Anda di halaman 1dari 62

TELINGA (EAR)

BY RIZKY AMALIA-30101206779
 Auris Eksterna :
- Auricula
- Canalis Auditorius Eksternus

 Auris Eksterna :
- Membran Tympani
- Cavum Tympani
- Mastoid
- Tuba Auditiva

 Auris Interna :
- Koklea
- Vestibulum
- Kanalis Semisirkularis
Telinga Luar

 Terdiri dari daun telinga


dan liang telinga sampai
membrane timpani. 1/3
lateral kartilago dan 2/3
medial tulang. Dilapisi kulit
dan kelenjar seruminase
(modifikasi kelenjar
keringat).
Pinna
Daun telinga (Auricula)

o Disebut juga pinna atau daun telinga, merupakan


jaringan kartilago elastis yang dilapisi oleh kulit yang melekat
erat pada perichondrium dan sebagian kecil terdiri dari
jaringan ikat fibrosa dan lemak yang disebut lobulus

o Fungsi : menghantarkan suara masuk ke dalam liang


telinga
Meatus acusticus externus

 Meatus Acuticus Externus adalah saluran berbentuk huruf “S” yang


membentang dari dasar concha sampai membrana timpani. Panjang ± 4cm
bila diukur dri tragus atau 2,5 cm bila diukur dari dasar concha. Terdapat 2
penyempitan satu pada bagian akhir dari pars cartilaginea dan satunya pada
isthmus yaitu ± 2 cm dari dasar concha dan terletak pada pars osseus.

 1/3 lateral (± 8mm), : pars cartilaginea, terdapat rambut


 2/3 medial (±16 mm) : pars osseus, terdapat sulcus timpanicus yang merupakan
suatu parit sebagai tempat perlekatan membrana tympani ,foramen hucske
(infero anterior), terdapat glandula cerumenosa ( menyerupai glandula
sudorifera ) yang menghasilkan cerumen
AURIS MEDIA
Terdiri dari :

 Cavitas tympani ( cavum tympani )


 Membrana tympani
 Ossicula auditus
 Tube auditiva
 Adnexa mastoidea
 N.Facialis
Cavitas Tympani

Merupakan rongga di dalam os temporale,


berbentuk irreguler dan pipih dari sisi ke sisi. Rongga
ini berisi udara yang berasal dari nasofaring dengan
melalui tuba auditiva dan di dalam rongga ini
terdapat ossicula auditus.

Cavitas tympani terdiri atas 2 bagian yaitu cavitas


tympanica propria yaitu bagian yang terletak di
balik membrana tympani dan recessus
epitympanicus yaitu bagian yang terletak di atas
kedudukan membrana tympani
Batas cavitas tympani:
Lateral : membrana timpani / paries
membranaseus
Medial : kanalis semisirkularis, kanalis fasialis, oval
window, round window, promontorium (paries
labirintis)
Anterior : tuba eustachii / paries caroticus
Posterior : aditus ad antrum / paries mastoideus
Superior : tegmen timpani / paries tegmentalis
Inferior : bulbus jugularis / paries jugularis
MEMBRANA TYMPANI

 Merupakan membran yang memisahkan cavitas


tympani dengan meatus acusticus externus
 Memiliki 3 lapisan ( dari luar ke dalam ) :
1. Stratum cutaneum -> lanjutan kulit yang melapisi
meatus acusticus eksternum
2. Stratum fibrosum ( Stratum radiatum dan Stratum
circulare )
3. Stratum mucosum
 Pars flaksida / membrana sharpnell

 Stratum kutaneum
 Stratum mukosum
 Pars tensa

 Stratum kutaneum
 Stratum fibrosum (radier dan sirkuler)
 Stratum mukosum
I. Antero-Superior
II. Antero-Inferior
III. Postero-Inferior
IV. Postero-Superior
Ossicula Auditus

 Merupakan tulang-tulang pendengar


yang terdiri dari tiga tulang kecil, yaitu :
1. Malleus
2. Incus
3. Stapes
Tuba Auditiva Eustachii

 Menghubungkan cavum timpani dengan


nasofaring
 Terdiri dari 2 bagian :
 Pars osseus : 1/3 lateral (±12mm)
 Pars
cartilaginosa/ membranasea : 2/3
medial (±24mm)
Fungsi Tuba Eusthachii

 Mengatur tekanan di telinga tengah


 Drainage cairan dari telinga tengah
 Proteksi kuman dari nasofaring ke telinga tengah
MASTOID
- Dibentuk oleh pars squamosa dan pars petrosa dari
os temporal
- Melekat m. sternokleidomastoideus dan
m. digastrikus venter posterior.
- Mengandung rongga-rongga udara yg disebut
selulae-selulae dan berhub dengan Anthrum. Antrum
adalah penghubung os mastoid dengan cavum
tympani
AURIS INTERNA
 Disebut juga labyrinthus karena bentuknya rumit.
Terdiri atas 2 bagian yakni :

 1. Labyrinthus osseus yang merupakan susunan


rongga di dalam pars petrosa os temporale, berisi
cairan yang disebut perilympha

 2. Labyrinthus membranaceus yang merupakan


saccus dan ductus membranacceus yang saling
berhubungan dan terletak di dalam rongga
labyrinthus osseus
 Labyrinthus osseus
– Vestibulum
– Kanalis semisirkularis
– Cochlea

 Labyrinthus membranaceus
Labyrinthus vestibularis
– Utriculus ( didalam vestibulum)
– Sacculus ( didalam vestibulum )
– Ductus semicircularis (didalam canalis
semisirkularis)
Labyrinthus cochlearis
 Ductus cochlearis (didalam cochlea)
VESTIBULUM
• Letaknya diantara cochlea (depan) dan
canalis semicircularis (belakang).
• Isi
• Sacculus  bereaksi terhadap
gerakan vertikal /linier vertikal
• Utriculus  bereaksi terhadap
gerak horizontal /linier horisontal
CANALIS
SEMISIRKULARIS

• Berfungsi dalam keseimbangan kinetik


• Terdiri dari 3 buah canalis
• Anterior
• Posterior
• Lateral
• Mendeteksi akselerasi (percepatan) atau
deselerasi (perlambatan) anguler kepala,
misalnya ketika memulai atau berhenti berputar,
jungkir balik, atau memutar kepala.
KOKLEA

 Berbentuk konus (seperti rumah keong)


 Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu
dimana cochlea melingkar seperti spiralis
 Membrane basilaris membagi saluran didalam
cochlea menjadi dua (scala timpani dan
scala vestibuli) dan saling berhubungan di
apeksnya
Penampang melintang koklea trdiri atas tiga bagian
yaitu:

1. Skala Vestibuli
• Kompartemen atas, mengikuti kontur bagian dalam
spiral.
• Cairan di dalamnya disebut perilimfe.
2. Duktus Koklearis.
• Dikenal sebagai skala media yang membentuk
kompartemen tengah.
• Cairan di dalamnya disebut endolimfe
3. Skala Timpani.
• Kompartemen bawah mengikuti kontur luar spiral.
• Cairan di dalamnya disebut Perilimfe.
• Daerah di luar ujung Duktus Koklearis tempat cairan di
kompartemen atas dan bawah berhubungan disebut
Helikoterma.
N. Vestibulocochlearis/ N. Acusticus /
N. VIII

Berada di dalam meatus acusticus internus di sebelah


lateral :

1. N. Vestibularis : Berhubungan dengan impuls


keseimbangan yang berasal dari macula utriculi,
macula sacculi , dan crista ampularis ductus
semisircularis

2. N. Cochlearis : Berhubungan dengan impuls


pendengaran yang berasal dari cellula sensoria
pilosa di organon spiralis
FISIOLOGI
FISIOLOGI PENDENGARAN
Energi bunyi ditangkap oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang

Dialirkan melalui udara/tulang  menggetarkan


membran timpani

Diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran

Menggerakkan Oval Window

Perlimfe pada skala vestibuli bergerak


Getaran diteruskan ke skala media mendorong Endolimfe

Menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris &


membran tektoria

Ini merupakan proses rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya


defleksi stereosilia sel2 rambut

Kanal ion terbuka  lepas ion bermuatan listrik dari badan sel

Menimbulkan proses depolarisasi sel rambut  melepaskan


neurotransmitter  menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius

Dilanjutkan ke nukleus auditorius 


ke korteks pendengaran (area broca 39 & 40) di lobus temporalis
FISIOLOGI keseimbangan
 Aparatus vestibular: utrikulus, sakulus
kanalis semisirkularis
 Kanalis semisirkularis : percepatan sudut
dan gerakan kepala
 Kanalis semisirkularis anterior ( gerakan
kepala atas dan bawah ), lateral (
gerakan kepala menoleh kanan dan kiri
), dan posterior ( gerakan kepala miring
kanan dan kiri )
 Utrikulus dan saculus : percepatan linier
dan gravitasi terhadap posisi kepala
FISIOLOGI keseimbangan
 Ex :
Menoleh ke kanan -> lateral kanan
mengalami eksitasi , sedangkan kirinya
inhibisi

Eksitasi -> cairan endolimfe akan


mendorong cupula di crista ampularis ->
stereosilia akan mendekati kinosilia
 Gerakan akselerasi dan deselerasi anguler atau
rotational kepala  endolimfe duktus
semisirkular bergerak  kupula bergerak sesuai
gerakan kepala stereosilia sel rambut bergerak
 nervus vestibular  nervus vestibulokoklear
 impuls ke otak
PEMERIKSAAN TELINGA
ANAMNESIS

Keluhan utama berupa :


1. Gangguan pendengaran/ pekak (tuli)
2. Suara berdenging/ berdengung (tinitus)
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo)
4. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia)
5. Keluar cairan dari dalam telinga (otore)
CARA MEMERIKSA TELINGA (OTOSKOPIA)
 Tujuan :
Memeriksa MAE dan MT dengan meneranginya
memakai cahaya lampu
 Alat :
- Lampu kepala Van Hasselt ( dng listrik )
- Otoskop dengan baterei
- Spekulum telinga
- Alat penghisap
- Hak tajam
- Pemilin kapas
- Forsep telinga
- Balon Politzer
- Semprit telinga
Company Logo
www.theme
gallery.com
PELAKSANAAN

 Cara Memakai Lampu Kepala


 pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada di
antara kedua mata
 letakkan telapak tangan pada jarak 30 cm di depan mata
kanan
 mata kiri ditutup
 proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi
cahaya dan saling bersinggungan
 diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm
 Cara Duduk
- Penderita duduk di depan pemeriksa
- Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita
- Kepala dipegang dengan ujung jari
- Waktu memeriksa telinga yang kontra lateral, hanya posisi kepala
penderita yang diubah
- Kaki, lutut penderita dan pemeriksa tetap pada keadaan semula
Company Logo
www.theme
gallery.com
 Cara Memeriksa Telinga
- Kanan
Aurikulum dipegang dengan jari pertama dan
kedua, sedangkan jari ketiga, keempat dan
kelima pada planum mastoid. Aurikulum ditarik ke
posterosuperior untuk meluruskan MAE
- Kiri
Aurikulum dipegang dengan jari pertama dan
kedua, sedangkan jari ketiga, keempat dan
kelima di depan aurikulum. Aurikulum ditarik ke
arah postero superior
 Cara Memegang Otoskop
- Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen
MAE
- nyalakan lampu otoskop
- masukkan spekulum telinga pada MAE
Company Logo
 Cara Memilin Kapas
- Ambil kapas sedikit, letakkan pada pemilin
kapas dengan ujung pemilin berada di dalam
tepi kapas
- Pilin perlahan-lahan searah dengan jarum jam
- Untuk melepasnya, ambil sedikit kapas, putar
berlawanan arah dengan jarum jam
Company Logo
www.theme
gallery.com
TES GARPU TALA
A. Rinne Test
 Membandingkan konduksi tulang dgn konduksi
udara.
 Garputala dibunyikan dan pangkalnya ditekankan pd
tulang mastoid px. Ia disuruh mendengarkan
bunyinya. Bila tdk terdengar lagi, garputala segera
didekatkan pd MAE.
 Normal, konduksi udara lbh baik drpd konduksi
tulang. Didptkan juga pd tuli perseptif/ tuli saraf. Tuli
konduktif, konduksi tulang lbh baik (getaran tdk
terdengar lg).
 Jika msh terdengar bunyi, maka konduksi udara lbh
baik drpd konduksi tulang, Rinne (+).
B.Schwabach Test
 Membandingkan pendengaran px
dengan pemeriksa yg dianggap normal.
 Garputala dibunyikan, kmdn ditempatkan
di dekat telinga px. Stl px tdk
mendengarkan bunyi lg, garputala
ditempatkan di dekat telinga pemeriksa.
 Bila msh terdengar bunyi o/ pemeriksa,
maka dikatakan bahwa schwabach lbh
pendek (u/ konduksi udara), kmdn
garputala dibunyikan lg & pangkalnya
ditekankan pd tulang mastoid px. Disuruh
ia mendengarkan bunyinya. Bila sudah tdk
mendengar lg, maka garputala
ditempatkan di tulang mastoid pemeriksa.
Bila pemeriksa msh mendengarkan
bunyinya maka dikatakan schwabach (u/
konduksi tulang) lbh pendek.
C. Weber Test
 Garputala yg dibunyikan
ditekankan pangkalnya pd dahi
px, tepat dipertengahan, kmdn
mintalah px u/ membandingkan
getaran tsb (lbh terasa di kanan/
kiri).
 Normal, akan didengar/ dirasakan
ditengah.
 Jk tdp pean pendengaran 1 sisi
krn pykt telinga tengah/ tuli
konduksi, maka akan dirasakan
pd sisi yg terkena, sdkan pd tuli
saraf getaran akan dirasakan di
sisi telinga yg normal.
 Tes weber berlateralisasi ke kiri
(atau ke kanan), bila bunyi lbh
keras terdengar di telinga kiri
(atau kanan)
PEMERIKSAAN SARAF
VESTIBULARIS
A. Kalori Test
Berfungsi u/ mengetahui apakah keadaan labirin normal,
hipoaktif/ tdk berfungsi.
Kepala px diangkat ke belakang 60º. Tabung suntik 20 cc diisi dgn
air 30ºC, disemprotkan ke liang telinga, shg gendang telinga
tersiram kira-kira 20 detik. Amati bola mata px, ada nistagmus
atau tdk. Bila telinga kiri yg dipanaskan maka nistagmus ke kiri
Telinga yg satu diberi 5 ml air es diinjeksikan ke telinga scr
lambat. Amati ada nistagmus atau tdk. Jika tdk ulangi. Jk msh blm
berarti labirin tdk berfungsi. Bila telinga kiri yg didinginkan maka
nistagmus ke kanan, krn air yg disuntikkan lbh dingin dari suhu
badan)
Catatlah arah gerak nistagmus, frekuensi (biasanya 3-5x/ detik) &
lamanya nistagmus berlsg (biasanya ½ - 2 menit) tiap org beda.
B. Romberg Test
 Px berdiri dgn kaki yg satu di depan kaki yg lainnya. Tumit
kaki yg satu berada di depan jari kaki yg lainnya, lengan
dilipat pd dada & mata kmdn ditutup. Org yg normal
mampu berdiri dlm sikap romberg yg dipertajam selama
30 detik/ lebih.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai