Anda di halaman 1dari 4

Fraktur wajah

Fraktur wajah seringkali bersifat sekunder, pada orang dewasa akibat penyerangan dan pada
anak-anak akibat jatuh. Penyebab fraktur wajah pada anakanak harus dicurigai bukan akibat
kecelakaan. Kepentingan lebih terhadap diagnosis daripada terapi spesifik pada kecelakaan dan
keadaan emergensi. Kehilangan fungsi dan disabilitas dapat bersifat signifikan setelah trauma
pada wajah. Pertimbangkan adanya cedera tulang servikal. Fraktur wajah diklasifikasi
berdasarkan tempat - maksila (sub-klasifikasi oleh Le Fort), malar, infra-orbital, mandibular dan
nasal.

A. Fraktur Maksila

Umumnya berhubungan dengan cedera wajah yang masif dan cedera organ lain. Pasien datang
dengan pembengkakan jaringan lunak yang masif, mobil itas mid-face dan maloklusi.
Rhinorrhoea dan cairan serebrospinal dapat terjadi sekunder akibat robekan dura.. Epistaksis
yang signifikan dapat terjadi dan membahayakan baik jalan nafas maupun sirkulasi serta
memerlukan intervensi.

Radiologi:

 Dilakukan foto facial view. Fraktur kadang-kadang sulit dilihat.


 CT scan seringkali bermanfaat untuk menggambarkan jumlah dan luas fraktur. Berguna
dalam perencanaan pembedahan dan tindak lanjut berikutnya

B. Fraktur Malar

Zigoma dapat mengalami fraktur secara tersendiri atau lebih sering meluas ke foramen infra-
orbital dengan gangguan pada sutura zigomatiko-temporal dan zigomatiko-frontal (fraktur
tripod). Perhatikan adanya pendataran pipi, lekukan yang teraba, kerusakan saraf infra-orbital
dan diplopia. Pemeriksaan intra-oral dapat memperlihatkan iregularitas tulang di atas dan di
belakang gigi molar atas.

Radiologi: Facial view ditambah submentovertex (SMV) view untuk menggambarkan arkus
zigomatikus.
C. Fraktur infra-orbital (blow out)

Emfisema enoftalmus dan orbital dapat terlihat. Diplopia dapat terjadi sekunder akibat jeratan
terhadap otot okular (atau lemak orbita). Cedera bola mata tidaklah jarang, misal ablasio retina

Radiologi :

- Facial view dapat memperlihatkan gambaran tear drop sign, yang menunjukkan adanya
jaringan lunak yang herniasi ke sinus makilaris.
- Opasifikasi komplit dari sinus makilaris terjadi sekunder akibat perdarahan dan edema,
dan jika unilateral, harus dipertimbangkan sebagai fraktur sekunder sampai dibuktikan
sebaliknya.
- . Depresi dari dasar orbita dapat terlihat.
- Udara dalam jaringan lunak dapat terlihat pada emfisema orbita.

D. Fraktur Mandibula

Nyeri, nyeri tekan dan lekukan yang terpalpasi dapat ditemukan.. Maloklusi juga umum
ditemukan. Lokasi fraktur dapat teriadi berjauhan dari lokasi impaki. Mati rasa pada bibir
menyokong adanya kerusakan n. alveolar inferior.

Radiologi

- Konfirmasi dengan pemeriksaan panoramik yang dikombinasi dengan posisi antero-


posterior (AP).
- Condylar view dapat memperlihatkan fraktur atau dislokasi sendi temporomandibular
(TMJ). CT koronal berguna pada kesulitan memperlihatkan fraktur kondiloid.

2. Fraktur tengkorak

Fraktur tengkorak disebabkan oleh benturan langsung terhadap tengkorak. Diklasifikasi sebagai
linear, depresi, atau basal. Tipe tergantung pada besamya kekuatan yang mengenai dan rasio
antara kekuatan dengan area benturan. . Secara klinis, sulit untuk dideteksi. Jika terdeteki,
kemungkinan disertai cedera otak. . Berdampak signifikan jika terjadi fraktur terbuka, fraktur
yang berhubungan dengan sinus udara, fraktur depresi atau fraktur yang memotong arteri atau
sinus dura mayor.

Pada fraktur linear seringkali tanpa disertai cedera otak, maka relatif asimptomatis. . Jika garis
fraktur melewati sinus, sutura atau lekuk dura atau vaskular, terdapat peningkatan risiko
komplikasi seperti perdarahan atau infeki.

Pada fraktur depresi, Depresi tulang dapat dipalpasi. Hal ini sulit ditemukan jika terdapat
hematoma di atasnya. Pada fraktur terbuka, fragmen depresi dapat terlewati karena mobilitas dari
kulit kepala. . Risiko cedera otak meningkat dengan kedalaman dari depresi. Sekitar 25% pasien
akan datang dengan penurunan kesadaran. Defisit neurologis tergantung pada cedera otak yang
didapat. . Terdapat peningkatan risiko kejang dan meningitis.

Pada fraktur Basis, tanda klinis mencakup hemotimpanum (darah didalam kanalis akustikus),
rhinorrhea, otorrhoeo, Battl es's sign (hematoma retro-a uriku Ia), Racoon eyes (ekimosis
periorbita) dan defisit saraf kranial (lll, IV, dan V). Kertas saring berguna pada pasien dengan
epistaksis untuk mendiagnosis rhinorrhoea. Jika ditaruh di atas kertas saring, cairan serebrospinal
akan meluas dan tampak seperti cincin lusen di sekitar darah.

Radiologi

- Foto polos tengkorak merupakan pemeriksaan awal dan beberapa dilanjutkan ke


pemerikaan CT.
- Fraktur linear akan tampak sebagai garis hitam berbatas tegas. Dapat disalahartikan
sebagai garis sutura atau alur vaskular. AIur vascular biasanya bercabang, memiliki batas
sklerotik dan lokasinya teftentu.
- Fraktur depresi seringkali sulit dilihat. cari adanya peningkatan atau densitas ganda yang
berhubungan dengan tulang yang tumpang tindih, jika fraktur terproyeki secara
tangensial.
- Fraktur basis tengkorak tidak terlihat dengan baik pada foto polos. cari adanya fluid level
di dalam sinus sfenoid. Jika terdapat kecurigaan, pasien harus diperiksa dengan CT.
- CT akan memperlihatkan fraktur tengkorak jika menggunakan bone window dan CT juga
berguna untuk menggambarkan komplikasi sekunder.

Anda mungkin juga menyukai