Anda di halaman 1dari 117

HARI WUJOSO, dr., MM.

, SpF
0878 361 74047
1

thanatologi
Keadaan Mayat : dingin, kaku, berbau tidak sedap

LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FK UNS


2008
3

Berasal dari kata


thanatos : yang
berhubungan
dengan kematian
logos : ilmu)
DEFINISI
4
Ilmu yang mempelajari
tentang kematian dan
perubahan yang terjadi
setelah kematian serta faktor
yang mempengaruhi
perubahan tersebut.
MATI
5
ADA BEBERAPA ISTILAH
Mati suri
Mati somatik
Mati seluler
Mati otak (serebral dan
serebelum)
Mati serebral
Mati batang otak
Mati klinis
Mati sosiologis
Hal yg dievaluasi pada orang yg
dikira mati:
Sistem kardiovaskuler
Akral dingin
Ujung jari memucat
Bibir pucat
Konjungtiva anemis
Tekanan darah tak terukur
Denyut nadi tidak teraba dimana-mana
EKG datar
Suara jantung negatif
Tetesan infus akan terhenti sendiri
Sistem respirasi
Apneu
Tes kaca negatif
Inspeksi pengembangan dada
Palpasi pengembangan dada
Fremitus raba
Perkusi suara sonor melemah
Auskultasi suara vesikuler paru
Tidak ada suara tambahan pada paru
Gerakan nafas perut
dll
Sistem saraf
Kesadaran
EEG datar
Otot melemas
Reflek nyeri, suhu
Pupil medriasi maksimal
Reflek kornea
Reflek pupil
dll
Mati suri
9 Nama lain
Apperent death
Suspended animation
Adalah penurunan fungsi
organ vital sampai pada taraf
minimal yang reversibel.
Diketahui ternyata hidup lagi
setelah dinyatakan mati.
Tidak boleh ada alat bantu
kehidupan yg dipakai,
(respirator, dll).
10 Terhentinya ketiga sistem
penunjang kehidupan yang
ditentukan oleh alat
kedokteran sederhana.
Dengan alat kedokteran yang
canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga
sistem tersebut masih
berfungsi.??
Mati suri sering ditemukan pada kasus
keracunan obat tidur,
tersengat aliran listrik dan
tenggelam.
Anestesi yg dalam
katalepsi
MATI SOMATIS
12
Terjadi akibat terhentinya
fungsi ketiga organ vital
sistem penunjang kehidupan,
secara menetap (ireversibel).

Ketiga sistem organ vital tsb


adalah
Sistem saraf pusat
Sistem kardiovasculer
Sistem pernafasan
Secara klinis tidak ditemukan:
1. Pada Sistem saraf
13
Refleks-refleks
Fisiologis
Pupil cahaya
Kornea sentuh
Triceps, biceps, patella,
achiles, dll
Patologis
Babinski, chadoks, dll
Hilangnya tonus otot, sehingga
terkesan tubuh saat diangkat
berat relaksasi primer
EEG mendatar
Reflek rangsangan sakit negatif
2. Pada Sistem kardiovaskuler
15
Alat visualisasi
EKG mendatar
Palpasi
Nadi tidak teraba
(pergelangan tangan,
carotis di leher,
pergelangan kaki)
Observasi
Iktus kordis negatif
Kulit pucat
Warna kuku pucat
Auskultasi
Denyut jantung tidak terdengar

Perlu dilakukan untuk memastikan:


1. Auskultasi: dilakukan di daerah
prekardial selama 10 menit
2. Tes magnus: jari diikat-hanya aliran
vena yg terhenti-jika tampak
bendungan sianotik-> hidup
Nadi Klavikula Nadi Ingunalis

Nadi Dorsalis Pedis

Nadi Karotis
3. Tes icard: flouresin+NaHCO3
injkesi subkutan warna kuning
hijau masih ada sirkulasi
4. Incisi arteri radialis: jika keluar
darah secara pulsatif masih hidup
19

