Anda di halaman 1dari 48

EKSTRAKSI

Ekstraksi Padat Cair, Ekstraksi Fluida Superkritik,


Ekstraksi Fase Padat
A. Ekstraksi Padat -Cair
 Ekstraksi padat – cair merupakan tahapan penting dalam preparasi
sampel maupun penyediaan obat seperti tintura.
 Secara sederhana ekstraksi jenis ini dilakukan dengan melarutkan
langsung sampel padat dalam pelarut tertentu lalu disaring. Filtratnya
diuapkan hingga kering lalu jika perlu residunya dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai dan digunakan sebagai larutan uji.
Tahap dalam proses Ekstraksi Padat Cair
 Ada tiga tahap dalam proses :
 Penetrasi pelarut dan pembengkakan sel
 Pelarutan
 Difusi
Metode Ekstraksi

1. Cara Panas 2. Cara Dingin


Soxhletasi Maserasi
Perkolasi
Refluks
Digesti
Infus
Dekok
Soxhletasi
 Teknik pemisahan yang populer adalah ekstraksi menggunakan ekstraktor
Soxhlet atau ekstraktor Kumagawa, dimana digunakan ekstraktan yang mudah
menguap pada pemanasan dan terkondensasi sehingga ekstraksi berjalan secara
sinambung. Perlu diperhatikan ketahanan analit dalam suasana panas.
Soxhletasi (cont..)
 Keuntungan :
– Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
– menggunakan pelarut yang lebih sedikit
– Pemanasannya dapat diatur

 Kerugian :
– pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah (labu) di sebelah bawah
terus menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
– Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah (labu)
,
Soxhletasi (cont..)

Faktor yang harus diperhatikan


 Pelarut pengekstraksi harus melarutkan bahan yang akan diekstraksi
secara sempurna ( lihat kelarutannya dalam pelarut yang dimaksud).
 Volume pelarut pengekstraksi dalam labu harus cukup agar tidak kering (
dapat dihitung perkiraan).
 Pelarut pengekstraksi tidak atau sedikit saja melarutkan bahan lain selain
analit yang dimaksud.
Refluks
 Refluks merupakan metode ekstraksi suatu sampel dengan pemanasan
terhadap pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu, dan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
 Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan
terhadap pemanasan
 Keuntungan : digunakan untuk mengekstraksi sampel yang memiliki tekstur
kasar
 Kerugian : membutuhkan pelarut dengan jumlah banyak
Refluks (Cont..)
Prinsip
Penarikan komponen kimia yang dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari (pelarut) lalu dipanaskan, uap-uap
cairan penyari terkondensasi pada kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas
bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian
sempurna, penggantian pelarut dilakukan
sebanyak 3 kali setiap 24 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Digesti
 Digesti merupakan metode ekstraksi dengan teknik maserasi (perendaman)
kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari
suhu kamar.
 Secara umum dilakukan pada suhu 40-50 0C
 Keuntungan dari pemanasan :
a. Kekentalan pelarut berkurang sehingga memudahkan untuk berpenetrasi
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding
terbalik dengan kekentalan.
Infus dan Dekok

 Infus
ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (benjana infus
tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 0C) selama
waktu tertentu (15-20 menit)

 Dekok
Hampir mirip dengan metode infus dengan waktu yang lebih lama pada
temperatur sampai titik didih air
2. Cara Dingin
Maserasi
 Maserasi juga sering disebut metode perendaman merupakan metode
ekstraksi dimana sampel (simplisia) direndam bersama cairan penyari
(pelarut) pada suhu kamar, dengan beberapa kali pengocokan dan
pengadukan.
 Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
resin dan lilin.
 Metode pilihan untuk mengektraksi senyawa yang tidak tahan panas
(termolabil).
 Keuntungan : peralatannya sederhana
 Kerugian : waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama,
cairan penyari yang digunakan lebih banyak.
Maserasi (Cont..)
Prinsip
 Prinsip : Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar ,
terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel .
Perkolasi
 Perkolasi Merupakan metode estraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) umumnya dilakukan pada suhu kamar.
 Perkolasi : proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang
sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator.
 Metode ini dipilih agar konstituen tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan
untuk konstituen yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.
 Keuntungan :
- Tidak terjadi kejenuhan,
- Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat
seperti terdorong u/ keluar dari sel)
 Kerugian :
- Cairan penyari lebih banyak,
- Resiko cemaran mikroba u/ penyari air karena dilakukan secara terbuka.
Perkolasi (Cont..)

 Prinsip : serbuk simplisia ditempatkan


dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui
sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak
kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan cairan diatasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang
cenderung untuk menahan. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya
kapiler dan daya geseran
METODE LAIN
Ekstraksi Padat Cair dalam Microwave
 Gelombang mikro berada antara radiasi infra merah dengan gelombang
radio dalam spektrum elektromagnetik dengan frekwensi antara 300
hingga 300,000 MHz atau sekitar 1000 µm.
 Gelombang mikro terdiri dari medan listrik dan medan magnet. Medan
listrik bertanggung jawab atas transfer energi antara sumber gelombang
mikro dengan sampel yang disinari..
Ekstraksi Padat Cair dalam Microwave (Cont..)
 Microwave assisted extraction (MAE) dilakukan dengan cara pelarut
ekstraksi dipanaskan dengan energi mikrowave. Analit akan berpartisi dari
sampel padat ke dalam pelarut secara cepat.
 Sampel padat dan pelarut disimpan dalam bejana polieterimid(PEI) dan
perfluoroalkoksi (PFA) yang tertutup rapat. Kinetika ekstraksi dipengaruhi
oleh pemilihan suhu dan pelarut atau campuran pelarut.
 Suhu pada bejana tertutup rapat pada tekanan 175 psi dapat mencapai
suhu 150 oC. Pemanasan juga dapat berlangsung pada tekanan normal.
 Campuran pelarut sering digunakan agar ekstraksi lebih efisien.
Microwave Digestion
Ekstraksi Padat Cair Dengan Ultrasonik
 Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dimana ekstraksi difasilitasi
dengan menggunakan gelombang ultrasonik (frekuensi tinggi, 20 kHz).
 Efisiensi ekstraksi tergantung pada frekuensi instrumen, panjang dan suhu
sonikasi.
 Ultrasonication adalah jarang diterapkan untuk ekstraksi skala besar,
umumnya diterapkan untuk memfasilitasi ekstraksi metabolit intraseluler dari
kultur seltanaman
Ekstraksi Padat Cair Dengan Ultrasonik
(Cont..)
PRINSIP
 Penggunaan ultrasonik pada dasarnya menggunakan prinsip dasar yaitu denga
n dengan mengamati sifat akustik gelombang ultrasonik yang dirambatkan
melalui medium yang dilewati. Pada saat gelombang merambat, medium yang
dilewatinya akan mengalami getaran. Getaran akan memberikan pengadukan
yang intensif terhadap proses ekstraksi. Pengadukan akan meningkatkan
osmosis antara bahan dengan pelarutsehingga akan meningkatkan proses
ekstraksi.
Ekstraksi Padat Cair Dengan Ultrasonik
(Cont..)

Keuntungan
 Mempercepat waktu ekstraksi
 Lebih efisien dalam penggunaan pelarut
 Tidak ada kemungkinan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi menguap sampai
kering.
 Aman digunakan karena prosesnya tidak mengakibatkan perubahan yang signifikan
pada struktur kimia, partikel, dan senyawa-senyawa bahan yang digunakan.

Kekurangan
 Membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena relatif mahal
B. Ekstraksi Fluida Superkritik
 EFS menggunakan sifat khusus dari fluida superkritik untuk mempermudah
ekstraksi bahan dari sample padat.
 Alat ekstraksi EFS sering digabung dengan KG, KFS dan KCKT.
 Fluida superkritik pertama kali dikembangkan oleh Baron Cagniard de la
Tour (1822).
 Fluida superkritik adalah bahan yang berada di atas suhu dan tekanan
kritiknya. Di atas titik kritik senyawa tidak lagi dapat dicairkan
(liquefaction) dengan menaiknya tekanan.
 Suhu kritik adalah suhu di mana diatas suhu tersebut suatu gas tidak
dapat lagi dicairkan lagi berapun besarnya tekanan yang diberikan.
 Fluida superkritik mempunyai transfer massa seperti gas dan sifat
kelarutan seperti cairan, yang dapat digunakan untuk memudahkan
ekstraksi pelarut lebih efisien dan cepat dihilangkan dibandingkan dengan
ekstraksi pelarut.
Diagram Fase Gas CO2
Bagan EFS
EFS (Cont..)

JENIS FLUIDA YANG DIGUNAKAN:


 Fluida yang digunakan dalam EFS adalah gas CO2, NH3, N2O dan
pentana.
 Pentana dan N2O mudah terbakar, NH3 sangat korosif,
 Gas CO2 yang paling banyak digunakan.
 CO2 merupakan fluida inert, tidak reaktif, non toksik, tidak korosif
dan tersedia dalam keadaan murni dan relatif murah. CO2 mudah
dihilangkan dari analit dan tidak ada masalah dalam pembuangan.
 CO2 tidak melarutkan senyawa polar, dan untuk meningkatkan
kelarutan senyawa polar pada CO2 ditambahkan kosolven atau
modifier yang bercampur dengan fluida CO2 pada suhu kamar.
 Pelarut kosolvent yang digunakan adalah metanol, eter siklik,
diklorometan, triklorometan, air dan asam format.
Tabel 2. Gas-gas yang cocok untuk ekstraksi superkritik
C. Ekstraksi Fase Padat
(Solid Phase Extraction)
 Ekstraksi fase padat (SPE) adalah proses pemisahan senyawa dalam
campuran cairan menggunakan material padat sebagai penyaring.
 Dikembangkan tahun 1990, untuk menganalisis sampel dengan jumlah
pelarut yang sangat sedikit, biasanya kurang dari 1μL.
 Ekstraksi fase padat juga dapat digunakan untuk mengisolasi analit dari
berbagai matriks, termasuk matriks biologis, seperti : urine, darah, air,
minuman, tanah, dan jaringan hewan.
 Fase pengekstrasi : polimer, sama dengan sifat fase diam dalam KCKT,
biasanya memiliki pori-pori tinggi untuk eningkatkan luas permukaan dan
memudahkan adsorpsi.
Prinsip SPE
 SPE bekerja berdasar afinitas zat dalam cairan (dikenal sebagai fase gerak)
 terhadap solid/padatan di mana sampel dilewatkan (dikenal sebagai fase
diam).
 Komponen analit dan/atau pengotor dijerap pada fase diam. Selanjutnya
bagian yang melewati fase diam dikumpulkan (sebagai analit) atau dibuang
(pengotor).
 Fase diam selanjutnya dibilas dengan eluen yang sesuai.
 Prinsip pemisahan adalah kesetimbangan.
Bentuk SPE
(1) Suntikan/syringe
(2) Pelat/disk 47 – 90 mm
(3) Manifold
Bentuk SPE (Cont..)
 Manifold memungkinkan beberapa sampel untuk diproses dengan
beberapa media SPE dan melewatkan sejumlah sampel secara
bersamaan. Sebuah manifold dapat menampung 24 batang cartridge,
sementara SPE berjenis disk yang khas dapat menampung 6 disk.
 Kebanyakan SPE dilengkapi dengan port vakum. Pem-vakuman dilakukan
setelah ekstraksi dan selanjutnya ekstraktan dikumpulkan dalam tabung
sampel di dalam atau di bawah manifold setelah melewati fase diam.
 Kartrid ekstraksi fase padat dan disk tersedia dengan berbagai fase
stasioner, masing-masing dapat memisahkan analit sesuai dengan sifat
fisik/kimianya yang berbeda2.
 Fase stasioner yang paling umum adalah silika yang dicampur dengan
gugus fungsional tertentu, seperti : gugus hidrokarbon rantai panjang
(untuk fase balik SPE), surfaktan atau kelompok amino (untuk
pertukaran anion), asam sulfonat atau gugus karboksilat (untuk
pertukaran kation).
TIPE SPE
SPE DISC
TAHAPAN EKSTRAKSI DGN SPE
1. Pemilihan jenis SPE yang sesuai
2. Pengkondisian tabung/disk SPE
3. Penambahan sampel
4. Pencucian
5. Elusi senyawa yg diinginkan/analit
TAHAPAN EKSTRAKSI DGN SPE
Jenis Penjerap SPE
1. Silika : 40 μm, pori 60Å
2. Alumina : kristalin, alumina grade kromatografi, 60/325 mesh  pH 5; 8,5,
dan 6,5.
3. Magnesium silikat : partikel 100/120 mesh.
4. Karbon tergrafitasi : Fase karbon non-bonded
5. Resin : 80 – 160 μm partikel sferis.
Metode SPE
Berdasarkan Fase cair, fase padat, dan Interaksi :
1. Fase Balik
Fase cair polar, fase padat termodifikasi non-polar
2. Fase Normal
Fase cair nonpolar, fase padatan termodifikasi polar
3. Resin Penukar Ion
Gaya elektrostatik dari gugus senyawa yang bermuatan pada permukaan
penjerap
4. Adsorpsi
Adsorpsi (interaksi suatu senyawa dengan materi/bahan yang tidak
termodifikasi)
- Gaya/interaksi hidrofobik
- Gaya/interaksi hidrofilik
1. Fase Balik
 Fase padat termodifikasi non polar, sedangkan fase gerak polar.
 Biasanya larutan dalam air sbg fase gerak
 Analit : semi – nonpolar.
 Bahan : alkil-aril yg terikat pada silika  monomer (LC-18, C-8) dan
polimer.
 Polimer (ENVI-18, ENVI-8) lebih tahan terhadap perubahan pH ekstrem dan
lebih kuat mengikat larutan asam analit.
 Interaksi : Interaksi nonpolar dan Gaya van der Waal’s
2. Fase Normal
 Sistem dengan analit polar, dengan matriks semi – nonpolar (misal aseton,
pelarut terklorinasi, dan heksana), dan suatu fase diam polar.
 Fase diam : Silika dengan senyawa polar (LC-CN, LC-NH2, LC-Diol), dan
media adsorpsi polar (LC-Si, LC-Florisil, ENVI-Florisil, dan LC-Alumina).
 Retensi analit pada fase normal didasari oleh interaksi antara gugus fungsi
polar analit dan gugus polar dari permukaan adsorben  ikatan hidrogen,
interaksi pi-pi, interaksi dipol-dipol, interaksi dipol-dipole terinduksi.
 Senyawa yg teradsorpsi dgn mekanisme ini dielusi dengan pelarut yg bisa
memecah ikatan tersebut  biasanya yg lebih polar dari matriks asalnya.
 Bisa digunakan untuk mengadsorpsi dan senyawa eluat dgn struktur yg sgt
mirip (mis. Isomer) atau kompleks campuran dari senyawa-senyawa obat
dan lemak.
3. SPE Penukar Ion
 Digunakan untuk senyawa yang bermuatan dalam keadaan terlarut,
biasanya senyawa organik.
 Kartrid silika LC-SAX (strong anion exchanger) atau LC-NH2  isolasi
senyawa anionik (muatan negatif).
 LC-SCX (strong cation exchanger) atau LC-WCX (weak cation exchanger) 
isolasi senyawa kationik (muatan positif).
 Mekanisme retensi : daya tarik elektrostatik dari gugus fungsi bermuatan
dgn gugus bermuatan pada silika.
 pH  diatur yg sesuai untuk muatan optimal analit dan adsorbennya.
 Eluen  pelarut yang bisa menetralkan muatan salah satu atau keduanya.
Jika salah satu gugus fungsi dinetralkan, gaya elektrostatik yg mengikat
keduanya akan terputus sehingga senyawa bisa terelusi
 Sebagai pilihan lain, larutan yg memiliki kekuatan ionik tinggi atau yg
mengandung spesi ionik yg dpt menempati adsorben  digunakan untuk
elusi.
Faktor yang berpengaruh pada SPE

1. Jenis Sampel
2. Volume Sampel
3. Kadar kontaminan
4. Kompleksitas matriks
5. Jumlah senyawa yang dianalisis
6. Jenis dan kekuatan pelarut dari matriks sampel
PRETREATMENT SAMPEL
1. Sampel Cair
- Sampel biologis
- Urine
- Kultur sel
- Susu
- Sampel air
- Jus
- Wine/anggur/beverages
- Sediaan farmasi cair
- Minyak
Pretreatment Sampel Cair (cont..)
 Serum dan plasma biasanya tdk perlu di-p.t.  kecuali ada ikatan obat +
protein  diendapkan/dipecah :
- Atur pH ekstrem
- Tambahkan pelarut polar
- Tambahkan garam inorganik atau asam
- Sonikasi
 Urine : penambahan dapar, atau hidrolisis dengan asam, basa, dan enzimatis
utk bebaskan dari senyawa2 pengganggu.
 Media sel kultur  vorteks dan sentrifugasi.
 Susu  encerkan dengan air atau pelarut polar (50% metanol), asam, TCA.
 Air tanah : usahakan tanpa penyaringan.
 Wine/beverages : kadar alkohol < 10%; sentrifugasi padatan.
 Jus buah : pengenceran dengan air, sentrifugasi utk pisahkan endapan.
 Obat cair : larutan  RP/IE  encerkan/+ dapar; utk ekstrak organik  NP.
 Minyak : NP  pengotor tertinggal pd adsorben silika  cuci dengan air. Utk
sampel minyak dalam air  RP
PRETREATMENT SAMPEL
2. Sampel Padat
- Tanah/endapan
- Jaringan tumbuhan/sayuran/buah/biji-bijian
- Daging/ikan/jaringan hewan
- Sediaan farmasi padat
Pretreatment Sampel Padatan (cont..)
 Tanah dan sedimen biasanya dieKstraksi dgn pelarut semipolar-polar 
Normal Phase utk menghilangkan pengotor  Ekstrak dievaporasi atau
rekonstitusi utk proses SPE lanjutan (RP/IE/NP). Jika perlu kondisi pH
tertentu  larutkan dgn dapar yg sesuai.
 Jaringan tumbuhan/sayur/biji2an : homogenkan dgn air dan pelarut polar
sentrifugasi adjust pH  RP
 Daging/ikan/jaringan hewan : s.d.a atau + hidrolisis dgn asam (HCl/TCA) atau
saponifikasi dgn basa (NaOH), atau enzimatis  sentrifugasi  supernatan di-
SPE.
 Tablet : gerus/hancurkan  + air/dapar utk RP/IE dan + pelarut
semipolar/nonpolar utk mencuci sistem.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai