http://erc.msh.org/quality/pstools/psprtgrf.cfm
Partograf WHO
Partograf model WHO terdiri dari 3 komponen yang harus
dilakukan observasi :
Rekaman dan catatan tentang kemajuan persalinan
Pembukaan serviks, Penurunan kepala dan his
Rekaman dan catatan tentang kondisi janin
Denyut jantunh janin, selaput ketuban dan air ketuban serta
molase kepala
Rekaman dan catatan tentang kondisi ibu
Nadi, tekanan darah dan suhu; Urine, obat-obatan dan
pemberian oksitosin
Rekaman dan Catatan Kemajuan
Persalinan
Dikeluarkan kasus :
Bekas SC 2x
Bekas SC klasik
Fase laten seperti biasa
Fase laten memanjang indikasi SC
Fase aktif memanjang lakukan amniotomi
Mencapai/kanan garis bertindak lakukan SC
Presentasi Bokong dan Gemelli
Ya
Uterus Kontaksi ? Evaluasi rutin
Tidak
Evaluasi/ bersihkan bekuan darah/ selaput ketuban
Kompresi Bimanual Interna (KBI) maks 5 menit
Ya
Pertagankan KBI selama 1-2 menit
Uterus Kontaksi ? Keluarkan tangan secara hati-hati
Lakukan pengawasan kala IV
Tidak
Ajarkan keluarga melakukan Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati
Suntikan methyl ergometrin 0,2 mg I.m
Pasang infus RL + 20 IU oksitosin, guyur
Lakukan lagi KBI
Ya
Uterus Kontaksi ? Pengawasan Kala IV
Tidak
Rujuk siapkan laparatomi
Lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc/jam hingga mencapai
tempat rujukan
Berhenti
Perdarahan Pertahankan uterus
Tetap
Histeroktomi
Bila terjadi HPP / PPP ( Perdarahan Kala IV)
Masase Uterus
Lakukan pemeriksaan secara cepat tanda-tanda vital
Syok / tidak bila syok, penanganan syok.
Bila tidak syok, masase uterus terus eksplorasi
Kandung kencing dikosongkan pasang kateter
KBI sambil eksplorasi apakah ada robekan / si-
sa placenta, keluarkan bekuan-bekuan darah di vagina
Injeksi uterotonika i.m.1 ampul, infus RL.drip 2 ampul
Periksa kontraksi uterus, perdarahan (-) check Hb.
Disiapkan dirujuk, bila sewaktu-waktu diperlukan
Observasi ketat.
Perdarahan Karena Sisa Placenta
Setelah placenta lahir segera periksa apakah ada jonjot-
jonjot placenta / selaput ketuban yang tertinggal.
Bila ada yang tertinggal, lakukan eksplorasi
keluarkan sisa-sisa tersebut ( Digital )
Bila sisa-sisa masih ada / tidak bisa dikeluarkan
Kuret
Kuret menunggu 2 3 hari, agar uterus agak mengecil,
asal perdarahan tidak banyak.
Kerusakan Jalan Lahir
Robekan clitoris dan sekitarnya perdarahan banyak jahit
- Robekan perineum, kadang-kadang sampai musc. Levator
ani harus dijahit.
- Kolpoporrhexis = robekan vagina bagian atas sampai
dengan fomix sehingga seakan-akan cervix terpisah dengan
vagina jahit.
- Robekan cervix : dalam dan sampai fomix bisa sampai SBR
perdarahan hebat harus dijahit.
Sebab-sebab : karena forceps, versi ekstrasi
Diagnosa : perdarahan post partus, sedangkan kontraksi
uterus baik
Maka harus ispecuculo dan dieksplorasi cari apakah ada
robekan-robekan jalan lahir.
Robekan Jalan Lahir ( Cx )
Gejala-gejala R.U :
SBR, nyeri sekali waktu palpasi
His berhenti
Perdarahan pervag ( tidak banyak )
Bagian anak mudah diraba
Kadang-kadang disamping anak teraba tumor y.i.
rahim yang sudah mengecil
VT : bagian terendah anak mudah didorong keatas,
atau kadang-kadang tidak teraba lagi karena anak
sudah masuk ke cavum abdomen.
DJJ.
Penderita shock
Kencing campur darah
Pengobatan :
Bila diagnosa sudah jelas RU, terapi laparotomi
HISTERECTOMI. Segera infus, tranfusi.
Antibiotika dosis tinggi
Ruptura Uteri Pada bekas SC
Lebih sering terjadi pada bekas SC jenis klasik daripada
jenis transperitoneal profunda.
R.U bekas SC klasik sudah bisa terjadi pada akhir
kehamilan
Sedangkan RU karena bekas SCTP baru terjadi pada
persalinan.(Lower Segment Caesarian Sec-
tion = LSCS).
Karena itu penderita bekas SC yang hamil harus dirawat
dokter ahli kebidanan dan melahirkan di RS yang ada
fasilitas SC.
Sebaiknya jangan hamil dulu sebelum 2 tahun.
Gejala-gejala : sukar didiagnosa karena tidak ada gejala-
gejala khas seperti rahim utuh.
Gejala-gejala : hanya perdarahan sedikit nyeri bekas
SC disebut Silent Rupture
Perawatan :
1. Tidak boleh dilakukan versi luar
2. Kehamilan 38 minggu MRS
3. Harus melahirkan di RS yang ada fasilitas SC
4. SC sebelumnya jenis klasik harus SC lagi (SC
primer )
SC karena panggul sempit harus SC lagi (SC
primer )
5. Bila SC yang lalu bukan klasik dan bukan karena
panggul sempit
Dicoba pervaginan
Bila kemajuan persalinan lancar pro spontan
Kala II dipercepat
6. Tidak boleh dilakukan oksitocin drips
7. Post partum, dilakukan eksplorasi, apakah ada robekan
jalan lahir.
SHOCK KARENA PERDARAHAN
(SHOCK HIPOVOLEMIK)
- Perdarahan dibidang kebidanan sering
Mulai Hamil muda Abortus, KET
Hamil TR II III APB
Post Partum HPP
- Pertolongan pertama tentunya segera hentikan
sumber perdarahan.
- Tindakan selanjutnya : infus cairan elektrolit.
Darah Bila perlu.
Definisi
Shock : Kegagalan perfusi / aliran darah ke organ vital,
atau Kegagalan penggunaan oksigen oleh jaringan vital
Pathofisiologi
Aliran darah / perfusi darah yang membawa 02 ke
jaringan berkat pemompaan oleh jantung.
Jika COP baik perfusi baik
T N
Disertai tahanan perifer yang baik
Jika COP jelek perfusi jelek
T
Disertai tahanan perifer yang tidak me
Shock hipovolemik hipoxia jar. metabolisme
anaerob as. laktat
Perfusi jelek as. laktat tertimbun di jar dan organ
asidosis & gangguan fungsi organ.
Pemberian cairan elektrolit yang cukup perfusi baik
as laktat dibilas ke hepar dimetabolisir.
Selanjutnya jika Hb < 8 gr% Transfusi
Diagnosa
1. Perfusi Jaringan
a. Perfusi Perifer
Ujung jari terutama kaki gangguan perfusi paling
awal.
Dahi & ujung hidung gangguan perfusi paling
akhir.
Jika perabaan ditempat-tempat tersebut HKM
sirkulasi masih baik.
b. Perfusi ginjal
Prod. Urin < 25 cc / jam ( BB 50 kg )
2. Pengisian Nadi Melemah
Nadi A. Radialis sukar / tak teraba
Frekuensi cepat > 100 / menit
3. Tekanan darah T sistole < 100 mmHg
Pilihan terapi
1. Cairan kristaloid mengembalikan plasma volum &
interstitial volum.
2. Transfusi mengembalikan PL volum dulu,
interestitial volum masih defisit.
3. Plasma ekspander
cairan tinggal terlalu lama di IVF 2-4 jam
sehingga T cepat
Interstitial V defisit
Reaksi anafilaktik
Gangguan pembekuan darah
PROSEDUR PENANGANAN SHOCK
1. Apakah penderita shock T, N, Perfusi
2. Berapa estimasi banyak darah hilang
Gejala minimal 400 500 cc
Preshock 550 800 cc
Shock T<100; N>100 900 1100 cc
Shock berat T tak terukur, N ttb > 1200 cc
3. Pilihan terapi
Cairan kristaloid dulu ( RL, NaCL 0,9% )
RL 2-4x volume darah yang hilang, fungsi hemadina-
mika sudah bisa kembali normal.
Asal sumber perdarahan sudah berhenti
Hb < 8 gr% tranfusi
POLA KERJA
Pend. Perdarahan
Pasang abocuth / medicuth ukuran besar dan ambil
sampel darah catat T, N, Perfusi
Infus RL grojog 1000 cc-2000cc dalam - 1 jam
Baik Jelek
T > 100 RL Teruskan 2-4 x darah
N < 100 Hangat yang hilang. 2 L grojog
Perfusi Kering
Merah
Urine 0,5 cc/kgBB/jam Baik Jelek
A B C
Pada Kasus A
Infus dilambatkan, biasanya tidak perlu tranfusi
Perdarahan dihentikan
Pada Kasus B
Bila Hb 8 g% tranfusi
Perdarahan dihentikan
Pada Kasus C
Tranfusi segera
Perdarahan segera dihentikan
T>100;N<100;PerfusiHangat,Kering,
Merah, Urine 1cc/kgBB/jam T<90;N>120;Perfusi Jelek
Baik Jelek
T>100;N<100;Perfusi : H,K,M T<100;N>100;Perfusi Jelek
Segera Tranfusi
RL 30 Tts / Menit
RL Tetap Grojog
Baik
Segera hentikan Perdarahan
Check Hb < 8 g% Tranfusi
CATATAN :
Shock terjadi bila darah yang hilang mencapai :
25% dari volume darah dalam tubuh
= 25% x 3,5 L = 900 cc
( BB 50 kg, EBV = 65-70 cc / kgBB )
Ditandai : T < 100; N > 100 ; Perfusi tidak HKM
Shock berat bila darah yang hilang > 35% volume darah
dalam tubuh.
= 35% x 3,5 L = 1200 cc
Ditandai : T tak terukur ; N tak teraba ;
Kesadaran delirium
Menghitung Tetesan
Pemberian cairan
. cairan
Rumus =
.. Jam x 3
2000
Tetesan = = 28 tts / mnt
24 x 3
E I
Gambaran Shock
Terapinya cairan dulu
RL Grojog, untuk mengisi
cairan ekstra seluler
baru darah ( Tranfusi )