Anda di halaman 1dari 22

dr.

Shinta Nareswari

CUTANEOUS LARVA MIGRANS


(CREEPING ERUPTION)
Penyakit pada manusia terutama penyakit
infeksi sebagian berasal/tertular dari hewan-
hewan sekitarnya atau yang berkontak
dengan manusia.

Zooanthroponosis adalah penyakit-penyakit


yang berasal dari hewan dan dapat menular
pada manusia
Larva Migrans

Larva migrans adalah kelompok dari sindroma


klinis yang diakibatkan dari pergerakan larva
parasit melalui jaringan host.

Gejalanya dapat bervariasi tergantung lokasi dan


jauhnya migrasi.

Organisme dapat melakukan perjalanan melalui


kulit (cutaneous larva migrans) atau organ-organ
dalam (visceral larva migrans).
Cutaneous Larva Migrans

Cutaneous Larva Migrans atau disebut juga


Creeping Eruption adalah penyakit yang disebabkan
infestasi larva cacing tambang binatang (anjing /
kucing) pada manusia.

Cutaneous larva migrans adalah kelainan kulit yang


khas berupa peradangan berbentuk linear atau
berkelok-kelok, menimbul dan progresif.

Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau


subtropis yang hangat dan lembab, misalnya di
Afrika selatan dan barat, di Indonesia pun banyak
dijumpai.
Etiologi

Penyebab utama dari creeping eruption


adalah larva yang berasal dari cacing
tambang binatang anjing dan kucing, yaitu
Ancylostoma brazilienes (palilng sering),
Ancylostoma caninum, dan Ancylostoma
ceylanicum.
MORFOLOGI

Ancylostoma braziliense dan A. ceylenicum


mempunyai satu pasang gigi sedangkan A.
caninum tiga pasang.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing diekskresikan ke dalam feses, kemudian menetas di
tanah berpasir yang hangat dan lembab. Kemudian berkembang
menjadi bentuk infektif (larva stadium tiga).

Manusia yang berjalan tanpa alas kaki terinfeksi secara tidak


sengaja oleh larva, dimana larva menggunakan enzim protease
untuk menembus melalui folikel fisura atau kulit intak. Setelah
penetrasi stratum korneum, larva melepas kulitnya.

Larva menembus kulit manusia dan bermigrasi beberapa cm per


hari, biasanya antara stratum granulosum dan stratum korneum.
Larva ini tinggal di kulit bergerak tanpa arah tujuan yang pasti
sepanjang dermoepidermal. Hal ini menginduksi reaksi inflamasi
eosinofilik setempat. Setelah beberapa jam atau hari akan timbul
gejala di kulit.
SIKLUS HIDUP
Larva bermigrasi pada epidermis tepat di atas membran
basalis dan jarang menembus ke dermis. Larva tidak
mempunyai enzim kolagenase yang cukup untuk penetrasi
membran basalis sampai ke dermis. Sehingga penyakit ini
menetap di kulit saja.

Enzim proteolitik yang diekskresi larva menyebabkan


inflamasisehingga terjadi rasa gatal dan progresi lesi.
Meskipun larva tidak bisa mencapai intestinum untuk
melengkapi siklus hidup, larva sering kali migrasi ke paru-
paru sehingga terjadi infiltrat paru.

Kebanyakan larva tidak mampu menembus lebih dalam


dan mati setelah beberapa harisampai beberapa bulan.
MANIFESTASI KLINIS
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan
panas.Mula-mula akan timbul papul, kemudian diikuti bentuk
yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok-kelok
(snakelike appearance),menimbul dengan diameter 2-3 mm,
berwarna merah segar, atau merah muda, dan terasa gatal.

Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan bahwa larva


tersebut telah berada di kulit selama beberapa jam atau hari.
Waktu dari terekspos sampai adanya onset dari gejala biasanya
memakan waktu 1-6 hari.

Selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok-


kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk
terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa mm sampai
cm setiap harinya. Bisa terdapat satu lesi maupun beberapa lesi
MANIFESTASI KLINIS

Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam


hari. Terowongan yang sudah lama akan
mengering dan menjadi krusta dan bila pasien
sering menggaruk akan menimbulkan iritasi
yang rentan terhadap infeksi sekunder.

Tempat predileksi adalah tungkai, plantar,


tangan (unilateral/ bilateral), pinggang,
bahu, anus, bokong dan paha, juga di
bagian tubuh dimana saja yang sering berkontak
dengan tempat larva berada.
DIAGNOSA
Anamnesis
Penderita tinggal atau habis berpergian ke daerah tropis atau subtropis
yang hangat dan lembab. Memiliki kebiasaan sering berjalan tanpa
menggunakan alas kaki atau memiliki kegiatan yang sering
berhubungan dengan tanah atau pasir. Terdapat kucing atau anjing yang
berkeliaran di sekitar tempat tinggal penderita.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi pada daerah tungkai, plantar, tangan, anus, bokong atau paha,
juga di bagian tubuh mana saja yang sering berkontak dengan tempat
larva berada. Akan tampak adanya lesi seperti benang yag lurus atau
berkelok-kelok, menimbul, dan terdapat papul vesikel di atasnya.

Pemeriksaan penunjang
Bisa dilakukan biopsi kulit (tidak terlalu bermakna)
Bila infeksi ekstensif bisa dijumpai tanda sistemik berupa eosinofilia
perifer dan peningkatan IgE.
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Infeksi cacing tambang dapat dicegah dengan menghindari
kontak kulit langsung dengan tanah yang tercemar dengan
kotoran binatang dengan memakai alas kaki yang memadai
setiap saat.

Kotoran binatang harus dipindahkan secara benar dari area


aktivitas manusia.

Jika dibiarkan saja tanpa pengobatan, larva akan mati dan


diarbsorbsi. Meskipun penyakit ini dapat sembuh sendiri,
rasa gatal yang hebat dan resiko infeksi sekunder memaksa
seseorang untuk berobat.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Thiabendazole merupakan drug of choice dari creeping eruption.
Dosisnya50mg/kgBB/hari, 2 kali sehari, diberikan berturut-turut selama 2 hari.Dosis
maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulang setelah beberapa hari.
Anak-anak dosis 25-50mg/kgBB/hari setiap 12 jam. Tidak lebih dari 3 gr/hari.

Ivermectin. Dosis 12mg atau 200 ug/kgBB dosis tunggal.

Albendazole. Dosis untuk orang dewasa (>2thn), sehari 400mg sebagai dosis
tunggal, diberikan 3 hari berturt-turut atau 2x 200mg sehariselama 5 hari., < 2 thn:
200mg/hari selama 3 hari dan diulang 3 minggukemudian jika perlu.
PENATALAKSANAAN
Agen Pembeku Topikal
Membekukan sesuai dengan alur dari larva yang terdapat
padakulit dengan spray ethylene cloride, solid carbon dioxide,
atau nitrogen cair terkadang berhasil.
Caranya ialah dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi
dengan penekanan selama 45 sampai 1.
KOMPLIKASI

Ekskoriasi dan infeksi sekunder oleh bakteri


akibat garukan merupakan komplikasi yang
sering terjadi. Infeksi umumnya disebabkan
oleh Streptococcus pyogenes.

Bisa juga terjadi impetigo, reaksi alergi lokal


atau general misalnya edema dan reaksi
vesicobullous.
PROGNOSIS

Prognosisnya sangat bagus. Creeping


eruption merupakan penyakit yang dapat
sembuh sendiri.

Ketika larva mati, lesi akan membaik dalam


waktu 4-8 minggu, terkadang 1 tahun.

Anda mungkin juga menyukai