Anda di halaman 1dari 12

Oleh :

...........................................
* Asas Legalitas ( Pasal 137 KUHAP)
Penuntut umum wajib menuntut setiap orang yang
melakukan tindak pidana tanpa kecuali.

* Asas Oportunitas (Pasal 14 huruf h KUHAP)


Penuntut umum berwenang menutup perkara demi
Kepentingan umum bukan hukum. Menurut asas ini
penuntut Umum tidak wajib menuntut seseorang yang
melakukan tindak pidana , jika menurut pertimbangan
akan merugikan kepentingan umum.
* Asas Praduga Tak Bersalah (Presumption of Innocence)
Seseorang wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya
putusan Pengadilan yang menyatakan kesalahannya, dan
putusan itu sudah In Kracht (telah berkekuatan hukum
tetap).
Jadi seseorang hanya dapat dikatakan bersalah, sepanjang
hal tersebut telah dinyatakan dalam putusan hakim dan
telah memiliki kekuatan hukum tetap.
* Asas Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka
hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan
(equality before the Law)
Setiap orang (tersangka maupun terdakwa) baik miskin
maupun kaya, pejabat maupun orang biasa di dalam
pemeriksaan baik di hadapan penyidik, penuntutan dan
pemeriksaan di pengadilan harus diperlakukan sama.
Asas persamaan didepan hukum atau yang dikenal dengan sebutan
(equality before the law) artinya setiap orang diperlakukan sama
dengan tidak membedakan tingkat social, golongan, agama, warna
kulit, kaya miskin, dan lain-lain dimuka hukum atau pengadilan
mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang (Pasal
4 ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009).
Asas ini tertuang di dalam pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 4
Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu “ Pengadilan mengadili
menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”.
Tujuan utama adanya Equality before the law adalah menegakkan
keadilan dimana persamaan kedudukan berarti hukum sebagai satu
entitas tidak membedakan siapapun yang meminta keadilan kepadanya.
Konsep ini merupakan bukti bahwa sistem hukum anglo saxon dengan
ciri rule of law telah dikukuhkan dalam muatan konstitusi. Hingga asas
ini menghindari terjadinya diskriminasi dalam supremasi hukum di
Indonesia.
Berikut beberapa peraturan perundang-undangan yang didalamnya
terdapat ketentuan semua orang sama kedudukannya di dalam
hukum yaitu:
* UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaaan Kehakiman, khususnya
Pasal 4
* UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Acara Pidana tersurat di dalam
bagian menimbang huruf a dan penjelasan Umum butir 3 huruf a.
* UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, pasal 3 ayat (2)
dan pasal (5) ayat 1
* UU No. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia,
tersirat di dalam Pasal 10.
Konsep Equality Befare The Law dalam negara hukum :
Konsep Equality Before The Law dalam negara hukum.
Pertama; Civil Law, Rule Of Law yang dianut oleh Civil Law
mengarahkan kepada hukum yang liberal. Dimana setiap orang
sama kedudukannya didepan hukum tidak memandang apakah
layak diperlawankan antara yang kuat maupun yang lemah. Dan
konsep itu yang ditawarkan oleh Kant.
Sedangkan, kedua; Comman law; walaupun tujuan penegakan
hukumnya kepada subtansi hukum. Tetapi ada pembedaan atara
sipil dangan penguasa (termasuk raja). Karena mempunyai hak
keistimewaan terhadap golongan ini.
Konsep equality Before The Law di dalam negara Pancasila :
Mengakui keberadaan persamaan didepan hukum, sebagai negara
hukum dengan prinsip-prinsip HAM. Namun ketika berbicara
tentang keadilan maka Negara Indonesia dengan Pancasilanya
mengakui keadilan sosial.
Di dalam dokumen international yaitu Universal Declaration of
Human Rights (UDHR) 1948, tentang asas persamaan kedudukan di
dalam hukum (APKDH) dapat dibaca melalui pasal 6 yang
menyatakan “Every has the right to recognition everywhere as a
person before the law”.
Konsep equality Before The Law di dalam
negara Pancasila :
Mengakui keberadaan persamaan didepan
hukum, sebagai negara hukum dengan prinsip-
prinsip HAM. Namun ketika berbicara tentang
keadilan maka Negara Indonesia dengan
Pancasilanya mengakui keadilan sosial.
Di dalam dokumen international yaitu
Universal Declaration of Human Rights (UDHR)
1948, tentang asas persamaan kedudukan di
dalam hukum (APKDH) dapat dibaca melalui
pasal 6 yang menyatakan “Every has the right
to recognition everywhere as a person before
the law”.
Konsep Equality before the law telah diintrodusir dalam
konstitusi, suatu pengakuan tertinggi dalam sistem peraturan
perundang-undangan di tanah air, prinsip ini berarti persamaan
di hadapan hukum adalah untuk perkara (tindak pidana) yang
sama. Dalam kenyataan, biasanya tidak ada perlakuan yang
sama dan itu menyebabkan hak-hak Individu dalam memperoleh
keadilan terabaikan. Dalam Konsep equality before the law,
hakim harus bertindak seimbang dalam memimpin sidang di
pengadilan atau biasa disebut sebagai prinsip audi et alteram
partem.
* Contoh kasus : Perbedaan Perlakuan Terhadap Terdakwa Tindak
Pidana Korupsi Oleh Pengadilan (Hakim)
* Hal ini juga terjadi pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada
Pengadilan Negeri Pontianak, yang mana terdapat 17 (tujuh belas)
terdakwa tindak pidana korupsi dialihkan bentuk penahanannya
dari penempatan terdakwa pada Rumah Tahanan Negara (Rutan)
menjadi Tahanan Kota, sedangkan sebanyak 6 (enam) terdakwa
tidak mendapat perlakuan yang sama oleh Majelis Hakim Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Pontianak.
* Perbedaan perlakuan penahan bagi terdakwa juga terjadi pada
Pengadilan Tipikot pada Pengdilan Negeri Pontianak, yang mana
terdapat sebanyak 7 (tujuh) terdakwa dikenakan penahanan kota
serta 9 (sembilan) terdakwa dikenakan penahanan pada rumah
tahanan Negara, yang mana latar belakang para tedakwa tidak
sama antara satu dengan yang lainnya.
Dalam tindak pidana sejenis seperti tindak pidana korupsi,
tersangka (pelaku tindak pidana) ini dalam proses pemeriksaan
pengadilan terdapat adanya perbedaan perlakuan dari Pengadilan
(Hakim) yang senyatanya dalam perspektif Due Proses Model
(jujur dan dan adil) secara asas hukum equality before the law,
mereka yang memiliki kesamaan dalam hukum dan
pemerintahan, seharusnya tidak ada terdakwa tindak pidana
korupsi yang mendapat perlakukan penanguhan atau pengalihan
penahan oleh Pengadilan (Hakim) sedangkan yang lainnya
dikenakan penahan dalam tahanan.

Anda mungkin juga menyukai