3. Pada Sistem pernafasan


Inspeksi
Tak tampak gerakan dada
Bulu/serat halus yang ditaruh di
depan hidung tak bergerak
Jika diatas dada ditaruh piring berisi
air t ada getaran gelombang
Ditaruh kaca di depan hidung,- ada
uap air masih hidup
Palpasi
- Tak teraba udara keluar
masuk di sal nafas
- Tak ada gerakan naik
turun dada
- Tak teraba ada udara
keluar masuk hidung
Auskultasi
- Tak terdengar suara aliran
udara di depan hidung
- ------ di trakea / laring
- ------ di dada
MATI SELULER
21

Kematian organ atau jaringan


tubuh yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis.
Kematian terjadi karena tiadanya
bahan metabolisme dan
tertimbunya metabolit.
Kerusakan terjadi pada semua
organela sel, terakhir kerusakan
terjadi pada mitokondria sel.
MATI SELULER
22

Daya tahan hidup masing-masing


organ atau jaringan berbeda-beda,
sehingga terjadinya kematian
seluler pada tiap organ atau
jaringan tidak bersamaan.
Pengertian ini penting dalam
transplantasi organ.
MATI SELULER
23

SSP 4 menit
Otot 4 jam
Kornea 6 jam
Darah 6 jam
Pupil 20 jam
Sperma beberapa hari
Kulit 8 jam
MATI SELULER
24

Kerusakan sel dimulai dengan adanya


kerusakan pada dinding sel.
Terakhir kerusakan sel terjadi pada
mitokondria
Pada pembusukan kerusakan sel tidak
terjadi hanya karena faktor internal sel,
tapi juga faktor extra sel
Sel-sel radang juga mengalami
kerusakan, sehingga tanda intravital
radang akan sukar ditentukan
MATI SEREBRAL
25 Kerusakan kedua hemisfer otak
yang irreversibel, kecuali batang
otak dan serebelum.

Kedua sistem lain masih berfungsi


dengan bantuan alat

Kematian serebral berakibat BO & S


bekerja mandiri tanpa koordinasi
tinggi
KONDISI DILEMA ETIK
Pada saat ini otak sudah tidak bekerja,
hanya saja sistem otonom yang ada di
batang otak masih bekerja, dan kedua
organ vital lain masih berfungsi minimal

Bolehkah dilakukan penghentian


bantuan kehidupan?
MATI BATANG OTAK
28

Kerusakan seluruh isi neuronal


intrakranial yang irreversibel,
termasuk batang otak dan
serebelum
Seseorang secara keseluruhan
tidak dapat dinyatakan hidup lagi
Kriteria MBO
Harvard
Tidak ada kepekaan terhadap rangsang
Tidak ada gerakan dan pernafasan
Tidak ada reflek
IDI
Ada prakondisi yg menyebabkna
kerusakan otak dan kegagalan untuk
menyembuhkan
Menyingkirkan adanya penyebab
disfungsi otak
Tak ada reflek dan nafas spontan
TANDA KEMATIAN
30

TANDA AWAL
TANDA LANJUT
TANDA AWAL
31

RELAKSASI PRIMER
SISTEM KARDIOVASKULER
SISTEM PERNAFASAN
SISTEM SARAF
LAIN-LAIN
KULIT
MATA
Pernafasan berhenti (dinilai > 10 menit)
32
Terhentinya sirkulasi (dinilai > 15 menit)
Kulit pucat.
Tonus otot menghilang dan relaksasi
Pembuluh darah retina mengalami
segmentasi beberapa menit setelah
kematian
Pengeringan kornea keruh (dalam 10
menit masih dapat dihilangkan dengan
meneteskan air)
Refleks kornea dan cahaya (-)
Bulbus oculli melunak dan mengkerut
TANDA LANJUT
33

1. PENURUNAN SUHU=ALGOR MORTIS


2. LEBAM MAYAT = LIVOR MORTIS
3. KAKU MAYAT = RIGOR MORTIS
4. PEMBUSUKAN = DEKOMPOSISI
5. MASERASI
6. MUMIFIKASI
7. SAPONIFIKASI
PERUBAHAN SUHU
34

NL = ALGOR MORTIS
ADALAH PERUBAHAN SUHU TUBUH MAYAT.
SUHU DAPAT TURUN (UMUMNYA), ATAU NAIK.
SUHU TUBUH BERUBAH KARENA:
1. TUBUH SUDAH TIDAK ADA
METABOLISME.
2. TIDAK ADA SIRKULASI YANG
MERATAKAN SUHU TUBUH
3. ADA BEDA SUHU TUBUH DENGAN SUHU
LINGKUNGAN
35

DIPENGARUHI OLEH
BAJU
USIA
SAKIT SEBELUMNYA
LINGKUNGAN
36
Prinsip :
Penurunan suhu tubuh terjadi
karena proses pemindahan panas
dari suatu benda ke benda yang
lebih dingin, melalui cara
konduksi (antar lapis jaringan
yang berbeda koefisien hantar),
radiasi, evaporasi (permukaan
tubuh mayat ke lingkungan), dan
konveksi
39

Skala waktu :
Terjadi fenomena penurunan suhu yang
sigmoid, pada beberapa jam pertama
penurunan sangat lambat, karena :
Masih ada metabolisme sisa dalam
jaringan
Membutuhkan waktu untuk mencapai
temperature gradient karena koefisien
hantar yang tidak sama
Ada sisa metabolisme
40

Tak ada metabolisme

Suhu saat Ada proses pembusukan


mati Suhu

Suhu
lingkungan Waktu

Kurva S algor mortis


9 faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya
penurunan suhu tubuh mayat, yaitu
41

1. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat


dengan lingkungannya.
2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi
suhu tubuhnya, makin lama penurunan suhu
tubuhnya.
3. Aliran udara makin mempercepat penurunan
suhu tubuh mayat.
4. Kelembaban udara makin mempercepat
penurunan suhu tubuh mayat.
5. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua
makin mempercepat penurunan suhu
tubuh mayat.
6. Aktivitas sebelum meninggal.
7. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan
septikemia, mati dengan suhu tubuh
tinggi.
8. Pakaian tipis makin mempercepat
penurunan suhu tubuh mayat.
9. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas
permukaan tubuh yang terpapar
Cara melakukan penilaian algor
mortis, yaitu :
Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan
penurunan suhu tubuh mayat.
1. Tempat pengukuran suhu memegang peranan
penting.
2. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
3. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
4. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam
post mortem.
5. Bila mayat mati dalam air, penurunan suhu
tubuhnya tergantung dari suhu, aliran, dan
keadaan airnya.
Interpretasi
44 Penurunan suhu post mortal tidak
teratur
Sangat dipengaruhi keadaan
lingkungan
Berbagai skala waktu telah
diajukan para ahli, diantaranya
dengan rumus

98,4oF suhu rectal oF


=
1,5
o
= 37oC suhu rectal oC + 3 dalam celcius
F
LEBAM MAYAT
45 DEFINISI
WARNA YANG MUNCUL PADA KULIT PADA ORANG
YANG SUDAH MATI.
WARNA
MERAH GELAP (UMUMNYA)
MERAH TERANG (PADA KERACUNAN SIANIDA)
DLL

