Anda di halaman 1dari 14

LAJU MUTASI

DAN DETEKSI MUTASI


RULYANA SALMA ROSADHA
Dua parameter untuk mengukur
kejadian mutasi

1 Laju mutasi (Mutation rate)


peluang terjadinya mutasi pada sebuah gen
dalam satu generasi atau dalam pembentukan
satu gamet

2 Frekuensi mutasi (Mutation


frequency)
jumlah kejadian sesuatu mutasi tertentu pada
sebuah populasi
Laju mutasi yang teramati rendah

Mutasi spontan jarang terjadi, sekalipun


frekuensi yang teramati berbeda dari
gen ke gen maupun dari makhluk hidup
ke makhluk hidup (Gardner, dkk., 1991)
Laju mutasi dan frekuensi mutasi -->
 Teramati
 Tidak teramati
 Yang sudah sempat diperbaiki
Laju mutasi dan frekuensi mutasi
sebenarnya sangat tinggi
menjadi salah satu mekanisme evolusi yang penting. Alasannya :
(1) setiap gamet dapat mengandung beribu-ribu gen; (2) setiap
individu mampu menghasilkan ribuan bahkan jutaan gamet; dan
(3) jumlah tiap generasi dalam suatu populasi individu sangat
banyak.
Pengukuran laju mutasi pada bakteri
dan fag relatif mudah dibanding pada
makhluk hidup yang lebih tinggi

 Kromosom tergolong monoploid


 Pengukuran dapat dilakukan atas
sejumlah besar populasi
Teknik Muller-5 X chromosome
Mengukur laju mutasi dan deteksi mutasi

Pola persilangan Drosophila dengan teknik kromosom Muller-5 yang dapat


menjelaskan peluang terjadinya mutasi
Radiasi sinar X
meningkatkan
frekuensi mutasi letal
yang terpaut
kromosom kelamin X
pada Drosophila yang
berbanding langsung
terhadap dosis radiasi
Deteksi Mutasi
1. Deteksi mutasi
pada bakteri dan
jamur
 tergantung kepada
suatu sistem
seleksi yang
mudah
memisahkan sel-
sel mutan dari
yang bukan mutan
2. Deteksi mutasi pada
Drosophila
Teknik CIB; C adalah suatu inversi
yang menekan peristiwa pindah
silang, I adalah suatu alela letal
resesif, sedangkan B adalah suatu
duplikasi gen dominan yang
memunculkan mata Bar.
Dari hasil persilangan dihasilkan 4
jenis tipe keturunan. (1) individu
betina yang memiliki tiga kromosom
X (mati), (2) individu betinadengan
kromosom XXY (kromosom X
berlekatan; hidup) , (3) individu
jantan yang berkromosom YY (mati)
dan (4) individu jantan yang
berkromosom XY (X dari induk
jantan, dan Y dari betina; hidup).

Teknik kromosom X berlekatan untuk deteksi morfologi


yang dindiuksi pada Drosophila .
3. Deteksi mutasi pada tumbuhan tinggi
 Pengamatan visula
 Analisis komposisi biokimia
 Melibatkan kultur jaringan galur-galur sel
yang memperlakukan sel sebagai
mikroorganisem
4. Deteksi mutasi pada
manusia
* Analisis silsilah
Upaya pelacakan melalui
analisis silsilah dilakukan
sejauh mungkin. Segera
setelah suatu sifat dipastikan
menurun, selanjutnya
diramalkan apakah alela
mutan itu terpaut kromosom
atau terpaut autosom
*Analisis in vitro
Didasarkan pada analisis
aktivitas enzim, migrasi
protein pada medan
elektroforetik, serta
pengurutan langsung
protein maupun DNA
Uji Ames
Menggunakan
bakteri Salmonella
typhimurium sebagai
organisme uji.
Terdapat dua strain S.
typhimurium yang
sama-sama
auksotrofik terhadap
histidine.
Mutasi pergantian basa
Mutasi pengubah rangka
Uji Ames
Jika revertan his+ ditemukan lebih banyak pada cawan yang
berisi campuran senyawa kimia yang diuji dibanding pada
kontrol, maka senyawa-senyawa tersebut adalah agen mutasi

 Jumlah kalori yang tumbuh pada cawan kontrol menunjukkan


laju reverse spontan pada bakteri yang diuji
 Jika lebih banyak kalori ditemukan pada cawan-cawan
eksperimental, hal ini menunjukkan bahwa senyawa itu
menginduksi mutasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai