Adaptasi Skala
Adaptasi Skala
MELAKUKAN ADAPTASI
LINTAS-BUDAYA TERHADAP
ALAT UKUR SELF-REPORT
Kelompok 2
Berdasarkan Jurnal SPINE, 2000, Vol. 25, No. 24, hlm. 3186-3191
APA ITU ADAPTASI ALAT UKUR
LINTAS-BUDAYA?
Adaptasi alat ukur lintas-budaya merupakan suatu proses
penggunaan alat ukur dari daerah lain untuk digunakan pada
daerah tertentu, sesuai dengan kebutuhan.
MENGAPA KITA PERLU MELAKUKAN
ADAPTASI?
Verifikasi
persyaratan Validasi serta
kelengkapan penetapan nilai
skala (kinerja normatif pada
item, bobot kuesioner baru.
item)
STAGE 1 : TRANSLATION
Menterjemahkan bahasa asli dari suatu instrumen ke dalam target bahasa tertentu. Proses
penerjemahan bahasa ini membutuhkan setidaknya dua bahasa lain selain bahasa utama.
Tujuan dari proses ini adalah untuk membandingkan dan menemukan perbedaan dari kata-
kata yang sifatnya ambigu dalam bahasa aslinya. Pilihan kata-kata yang buruk ini nantinya
akan diidentifikasi dan diselesaikan dalam diskusi antar penerjemah yang jumlahnya lebih
dari satu.
Perlu diperhatikan bahwa translators harus memiliki profil atau latar belakang yang berbeda
Masing-masing penerjemah (translator) akan menghasilkan laporan tertulis tentang
terjemahan yang dilakukan. Dalam laporan tertulis tersebut terdapat hal-hal yang perlu
dicantumkan seperti
a. komentar tambahan untuk menyoroti ungkapan yang tidak pasti
Kedua translators dan observer yang merekan proses ini akan bersama-sama
mensintesiskan atau mempersatukan terjemahan yang dihasilkan (Terjemahan 1 &
Terjemahan 2 menjadi T-12). Proses sintesis ini pertama kali dilakukan dengan
meghasilkan suatu terjemahan umum (T-12), dengan sebuah laporan tertulis yang
mendokumentasikan proses sintesis, isu/masalah yang ditangani dan bagaimana
penyelesaiannya.
Penting bahwa suatu konsensus atau kesepakatan diperoleh bukan dari pembawaan
(compromising) dari perasaan seseorang dalam memecahkan suatu permasalahan.
STAGE 3 : BACK TRANSLATION
back translation adalah salah satu bentuk pengujian validitias untuk memastikan
bahwa versi terjemahan mencerminkan konten aitem yang sama dengan versi
aslinya, menyoroti ketidakkonsistenan atau kesalahan konseptual dalam terjemahan.
Pada tahap ini, translator bekerja berdasarkan versi T-12 dari kuesioner tersebut dan
terlepas dari versi aslinya, translator kemudian kembali menerjemahkan kuesioner ini
dalam bahasa asli (BT 1 & BT 2). Proses back translation ini tidak menjamin bahwa
hasil dari BT 1 & BT 2 itu benar; ini hanya menjamin konsistensi dari terjemahan.
Lalu, BT 1 & BT 2 sebaiknya dilakukan oleh dua orang yang menggunakan bahasa
utama (inggris) sebagai bahasa ibu, tidak menyadari konsep yang diukur dan
memiliki latar belakang yang berbeda dengan lingkup penelitian. Alasan utamanya
adalah untuk menghindari bias informasi dan untuk memperoleh makna-makna lain
dari aitem yang tidak terduga dalam terjemahan kuesioner sehingga meningkatkan
kemungkinan untuk menyoroti ketidaksempurnaan.
STAGE 4 : EXPERT COMMITTEE
Peran dari expert committee (panitia ahli) adalah untuk mengkonsolidasikan semua
versi kuesioner dan mengembangkan apa yang akan dianggap sebagai versi awal
kuesioner untuk pengujian lapangan. Oleh karena itu komite akan meninjau semua
terjemahan dan mencapai konsensus atau kesepakatan mengenai perbedaan
apapun.
Komposisi dari committee menjadi penting untuk mencapai kesetaraan lintas
budaya. Komposisi minimum dari committe terdiri dari ahli metodologi, profesional
bahasa, penerjemah dan health professionals yang semuanya terlibat dari tahap
awal sampai saat ini. Selain itu, pengembang asli kuesioner menjalin hubungan yang
baik dengan para committee hingga saat ini.
Karena peran committee sangat penting untuk membuat keputusan maka sekali lagi
diperlukan dokumentasi tertulis mengenai masalah dan alasan pengambilan
keputusan.
LANJUTAN STAGE 4...
Keputusan perlu dibuat oleh panitia ahli untuk mencapai kesetaraan antara sumber dan
versi target di empat area :
1. Semantic equivalence
apakah kata-kata itu berarti hal yang sama? Apakah ada makna ganda pada item
tertentu? Apakah ada kesulitan gramatikal dalam terjemahan?
2. Idiomatic equivalence
Bahasa sehari-sehari, atau idiom sulit untuk diterjemahkan sehingga committe harus
merumuskan suatu ungkapan yang setara dengan versi target
3. Experiential equivalence
Item berisikan hal-hal terkait kehidupan sehari-hari. Namun, seringkali pada negara atau
budaya yang berbeda hal-hal tersebut mungkin tidak dialami (walaupun bisa
diterjemahkan)
Item kuesioner harus diganti dengan item serupa yang memang benar-benar dialami di
budaya yang menjadi target atau sasaran
4. Conceptual equivalence
Menghindari bias seleksi yang terkait dengan penelitian yang harus mengecualikan semua
pasien yang tidak menyelesikan formulir dalam bahasa inggris dikarenakan tidak ada
terjemahan di daftar pertanyaannya