LOKASI
BAGIAN TERENDAH DARI TUBUH
TIDAK DIBAGIAN YANG MENEMPEL DENGAN LANTAI

MANFAAT
TANDA PASTI KEMATIAN
UMUR KEMATIAN
SEBAB KEMATIAN
46

Patofisiologi :
Cairan (darah) menempati tempat
terbawah karena pengaruh
gravitasi, kecuali pada bagian
tubuh yang tertekan alas keras
Lebam akan tampak dan
berangsur intensitas dan luasnya
bertambah sehingga akhirnya
menetap
Membentuk warna merah ungu
(livide)
47
1. Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang,
dapat kita lihat pada belakang kepala, daun telinga,
ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah kuku,
dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada lebam yang
dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas
tempat dasi.
2. Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap,
dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh,
dan ekstensor tungkai.
3. Lebam pada kulit mayat dengan posisi tergantung, dapat kita
lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia eksterna.
4. Lebam pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang
dapat kita temukan pada posterior otak besar, posterior otak
kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior
dinding lambung, dan usus yang dibawah (dalam rongga
panggul).
50

Skala waktu :
Terjadi setelah mati somatis, dan
tampak 20 30 menit kemudian
Dengan penekanan hilang
< 6 10 jam
Ditekan Tidak dapat hilang lagi
> 6 10 jam
51
52
Faktor yang mempengaruhi
Viskositas darah, makin kental
makin cepat
Luas dan intensitas
Kadar Hb, makin rendah
intensitasnya, asfiksia lebam luas
Warna
Suhu dingin merah terang
Keracunan CO/ CN merah
terang, anilin kebiruan,
nitrit kecoklatan
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan
untuk memperkirakan penyebab kematian, yaitu :
1. Merah kebiruan merupakan warna
normal lebam.
2. Merah terang menandakan keracunan
CO, keracunan CN, atau suhu dingin.
3. Merah gelap menunjukkan asfiksia.
4. Biru menunjukkan keracunan nitrit.
5. Coklat menandakan keracunan aniline.
Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas
dan menetap, yaitu :

1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga


hemoglobin keluar.
2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.
3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh
menurun.
4. Pembuluh darah terjepit oleh otot saat rigor
mortis.

Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga


dapat kita temukan pada organ dalam tubuh mayat.
Masing-masing sesuai dengan posisi mayat.
56

Ada 5 macam interpretasi livor mortis,


yaitu :
1. Tanda pasti kematian.
2. Menaksir saat kematian.
3. Menaksir lama kematian.
4. Menaksir penyebab kematian.
5. Posisi mayat setelah terjadi
lebam bukan pada saat mati.
Livor Mortis Luka Memar
57 Lokasi Bagian tubuh Sembarang
terendah tempat
Pembengkakan Tidak ada Sering ada

Bila ditekan Hilang/tidak Tidak hilang


(tergantung
waktu)
Incisi di tempat Intravaskuler Ekstravaskuler
bintik merah (warna merah (warna merah
kemudian darah akan darah tidak
disiram air segera hilang) hilang)
Histologis Epidermal Sub epidermal,
interseluler
KAKU MAYAT
58
NL = RIGOR MORTIS
Patofisiologi
Terjadi bila cadangan glikogen habis
aktin dan miosin menggumpal
Dimulai dari otot kecil ke arah dalam
dan menghilang juga dari otot kecil
(proteolisis)
Bila otot dipaksa diregangkan, maka
otot akan robek/ putus kaku mayat
tidak tampak
Dapat disertai dan tidak disertai
pemendekan serabut otot
Perubahan kekakuan pada mayat :
1. Relaksasi primer : 2 3 jam
setelah kematian
2. Rigor mortis :
3. Relaksasi sekunder
Kekakuan tersebut terjadi pada
seluruh otot yang disertai dengan
sedikit pemendekan serabut otot,
yang terjadi setelah periode
pelemasan atau relaksasi primer,
yang disebabkan karena terjadinya
perubahan kimiawi pada protein
serabut-serabut otot
Mekanisme
RM merupakan kontraksi otot yang
tetap berlangsung meskipun tidak
terdapatnya pontesial aksi.
Mekanisme:
Attached
Realased
Cocked
Force Generating
Attached
Peranan Dalam Forensik
Membantu memperkirakan waktu
kematian secara lemah.
Onset: paling cepat 10 menit,
umumnya 2 jam.
Tahap-tahapnya:
Beginning : 2 jam post mortem
Contracting : 8-12 jam post mortem
Rigid Stage : 18 jam setelah fase contracting
Resolution
Flacid stage: 12 jam setelah fase rigid
Skala waktu RM
Kurang dari 2 4 jam PM : belum terjadi
64
rigor mortis
Lebih dari 3 4 jam PM : rigor mortis
mulai tampak
Rigor mortis maksimal 12 jam PM
Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam
Rigor mortis menghilang 24 36 jam PM
65

Faktor yang mempengaruhi :


1. Aktivitas pre mortal, mempercepat kaku
2. Suhu tubuh tinggi, mempercepat kaku
3. Bangun tubuh dengan otot atletis
memperlambat kaku
4. Suhu lingkungan tinggi, mempercepat
kaku
Mempercepat rigor mortis antara lain;
aktivitas tubuh sebelum mati, suhu tubuh yang
tinggi, bentuk tubuh yang kurus dengan otot-otot
yang kecil dan suhu lingkungan yang tinggi .
Otot merah onset dan durasinya lebih cepat
dibandingkan otot putih.
Otot-otot daerah temporomandibula lebih banyak
otot merahlebih dahulu muncul.
Hukum Nysten: penjalarannya menuju ke bawah.
67

Interpretasi
Menunjukkan posisi mayat
setelah terjadinya kaku
mayat
Memperkirakan lamanya
kematian, dengan melihat
dan memeriksa luasnya
68

Kekakuan yang menyerupai


kaku mayat
Cadaveric spasm
(instantaneous rigor)
Heat stiffening
Cold stiffening
Cadaveric spasm
69

instantaneous rigor
cataleptic rigidity
instantaneous rigidity
70

Timbul dengan intensitas sangat kuat


tanpa didahului relaksasi primer
Cadangan glikogen dan ATP habis
bersifat setempat setelah mati klinis
karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum meninggal
Koordinasi otot baik seperti orang
hidup
Petunjuk sikap terakhir masa
hidupnya
PATOFISIOLOGI
71

Penyebab masih belum diketahui secara pasti


Biasanya berhubungan dgn:
kasus kekerasan yg mengakibatkan ketegangan
emosi
pada korban yang menderita nyeri hebat menjelang
kematiannya,
kelelahan
Otot-otot yg bersangkutan telah mengalami
kerja fisik atau kontraksi sebelum korban
meninggal dunia habisnya glikogen dan
ATP yg bersifat setempat pd saat mati klinis
cadaveric spasm.
Kekakuan dpt terjadi pd seluruh tubuh, tetapi
umumnya hanya mengenai sekelompok otot
tertentu, misalnya lengan dan tangan2.
72
73 Cadaveric spasm berbeda dgn kaku mayat
pd umumnya (rigor mortis)
Cadaveric spasm tjd tanpa melalui fase
relaksasi primer. Setelah terjadinya
kematian segera akan diikuti oleh relaksasi
muskuler secara total yang dikenal dengan
primary muscular flaccidity , pada saat ini
sel dan jaringan otot masih hidup dan masih
menunjukan reaksi pengerutan bila
mendapat rangsangan mekanis atau listrik
(reaksi supravital)
74

Dengan berlalunya waktu, reaksi


supravital akan berkurang, krn makin
banyak otot yg mati. Umumnya reaksi
supravital berlangsung sangat singkat
(rata-rata 23 jam setelah kematian).
Reaksi yg jelas adalah 1 2 jam
pertama setelah kematian. Bersamaan
dengan menghilangnya reaksi
supravital, rigor mortis muncul secara
serentak pada semua otot volunter dan
otot involunter.
75
Insidensi
Cadaveric spasm yang melibatkan
seluruh otot tubuh sangat jarang
terjadi dan biasanya ditemukan pada
saat perang.
Banyak terjadi di film-film daripada
dalam kehidupan nyata.
Tampak pada :
kasus bunuh diri dengan senjata api,
kasus tenggelam
kecelakaan-kecelakaan pada pendakian
gunung,
kasus pembunuhan
Aspek medikolegal
76

Mempunyai peranan dalam


medikolegal karena dapat
menunjukkan sikap terakhir
sebelum kematian.
Heat stiffening
77

Kekakuan akibat koagulasi protein


oleh panas
Tidak akan terjadi rigor mortis
karena protein otot telah rusak
Serabut otot memendek pugillistic
attitude
Dijumpai pada korban mati terbakar
Cold stiffening
78

Kekakuan akibat pembekuan cairan


tubuh (sendi, jaringan lemak
subkutan dan otot)
Bila sendi ditekuk bunyi ice cracking
Bila dipanaskan kembali, kemudian
didiamkan, akan timbul rigor mortis
(bila pembekuan terjadi sebelum ada
rigor mortis)
Cold stiffening adalah
kekakuan tubuh akibat
79
lingkungan yang dingin
sehingga terjadi pembekuan
cairan tubuh dan pemadatan
jaringan lemak subkutan
sampai otot.
80
1. Patofisiologi : Keadaan ini terjadi
karena penurunan suhu tubuh
sehingga menyebabkan pembekuan
cairan intraseluler dan interseluler
pada jaringan dan juga menyebabkan
pembekuan cairan sinovial pada
sendi. Jika suhu meningkat kembali,
cold stiffening akan berangsur
angsur menghilang dan diikuti rigor
mortis yang menyebar cepat ke
seluruh tubuh.
81

2.Bila terjadi cold stiffening pada


sendi, maka saat sendi ditekuk akan
terdengar bunyi ice cracking
3.Reversible ketika suhu kembali naik
menuju suhu yang normal.
4.Bila dipanaskan kembali, kemudian
didiamkan, akan timbul rigor mortis
(bila pembekuan terjadi sebelum
ada rigor mortis)
82
Kekakuan lain yang perlu dibedakan
dengan cold stiffening antara lain :
Rigor mortis atau kaku jenazah yang terjadi
akibat hilangnya ATP

Cadaveric Spasme, yaitu kekakuan otot


yang terjadi pada saat kematian dan
menetap sesudah kematian akibat
hilangnya ATP lokal saat mati karena
kelelahan atau emosi yang hebat sesaat
sebelum mati.
83

3. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot


akibat koagulasi protein karena panas
sehingga serabut otot memendek dan
terjadi fleksi sendi. Misalnya pada
mayat yang tersimpan dalam ruangan
dengan pemanas ruangan dalam waktu
yang lama.
PEMBUSUKAN
84

NL : decomposition, putrefaction
Prinsip :
Degradasi jaringan (terutama protein)
akibat kerja bakteri {(terutama Cl.
Welchii) akan terbentuk gas H2S dan
HCN selain asam amino dan asam
lemak}, dan akibat autolisis
(pelunakan dan pencairan jaringan
yang terjadi dalam keadaan steril)
85

Terjadi segera setelah kematian


seluler, baru tampak + 24 jam pasca
mati berupa warna kehijauan
(terbentuk sulf met hemoglobin)
pada perut kanan bawah, yaitu daerah
sekum yang isinya lebih cair dan penuh
dengan bakteri serta terletak dekat
dinding perut
86

Gambaran pembusukan lanjut adalah :


badan gembung, mata melotot, lidah
terjulur, pugilistik (coital position), bullae/
kulit ari terkelupas, dari lubang tubuh
keluar isinya, bila gravid dapat terjadi
partus
Yang tercepat membusuk adalah darah dan
otak, terlambat uterus/ non gravid dan
prostat
Telur lalat beberapa jam pasca mati
Ada larva lalat 36 48 jam
Pembusukan
88
(decomposition, putrefaction)
Faktor yang mempengaruhi
Lebih cepat bila suhu keliling optimal (26,5oC -
37oC), kelembaban dan udara yang cukup,
banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk, atau
menderita penyakit infeksi dan sepsis
Hukum Casper tentang kecepatan pembusukan

bahwa udara : air : tanah = 1 : 2 : 8


Bayi baru lahir lebih lambat membusuk
(karena bakteri sedikit dan hilang panas tubuh
cepat)
Faktor yang mempengaruhi
pembusukan :

bakteri
Udara:
kelembaban rendah,
aliran udara tinggi
air
suhu optimum (21-37
C)
Waktu
Skala waktu

Tampak perubahan warna pada perut


kanan bawah, = 18 jam
Kulit ari terkelupas , = 24 jam
Pembentukan gas dalam tubuh, = 12 jam
Rambut mudah dicabut, = 30 jam
Kuku mudah terlepas, = 48 jam
Tubuh menggembung = 50
36 48 jam PM : dijumpai larva lalat
Pembusukan
91
(decomposition, putrefaction)

Interpretasi
Lamanya kematian, tergantung pada derajat
pembusukan
Perlu dibedakan antara bullae intravital (luka
bakar, dan sebagainya) dengan bullae
pembusukan
Beda bullae intravital dan pembusukan
92

Intravital Pembusukan
Warna kulit ari Kecoklatan Kuning
Kadar albumin Tinggi Rendah/tidak ada
dan chlor dalam
cairan bulla
Dasar bulla Hiperemi Merah
pembusukan
Letak jaringan Intraepidermal Diantara dermis
yang terangkat dengan epidermis
Reaksi jaringan Ada Tidak ada
termasuk
resapan darah
MUMIFIKASI
93
Prinsip :
Proses dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang
selanjutnya dapat menghentikan
pembusukan (kuman tidak dapat
berkembang)
Jaringan menjadi keras dan kering,
warna gelap, keriput, dan tidak
membusuk
Mummifikasi
94

Faktor yang mempengaruhi

Terjadi pada suhu


hangat, kelembaban
rendah, aliran udara
yang baik, tubuh yang
dehidrasi, dan waktu
yang lama (12 14
minggu)
95
SAPONIFIKASI
Nl : Lilin Mayat (Adiposera)
97

Prinsip :
Terbentuk bahan berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik
Hidrogenisasi asam lemak tak jenuh
(palmitat, oleat, dan stearat) yang timbul
akibat pemecahan lemak tubuh oleh bakteri
Terbentuk pertama kali pada lemak

superfisial bentuk bercak, di pipi, payudara,


bokong, bagian tubuh atau ekstremitas
Gambaran saponifikasi
warna : putih/putih-
kekuningan
perubahan: teraba sabun
pada pemanasan meleleh
bau : tengik
100

Skala waktu :
Lemak segar hanya mengandung 0,5 %
asam lemak bebas, dalam 4 minggu pasca
mati naik menjadi 20 %, dan setelah 12
minggu menjadi 70 % atau lebih
101

Faktor yang mempengaruhi

Yang mempermudah adalah kelembaban dan


lemak tubuh yang cukup, invasi bakteri
endogen ke dalam jaringan
Yang menghambat adalah air yang mengalir
yang membuang elektrolit, udara dingin
Pembusukan terhambat oleh adanya
adiposera karena derajat keasaman dan
dehidrasi jaringan bertambah
102
Lilin Mayat (Adiposera)

Interpretasi
Membuat gambaran permukaan luar
tubuh bertahan hingga bertahun tahun,
sehingga identifikasi dan perkiraan sebab
kematian masih dimungkinkan
MANFAAT
103
Perkiraan saat kematian
Perkiraan sebab kematian
Posisi terakhir saat kematian
MASERASI
104
Merupakan dekomposisi steril
Terjadi pada bayi yang masih
di kandungan
105

