, SpF
0878 361 74047
1
thanatologi
Keadaan Mayat : dingin, kaku, berbau tidak sedap
Nadi Karotis
3. Tes icard: flouresin+NaHCO3
injkesi subkutan warna kuning
hijau masih ada sirkulasi
4. Incisi arteri radialis: jika keluar
darah secara pulsatif masih hidup
19
SSP 4 menit
Otot 4 jam
Kornea 6 jam
Darah 6 jam
Pupil 20 jam
Sperma beberapa hari
Kulit 8 jam
MATI SELULER
24
TANDA AWAL
TANDA LANJUT
TANDA AWAL
31
RELAKSASI PRIMER
SISTEM KARDIOVASKULER
SISTEM PERNAFASAN
SISTEM SARAF
LAIN-LAIN
KULIT
MATA
Pernafasan berhenti (dinilai > 10 menit)
32
Terhentinya sirkulasi (dinilai > 15 menit)
Kulit pucat.
Tonus otot menghilang dan relaksasi
Pembuluh darah retina mengalami
segmentasi beberapa menit setelah
kematian
Pengeringan kornea keruh (dalam 10
menit masih dapat dihilangkan dengan
meneteskan air)
Refleks kornea dan cahaya (-)
Bulbus oculli melunak dan mengkerut
TANDA LANJUT
33
NL = ALGOR MORTIS
ADALAH PERUBAHAN SUHU TUBUH MAYAT.
SUHU DAPAT TURUN (UMUMNYA), ATAU NAIK.
SUHU TUBUH BERUBAH KARENA:
1. TUBUH SUDAH TIDAK ADA
METABOLISME.
2. TIDAK ADA SIRKULASI YANG
MERATAKAN SUHU TUBUH
3. ADA BEDA SUHU TUBUH DENGAN SUHU
LINGKUNGAN
35
DIPENGARUHI OLEH
BAJU
USIA
SAKIT SEBELUMNYA
LINGKUNGAN
36
Prinsip :
Penurunan suhu tubuh terjadi
karena proses pemindahan panas
dari suatu benda ke benda yang
lebih dingin, melalui cara
konduksi (antar lapis jaringan
yang berbeda koefisien hantar),
radiasi, evaporasi (permukaan
tubuh mayat ke lingkungan), dan
konveksi
39
Skala waktu :
Terjadi fenomena penurunan suhu yang
sigmoid, pada beberapa jam pertama
penurunan sangat lambat, karena :
Masih ada metabolisme sisa dalam
jaringan
Membutuhkan waktu untuk mencapai
temperature gradient karena koefisien
hantar yang tidak sama
Ada sisa metabolisme
40
Suhu
lingkungan Waktu
LOKASI
BAGIAN TERENDAH DARI TUBUH
TIDAK DIBAGIAN YANG MENEMPEL DENGAN LANTAI
MANFAAT
TANDA PASTI KEMATIAN
UMUR KEMATIAN
SEBAB KEMATIAN
46
Patofisiologi :
Cairan (darah) menempati tempat
terbawah karena pengaruh
gravitasi, kecuali pada bagian
tubuh yang tertekan alas keras
Lebam akan tampak dan
berangsur intensitas dan luasnya
bertambah sehingga akhirnya
menetap
Membentuk warna merah ungu
(livide)
47
1. Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang,
dapat kita lihat pada belakang kepala, daun telinga,
ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah kuku,
dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada lebam yang
dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas
tempat dasi.
2. Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap,
dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh,
dan ekstensor tungkai.
3. Lebam pada kulit mayat dengan posisi tergantung, dapat kita
lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia eksterna.
4. Lebam pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang
dapat kita temukan pada posterior otak besar, posterior otak
kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior
dinding lambung, dan usus yang dibawah (dalam rongga
panggul).
50
Skala waktu :
Terjadi setelah mati somatis, dan
tampak 20 30 menit kemudian
Dengan penekanan hilang
< 6 10 jam
Ditekan Tidak dapat hilang lagi
> 6 10 jam
51
52
Faktor yang mempengaruhi
Viskositas darah, makin kental
makin cepat
Luas dan intensitas
Kadar Hb, makin rendah
intensitasnya, asfiksia lebam luas
Warna
Suhu dingin merah terang
Keracunan CO/ CN merah
terang, anilin kebiruan,
nitrit kecoklatan
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan
untuk memperkirakan penyebab kematian, yaitu :
1. Merah kebiruan merupakan warna
normal lebam.
2. Merah terang menandakan keracunan
CO, keracunan CN, atau suhu dingin.
3. Merah gelap menunjukkan asfiksia.
4. Biru menunjukkan keracunan nitrit.
5. Coklat menandakan keracunan aniline.
Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas
dan menetap, yaitu :
Interpretasi
Menunjukkan posisi mayat
setelah terjadinya kaku
mayat
Memperkirakan lamanya
kematian, dengan melihat
dan memeriksa luasnya
68
instantaneous rigor
cataleptic rigidity
instantaneous rigidity
70
NL : decomposition, putrefaction
Prinsip :
Degradasi jaringan (terutama protein)
akibat kerja bakteri {(terutama Cl.
Welchii) akan terbentuk gas H2S dan
HCN selain asam amino dan asam
lemak}, dan akibat autolisis
(pelunakan dan pencairan jaringan
yang terjadi dalam keadaan steril)
85
bakteri
Udara:
kelembaban rendah,
aliran udara tinggi
air
suhu optimum (21-37
C)
Waktu
Skala waktu
Interpretasi
Lamanya kematian, tergantung pada derajat
pembusukan
Perlu dibedakan antara bullae intravital (luka
bakar, dan sebagainya) dengan bullae
pembusukan
Beda bullae intravital dan pembusukan
92
Intravital Pembusukan
Warna kulit ari Kecoklatan Kuning
Kadar albumin Tinggi Rendah/tidak ada
dan chlor dalam
cairan bulla
Dasar bulla Hiperemi Merah
pembusukan
Letak jaringan Intraepidermal Diantara dermis
yang terangkat dengan epidermis
Reaksi jaringan Ada Tidak ada
termasuk
resapan darah
MUMIFIKASI
93
Prinsip :
Proses dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang
selanjutnya dapat menghentikan
pembusukan (kuman tidak dapat
berkembang)
Jaringan menjadi keras dan kering,
warna gelap, keriput, dan tidak
membusuk
Mummifikasi
94
Prinsip :
Terbentuk bahan berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik
Hidrogenisasi asam lemak tak jenuh
(palmitat, oleat, dan stearat) yang timbul
akibat pemecahan lemak tubuh oleh bakteri
Terbentuk pertama kali pada lemak
Skala waktu :
Lemak segar hanya mengandung 0,5 %
asam lemak bebas, dalam 4 minggu pasca
mati naik menjadi 20 %, dan setelah 12
minggu menjadi 70 % atau lebih
101
Interpretasi
Membuat gambaran permukaan luar
tubuh bertahan hingga bertahun tahun,
sehingga identifikasi dan perkiraan sebab
kematian masih dimungkinkan
MANFAAT
103
Perkiraan saat kematian
Perkiraan sebab kematian
Posisi terakhir saat kematian
MASERASI
104
Merupakan dekomposisi steril
Terjadi pada bayi yang masih
di kandungan
105
117