Serat
Beton Beton Memadat
Memadat
Sendiri
Konvensional Sendiri
(SCC) (FRSCC)

Harus dipadatkan Dapat memadat Dapat memadat


menggunakan alat sendiri tanpa bantuan sendiri dan
pemadat alat pemadat namun bersifat daktail
bersifat getas
Beton Serat Fiber
bendrat
Memadat Sendiri
(FRSCC) Sifat
Flowability

Sifat-sifat
Mekanis Beton

Pengaruh penambahan fiber pada campuran SCC terhadap sifat-


sifat mekanis beton telah banyak dilakukan oleh peneliti-
peneliti sebelumnya.

Namun ada beberapa perilaku mekanis dari SCC dan FRSCC yang masih
jarang diteliti seperti modulus elastisitas beton, poisson ratio, serta
bagaimana hubungan tegangan regangan dari kedua jenis beton tersebut.

Oleh karena itu, selain menggunakan alat uji yang umumnya


digunakan dalam penelitian sifat-sfat mekanis beton, penelitian
ini juga akan menggunakan alat data logger yang dilengkapi
strain gauge sebagai sensornya.

Penggunaan alat ini bertujuan untuk mendapatkan


hasil penelitian yang lebih detail dan akurat.

Pengujian non destruktif test juga dilakukan pada


penelitian ini yaitu pengujianUltrasonic Pulse Velocity
(UPV).
Permasalahan
Bagaimana komposisi material / bahan penyusun agar masih
memenuhi persyaratan self compacting concrete.

Bagaimana perbandingan sifat mekanis self compacting concrete


dengan fiber reinforced self compacting concrete.

Bagaimana hubungan tegangan regangan dan modulus


elastisitas dari self compacting concrete dan fiber
reinforced self compacting concrete .

Bagaimana pengaruh umur beton terhadap nilai cepat rambat


gelombang ultrasonik untuk SCC dan FRSCC.
Batasan Masalah
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kuat tekan, kuat tarik belah,
dan modulus runtuh serta pengujian cepat rambat gelombang
Ultrasonik (UPV) dari beton SCC dan FRSCC pada berbagai umur beton.

Fiber yang digunakan dalam campuran SCC ini adalah fiber bendrat
dengan komposisi 0,5% dari volume campuran beton dengan aspek rasio
(l/d) 71.

Metode mix design untuk SCC dan FRSCC mengacu pada standar EFNARC.

Faktor air semen yang digunakan adalah 0,44.

Kuat tekan rencana fc = 25 MPa pada umur 28 hari.

Semen yang digunakan adalah Portland type 1 dengan merk Tiga Roda.
Pengujian dilakukan pada umur beton 7, 14, 28, dan 90 hari.

Pengujian kuat tekan menggunakan alat CTM dan data logger.

Pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah menggunakan silinder 150 x 300
mm.

Pengujian modulus runtuh menggunakan balok 150 x 150 x 600 mm.

Pengujian UPV menggunakan kubus 200 x 200 x 200 mm.


Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sifat mekanis yang terjadi meliputi hubungan tegangan-
regangan, kuat tarik, modulus statis dan dinamis, poisson ratio dari
beton SCC dibandingkan dengan FRSCC pada berbagai umur beton.
2. Mengetahui pengaruh penambahan serat pada SCC terhadap sifat-sifat
mekanis beton.
3. Mengetahui hubungan kecepatan rambat gelombang (UPV) dan sifat
mekanis untuk beton SCC dan FRSCC pada berbagai umur beton.
4. Mengetahui cara penggunaan alat data logger.
Manfaat Penelitian
Perbedaan perilaku dari self compacting concrete dibandingkan dengan
fiber reinforced self compacting concrete dapat diketahui secara lebih
mendetail sehingga nantinya dapat di aplikasikan dilapangan.
Untuk menambah informasi tentang pemanfaatan fiber bendrat sebagai
bahan tambah untuk meningkatkan kekuatan SCC.
Dapat menambah wawasan tentang penggunaan alat data logger.
Dapat menjadi bahan rujukan tambahan untuk penelitian yang
berhubungan beton SCC
DASAR TEORI
Tinjauan Pustaka

Arizoumandi (2013)

Maida (2015)

Pratiwi (2014)

Dewi (2015)

Arfiyani (2015)

Amalia (2009)

Suatu beton dikatakan SCC

Beton Memadat Sendiri apabila sifat dari beton segar


(SCC) memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1.Filling Ability
2.Passing Ability
3.Segregation Resistance
Dalam perancangan beton berserat ada
beberapa variable yang berpengaruh
Beton Serat terhadap beton berserat yang dihasilkan,
Memadat Sendiri diantaranya:
(FRSCC) 1.Fiber Aspect Ratio
2.Fiber Volume Fraction
3.Mutu Beton
4.Bentuk Permukaan Fiber
5.Metode/Cara Pencampuran

1. Agregat halus
2. Agregat kasar
3. Air
Bahan Penyusun Beton
4. Semen
5. Superplastisizer
Mix Design SCC Mix Design Okamura dan
Ozawa

1. Agregat kasar dibatasi jumlahnya


sampai kurang lebih 40% dari
volume padatnya, Mix Design EFNARC
2. Pembatasan jumlah agregat halus
kurang lebih 60% dari volume
mortar,
3. Water-cement rasio dalam 1. Penggunaan agregat < 50%
volume beton diperkirakan antara 2. Water powder ratio 0,8-1
0,9 1,0 tergantung dari 3. Penggunaan semen 400-600
kandungan yang terdapat dalam kg/m3
semen, 4. Penggunaan pasir > 40% dari
4. Dosis dari admixture yang telah mortar
ditetapkan dan penetuan akhir 5. Penggunaan pasir < 50% dari
dari water-powder ratio yang volume pasta
meyakinkan akan terjadinya SCC. 6. Penggunaan pasir > 50% dari
total agregat
7. Penggunaan air < 200 liter
8. Pasta > 40% dari volume
campuran
Metode Pengujian
SCC

Uji merusak
(Destrucktive test)

Destructive test (DT) adalah


pengujian yang sifatnya merusak Uji tidak merusak
benda uji, sampel ditekan sampai (Non Destrucktive test)
pecah, dari situ diperoleh data
kekuatan tekan beton dan sifat
mekanik.
Non destructive test (NDT)
adalah uji yang dilakukan tanpa
merusak benda uji,
pelaksanaannya dapat
dilakukan langsung dilapangan,
hasilnya berupa data kekuatan
beton yang bersifat perkiraan.
Ada 2 jenis pengujian yang
dilakukan dengan metode ini,
yaitu:
1.Hammer Test
2.Ultrasonic Pulse Vilocity
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan
dengan alat pundit
Kuat Tekan Beton

Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama


beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan beton
untuk menerima gaya tekan persatuan luas.
Kuat tekan dinotasikan dengan fc, yaitu tegangan
tekan maksimum yang didapatkan melalui pengujian
dalam tata cara standar,menggunakan mesin uji
CTM (compression testing machine) yang
memberikan beban bertahap dengan kecepatan
peningkatan beban tertentu pada benda uji silinder
sampai hancur (Dipohusodo,1994).

Tegangan tekan maksimum dengan:


diberikan persamaan berikut: fc = Kuat tekan (MPa)
P = Beban maksimum (N)
A = Luas bidang tekan (mm2)
Kuat Tarik Belah
Beton

Nilai kuat tekan dan kuat tarik belah


beton tidak berbanding lurus, setiap
usaha perbaikan mutu kekuatan tekan
hanya disertai peningkatan kecil nilai
kuat tariknya. Suatu perkiraan kasar
dapat dipakai bahwa nilai kuat tarik
bahan beton normalnya hanya berkisar
antara 9%-15% dari kuat tekannya
(Dipohusodo,1994).

Besaran kuat tarik belah benda uji dengan:

dihitung dengan persamaan berikut: ft = Kuat tarik belah (MPa)


P = Beban maksimum yang diberikan (N)
L = Panjang benda uji silinder (mm)
D = Diameter benda uji silinder (mm)

Modulus Runtuh
Beton

Pengaruh yang paling dominan terhadap


peningkatan nilai modulus runtuh ini
adalah kuat lekat serat dengan beton.
Menurut ASTM C78-84 pengujian
kekuatan tarik dengan cara modulus
runtuh ini dilakukan dengan memberikan
beban terhadap balok pada masing masing
1/3 panjang bentang dengan menggunakan
alat flexural and transversting machine.
Kuat lentur beton (modulus of repture) Jika keruntuhan terjadi pada bagian tarik
dihitung dengan persamaan berikut jika diluar tengah bentang maka digunakan
keruntuhan terjadi dibagian tengah persamaan dibawah ini:
bentang (Nugraha, Antoni, 2007) :

dengan:
R = modulus of rupture (MPa)
P = beban maksimum yang terjadi (N)
L = panjang bentang (mm)
b = lebar benda uji (mm)
d = tinggi benda uji (mm)
a = jarak rata-rata dari garis keruntuhan dan titik perletakan terdekat diukur
pada bagian tarik benda uji (mm)
Modulus elastisitas beton merupakan
kemiringan garis singgung (slope dari garis Modulus elastisitas statis (Ec) dapat
lurus yang ditarik) dari kondisi tegangan dihitung dengan menggunakan persamaan
nol ke kondisi tegangan 0,45 fc pada kurva berikut:
tegangan-regangan beton.
Modulus elastisitas beton dibagi menjadi
dua yaitu modulus elastisitas statis dan
modulus elastisitas dinamis.
Modulus elastisitas statis diperoleh dari dengan:
pengujian destruktif sedangkan
E = Modulus elastisitas beton
Modulus elastisitas dinamis diperoleh dari
(N/mm2)
hasil pengujian non destruktif (pengujian
S2=Tegangan yang terjadi saat beban 40%
UPV).
P maksimum, S2 = P2/A
P2 = Beban pada saat 40% Pmak
S1 = Tegangan yang terjadi saat
regangan longitudinal mencapai
0,00005, S1= P1/A
P1 = Beban pada saat regangan
mencapai 0,00005 Psi
Nilai modulus elastisitas dinamis suatu
beton dapat dihitung dengan persamaan
berikut:

Ketika sebuah silinder beton menerima


beban tekan, silinder tersebut tidak
hanya berkurang tingginya tetapi juga
mengalami ekspansi (pemuaian) dalam
dimana: arah lateral. Perbandingan ekspansi
lateral dengan perpendekan longitudinal
Ed = Modulus elastisitas dinamis ini disebut sebagai perbandingan
beton (N/mm2) poisson (Poisson Ratio).
= Poisson ratio dinamis Poisson ratio dapat dihitung dengan
= berat jenis beton (kg/m3) persamaan berikut (ASTM C469-02):
V = kecepatan gelombang (km/s)

dengan:
= Poisson ratio
t1 = Regangan transversal
akibat S1
t2 = Regangan transversal
akibat S
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diperhatikan agar dapat diketahui beton
tersebut bersifat getas atau bersifat daktail.
Hubungan tegangan-regangan suatu beton didapat dari pengujian tekan terhadap
silinder beton. beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan beberapa penelitian
tentang hubungan tegangan-regangan suatu beton dimana hasil dari beberapa riset
mereka mengatakan bahwa beton dengan bahan tambah serat (fiber) bersifat lebih
daktail.
Ini terlihat pada grafik hubungan tegangan-regangan hasil penelitian tersebut. beton
dengan serat memiliki grafik yang lebih landai daripada grafik beton normal.

beton normal Beton serat


METODE
PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Semua proses penelitian ini akan
dilaksanakan di Universitas
Mataram, yaitu tepatnya di
Laboratorium Beton dan Bahan
Bangunan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik karena semua
peralatan utama yang dibutuhkan
tersedia cukup dan semua dalam
kondisi baik dan siap pakai.
Persiapan Penelitian
Rancangan Awal Mix Design Beton SCC
dan FRSCC (/m3)

Faktor
Fiber
Jenis Air PC Agg. Ksr Agg. Hls Superplastisizer Air
Bendrat
Beton (kg) (Kg) (Kg) (Kg) (kg) Semen
(kg)

SCC 190 450 450 900 4,5 - 0,44

FRSCC 190 450 450 900 4,5 60 0,44


Pengujian Beton Segar

Kode
Pengujian Hari
SCC FRSCC
7 3 3
Kuat Tekan f'c 14 3 3 1) SCC dan FRSCC
(Silinder 150 x 300 mm) 28(3) 3 3 masing masing adalah
90 3 3 Beton memadat
7 3 3
sendiri dan Beton
serat memadat
Kuat Tari Belah ft 14 3 3
sendiri,
(Silinder 150 x 300 mm) 28 3 3 2) NDT di lakukan
90 3 3 dengan Pundit pada
7 3 3 kubus 200 x 200 x
Mod. Runtuh 14 3 3 200 mm umur 7, 14,
28 dan 90 hari
(Balok 150 x 150 x 600 mm) 28 3 3
dengan benda uji yg
90 3 3 sama,
7 3) Strain gauge dipasang
NDT/UV(2) 14 pada semua jenis
3 3 benda uji Kuat tekan
(Kubus 200 x 200 x 200 mm) 28
umur 28 hari.
90
Jumlah 39 39
Jadwal Penelitian
Bulan Pelaksanaan
Uraian 1 2 3 4 5 6
No
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Seminar
2
Proposal
Persiapan
3
Bahan
4 Penelitian

5 Analisa Data
6 Konsultasi
Seminar
7 Hasil
8 Ujian
Thank You !!
Terimakasih !!

Anda mungkin juga menyukai