Anda di halaman 1dari 14

BRUGIA MALAYI

KELOMPOK 2
Dinda Krisdayanti 142310101057
Efi Pandan Sari 142310101061
Ella Shafira Ramadhani Muksin 172310101057
Anggun Dyah Pramita 172310101067
Dhimas Anggi Septiansyah 172310101078
Nila Uli Saadah 172310101081
Rachma Ayu Dewanti 172310101093
Ana Shafira Nur Fadila 172310101102
Vivi Dwi Novita Sari 172310101105
Yulita Putri Maulidina 172310101110
Definisi
Brugia malayi adalah salah satu nematoda jaringan yang menyebabkan
penyakit filariasis limfatik (kaki gajah). Cacing ini pertama kali
ditemukan di Sulawesi oleh Brug sehingga disebut Brugia. Brugia malayi
disebut juga dengan Filaria malayi, dan Wuchereria malayi.
• Kingdom : Animalia
• Filum : Nematoda
• Kelas : Secernentea
• Ordo : Spirurida
• Famili : Onchocercidae
• Genus : Brugia
• Spesies : Brugia malayi
Morfologi Brugia Malayi
Ciri-ciri mikrofilaria Brugia malayi :
• ukuran : panjang 170 – 260 μm dan lebar ± 6 μm
• Mempunyai sarung / sheath ujung anterior tumpul dengan 2 buah
stylet (alat pengebor)

Ciri-ciri cacing dewasa / filaria Brugia malayi :


• Ukuran cacing betina : ± 160 μm dan lebar ± 55 μm
• Ukuran cacing jantan : ± 90 μm dan lebar ± 25 μm
• Bentuk seperti benang halus
• Berwarna putih kekuningan
Siklus Hidup Brugia Malayi
• Menurut CDC (2016), ketika
nyamuk menghisap darah, nyamuk
akan menginfeksi larva Brugia
malayi tahap ketiga ke kulit host
manusia.
• Mereka berkembang pada orang
dewasa yang biasanya berada di
limfatik.
• Nyamuk menelan mikrofilaria selama makan darah.
• Kemudian mikrofilaria kehilangan sarungnya dan bekerja
melalui dinding proventrikulus.
• Ada mikrofilaria yang berkembang menjadi larva tahap
pertama dan selanjutnya ke larva tahap ketiga
• Larva tahap ketiga bermigrasi melalui hemocoel ke belalai
nyamuk.
• Nyamuk menginfeksi manusia lain saat nyamuk makan
darah nomor 1.
Patologi Klinis

• Penyakit akibat infeksi cacing Brugia Malayi disebut Filariasis Malayi.


Gejalanya yakni limfadenopati (pembengkakan kelenjar limfe),
limfadenitis (pembengkakan kelenjar getah bening) dan filariasis atau
elephantiasis.
• Gejala utamanya yaitu demam, limfangitis, dan limfadenitis. Penderita
filariasis atau elephantiasis sering mengenai tungkai bawah (bawah
lutut), lengan (siku), lipatan paha, dan jarang menyerang skrotum
(genital eksterna) (Natadisastra, 2009).
Proses Infeksi ke Tubuh Hospes
• Nyamuk menghisap darah yang mengandung mikrofilaria, mikrofilaria
terbawa masuk ke lambung nyamuk dan melepaskan selubungnya,
kemudian menembus dinding lambung dan bergerak menuju otot
atau jaringan lemak di bagian dada. Mikrofilaria mengalami
perubahan bentuk dari larva stadium 1 (L1), larva stadium II hingga
larva stadium III (L3) (Wahyuni, 2010).
• Vektor untuk Brugia Malayi periodik adalah nyamuk Anopheles
barbirostris. Seseorang terinfeksi filariasis apabila mendapat gigitan
nyamuk infektif ribuan kali (Yanuarini, 2013).
Tanda Gejala yang Ditimbulkan
1. Gejala dan tanda klinis akut :
Demam selama 3-5 hari, pembengkakan kelenjar getah
bening di daerah lipatan paha dan ketiak, radang saluran
kelenjar getah bening, pembesaran tungkai, lengan, buah
dada, alat kelamin tampak kemerahan dan terasa panas.
2. Gejala dan tanda klinis kronis:
Pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai,
lengan, buah dada, alat kelamin perempuan dan laki-laki.
Pengobatan
• Dietilkarbamasin adalahobat filariasis yang ampuh baik untuk filariasis
bancrofti maupun malayi. Obat ini ampuh, aman dan murah tetapi
memberikan reaksi samping sistemik yang bersifat semetara.
• Pengobatan diberikan oral sesudah makan malam
• Dietilkarbamasin tidak diberikan pada anak berumur kurang dari 3
bulan, ibu hamil dan menyusui serta penderita sakit berat atau dalam
keadaan lemah. Di Indonesia dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kg
berat badan per hari selama 10 hari.
Penanganan keperawatan
1.) Klien merasa nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada
kelenjar limfe
a.) Berikan kompres hangat atau lembab pada daerah nyeri.
b.) Kaji keluhan nyeri,perhatikan lokasi,intensitas,dan frekuensi.
c.) Lakukan teknik relaksasi misalnya perubahan posisi,masase, rentang
gerak pada sendi yang sakit.
2.) Resiko penularan penyakit berhubungan dengan pemajangan penularan
melaluivector
a.) Identifikasi orang lain yang berisiko penularan contoh anggota
keluarga/teman.·
b.) Awasi suhu lingkungan kelembapan dan berikan racun seranggadi
sekitar lingkungan tempattinggal klien.·
c.) Atur lingkungan kliensedemikian rupa sehnggamembatasi rentang
vektoruntuk dapat menyebarka
3. Memberi edukasi kepada masyarakat tentang bahaya penyakit
filariasis timori terutama tentang penularannya melalui perantara
nyamuk sehingga masyarakat harus melakukan beberapa hal antara
lain :
• Menjaga kebersihan lingkungan terutama pada daerah yang
menjadi tempat sarang nyamuk.
• Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.
• Perawat berkolaborasi dengan tim medis lainnya dalam menangani
penyakit filariasis timori pada klien.
• Menganjurkan kepada keluarga atau orang terdekat untuk
memperlakukan klien yang positif menderita filariasis timori secara
normal.
Daftar Pustaka
1. CDC. 2016. Lymphatic Filariasis. [serial online].
https://www.cdc.gov/dpdx/lymphaticfilariasis/index.html [diakses 27
Oktober 2017]
2. Indonesian Medical Laboratory. 2016. Brugia Malayi. [serial online].
http://medlab.id/brugia-malayi/ [diakses 01 November 2017]
3. Natadisastra, Djaenudin. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau Dari
Organ Tubuh Yang Diserang. Jakarta: ECG
4. Yanuarini, Candriana. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Filariasis Di Puskesmas Tirto I Kabupaten Pekalongan. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Semarang [serial online:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay-
7596-3-babii.pdf] diakses pada tanggal 1 November 2017
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai