Anda di halaman 1dari 66

MENCEGAH

PARTUS LAMA PARTUS


KASEP
Sekilas Partograf

Di negara yang sedang berkembang, kematian dalam


persalinan masih sering berhubungan dengan partus
tak maju atau partus lama
Partus lama komplikasi lanjut
Deteksi dini pada kemajuan persalinan
menurunkan risiko partus lama dan komplikasi
Partograf sistem peringatan dini
Sekilas Partograf
Partograf : Friedman (1954), Hendricks (1969),
Philpott (1972) dan WHO (1988)
Pemantauan Persalinan:
Pengambilan keputusan klinik
Mengenal bahaya secara dini
Dilakukan dengan perhatian, pengetahuan
Partogram:
Mencegah partus lama
A time based diary
Dokumentasi
Partograph
What is it?
The Partograph is a tool that can be used by midwifery personnel to
assess the progress of labor and to identify when intervention is
necessary. Studies have shown that using the partograph can be
highly effective in reducing complications from prolonged labor for
the mother (postpartum hemorrhage, sepsis, uterine rupture and its
sequelae) and for the newborn (death, anoxia, infections, etc.).
Who uses it?
Nurse midwife, medical doctor, nurse.
Why use it?
To assist in making the correct decision about transfer, Caesarean
section, or other life-saving interventions.
When to use it?
To monitor all stages of labor of all women arriving at the maternity
or health facility.

http://erc.msh.org/quality/pstools/psprtgrf.cfm
Partograf WHO
Partograf model WHO terdiri dari 3 komponen yang harus
dilakukan observasi :
Rekaman dan catatan tentang kemajuan persalinan
Pembukaan serviks, Penurunan kepala dan his
Rekaman dan catatan tentang kondisi janin
Denyut jantunh janin, selaput ketuban dan air ketuban serta
molase kepala
Rekaman dan catatan tentang kondisi ibu
Nadi, tekanan darah dan suhu; Urine, obat-obatan dan
pemberian oksitosin
Rekaman dan Catatan Kemajuan
Persalinan

Pembukaan kepala dengan waktu


Penurunan kepala dengan waktu
Pembukaan serviks
Penurunan kepala
His
Pembukaan Serviks

Fase laten : mulai persalinan sampai pembukaan < 4 cm. Lama


: tidak boleh lebih dari 8 jam
Fase aktif : 4 lengkap
Pembukaan dalam partograf dibubuhkan dengan tanda silang
(X)
Garis Waspada (garis alert) : Sebuah garis yang dimulai pada
saat pembukaan serviks 4 cm hingga titik pembukaan penuh
yang diperkirakan dengan laju 1 cm per jam.
Pembukaan serviks bergeser ke arah kanan
kemajuan persalinan melambat
Pembukaan serviks

Garis Bertindak (garis action) : Paralel dan 4 jam ke


sebelah kanan dari garis waspada
Persalinan lancar : pembukaan berada di garis atau
sebelah kiri garis bertindak
Lewati garis penilaian lebih seksama
Keputusan yang tepat !!!
Penurunan Kepala
Penurunan dinilai melalui
palpasi abdominal: Mengacu
pada bagian kepala (dibagi
menjadi 5 bagian) yang bisa
dipalpasi diatas simfisis pubis;
Dicatat dalam bentuk sebuah
lingkaran (O) setiap
melakukan pemeriksaan
dalam.
Pada 0/5, sinciput (S) berada
pada tingkat simfisis pubis
His
Persalinan normal, maka his
makin lama makin sering
dan lama kontraksinya
Observasi his dilakukan tiap
1 jam pada fase laten dan
tiap jam pada fase aktif
Dua hal yang diobservasi
berapakali his dalam 10
menit (frekuensi dan lama)
Denyut Jantung janin
Hitung tepat segera setelah his, selama 1 menit, ibu posisi
miring
DJJ > 160x/m dan < 120x/m GAWAT JANIN
Observasi 3 kali masih abnormal segera diterminasi, lakukan :
Stop oksitosin
Tidur miring ke kiri
Berikan oksigen
Lakukan periksa dalam untuk menyingkirkan tali pusat
menumbung
Hidrasi adekuat
DJJ < 100x/m harus segera diterminasi
Selaput Ketuban dan Air Ketuban

Catat warna air ketuban setiap kali pemeriksaan


Selaput ketuban (+) utuh/intak : ditulis I atau U
Selaput ketuban (-) pecah :
Jernih : J
Mekonium : M
Tidak ada : A
Berdarah : D
Molase

Molase pada kepala masih tinggi : CPD ??


Ada 4 tingkatan :
0 tulang kepala terpisah, sutura masih teraba
+ tulang kepala menempel satu sama lain
++ tulang kepala tumpang tindih
+++tulang kepala tumpang tindih berat
Frekuensi minimal penilaian
Parameter Fase laten Fase aktif
Penurunan kepala 4 jam 4 jam
Pembukaan serviks 4 jam 2 jam
His 1 jam jam
DJJ 1 jam jam
Suhu 4 jam 2 jam
Tekanan darah 4 jam 4 jam
Nadi - 1 jam - 1 jam
Urine 4 jam 4 jam
Diagnosis Kemajuan Persalinan yang Tidak
Memuaskan
Tanda dan Gejala Diagnosis
Serviks tidak membuka Belum in partu (hal. M-48)
Tidak didapatkan his/ his tidak teratur.
Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam in Fase laten memanjang
partu dengan his yang teratur (hal. M-49)
Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada Fase aktif memanjang
partograf (gambar 18.1, hal. M-51) (hal. M-49)
Frekuensi his kurang dari 3 his per 10 menit dan Inersia uteri (hal. M-56)
lamanya kurang dari 40 detik. (gambar 18.3, hal. M-55)
Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang Disproporsi sefalopelvik
dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik. (hal. M-56)
Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang Obstruksi kepala (hal.
dipresentasikan tidak maju dengan kaput, terdapat M-56)
moulase hebat, edema serviks, tanda ruptura uteri
imminens, gawat janin (gambar 18.2, hal. M-53)
Kelainan presentasi (selain verteks dengan oksiput Malpresentasi atau
anterior) Malposisi (hal. M-57)
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi Kala II lama (al. M-56)
tak ada kemajuan penurunan
Fase Laten Memanjang
Fase laten > 8 jam : tidak dibuat partograf
Lakukan evaluasi ulang :
His hilang belum inpartu ibu pulang
Kemajuan pendataran dan pembukaan tidak terjadi
mungkin belum inpartu
Tidak ada gawat janin dan KI induksi amniotomi
dan induksi dengan oksitosin at prostaglandin :
Lakukan penilaian ulang tiap 4 jam
2x penilaian (8 jam) masih belum fase aktif lakukan
SC
Fase Laten MemanjangQ N1A`

Jika terdapat tanda infeksi (demam, air ketuban


berbau) :
Berikan antibiotika sampai persalinan
Kalau persalinan pervaginam, antibiotika dihentikan
pasca persalinan
Kalau persalinan dengan SC, antibiotika dihentikan
sampai bebas panas
Fase Aktif Memanjang
Tidak ada CPD/DKP dan ketuban masih utuh :
Lakukan amniotomi
Nilai his (His adekuat > 3x/10 menit 40 detik)
His inadekuat : lakukan akselerasi bila tidak ada
kontraindikasi
His adekuat : pertimbangkan adanya CPD, obstruksi
atau malpresentasi
Persalinan Bekas SC

Dikeluarkan kasus :
Bekas SC 2x
Bekas SC klasik
Fase laten seperti biasa
Fase laten memanjang indikasi SC
Fase aktif memanjang lakukan amniotomi
Mencapai/kanan garis bertindak lakukan SC
Presentasi Bokong dan Gemelli

Dikeluarkan yang akan dilakukan SC :


Bekas SC
DKP
Penanganan fase laten seperti biasa
Fase laten memanjang indikasi SC
Fase aktif memanjang lakukan akselerasi
Terima Kasih
Perdarahan Pasca Persalinan (HPP)
( Perdarahan Kala III dan IV )
Y.i : Perdarahan yang terjadi setelah anak lahir sampai
dengan 24 jam pertama jumlahnya melebihi 500 cc
Perdarahan Kala III ( Pada Kala Uri )
Y.i. : Perdarahan sebelum placenta lahir ( Retentio
Placenta )
Perdarahan Kala IV :
Y.i. : Perdarahan setelah placenta lahir

Dalam 24 jam I Setelah 24 Jam


( PPP cepat ) ( PPP lambat )
( PPP Primer ) ( PPP Sekunder )
Atonia Uteri
Cepat Sisa Placenta
( 24 jam I ) Robekan jalan lahir
Inversio Uteri
Perdarahan
Kala IV
Lambat Sisa Placenta
( > 24 jam )
( Late PPH )
P.P.P Karena Atonia Uteri
Karena : - Bayi besar, gemelli, hydramnion
- Grande, multipara
- Partus lama / kasep
- Sulit diprediksi sebelumnya
Gejala-gejala : - Perdarahan pervaginam
- Rahim lembek
- Fundus uteri naik
Cegah dengan MANAJEMEN AKTIF KALA III.
Semua persalinan harus dilakukan manajemen
aktif kala III.
MANAJEMEN AKTIF KALA III

1. Pengeluara placenta secara aktif.


2. Mencegah HPP & Retentio plac.(kala III dan kala IV).
3. Suntik oksitocin segera setelah bayi lahir ( 1 menit
setelah bayi lahir),
4. PTT (Peregangan Talipusat Terkendali).
5. Masase fundus uteri segera setelah plaseta lahir.
Setelah masase uterus, jika terjadi atonia uteri ( 15
detik) atau perdarahan hebat,
segera lakukan KBI dalam 2 menit.
Sebelum KBI, pastikan bahwa kandung kencing
kosong.
Jika KBI tak berhasil Lakukan KBE
Pasang infus RL dg. jarum besar
Suntik oksitocin 10 unit i.v./ Er-
gometrin 0,2 mg. i.m.
Misoprostol per-rental 3-4 tabl.
Drip oksitocin 20 unit.
KBE diganti KBI lagi 2 menit.
Jika langkah-langkah tersebut masih tidak berhasil
lakukan kompresi aorta dan dipersiapkan untuk dirujuk,
atau dirujuk dengan melakukan KBI, infus RL tetesan
cepat.
KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL
(KBI; GAMBAR)
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril, dengan lembut masukkan secara obstetrik
(menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke
dalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban
atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini
menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara
penuh.
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks
anterior, tekan dinding anterior uterus ke arah
tangan luar yang menahan dan mendorong dinding
posterior uterus ke arah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang.
d. Tekan kuat uterus
diantara kedua tangan.
Kompresi uterus ini
memberikan tekanan
langsung pada
pembuluh darah yang
terbuka (bekas
implantasi plasenta) di
dinding uterus dan juga
merangsang Gambar Kompresi Bimanual
miometrium untuk Internal
Sumber : Gabbe et, al, 1991
berkontraksi
KOMPRESI BIMANUAL
EKSTERNAL

1. Letakkan satu tangan pada dinding


abdomen dan dinding depan korpus uteri
dan di atas simfisis pubis (Gambar)
2. Letakkan tangan lain pada dinding
abdomen dan dinding belakang korpus
uteri, sejajar dengan dinding depan korpus
uteri. Usahakan untuk mencakup/
memegang bagian belakang uterus seluas
mungkin.
3. Lakukan kompresi uterus
dengan cara saling
mendekatkan tangan
depan dan belakang
agar pembuluh darah di
dalam anyaman
miometrium dapat dijepit
secara manual. Cara ini
dapat menjepit pembuluh Gambar Kompresi Bimanual
Eksternal
darah uterus dan Sumber : WHO/FHE/MMH.
Geneva, 94-5
membantu uterus untuk
berkontraksi
Jika manajemen aktif kala III dan placenta belum lahir
dalam waktu 15 menit beri oksitocin 10 unit i.m.
Plasenta dilahirkan dengan cara PTT.
Jika placenta belum lahir dalam waktu 30 menit
- beri oksitocin 10 unit i.m.
- kosongkan kandung kencing
- siapkan rujukan bila tidak ada tanda-tanda pe-
lepasan placenta, atau lakukan manual placenta.
BAGAN PENANGANAN ATONIA UTERI
Masase fundus uteri Segera
sesudah plasenta lahir
maksimal 15 detik

Ya
Uterus Kontaksi ? Evaluasi rutin

Tidak
Evaluasi/ bersihkan bekuan darah/ selaput ketuban
Kompresi Bimanual Interna (KBI) maks 5 menit

Ya
Pertagankan KBI selama 1-2 menit
Uterus Kontaksi ? Keluarkan tangan secara hati-hati
Lakukan pengawasan kala IV
Tidak
Ajarkan keluarga melakukan Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati
Suntikan methyl ergometrin 0,2 mg I.m
Pasang infus RL + 20 IU oksitosin, guyur
Lakukan lagi KBI
Ya
Uterus Kontaksi ? Pengawasan Kala IV

Tidak
Rujuk siapkan laparatomi
Lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc/jam hingga mencapai
tempat rujukan

Di RS. siapakan laparotomi


Ligasi arteri uterina dan/ atau
hipogastrika

Berhenti
Perdarahan Pertahankan uterus

Tetap

Histeroktomi
Bila terjadi HPP / PPP ( Perdarahan Kala IV)
Masase Uterus
Lakukan pemeriksaan secara cepat tanda-tanda vital
Syok / tidak bila syok, penanganan syok.
Bila tidak syok, masase uterus terus eksplorasi
Kandung kencing dikosongkan pasang kateter
KBI sambil eksplorasi apakah ada robekan / si-
sa placenta, keluarkan bekuan-bekuan darah di vagina
Injeksi uterotonika i.m.1 ampul, infus RL.drip 2 ampul
Periksa kontraksi uterus, perdarahan (-) check Hb.
Disiapkan dirujuk, bila sewaktu-waktu diperlukan
Observasi ketat.
Perdarahan Karena Sisa Placenta
Setelah placenta lahir segera periksa apakah ada jonjot-
jonjot placenta / selaput ketuban yang tertinggal.
Bila ada yang tertinggal, lakukan eksplorasi
keluarkan sisa-sisa tersebut ( Digital )
Bila sisa-sisa masih ada / tidak bisa dikeluarkan
Kuret
Kuret menunggu 2 3 hari, agar uterus agak mengecil,
asal perdarahan tidak banyak.
Kerusakan Jalan Lahir
Robekan clitoris dan sekitarnya perdarahan banyak jahit
- Robekan perineum, kadang-kadang sampai musc. Levator
ani harus dijahit.
- Kolpoporrhexis = robekan vagina bagian atas sampai
dengan fomix sehingga seakan-akan cervix terpisah dengan
vagina jahit.
- Robekan cervix : dalam dan sampai fomix bisa sampai SBR
perdarahan hebat harus dijahit.
Sebab-sebab : karena forceps, versi ekstrasi
Diagnosa : perdarahan post partus, sedangkan kontraksi
uterus baik
Maka harus ispecuculo dan dieksplorasi cari apakah ada
robekan-robekan jalan lahir.
Robekan Jalan Lahir ( Cx )

Perdarahan masih terjadi walaupun kontraksi rahim


baik.
Darah keluar berwarna merah muda
Tindakan :
Inspeculo bila ada robekan Cx, vagina jahit
PPP Krn Atonia Uteri Krn Robekan Jln Lahir

Kontraksi uterus Kontraksi uterus baik


jelek Merah muda ( arteri )
Darah warna merah Biasanya karena
tua ( karena dari tindakan operatif
vena) (forceps, vakum
ekstrasi, dll )
Ruptura Uteri ( Robekan Rahim )
Bila terjadi RU : kematian anak hampir 100 %, kematian
ibu 30 %
Robekan rahim dibagi :
1. Spontan.
a) Terjadi karena dinding rahim lemah pada
bekas SC, myomectomi, enucleasi myoma,
hypoplasia uteri, karena bekas kuret, placenta
manual.
b) Dinding rahim baik karena CPD, kelainan
letak.
2. Violent :
a. karena trauma dipijat/ekspresi
b. karena tindakan versi ekstrasi
RU karena bagian terendah tidak maju (CPD)
memberi gejala-gejala adanya lingkaran bandle ( RUI /
Ruptura Uteri Iminen )
Robekan Spontan
Sering pada multipara (Pm), Post SC :
panggul sempit
letak lintang, letak dahi
hydrocephalus
tumor yang menghalangi jalan lahir
R.U. spntan biasanya terjadi pada kala II juga pada
kehamilan pada hydrocephalus.
Biasanya terjadi pada SBR
Gejala-gejala : didahului adanya gejala-gejala ancaman
robekan rahim ( RUI )
Gejala-gejala RUI :
Lingkaran bandle mendekati pusat
Kontraksi rahim kuat dan terus menerus
Gelisah, nyeri suprasymphiser hebat pada waktu his /
tidak his
Palpasi suprasymphiser ( SBR ), nyeri
BJA jelek /
Urine kadang-kadang campur darah.
Bila ada gejala-gejala RUI persalinan segera
diselesaikan, karena bila berlarut-larut R.U.

Gejala-gejala R.U :
SBR, nyeri sekali waktu palpasi
His berhenti
Perdarahan pervag ( tidak banyak )
Bagian anak mudah diraba
Kadang-kadang disamping anak teraba tumor y.i.
rahim yang sudah mengecil
VT : bagian terendah anak mudah didorong keatas,
atau kadang-kadang tidak teraba lagi karena anak
sudah masuk ke cavum abdomen.
DJJ.
Penderita shock
Kencing campur darah

Prognosa : Ibu dan bayi jelek


R.U. ada 2 macam ( menurut derajat robekan ) :
1. R.U. Completa
2. R.U. Incompleta bila perimetrium masih baik

Pengobatan :
Bila diagnosa sudah jelas RU, terapi laparotomi
HISTERECTOMI. Segera infus, tranfusi.
Antibiotika dosis tinggi
Ruptura Uteri Pada bekas SC
Lebih sering terjadi pada bekas SC jenis klasik daripada
jenis transperitoneal profunda.
R.U bekas SC klasik sudah bisa terjadi pada akhir
kehamilan
Sedangkan RU karena bekas SCTP baru terjadi pada
persalinan.(Lower Segment Caesarian Sec-
tion = LSCS).
Karena itu penderita bekas SC yang hamil harus dirawat
dokter ahli kebidanan dan melahirkan di RS yang ada
fasilitas SC.
Sebaiknya jangan hamil dulu sebelum 2 tahun.
Gejala-gejala : sukar didiagnosa karena tidak ada gejala-
gejala khas seperti rahim utuh.
Gejala-gejala : hanya perdarahan sedikit nyeri bekas
SC disebut Silent Rupture
Perawatan :
1. Tidak boleh dilakukan versi luar
2. Kehamilan 38 minggu MRS
3. Harus melahirkan di RS yang ada fasilitas SC
4. SC sebelumnya jenis klasik harus SC lagi (SC
primer )
SC karena panggul sempit harus SC lagi (SC
primer )
5. Bila SC yang lalu bukan klasik dan bukan karena
panggul sempit

Dicoba pervaginan

Bila kemajuan persalinan lancar pro spontan
Kala II dipercepat
6. Tidak boleh dilakukan oksitocin drips
7. Post partum, dilakukan eksplorasi, apakah ada robekan
jalan lahir.
SHOCK KARENA PERDARAHAN
(SHOCK HIPOVOLEMIK)
- Perdarahan dibidang kebidanan sering
Mulai Hamil muda Abortus, KET
Hamil TR II III APB
Post Partum HPP
- Pertolongan pertama tentunya segera hentikan
sumber perdarahan.
- Tindakan selanjutnya : infus cairan elektrolit.
Darah Bila perlu.
Definisi
Shock : Kegagalan perfusi / aliran darah ke organ vital,
atau Kegagalan penggunaan oksigen oleh jaringan vital
Pathofisiologi
Aliran darah / perfusi darah yang membawa 02 ke
jaringan berkat pemompaan oleh jantung.
Jika COP baik perfusi baik
T N
Disertai tahanan perifer yang baik
Jika COP jelek perfusi jelek
T
Disertai tahanan perifer yang tidak me
Shock hipovolemik hipoxia jar. metabolisme
anaerob as. laktat
Perfusi jelek as. laktat tertimbun di jar dan organ
asidosis & gangguan fungsi organ.
Pemberian cairan elektrolit yang cukup perfusi baik
as laktat dibilas ke hepar dimetabolisir.
Selanjutnya jika Hb < 8 gr% Transfusi

Diagnosa
1. Perfusi Jaringan
a. Perfusi Perifer
Ujung jari terutama kaki gangguan perfusi paling
awal.
Dahi & ujung hidung gangguan perfusi paling
akhir.
Jika perabaan ditempat-tempat tersebut HKM
sirkulasi masih baik.
b. Perfusi ginjal
Prod. Urin < 25 cc / jam ( BB 50 kg )
2. Pengisian Nadi Melemah
Nadi A. Radialis sukar / tak teraba
Frekuensi cepat > 100 / menit
3. Tekanan darah T sistole < 100 mmHg

