Anda di halaman 1dari 21

ISLAM SEBAGAI JALAN

MENUJU KEBAHAGIAAN
DISUSUN OLEH :
◇ Bayu Primarta (C1M017020)
◇ NurHafazah ( B1D017230)
◇ Nurlailah (B1D017232)
◇ Rukiyah (G1C017054)
◇ Yoga Firmansah (J1AO17122)
BAB I
PENDAHULUAN
SECARA UMUM
Kebahagiaan dalam Islam adalah kebahagiaan autentik
artinya lahir dan tumbuh dari nilai-nilai hakiki Islam dan
mewujud dalam diri seseorang hamba yang mampu
menunjukkan sikap tobat (melakukan introspeksi dan
koreksi diri) untuk selalu berpegang pada nilai-nilai
kebenaran ilahiah, mensyukuri karunia Allah berupa nikmat
iman, Islam, dan kehidupan, serta menjunjung tinggi
kejujuran, kebenaran, dan keadilan dalam menjalani
kehidupan pribadi, sosial, dan profesional. Pada sisi lain,
kebahagiaan itu menjadi tidak lengkap jika tidak mewujud
dalam kehidupan konkret dengan jalan membahagiakan
orang lain.
BAB II
PENJELASAN POIN-POIN
A. Konsep dan karakteristik
islam sebagai jalan menuju
Allah dan kebahagiaan
1 BAHAGIA ???
Ibnul Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa


kebahagiaan itu adalah perasaan senang dan
tentram karena hati sehat dan berfungsi dengan
baik.
Karakteristik hati yang sehat
1. Hati menerima makanan yang berfungsi sebagai
nutrisi dan obat.
2. Selalu berorientasi ke masa depan dan akhirat.
3. Selalu mendorong pemiliknya untuk kembali kepada
Allah
4. Tidak pernah lupa dalam mengingat Allah
5. Jika sesaat saja lupa kepada Allah segera ia sadar dan
kembali mendekat dan berdzikir kepada-Nya.
6. Jika sudah masuk dalam salat, maka hilanglah semua
kesibukan dan kebingungan duniawinya
7. Hati yang sehat selalu berorientasi kepada kualitas
amal bukan amal semata.
B. Alasan mengapa manusia
harus beragama dan bagaimana
agama dapat membahagiakan
umat manusia
Istilah agama merupakan terjemahan dari Ad-Din (dalam bahasa Arab).
Ad-Din dalam Al Quran disebutkan sebanyak 92 kali. Secara bahasa, dîn
diartikan sebagai “balasan” yaitu di dalam Al Quran yang menyebutkan
kata dîn dalam surat Al-Fatihah ayat 4, “Maliki yaumiddin – “(Dialah)
Pemilik (raja) hari pembalasan. Begitu juga pada sebuah hadits, Rasulullah
SAW bersabda, ad-dînu nashihah (Agama adalah ketaatan).Juga dalam Al-
Baqarah ayat 256 “Laa ikraaha fiddin” (“tidak ada paksaan dalam agama
…“).
Secara istilah, din diartikan sebagai sekumpulan keyakinan, kepercayaan,
hukum, dan norma yang diyakini dapat mengantarkan seseorang menuju
kebahagiaan manusia
A. Alasan
Alasan mengapa umat manusia harus beragama
adalah agar
Umat manusia memiliki pedoman dalam
menjalani kehidupan, karena didalam agama
Ada tuntunan bagaimana cara melakukan
segala hal, dengan begitu manusia akan
Teratur dalam menjalani kehidupannya
Bahagia sering dihubungkan dengan kesuksesan
duniawi,contohnya : Meraih kekayaan, Kedudukan tinggi, dan
popularitas sering disebut sebagai orang yang
berbahagia.Sedangkan rasa bahagia berhubungan dengan
suasana hati, yaitu hati yang sehat (qalbun salim) sedangkan
suasana hati hanya bisa diciptakan melalui iman dan mengikuti
petunjuk Al – Qur’an.
Kejayaan dan keberhasilan kehidupan dunia dan akherat hanya
terletak pada Agama. Setiap orang mempunyai standard yang
berbeda terhadap kesuksesan. Padahal standard kesuksesan
seseorang ini telah Allah tetapkan, namun kita tidak mampu
memikirkannya. Allah telah jadikan sahabat dan kehidupan
mereka sebagai model untuk ditiru. Walaupun secara teknis
cara hidup mereka berbeda dengan kita sekarang. Kesuksesan
itu hanya terjadi bila manusia ini dapat memasuki surganya
Allah.
Kesuksesan hidup di dunia adalah kehidupan yang dapat
mengantar manusia ini ke surganya Allah Ta’ala. Jika kehidupan
yang kita jalani ini tidak dapat mengantar kita  ke Surganya
Allah Ta’ala, maka ini bukanlah kehidupan yang sukses. Tetapi
C. Menggali sumber historis,
filosofis, psikologis, sosiologis,