Perkiraan Saat Kematian


Perubahan Pada
106 Mata
Mata terbuka (atmosfer kering) kornea akan
berwarna kecoklatan dalam beberapa jam
berbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea
(taches noires sclerotiques)
Kekeruhan menetap 6 jam pasca mati
10 12 jam pasca mati kornea keruh dan fundus
tidak tampak jelas
TIO menurun distorsi pupil
Perubahan Pada Mata
107

Perubahan pada retina 15 jam pasca mati


Kekeruhan makula dan mulai memucatnya
diskus optikus 30 menit pasca mati
Makula lebih pucat dan tepi tidak tajam 1
jam pasca mati
Retina pucat dan daerah sekitar diskus kuning
dua jam pertama pasca mati
Vaskular koroid dan segmentasi kabur 3
jam pasca mati
Perubahan Pada Mata
108

Vaskular dan segmentasi homogen dan lebih


pucat 5 jam pasca mati
Batas diskus kabur dan hanya pembuluh besar
yang mengalami segmentasi dengan latar
belakang kuning kelabu 6 jam pasca mati
Tepi retina dan batas diskus sangat kabur 7
10 jam pasca mati
Diskus hanya dikenali dengan konvergensi
beberapa segmen pembuluh darah tersisa
12 jam pasca mati
Perubahan Pada Mata
109

Tidak diketemukan gambaran pembuluh darah


retina dan diskus, hanya makula tampak warna
coklat gelap 15 jam pasca mati
Perubahan Dalam Lambung
110

Kecepatan pengosongan lambung bervariasi


Keadaan lambung dan isinya dapat
digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban
sebelum meninggal makan makanan tersebut
Perubahan Rambut
111

Kecepatan rambut rata rata 0,4 mm/ hari,


panjang rambut kumis dan jenggot dapat
memperkirakan saat kematian
Hanya dapat digunakan bagi yang
mempunyai kebiasaan mencukur dan diketahu
saat terakhir ia mencukur
Pertumbuhan kuku
112

Pertumbuhan kuku sekitar 0,1 mm/ hari dapat


dipergunakan memperkirakan saat kematian
bila diketahui saat terakhir memotong kuku
Perubahan Dalam LCS
113

Kadar nitrogen asam amino < 14 mg%


kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen
non protein < 80 mg% kematian belum 24
jam, kadar kreatin < 5 mg% dan 10 mg%
kematian belum mencapai 10 jam dan 30
jam
Cairan Vitreus
114

Peningkatan kadar kalium untuk


memperkirakan saat kematian 24 100
jam pasca mati
Kadar Komponen Darah
115

Komponen darah berubah setelah kematian


diakibatkan aktivitas enzim dan bakteri,
serta gangguan permeabilitas dari sel yang
telah mati
Belum dapat ditemukan yang dapat
digunakan untuk memperkirakan saat
kematian dengan lebih tepat
Reaksi Supravital
116

Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati


klinis yang masih sama seperti reaksi
jaringan tubuh pada orang hidup
Rangsang listrik menimbulkan kontraksi
hingga 90 120 menit pasca mati, dan
mengakibatkan sekresi kelenjar keringat
hingga 60 90 menit pasca mati
Trauma dapat menimbulkan perdarahan
bawah kuliy hingga 1 jam pasca mati
1. http://www.developmentvet.aun.edu.eg/M_2.pdf
2. http://www.fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment
3. http://www.blackwell-synergy.com
4. http://www.answer.com
5. http://www.forensic.death.03.02.2007.com
6. http://www.books.googlecom
7. http://www.henryford.com
8. http://www.who.int/wates_sanitation_health/bathing/srwe1chap3.pdf

117

Anda mungkin juga menyukai