Anda di halaman 1dari 81

Kongenital

Didapat:
Trauma
CVD
Infeksi: spesifik
non spesifik
Neoplasma:
jinak
ganas:
primer
sekunder
Fraktur kepala
Fraktur tulang tengkorak (fraktur linier, depresi,
diastatik)
Fraktur basis kranium
Fraktur maksillofasial
Cedera ekstra axial
Hematoma subdural
Hematoma epidural
Perdarahan subarakhnoid
Radiografi polos
lebih radiolusen dibandingkan jejas vaskuler maupun
sutura kepala
terlihat lebih lebar di bagian tengah, sempit pada kedua
ujungnya
daerah tersering : regio temporoparietal, regio frontal
dan regio oksipital, dapat meluas sampai ke basis
kranium.

Tomografi komputer
dapat memperlihatkan tulang dan jaringan lunak
sekaligus
pembengkakan jaringan lunak kulit kepala menandai
lokasi fraktur.
Fraktur linier umumnya lurus
atau membentuk kurva.
Kadangkala dapat dijumpai
angulasi dan percabangan dari
fraktur (panah), seperti pada
gambar dimana fraktur tulang
frontal juga disertai dengan
fraktur sinus frontalis.
Fraktur linier tulang temporal
(panah). Garis fraktur lebih
kehitaman, tidak keabuan.
Seringkali disalah artikan
dengan jejas vaskuler
meningeal.

Fraktur linier kominutif (tanda


panah) di daerah frontal dan
sfenoid. Perhatikan juga adanya
pneumosefalus dan gas-fluid level
di sinus sfenoid.
Foto polos kepala memperlihatkan suatu fraktur tengkorak parietal yang
luas (panah hitam). Dengan tomografi komputer axial tanpa kontras,
terlihat hematoma scalp (panah putih) dengan fraktur parietal
dibawahnya.
Sutura korona dan lambdoidea : 2 mm

Separasi traumatik (diastasis) : > 3 mm


bila fraktur meluas ke dalam sutura

Terjadi pada sutura yang belum menyatu


Fusi sutura korona : usia 30 tahun
Fusi sutura lambdoidea : usia 60 tahun
Fraktur diastatik. Pada proyeksi AP tampak garis fraktur di oksipital kiri
yang meluas ke sutura sagitalis dengan disertai diastasis dari sutura.
Fraktur ini terbentuk bila
tepi segmen fraktur terganjal oleh tulang kalvarium
sekitarnya
segmen fraktur gagal untuk kembali ke posisi semula.
Disertai cedera parenkim otak, risiko infeksi
Dianggap signifikan bila :
fragmen fraktur terdepresi di bawah dari tepi tabula
interna sekitarnya yang intak
fraktur yang terletak di atas sinus vena dural mayor
atau korteks motorik
disertai robekan dural, penetrasi oleh benda asing, atau
adanya cedera parenkimal yang bersangkutan.
Peningkatan densitas pada lokasi fraktur
disebabkan oleh :
fragmen fraktur yang bertumpang tindih dengan
kalvarium sekitarnya
rotasi fragmen fraktur ke sisi dengan ketebalan
radiografik yang lebih tebal dari tulang kepala.
Pada radiografi polos, proyeksi tangensial
dapat sangat membantu.
Tomografi komputer : menunjukkan fraktur
maupun cedera otaknya.
Fraktur depresi kominutif dengan garis fraktur multipel yang radial. Pada proyeksi
lateral tampak garis frakturkurvilinier. Tampak garis peningkatan densitas,
menandakan suatu fraktur depresi, akibat superimposisi tepi tulang (panah hitam).
Tampak juga garis fraktur dengan densitas yang lebih rendah, juga merupakan
fraktur depresi tetapi tepi tulang terpisah dan tidak ada superimposisi (panah
kosong). Pada proyeksi frontal, tampak fragmen-fragmen depresi tulang .
Fraktur depresi yang terlihat pada
proyeksi tangensial (kanan) dan
proyeksi lateral (bawah).
Tomografi komputer axial
memperlihatkan suatu fraktur
depresi (panah panjang) bersifat
kominutif. Tampak sejumlah kecil
udara intrakranial (panah pendek).

Fraktur depresi dengan kontusio pada


pria 10 tahun dengan traupa tumpul
pada sisi kiri kepala. Tampak
gambaran udara (panah) di ruang
subdural, dengan kontusio non
hemoragik (kepala panah).
Tomografi komputer axial
memperlihatkan fraktur
depresi (kepala panah)
disertai kontusio hemoragik
yang mengenai kortex dan
white matter (panah
putih). Juga terdapat
hematoma pada scalp.
Subgaleal hematoma + fraktur
Depresi fraktur
Radiografi polos : hasil suboptimal
Modalitas terbaik : tomografi komputer resolusi
tinggi dan irisan tipis.
Fraktur campuran (compound) : bila terdapat
komunikasi antara kompartemen intrakranial
dengan lingkungan luar (menembus tulang
kepala dan dura, meluas ke sinus paranasal,
rongga nasal, atau air-cell mastoid)
Komplikasi : pneumosefalus, osteomyelitis,
meningitis, abses, paralisis saraf kranial.
Fraktur basis dengan perluasan ke sinus frontal, ethmoid dan sfenoid.
Proyeksi lateral menunjukkan fraktur bagian posterior sella turcica (panah
kosong) dan dorsum sella yang terpuntir ke belakang. Tampak fraktur oblik
pada tulang ethmoid (panah putih). Proyeksi orbita oblik memperlihatkan
garis fraktur yang memisahkan ethmoid dan sfenoid, serta melibatkan
lempeng cribriform (panah hitam).
Fraktur transversa yang
menembus vestibulum (panah
hitam), juga melibatkan area
ganglion geniculatum.
Tampak opasifikasi pada air-
cell mastoid.

Fraktur longitudinal (panah


pendek) melalui tulang mastoid
kanan. Tampak juga dislokasi
incus (panah panjang) dari
malleus.
Fraktur basis kominutif yang
melibatkan tulang temporal.
Tomografi komputer potongan
axial memperlihatkan fragmen
fraktur multipel pada tulang
temporal kanan, meluas ke
arah longitudinal.

Kolesteatoma (panah pendek)


dalam kanalis auditorius eksterna
pada tomografi komputer
potongan koronal. Massa
tersebut timbul akibat luka
tembak; salah satu fragmen
(panah panjang) masih terlihat di
dekat kanalis karotikus.
Dapat bersifat terisolasi maupun kompleks.
Fraktur terisolasi terdiri atas fraktur tulang
nasal, orbita, maxilla, mandibula, dan zygoma
serta sinus paranasal.
Fraktur yang kompleks meliputi fraktur tripod,
Le Fort, central facial smash dan fraktur
mandibular kompleks.
Struktur normal : sutura zygomaticotemporal
dari arkus zygoma, sutura nasofrontal, dan
sutura nasomaxilla.
Radiografi polos
evaluasi trauma tulang wajah (Water, Towne, oblik),
kanalis optikus, mandibula, dan arkus zygomatikum.
peningkatan densitas, struktur linear tulang, air-fluid
level dalam sinus paranasal, dan emfisema orbita.

Tomografi komputer
radiasi yang relatif lebih kecil
tebal irisan 5 mm, dapat diperkecil sampai 1,5 mm
untuk area-area tertentu
dapat memperlihatkan fraktur yang halus, derajat
pergeseran fragmen fraktur, struktur jaringan lunak,
lokasi suatu benda asing, serta ada tidaknya
komplikasi.
A B

Fraktur sinus frontal. A, pasien pada posisi supine, kepala menoleh


ke samping dan arah sinar X vertikal. B, arah sinar X horizontal
dengan pasien pada posisi supine. Tampak adanya air-fluid level.
A-C. Fraktur tripod. Tomografi
komputer axial tanpa kontras
menunjukkan adanya fraktur pada
dinding lateral dan anterior dari
sinus maxillaris dan pelebaran
sutura frontozygomatikus (panah
terbuka).

B C
Tomografi komputer potongan axial dan koronal dari fraktur dinding
medial orbita, disertai dengan ruptur bola mata. Tampak suatu fraktur
blow out pada dinding medial kanan (panah) dengan emfisema orbita.
Tanda ruptur bola mata meliputi distorsi dari bentuk normalnya, dengan
perdarahan intravitreal dan udara intraokuler (panah terbuka). Lensa
mata tak dapat diidentifikasi. Perhatikan adanya perdarahan pre septal
yang luas (tanda bintang).
Tomografi komputer potongan koronal di posterior bola mata
memperlihatkan fraktur blow out dengan pergeseran segmen fraktur
ke inferior. Lemak orbita tampak prolaps ke dalam defek di lantai
orbita. Tampak rotasi dan peregangan dari otot rektus medialis
(kepala panah).
Blowout fracture
Tomogram proyeksi frontal menunjukkan
fraktur atap orbita (panah hitam) . Pada
tomogram yang lebih ke posterior (gambar
bawah) menunjukkan garis fraktur yang
meluas ke lamina papyracea ethmoid (panah
putih) dan antrum maxilla (panah hitam).

Emfisema orbita pada fraktur sinus


paranasal. Pada proyeksi Caldwell tampak
gambaran udara berbentuk sabit di
bagian superior orbita kanan. Tampak
juga asimetri sutura lambdoidea akibat
adanya fraktur diastatik sebelah kanan.
Fraktur dinding medial orbita (panah hitam lengkung) tervisualisasi lebih
baik dengan tomografi komputer proyeksi koronal. Tampak herniasi
jaringan lunak dan lemak ke dalam ethmoid kanan. Otot rektus medialis
tampak pada posisi normalnya (panah terbuka). Tampak juga suatu
emfisema orbita yang luas (panah panjang).
Tomografi komputer potongan koronal memperlihatkan benda asing
linier yang cukup besar (panah) yang merupakan kepingan besar gelas.
Tampak ruptur bola mata (bentuk konfigurasinya berubah) dibandingkan
sebelah kanan. Tampak pembengkakan jaringan lunak yang prominen,
perdarahan, dan benda asing lainnya pada aspek lateral orbita. Dengan
rekonstruksi tulang 3 dimensi terlihat dengan baik benda asing multipel
di orbita kiri, sesuai kepingan gelas.
Benda asing logam intraokuler terlihat pada potongan koronal
di dalam vitreous, dengan perdarahan intraokuler subretinal
(panah) dan udara (kepala panah).
Trauma penetratif pada sisi medial orbita kanan, oleh
sebatang pensil. Tampak penghapus pensil (panah)
menyeberangi dari apex orbita sampai ke daerah
sinus kavernosus.
Perforasi bola mata. Pada
potongan axial terlihat ukuran
bola mata kiri yang berkurang
drastis dengan konfigurasi
yang abnormal, akibat cedera
perforatif, menandakan suatu
ruptur.