dan pedagogis tentang
pemikiran agama sebagai
jalan menuju kebahagiaan
-Historis: beragama adalah kebutuhan yang
hakiki. Kebahagiaan ditemukan jika ada
keserasian antara akal (mencari dan sampai
kepada Tuhan) dan wahyu seperti kisah nabi
ibrahim as

-Psikologi: manusia membutuhkan ketenangan


jiwa ketentraman hati dan kebahagiaan rohani
hal itu didapat jika dekat dengan Tuhan,Tuhan
yang maha suci hanya bisa didekati dengan jiwa
yang suci

-Sosiologis: manusia adalah makhluk sosial.


Kebahagiaan di peroleh manakala manusia
diterima dan dihargai oleh lingkungannya dan
mendekatkan diri kepada-Nya
D. MEMBANGUN ARGUMEN
TENTANG TAUḫĪDULLĀH
SEBAGAI SATU-SATUNYA MODEL
BERAGAMA YANG BENAR
Tauḫīdullāh membebaskan manusia dari
takhayul, khurafat, mitos, dan bidah. Tauḫīdullāh
menempatkan manusia pada tempat yang
bermartabat, tidak menghambakan diri kepada
makhluk yang lebih rendah derajatnya daripada
manusia. Manusia adalah makhluk yang paling
mulia dan paling sempurna dibanding dengan
makhluk- makhluk Allah yang lain.
Setiap orang harus bersikap hati-hati bahwa
tauḫīdullāh yang merupakan satu-satunya jalan menuju
kebahagiaan itu, menurut Said Hawa, dapat rusak
dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Sifat Al-Kibr (sombong)


2. Sifat Azh-Zhulm (kezaliman) dan Sifat Al-Kizb
(kebohongan)
3. Sikap Al-Ifsād (melakukan perusakan).
4. Sikap Al-Ghaflah (lupa)
5. Ijrām (berbuat dosa)
E. ESENSI DAN URGENSI
KOMITMEN TERHADAP NILAI-
NILAI TAUHID UNTUK
MENCAPAI KEBAHAGIAAN
Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang sangat vital didalam islam sebab
ilmu tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama sejati dan murni
yang diturunkan oleh Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
Tanpa pengetahuan llmu tauhid, kita tidak akan menemukan tujuan
hidup sebenarnya, sebab seorang hamba harus tahu benar, siapa
yang disembah dan dimana kita berdiam setelah mati. Apakan akan
berdiam ditempat yang menyenangkan atau tempat yang
menyedihkan. Semua tergantung si hamba sendiri bagaimana ia
mempergunakan hidup ini dan hamba yang mengetahui dirinya
sebagai hamba Allah tentu tahu benar, bagaimana memanfaatkan
kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Sebab ketika ia dilahirkan
dirinya dalam keadaan fitrah (suci) dan kembalipun harus dalam
keadaan suci agar dapat yang fitrah pula yakni surga.
Sekian Dan Terimakas
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai