Anda di halaman 1dari 37

 Mengapa perlu standarisasi data?

- Data peran penting bidang kesehatan


perlu dikelola secara optimal agar bisa
dimanfaatkan sepenuhnya
- Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
berfungsi secara optimal dapat memberikan
dukungan informasi bagi proses
pengambilan keputusan di semua jenjang,
bahkan di Puskesmas sekalipun. Bukan hanya
data, tetapi informasi.
- Masalah yang ada:
a. Pengelolaan data kesehatan masih
terfragmentasi
b. Data tersedia tetapi tidak mudah
diperoleh
c. Data tersedia tetapi berbeda format, tidak
terintegrasi
d. Terjadi duplikasi data
Manfaat :
- administrasi : perlu kejelasan, tidak
membingungkan, mudah diakses, dan
konsisten
- Kebutuhan data sharing untuk integrasi
sistem informasi
- Minimalkan biaya dan waktu ( diperlukan
untuk melakukan perubahan dan meneliti
bila terjadi perbedaan makna data)
- Mengurangi duplikasi data
- Meningkatkan akurasi analisis data
Contoh :
- ICD-10 : International Statistical Classification
of Diseases and Related Health Problems
- Petunjuk pencatatan dan kode (koding) jenis
penyakit
- Standard internasional diagnosis untuk
klasifikasi penyakit
- Klasifikasi : sistem kategori pembayaran untuk
penyakit yang sudah disepakati berdasarkan
kriteria INA-CBG (menggantikan INA –DRG)
Contoh:
 ICD 10 dan ICD 9CM : International Classification of Diseases
version 10 dan versi 9CM (Indonesia)
 Dikembangkan oleh WHO
 http://apps.who.int/classifications/icd10/browse/2 010/en
 Tujuan: pencatatan mortalitas dan morbiditas penyakit
(world wide)
 Sudah ada upaya memetakan ICD dengan kodifikasi lain
(SNOMED-CT- Systematized Nomenclature of Medicine
(Upaya strukturisasi terminologi medis, terutama signs dan
symptoms)
 Digunakan pada klasifikasi INA-CBGs (grouper)
Pengertian :
proses menggabungkan / menyatukan
data yang berasal dari sumber yang
berbeda yang mendukung pengguna
untuk melihat kesatuan data (maurizio
lenzerini,2002)
Interoperabilitas data:
kemampuan 2 atau lebih sistem untuk
saling tukar menukar data / informasi dan
dapat saling mempergunakan data
tersebut.
 Terdapat beberapa terminologi:
- Interoperabilitas teknis (how to transver
data from one to another)
- Interoperabilitas semantic (tranfer data
and keep the meaning)
- Interoperabilita proses (method)
 tahun 2011, Kementerian Ristek bekerjasama
dengan Pusat Dokumentasi dan Informasi
Ilmiah - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(PDII-LIPI) mengembangkan Pustaka Ristek
dengan melaksanakan sistem interoperabilitas
data dan informasi Iptek di lingkungan Ristek
dan LPNK.
 diharapkan seluruh karya ilmiah berikut data
dan informasi yang dihasilkan para Peneliti
serta lembaga penelitian dapat lebih
terintegrasi sehingga mudah diakses dan
dipetakan perkembangannya sesuai bidang
ilmu masing-masing.
 Oktober 2010 Kementerian Ristek telah
meluncurkan portal Pustaka Iptek
(http://pustaka.ristek.go.id) yang dilengkapi
perangkat database jurnal internasional
”science direct”.
 Selain membantu para peneliti, keberadaan
database tersebut dalam portal Pustaka Iptek
juga membantu menghemat anggaran setiap
lembaga penelitian karena tidak perlu lagi
melanggankan jurnal di setiap portal yang
dikelolanya. Dengan demikian, duplikasi
berlangganan jurnal antar lembaga penelitian
dengan sendirinya juga dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai