Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM KOMPLEKS + DENGUE FEVER +


ELECTROLIT IMBALANCE + DELAY DEVELOPMENT

Disusun Oleh :
Wenny Aristia Yulianti, S.Ked
NIM : FAB 116 020

Pembimbing :
dr. Sutopo, Sp. KFR
dr. Tagor Sibarani

KEPANITERAAN KLINIK REHABILITASI MEDIK DAN


EMERGENCY MEDICINE
FK UPR/RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA
2017
PENDAHULUAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi


pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari
38oC) akibat suatu proses ekstrakranial. Kejang
tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang
tinggi (demam).

Penanganan yang tepat dan cepat sangat diperlukan


dalam mengatasi anak dengan kejang demam karena
setiap kejangnya yang terjadi pada anak akan
mempengaruhi sel-sel neuron di otak anak sehingga
mengganggu tumbuh kembang anak.
LAPORAN KASUS

PRIMARY SURVEY (An. A)


Vital Sign :
Nadi : 147 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Suhu : 38,90C
Pernapasan: 38 x/menit
Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : spontan, 38 x/menit, abdominal, pergerakan
thoraks simetris kanan/kiri
Circulation: Nadi 147 x/menit reguler, kuat angkat, CRT
<2
Disability : GCS E3V5M5, pupil isokor +/+, diameter 3
mm/3mm
PRIMARY SURVEY

Evaluasi masalah : berdasarkan primary survey


sistem triase, kasus ini merupakan kasus yang
termasuk dalam emergency sign label merah karena
ada pasien dengan penurunan kesadaran, demam
tinggi dan kejang.

Tatalaksana awal : tata laksana awal pada


pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non bedah
dan diberikan oksigen dan monitor observasi.
ANAMNESIS

SECONDARY SURVEY
Nama : An. A
Usia : 1,7 tahun
Agama : Islam
Alamat : PT. WNL
Tanggal MRS : 27-10-2017
Berat Badan : 12,5 Kg
Tinggi Badan : 72 cm
Status Gizi
Status Gizi
Status Gizi
ANAMNESIS

Keluhan utama : Kejang


Riwayat penyakit sekarang :
Pasien rujukan dari RS Muhammadiyah dengan
penurunan kesadaran dan kejang. Tiga hari sebelum
masuk rumah sakit pasien kejang. Kejang selama 15
menit, mata terbuka, kedua tangan terlipat dan kaki lurus.
Setelah kejang pasien tertidur. Keluar busa dari mulut (-).
Kejang ini adalah kejang yang kedua kalinya. Lalu saat
dirawat di RS Muhammadiyah pasien ada kejang lagi
selama 10 menit dan demam masih tinggi. Kejang saat di
RS Muhammadiyah sebanyak 2 kali dalam sehari (pagi dan
siang). Lalu pasien dibawa ke RS Doris Sylvanus.
ANAMNESIS

Pasien juga mengalami demam sejak 3 hari SMRS.


Demam naik langsung tinggi. Awalnya demam pada
siang hari. Mimisan (-), gusi berdarah (-), BAB hitam
(-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), mencret (-).
Riwayat diayun (-), riwayat terjatuh (-).

Ibu pasien juga mengatakan, hari kedua pasien di


rawat di RS Muhammadiyah pasien ada mencret
sebanyak 5 kali, dengan konsistensi cair, ampas
sedikit, berbau khas dan tidak menyemprot, lendir (-
), darah (-), muntah (-). Tetapi mecret hanya satu
hari itu saja.
ANAMNESIS

Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat pasien pernah kejang pertama kali saat umur 10
bulan, kejang tanpa disertai demam, kejang selama 5 menit.
Mata terbuka, kedua tangan terlipat, kaki lurus (+), mulut
berbusa (-). Tetapi tidak pernah dibawa berobat.
Riwayat penyakit keluarga :
Di keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Tumbuh Kembang :
Pasien belum bisa bejalan sendiri, masih harus dibantu untuk
berdiri, berbicara baru bisa mengucapkan kata mama, papa.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sakit berat, kesadaran:


somnolen, GCS: eye (3), verbal (5), motorik (5).
Tanda-tanda vital : denyut nadi: 147 x/menit,
reguler, kuat angkat, isi cukup, suhu 38,9oC, RR: 38
kali/menit.
Kulit : turgor <2, pucat (-), sianosis (-)
Mata : conjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-),
pupil isokor, diameter pupil 3mm/3mm, RCL (+/+),
RCTL (+/+), ubun-ubun sudah menutup (+).
PEMERIKSAAN FISIK

Leher : perbesaran KGB (-), Kaku kuduk (-)


Toraks : Simetris, retraksi (-), fremitus taktil
normal, sonor, vesikuler +/+, ronkhi (-/-), wheezing
(-/-), ictus cordis tidak terlihat dan teraba pada SIC
V garis midclavicula sinistra, S1-S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-).
Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) normal,
timpani, hepar dan lien tidak teraba membesar.
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2, refleks
Babinski (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb: 10,5 g/dl, Hct: 32,0%, trombosit: 97.000/uL,


leukosit 4.400/uL.
GDS: 111 mg/dl
Na: 126 mmol/L , K: 2,1 mmol/L , Ca: 0,94 mmol/L
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