Trauma orbita dengan perdarahan


perioptik. Tampak perdarahan
retrobulbar irreguler (panah) yang
mengaburkan kompleks selubung saraf
optik. Bola mata kanan proptosis dan
kelopak mata membengkak. Tampak
fraktur dinding medial orbita, dengan
gambaran udara yang lolos masuk ke
dalam rongga extrakonal medial.
3. Struktur intracranial extra-axial :
- EDH : bikonkaf
tidak melewati sutura
meningeal artery ( 90% )
coup side temporal / temporoparietal
85-90% fraktur
- SDH : konvex / konkaf ( crescent )
bridging vein dari cortex ke sinus
melewati sutura
contrecoup side, supratentorial convexity
Lokasi : supratentorial (95%), tersering di
frontoparietal.
Lesi kresentik yang hiperdens (60%) atau
campuran hiper-hipodens (40%).
Vena kortikal dan sulci tergeser menjauhi
tabula interna.
Densitas hematoma subdural berkaitan dengan
konsentrasi hemoglobin, retraksi bekuan
darah, dan lamanya perdarahan.
Efek sekunder dan komplikasi bergantung
pada efek massa yang ditimbulkannya
terhadap otak yang bersangkutan.
Gambar 1. Hematoma subdural (panah hitam lurus) di antara dura (panah
lengkung hitam) dan arakhnoid (panah kosong). Perluasan dari hematoma
subdural tidak menyeberangi perlekatan dural falx cerebri. Lesi lain :
perdarahan subarakhnoid traumatik (panah ganda), kontusio kortikal
(bintik-bintik pada korteks) dan efek massa herniasi subfalcine.
Hematoma subdural akut
parasagital. Tampak kumpulan
darah berdesitas tinggi pada
daerah parafalcine kiri yang
mendesak aspek medial hemisfer
kiri ke lateral.

Hematoma subdural akut. Potongan axial


tanpa kontras memperlihatkan densitas
tinggi ekstraserebral perifer dalam ruang
subdural yang mendesak hemisfer kiri.
Tampak pergeseran dari falx dan kelenjar
pineal.
Subdural Hematom
Subdural hematom
Karakteristik massa ekstra axial (pergeseran
interface gray-white matter)
lesi yang bikonveks/lentiform
umumnya hiperdens, dapat disertai fokus-
fokus hipodens pada perdarahan yang cepat
Lokasi : unilateral supratentorial (>95%)
terutama di temporoparietal, menyeberangi
perlekatan dura tetapi jarang menyeberangi
garis sutura.
Gambar 2. Hematoma epidural. Trauma kepala menyebabkan fraktur
(panah lengkung) dan merobek arteri meningea media (panah kosong).
Terjadi ekstravasasi darah yang melepaskan dura dari tabula interna
(panah ganda), membentuk hematoma epidural (panah hitam lurus). xx5
A B