Kehilangan darah < 25 % EBV ( 25% x 65-70 ml x 50


kg. BB = 800 900 ml ) mulai shock gejala
minimal
Kehilangan 25% - 30% = 900 1100 ml shock
T<100, N>100
Kehilangan > 35% EBV : > 1200 ml shock berat
T tak terukur, N tak teraba, kesadaran delir

Pilihan terapi
1. Cairan kristaloid mengembalikan plasma volum &
interstitial volum.
2. Transfusi mengembalikan PL volum dulu,
interestitial volum masih defisit.
3. Plasma ekspander
cairan tinggal terlalu lama di IVF 2-4 jam
sehingga T cepat
Interstitial V defisit
Reaksi anafilaktik
Gangguan pembekuan darah
PROSEDUR PENANGANAN SHOCK
1. Apakah penderita shock T, N, Perfusi
2. Berapa estimasi banyak darah hilang
Gejala minimal 400 500 cc
Preshock 550 800 cc
Shock T<100; N>100 900 1100 cc
Shock berat T tak terukur, N ttb > 1200 cc
3. Pilihan terapi
Cairan kristaloid dulu ( RL, NaCL 0,9% )
RL 2-4x volume darah yang hilang, fungsi hemadina-
mika sudah bisa kembali normal.
Asal sumber perdarahan sudah berhenti
Hb < 8 gr% tranfusi
POLA KERJA
Pend. Perdarahan
Pasang abocuth / medicuth ukuran besar dan ambil
sampel darah catat T, N, Perfusi
Infus RL grojog 1000 cc-2000cc dalam - 1 jam

Baik Jelek
T > 100 RL Teruskan 2-4 x darah
N < 100 Hangat yang hilang. 2 L grojog
Perfusi Kering
Merah
Urine 0,5 cc/kgBB/jam Baik Jelek
A B C
Pada Kasus A
Infus dilambatkan, biasanya tidak perlu tranfusi
Perdarahan dihentikan
Pada Kasus B
Bila Hb 8 g% tranfusi
Perdarahan dihentikan
Pada Kasus C
Tranfusi segera
Perdarahan segera dihentikan

Pasca bedah diusahakan Hb 10 g%


Penanganan Shock / Preshock Hipovolemik Karena Perdarahan (APB, HPP)

Infus RL 2-4x jumlah perdarahan, grojog : 1-2 L/ 1 jam

Ikuti Tensi, Nadi, Perfusi Jaringan ( Hangat, Kering, Merah, Prod.


Urine )
Hentikan Perdarahan Segera

T>100;N<100;PerfusiHangat,Kering,
Merah, Urine 1cc/kgBB/jam T<90;N>120;Perfusi Jelek

Check HB Teruskan Infus RL.


Grojok: 1-2 L/Jam

Hb > 8 g% Baik Jelek


Hb < 8 g%
Tetesan
Tranfusi
Perlahan
Segera Tranfusi
Shock Karena Perdarahan (Hipovolemik) Ret. Plac, KET, dll

Infus dengan jarum besar; RL/PZ 4 botol / jam 2L / jam

jam Ukur T, N, Perfusi Jar.

Baik Jelek
T>100;N<100;Perfusi : H,K,M T<100;N>100;Perfusi Jelek

Segera Tranfusi
RL 30 Tts / Menit
RL Tetap Grojog

Baik
Segera hentikan Perdarahan
Check Hb < 8 g% Tranfusi
CATATAN :
Shock terjadi bila darah yang hilang mencapai :
25% dari volume darah dalam tubuh
= 25% x 3,5 L = 900 cc
( BB 50 kg, EBV = 65-70 cc / kgBB )
Ditandai : T < 100; N > 100 ; Perfusi tidak HKM

Shock berat bila darah yang hilang > 35% volume darah
dalam tubuh.
= 35% x 3,5 L = 1200 cc
Ditandai : T tak terukur ; N tak teraba ;
Kesadaran delirium
Menghitung Tetesan
Pemberian cairan

. cairan
Rumus =
.. Jam x 3

Contoh : RL/D5 : 1/3 ( 24 jam )

2000
Tetesan = = 28 tts / mnt
24 x 3
E I

Gambaran Shock
Terapinya cairan dulu
RL Grojog, untuk mengisi
cairan ekstra seluler
baru darah ( Tranfusi )

Anda mungkin juga menyukai