CT SCAN KEPALA
DIAGNOSIS KERJA

Kejang Demam Kompleks ec. Dengue fever


Delay development
DIAGNOSIS BANDING

Kejang ec electrolit imbalance


Susp. Ensefalitis
PENATALAKSANAAN

Tatalaksana awal di IGD : Tatalaksana selanjutnya :

O2 nasal kanul 1-2 lpm Inf. RL 15 tpm


IVFD RL 125 cc Inf. Paracetamol 4x125
mg
Obat oral:
Suldox 1x1 tab
Depakene 2x2
Psidi syr 3x cth
PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
PEMBAHASAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi


pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38OC)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6


bulan 5 tahun. Bila anak berumur < 6 bulan atau >
5 tahun maka sebaiknya dipikirkan kemungkinan
lain, misalnya Infeksi SSP atau epilepsy yang
kebetulan terjadi bersama demam.
PEMBAHASAN

Kriteria Livingstone
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 5 tahun
Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
Kejang bersifat umum
Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya
demam
Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak
melebihi empat kali.
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

Kejang 2 dalam 24 jam Kejang demam kompleks


Lama kejang 15 menit Kejang lama >15 menit

Setelah kejang pasien Kejang fokal atau parsial


tertidur satu sisi atau kejang
umum didahului kejang
parsial.
Berulang atau lebih dari
1 kali dalam 24 jam
PEMBAHASAN

KASUS

Kejang Kejang demam adalah


Suhu: 38,90C bangkitan kejang yang
RR: 38
terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu di
atas 38OC) yang
disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium.
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

Hipokalemi (K: 2,1 Hipokalemi yang lebih


mmol/L) berat (< 3 mEq/L) bisa
menyebabkan
Koreksi: kelemahan otot, kejang
otot dan bahkan
= (K-K*) x BB x 0,4 kelumpuhan.
= (4-2,1) x 12,5 x 0,4
= 9,5 mEq
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

Trombosit (97.000/uL) Pasien mengalami


Leukosit 4.400/uL infeksi virus. Yang
tersering adalah infeksi
virus dengue.
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

Inf. Paracetamol 4x125 Pasien datang dengan


mg (BB: 12,5) demam, sehingga
diberikan Paracetamol
dengan dosis 10-15
mg/kgBB/kali dapat
diberikan 4x sehari
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

Pasien juga harus Pemberian cairan 10 cc


diberikan cairan RL x BB
untuk mengatasi
dehidrasi 125 cc.
(10x12,5= 125 cc)
PEMBAHASAN

Pemberian cairan selanjutnya:


100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama, lalu 50 ml/kgBB
untuk 10 kg berikutnya, selanjutnya 25 ml/kgBB
untuk setiap tambahan kg BB-nya.
Pasien mempunyai berat 12,5 kg, sehingga
kebutuhan cairan per harinya adalah (10 x 100) =
1000 ml per hari (50 x 2,5) =125, maka 1000+125 =
1125 ml per hari
PEMBAHASAN

Pasien diberikan infus RL dengan rumus jumlah


tetesan yaitu, (jumlah kebutuhan cairan X tetesan
infus) : (24 jamx 60 menit)= (1125x15) : (24x60)= 15
tpm. Sehingga pemberian cairan pada kasus sudah
tepat.
PEMBAHASAN

Pada pasien ini juga diberikan obat suldox


(pirimetamin dan sulfadoksin) dimana obat ini
diindikasikan untuk malaria. Sementara pada pasien
ini baik dari hasil pemeriksaan tidak ada didapatkan
gejala klinis ke arah malaria. Sehingga pada kasus ini
suldox tidak perlu diberikan.
PEMBAHASAN

Pada kasus pasien juga diberikan obat depaken


(asam valproat) dengan dosis 15-40 mg/kgbb/hari
dalam 2-3 dosis. Pengobatan dengan asam valproat
sebagai obat rumatan harus diberikan selama 1
tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.
PEMBAHASAN

Pada kasus pasien juga mendapatkan psidii syrup,


obat ini merupakan ekstrak daun jambu biji (Psidii
folium) yang dapat membantu meningkatkan kadar
trombosit. Setiap sendok mengandung 5 mg, dosis 1-
2 sendok takar 3 kali sehari.
KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus An. A usia 1,7 tahun dibawa


orangtuanya dengan keluhan demam dan berlanjut kejang.
Berdasarkan anamnesis menurut kriteria Livingston,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, didapatkan
diagnosis pasien mengarah ke kejang demam kompleks
dengan etiologi dengue fever dan terjadi hipokalemi yang
diakibatkan oleh pasien mencret selama satu hari saat di
rawat inap. Penatalaksanaan yang diberikan pada anak adalah
dengan memposisikan pasien, oksigenasi 2 lpm dan
pemasangan IV line.

Penatalaksanaan kejang demam pada anak harus dilakukan


dengan tepat dan cepat karena keterlambatan prosedur
penanganan kejang dapat menyebabkan gejala sisa pada anak
dan mengganggu tumbuh kembang anak di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak


Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
IDAI: Jakarta. 2006. Hal. 1 4.
World Health organization. Accessed at
http://www.who.int/childgrowth/standards/chart_catal
ogue/en/.
Deliana M. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Vol.
4. No. 2. Sari Pediatri: Jakarta. 2002. Hal. 59 62.
Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. Jakarta.
Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of
Pediatrics. WB Sauders.Philadelpia.

Anda mungkin juga menyukai