Hematoma epidural akut. (A) Tomografi komputer tanpa kontras


menunjukkan komponen hipodens dan hiperdens pada sisi kanan. Tampak
kontusio contrecoup (panah hitam) di sisi kiri. (B) Pada potongan yang
lebih tinggi tampak kumpulan darah yang lebih hipodens (panah putih)
yang memasuki hematoma epidural dari robekan arteri meningeal media.
3. Struktur intracranial extra-axial :
Subdural hygroma : sobekan pada arachnoid
membran dengan mekanisme ventil CSF ke
subdural space
SAH : trauma langsung pembuluh darah
leptomeningeal komunikasi dengan
subarachnoid space perdarahan
intraventrikuler hydrocephalus
Traumatic pneumoencephalus : adanya udara
intracranial (komplikasi serius), komunikasi
dengan rongga udara : fraktur malalui sinus
paranasal dan mastoid. lokasi : extracerebral
(epi-/ subdural, subarachnoid, intracerebral dan
intraventrikuler)
Disebabkan oleh robekan pada vena atau arteri
yang melintasi ruang subarakhnoid.
Pseudodelta sign : perdarahan akut subdural /
subarakhnoid yang mengelilingi aliran darah
pada sinus sagitalis superior.
Seringkali disertai dengan hematoma subdural,
hematoma epidural, maupun kontusio serebri
dan diffuse axonal injury.
Komplikasi : hidrosefalus dan vasospasme.
[Bawah] Perdarahan subarakhnoid pada
daerah sisterna interpeduncular (panah
putih) dan juga pada permukaan
cerebellum. Kornu temporal berdilatasi
akibat hidrosefalus oleh karena
perdarahan subarakhnoid. [Kanan]
tampak peningkatan densitas sepanjang
falx serebri, meluas kedalam sulci (kepala
panah). Tampak fraktur os parietal
(panah).
Subarahnoid hematom
= shear injury, merupakan cedera otak akibat trauma yang
paling sering dijumpai.
Rotasi, akselerasi & deselerasi pada otak pergerakan
relatif antar hemisfer dan antar gray& white matter
peregangan axon, separasi dan disrupsi saraf dan
vaskuler.
Terlihat sebagai area-area berdensitas tinggi pada gray-
white junction (petechial hemorrhage).
Lokasi tersering : gray-white junction di regio frontal dan
temporal (50%), korona radiata dan kapsula interna(30%)
dan di korpus kallosum (20%).
Prognosis relatif buruk; seringkali disertai pembengkakan
jaringan otak, efek massa, herniasi, dan atrofi fokal
ataupun generalisata.
Tomografi komputer tanpa kontras pada potongan axial memperlihatkan
perdarahan white matter (panah) pada daerah gray-white matter
junctions, sesuai dengan diffuse axonal injury.
Cedera otak tersering kedua.
Disebabkan oleh dampak langsung pada otak dan
tengkorak di daerah trauma, dapat juga ditemukan di
sisi kontralateralnya (coup-contrecoup).
Dapat juga terjadi berjauhan dari lokasi trauma, akibat
pergeseran antara otak dengan permukaan tulang fossa
kranial anterior dan media.
Kontusio kortikal bersifat multipel, seringkali
hemoragik, dan melibatkan cortical gray matter dan
jarang mengenai white matter dibawahnya.
Terlihat sebagai area dengan densitas campuran yang
berbatas tidak tegas, di daerah korteks serebri.
menggambarkan perdarahan dan edema yang
bervariasi.
A B
Tomografi komputer segera setelah trauma memperlihatkan kontusio
coup dalam lobus temporal kanan inferior sebagai suatu area berdensitas
tinggi (panah). Tampak juga kontusio contrecoup pada lobus temporal
anterior kiri (kepala panah). Follow up 1 tahun kemudian
memperlihatkan delayed bleeding pada lokasi kontusio. Terdapat suatu
hematoma intraserebral (panah) dan perluasan kontusio contrecoup
pada lobus temporal kiri (kepala panah).
A B

Kontusio hemoragik yang menyembuh pada daerah lobus temporal


kiri posterior. (A) Cedera akut memperlihatkan hematoma berdensitas
tinggi pada lokasi kontusio. (B) Follow up setelah 1 tahun
memperlihatkan hilangnya jaringan kortikal (kepala panah) dan
reabsorbsi produk darah.
Kontusio serebri
dapat dianggap sebagai kontusio kortikal
pada prinsipnya juga merupakan kerusakan
pembuluh darah otak dan akumulasi darah di
dalam substansia otak.

Cedera gray matter subkortikal

jarang terlihat pada tomografi komputer, lebih


baik dengan MRI
karakteristik menyerupai DAI, berlokasi di gray
matter subkortikal dan pons bagian dorsolateral.
Herniasi otak
Trauma langsung serta perdarahan yang
timbul dapat menyebabkan penekanan pada
otak dan pembuluh darah otak yang terkait.
Kecenderungan timbulnya herniasi dapat
diketahui melalui adanya tanda peningkatan
tekanan intrakranial:
pendataran (effacement) dari sulci kortikal
ventrikel yang sempit yang menyertai
pembengkakan otak
ventrikel yang luas yang menyertai hidrosefalus
pergeseran struktur intrakranial dari lokasi
normalnya
gambaran sisterna suprasellar, sisterna prepontin
dan sisterna basal yang mengecil abnormal.
Tanda-tanda adanya suatu herniasi :
obliterasi sisterna basal

obliterasi sisterna suprasellar

distorsi uncus dan batang otak

ekstensi serebellum dan midbrain ke dalam


foramen magnum.

Hal tersebut berarti terdapat suatu kompresi


pembuluh darah pada bagian basal otak yang
mengarah pada kerusakan otak permanen dan
kematian.
Gambar 3. Cedera sekunder dari
hematoma epidural (panah
kosong). Tampak pergeseran
fissura sylvi ke inferior (1),
herniasi subfalcine dengan
kompresi ventrikel ipsilateral (2),
dilatasi ventrikel kontralateral
akibat obstruksi fungsional pada
foramen Monro (3), arteri serebri
anterior menyeberangi midline
(4), kontusio midbrain (5),
perdarahan midbrain Duret
akibat pergeseran ke bawah (6),
herniasi lobus temporal medial
melewati insisura tentorial (7),
kompresi arteri serebri posterior
ipsilateral (8), pelebaran sisterna
CPA ipsilateral (9), herniasi
tonsilar (10).
Oklusi karotis
dapat bersifat asimtomatis

dapat menyebabkan infark masif dan hipotensi

Tomografi komputer :
garis fraktur yang menyeberangi kanalis karotikus
arteri karotis yang teroklusi akan tidak menyangat
dengan pemberian media kontras
Kebocoran cairan otak

Akibat laserasi pada dura oleh segmen fraktur.


Pada tulang temporal : otorrhea
Pada tulang cribriform : menyebabkan rhinorrhea.
Radiologik : fraktur dengan daerah sekitar
(telinga tengah, sel udara mastoid, sinus
paranasal) yang terisi cairan.
Penyuntikan kontras ke dalam ruang
subarakhnoid diikuti dengan pemeriksaan
tomografi komputer dapat menunjukkan lokasi
kebocoran
Rhinorrhea cairan otak. Terdapat
suatu kebocoran cairan otak
melaluil defek pada lempeng
cribriform, akibat trauma.
[A] Potongan koronal tomografi
komputer sekilas tidak
memperlihatkan kelainan, tetapi
dengan pemberian kontras
subarakhnoid [B] tampak jelas
kebocoran melalui defek tersebut
(panah).
Trombus sinus sagitalis
Fraktur servikal
Fraktur servikal
Caput succedanium Fraktur: Impresi?
Edema subgaleal Fragmen avulsi kedlm
Cephal hematoma. Diastasis
EDH
SDH Contusio -/+ hemorrh
SAH ICH perifer
IVH
Pneumosefalus White-gray matter
Corpus callosum
Batang otak

ICP
Antara Tabula Dura
Asal perdarahan:
Aa. Meningea
( sebagian besar)
Vv.sinus dura/diploic

(sebagian kecil)
Disertai fraktur
Letak antara Dura
Korteks serebri
Asal perdarahan:
Ruptur vena korteks
Laserasi aa/ vv
korteks
Asal:
Pembuluh darah
korteks
Didalam sulci,cistern,ventrikel
Sangat hipodens
Contusio:
Jaringan otak yang memar/robek akibat
trauma baik coup/contre coup
Perifer
Dpt disertai perdarahan kecil kecil
Tunggal/ganda
Biasanya Supra tentorial
Kelainan seringkali campuran.

Herniasi: ringan berat


Ventrikel sempit/lebar
Cistern obliterasi

Klasifikasi ( Marshall 1991):


D.I. I : CT tak
D.I. II : Cistern N . Dev G.T < 5 mm
lesi < 25 cc
D.I.III : Cistern obl. Dev sda.
D.I IV : Dev. > 5 mm. Lesi > 25 cc.
Cepat, aman,akurat untuk kasus emergency
Menilai jaringan extra intra cranial
Kelainan sering multiple
Penting dalam menentukan volume, lokasi lesi
Adanya peningkatan ICP

Anda mungkin juga menyukai