Perilaku: Emosi:
Anda mengusir orang itu, Marah, frustasi,
meninggalkan dengan dingin, takut,
merencanakan balas dendam merasa bersalah
1. Mengubah pikiran dari tidak logis dan
negatif menjadi objektif, rasional, dan
positif.
2. Meningkatnya aktivitas.
3. Menurunkan perilaku yang tidak
diinginkan.
4. Meningkatkan keterampilan sosial.
1. Menarik diri.
2. Penurunan motivasi.
3. Defisit perawatan diri.
4. Harga diri rendah.
5. Menyatakan ide bunuh diri.
6. Komunikasi inkoheran dan ide/topik yang
berpindah-pindah (flight of idea).
7. Delusi, halusinasi terkontrol, tidak ada
manik depresi, tidak mendapat ECT.
1. Risiko bunuh diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri
MASALAH TUJUAN
2. Overgeneralisasi
Memandang suatu peristiwa yang negatif sebagai sebuah pola
kekalahan tanpa akhir.
Contoh: Seorang murid yang gagal dalam salah satu ujian, ia
berpikir Saya tidak akan pernah lulus ujian yang lainnya
dalam semester ini dan saya akan keluar dari sekolah ini.
Lanjutan. . .
3. Personalisasi
Memandang diri sebagai penyebab suatu peristiwa eksternal
yang negatif yang kenyataannya tidaklah demikian
Contoh : Direktur saya mengatakan bahwa produktivitas
perusahaan kami menurun, tapi saya tahu ia sebenarnya
sedang membicarakan saya.
4. Berpikir dikotomi
Berpikir dengan ekstrim bahwa semua hal adalah semuanya
baik atau semuanya buruk.
Contoh : Jika suami saya meninggalkan saya, saya mungkin
akan mati.
5. Pembencanaan
Berpikir yang terburuk tentang orang atau kejadian.
Contoh : Saya lebih baik tidak mengajukan diri untuk promosi
di tempat pekerjaan karena saya tidak akan mendapatkannya
dan saya merasa diri saya sangat buruk.
Lanjutan. . .
6. Membuat abstrak yang selektif
Memfokuskan pada detail tapi tidak pada informasi yang
relevan.
Contoh : Seorang istri percaya bahwa suaminya tidak
mencintainya karena ia pulang kerja larut malam, tetapi
sang istri menolak perhatian yang diberikan oleh suami,
hadiah yang dibawanya dan acara khusus yang mereka
rencanakan bersama.
7. Kesimpulan yang tidak beralasan
Ada 2 subtipe dari pola pikir ini:
mind reading, merasa mengetahui pikiran orang lain
tanpa alasan atau bukti yang jelas. Mereka merasa
tahu niat yang sebenarnya dari seseorang tanpa
perlu bicara. Misalnya, seseorang dengan mind
reading bisa menyimpulkan bahwa ada beberapa
orang disekitarnya yang tidak suka dengan dirinya
tanpa alasan yang jelas atau tanpa merasa perlu
mengecek kebenarannya.
fortune teller, merasa bisa meramalkan sesuatu yang
buruk akan terjadi tanpa bukti bukti atau alasan
yang jelas. Misalnya: saya pasti tidak akan lulus
ujian
Lanjutan. . .
8. Membesar-besarkan atau mengecilkan
Melebih-lebihkan suatu hal atau mengecilkan suatu hal secara
tidak tepat. Seseorang yang selalu memperbesar
kekurangaannya sendiri dan kualitas positif dari orang lain
sementara ia memperkecil kualitas positif dirinya sendiri dan
kekurangan orang lain
Contoh : Saya telah menghanguskan makan malam, itu
menunjukkan betapa tidak mampunya saya.
9. Perfeksionis
Merasa butuh untuk melakukan segala sesuatu secara sempurna
agar merasa dirinya baik.
Contoh : Saya akan menjadi seseorang yang gagal apabila saya
tidak mendapatkan nilai A pada semua ujian saya.
10. Eksternaliasasi harga diri
Mengukur nilai seseorang berdasarkan pendapat orang lain
Contoh : Saya harus selalu kelihatan cantik. Kalau tidak,
teman-teman saya tidak akan mau berada dekat saya.
11. Penalaran emosional
Menganggap emosi-emosi yang negatif mencerminkan realita
yang sebenarnya.
Contoh : Saya merasa begitu, maka pastilah begitu
Lanjutan. . .
12. Filter mental
Menemukan hal kecil yang negatif dan terus memikirkannya
sehingga pandangan tentang realita menjadi gelap.
Contoh: Dina mengeluhkan kondisi orang-orang di kotanya
yang dinilainya tidak ada yang sopan dan tidak ada yang
ramah sebab saat ia harus pulang dengan bus yang penuh dan
tidak ada seorang pun yang mau memberikan ia tempat duduk
padahal sebenarnya tidak semua orang seperti yang dinilai
oleh dina
13. Mendiskualifikasi hal positif
Menolak pengalaman-pengalaman positif dengan bersikeras
bahwa semua itu bukan apa-apa
14. Memberi cap dan salah memberi cap
Bentuk ekstrim dari overgeneralisasi, yaitu memberi cap yang
negatif kepada diri sendiri. Secara negatif seseorang
menyebutkan dirinya sendiri atas dasar beberapa perilaku dan
mempercayai sebutan negatif pada dirinya.
Contoh : Saya memang seorang yang sial atau Saya
memang seorang yang bodoh
Contoh Metode Dengan Teknik Panah Vertikal
5) Identifikasi distorsi pemikiran yang terjadi dan ganti dengan yang benar .
Misalnya, soal mobil mogok:saya bukan orang yang suka menunda
pekerjaan, tapi akhir akhir ini memang pekerjaan kantor sedang banyak
sekali. Soal pakaian kotor, kita bisa bereaksi dengan: Saya bukan orang
yang jorok dan tidak rapih, saya biasanya rapih. Baju kena oli membuat
saya kesal karena baju saya biasanya rapih dan bersih.
Sesi II : Alasan
a. Review kembali sesi I
b. Diskusikan pikiran otomatis
c. Tanyakan penyebabnya
d. Beri respons atau tanggapan
e. Tanyakan tindakan klien
f. Anjurkan menulis perasaan
g. Beri rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien
dibahas pada pertemuan berikutnya.
Lanjutan. . .
Sesi III : Tanggapan
a. Diskusikan hasil tulisan
b. Dorong untuk memberi pendapat
c. Berikan umpan balik
d. Dorong pasien untuk ungkapkan keinginan
e. Beri persepsi/pandangan perawat terhadap keinginan
tersebut
f. Beri penguatan positif
g. Jelaskan metoda tiga kolom
h. Diskusikan cara menggunakan metoda tiga kolom
i. Rencana tindak lanjut, yaitu anjurkan menuliskan pikiran
otomatis dan cara penyelesaiannya.
Sesi IV : Menuliskan
a. Tanya perasaan pasien saat menuliskan rencana tindak
lanjut pada sesi III
b. Dorong pasien untuk mengomentari tulisan
c. Beri respon/tanggapan dan umpan balik
d. Anjurkan untuk menuliskan buku harian
e. Rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien akan
didiskusikan
Lanjutan. . .