OBAT
KELOMPOK 2
KELAS B
Perkembangan
CPOB di GMP di Negara
Indonesia Maju
POKOK BAHASAN
I
DEFINISI DAN
SEJARAH
cGMP
Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan pedoman
DEFINIS tentang cara-cara produksi suatu produk yang baik pada
seluruh rantai produksi mulai dari persiapan material sampai
(WHO, 2014)
1940: Winthrop Chemical Company mengalami kesalahan
produksi, yaitu tablet Sulfatiazol tercampurkan dengan
SEJARAH Fenobarbital. Sebanyak kurang lebih 300 orang meningal
dunia.
cGMP 1941: Food and Drug Administration (FDA) menegakkan dan
merevisi manufacturing and quality control requirement.
1978: Sejumlah cedera dan kematian di tahun 1960-an dan 1970-an yang
GMPs mengharuskan produsen dan pembuat obat-obatan, peralatan medis, makanan, dan darah (produk
biologis) untuk memastikan bahwa produk mereka aman, murni, dan efektif sebelum memasarkannya.
(Immel, 2001)
MENGAPA GMP PENTING?
Obat dengan kualitas yang buruk dapat mengandung
substansi yang toksik yang tanpa sengaja tercampurkan.
Obat yang mengandung terlalu sedikit atau bahkan tidak
mengandung zat aktif yang seharusnya tersedia tidak akan
memberikan efek samping yang diinginkan.
Kebanyakan negara hanya akan menyetujui impor obat yang
diproduksi mengacu pada standar GMP.
(CFR, 2011)
II
BADAN YANG MENGATUR GMP DI BERBAGAI NEGARA ANTARA LAIN
Good Manufacturing
Practices diberlakukan
di Amerika Serikat
oleh FDA
NEGARA-NEGARA MAJU
Awal abad 20
Tidak ada peraturan untuk melindungi masyarakat dari
produk produk yang berbahaya. Pengawet kimia dan
warna beracun yang tidak terkendali. Obat-obatan
dijual tanpa batas.
Adanya regulasi untuk produk biologis (pembelian,
1902 serta pengujian produk yang meliputi pemurnian dan
kekuatan
CPOB
8. Inspeksi Diri,
Audit Mutu, dan
5. Sanitasi dan 7. Pengawasan
6. Produksi Audit &
Higiene Mutu
Persetujuan
Pemasok
President Director
Int. Auditor
Production
Product dev. Lab. Supervisor
Supervisor
Validation Off.
Packaging dev. Microbiology
Packaging
Supervisor
Registration Off. IPC Spv. Product Stability
PERSYARATAN PERSONEL KUNCI
Diutamakan Apoteker
KEPALA Memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam CPOB, In Process Control (IPC),
BAGIAN dan pengujian stabilitas.
Pengalaman praktis Min. 5 tahun bekerja dalam laboratorium analisis kimiawi,
PENGAWASAN pengujian mikrobiologi dan bahan pengemas
MUTU Memiliki pengalaman dalam menyiapkan peralatan laboratorium dan
menggunakan metode termutakhir
KEPALA BAGIAN
Meluluskan atau menolak bahan awal, bahan pengemas dan produk
PENGAWASAN ruahan menurut spesifikasi yang telah ditetapkan
MUTU
BANGUNAN
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus
DAN memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai,
FASILITAS serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik
untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar.
Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian
rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
pencemaran silang dan kesalahan lain, serta
memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan
yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang,
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat (CPOB, 2012).
TINGKAT KEBERSIHAN UNTUK PRODUKSI
Nonoperasional Operasional
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 352.000 29
Tidak Tidak
D 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
Tidak Tidak
E 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
PERSYARATAN BANGUNAN
Mempunyai Rencana Induk Pembangunan/Perbaikan (R.I.P) yg sudah disetujui oleh
Badan POM
Adanya pemisahan secara fisik Bangunan/fasilitas untuk sediaan beta laktam
(penisilin) dengan non beta laktam
Untuk pengolahan bahan beracun, sefalosporin, hormon, sitotoksik dan immunosupresif
harus mempunyai fasilitas tersendiri untuk masing-masing produk
Ukuran dan rancang bangun memadai, sesuai dengan aktifitas/ kegiatan industri
Pengaturan tata udara sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Dinding, lantai, langit-langit dan pintu harus kedap air, tdk terdapat sambungan dan
mudah untuk dibersihkan (berbentuk lengkung) serta tahan terhadap metode
pembersihan, bahan pembersih (desinfectan) yg digunakan secara berulang
Untuk daerah pengolahan dan pengemasan dihindari pemakaian bahan dari KAYU (atau
diberi cat epoxy/enamel)
Lampu rata dengan langit-langit dan diberi lapisan untuk mencegah kebocoran
Pipa saluran udara dipasang diatas langit-langit atau dikoridor untuk menghindari
penumpukan debu
5
SANITASI
DAN Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah
HIGIENITAS memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran
yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain
serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan agar
dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan
debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk
Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi :
PERALATAN
personil,
bangunan,
peralatan dan perlengkapan,
bahan produksi serta wadahnya,
bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang
dapat merupakan sumber pencemaran produk.
Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan
terpadu (CPOB, 2012). Sanitasi dan higienis yang diatur dalam
pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan,
dan peralatan.
6
PRODUKSI
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan yang
dapat menjamin senantiasa menghasilkan obat
jadi yang memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan.
Aspek-aspek Produksi yang Perlu Diperhatikan
Bahan awal In-Process Control (Pengawasan
Validasi Proses Selama Proses)
Pencegahan dan Pencemaran Silang Bahan dan Produk yang Ditolak,
Sistem Penomoran Batch/Lot Dipulihkan, dan Dikembalikan
Penimbangan dan Penyerahan Karantina dan Penyerahan Produk
Jadi
Pengembalian
Catatan Pengendalian Pengiriman
Operasi pengolahan-produk antara Obat
dan produk ruahan
Penyimpanan Bahan Awal, Bahan
Bahan dan Produk Kering Pengemas, Produk Antara, Produk
Produk Cair, Krim, dan Salep Ruahan dan Produk Jadi
(nonsteril)
Bahan Pengemas
Kegiatan Pengemasan
7
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara
PENGAWASAN Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa
produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan
MUTU tujuan pemakaiannya
KUALIFIKASI PRINSIP
DAN
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi
VALIDASI validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian
terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan.
Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses
yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi.
Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk
dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika
hal di atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan
selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren).
Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi
retrospektif).
Komponen /proses yang memerlukan kualifikasi dan validasi mencakup antara lain:
Konstruksi dan desain bangunan dan fasilitas Prosedur pengolahan induk dan prosedur
Perlatan dan sarana penunjang kritis pengemasan induk
Metode analisis Prosedur pembersihan
Kalibrasi instrumen Sistem komputerisasi
Bahan awal dan prosuk pengemas Personil
Transfer proses produksi dan metode analisis
Peningkatan skala bets
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan un melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang
meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan,
pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan.
Fungsi industri farmasi yaitu pembuatan obat dan/atau bahan obat,
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan.
Setiap pendirian Industri Farmasi
wajib memperoleh izin industri
Izin Industri Farmasi farmasi dari Direktur Jendral
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Industri farmasi yang membuat obat
Nomor 1799 dan/atau bahan obat yang termasuk dalam
MENKES/PER/XII/2010 golongan narkotika wajib memperoleh izin
khusus untuk memproduksi narkotika
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Permohonan persetujuan prinsip
Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker WNI masing-masing
sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu; dan
Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian
Pencabutan Surat Izin
Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 tahun 1995
Any questions?