Anda di halaman 1dari 50

.

FILARIASIS

OLEH
Hariyono, SKM, MSc

1
Definisi
• Filariasis adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup
dalam saluran dan kelenjar limfe dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk ( DepKes RI,2002 ) .
• Filariasis adalah penyakit yang mengenai
kelenjar dan saluran limfe yang disebabkan
oleh parasit golongan nematoda yaitu
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan
Brugia timori yang ditularkan melalui nyamuk.
(Nutmat TB, et al 2006)

2
Epidemiologi filariasis
• Diperkirakan 120 juta penduduk dunia terinfeksi filariasis di 80
negara terutama di daerah tropis dan beberapa daerah sub
tropis ( DepKes RI,2002 ). Lebih dari 90% kasus filariasis
disebabkan oleh Wuchereria bancrofti dan penderita terdapat
di Afrika, India, Asia Tenggara , Kepulauan Pasifik, Amerika
Selatan, dan Amerika Tengah. Diantara negara- negara
tersebut , India merupakan negara yang paling banyak
penderitanya.
• Di Indonesia filariasis merupakan masalah kesehatan
masyarakat dan diperkirakan sekitar 10 juta orang terinfeksi
penyakit filariasis terutama di pedesaan dan sekitar 6500
orang sudah menjadi kronis ( elephantiasis). (Dep Kes
RI,2002).

3
.
• Di Indonesia daerah endemis filariasis adalah
daerah dataran rendah, terutama pedesaan,
pantai, pedalaman, persawahan, rawa-rawa,
dan hutan. Secara umum filariasis tersebar di
Sumatra, Jawa(Jakarta, Bekasi, Tangerang, Semarang,
Pekalongan) , Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara(Flores, Alor, Timor dan Sumba) , Maluku dan
Papua.

4
.
• Vektor filariasis adalah nyamuk.
• Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui
terdapat 23 spesies nyamuk dari genus
Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes dan
Armigeres yang dapat berperan sebagi vektor dan
vektor potensial penyakit filariasis. Sepuluh
spesies nyamuk Anopheles telah diidentifikasi
sebagai vektor Whuchereria bancrofti tipe
pedesaan . Sedangkan untuk Whuchereria
bancrofti tipe perkotaan vektornya adalah Culex
quinquefasciatus. Vektor Brugia malayi tercatat
ada enam spesies Mansonia dan untuk wilayah
Indonesia Timur selain Mansonia juga Anopheles
barbirostis
5
i

6
Patogenesis filariasis
• Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga
spesies cacing filaria yaitu Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.
Filaria mempunyai siklus hidup bifasik dimana
perkembangan larva terjadi pada nyamuk
(intermediate host) dan perkembangan larva
dan cacing dewasa pada manusia (definitive
host).

7
• Pada tubuh penderita (definitive host)
Infeksi diawali pada saat nyamuk infektif menggigit
manusia, maka larva L3 akan keluar dari probosisnya
kemudian masuk melalui bekas luka gigitan nyamuk
menembus dermis dan bergerak menuju sistem
limfe.Larva L3 akan mengalami perkembangan
menjadi cacing dewasa dalam waktu 3-9 bulan.
Cacing betina dewasa akan melepaskan ribuan
mikrofilaria yang yang mempunyai selubung ke
dalam sirkulasi limfe lalu masuk ke sirkulasi darah
perifer. Cacing betina dewasa aktif bereproduksi
selama lebih kurang 5-10 tahun.

8
• Pada nyamuk (intermediate host)
Nyamuk menghisap mikrofilaria bersamaan
saat menghisap darah. Dalam beberapa jam
mikrofilaria menembus dinding lambung,
melepaskan selubung/sarungnya dan
bersarang diantara otot-otot toraks. larva
stadium 1 (L1), L2 dan berubah menjadi L3(
larva infektif) membutuhkan waktu ± 8-10
hari.

9
• Cacing dewasa hidup akan menyebabkan
limfangiektasia (pelebaran) saluran limfe yang difus
dan tidak terbatas pada tempat dimana cacing
dewasa hidup, diduga cacing dewasa tersebut
mengeluarkan substansi yang secara langsung atau
tidak menyebabkan limfangiektasia. Pelebaran
tersebut juga menyebabkan terjadinya disfungsi
limfatik dan terjadinya manifestasi klinis termasuk
limfedema dan hidrokel.
• Matinya cacing dewasa menyebabkan respon
inflamasi akut yang akan memberikan gambaran
klinis adenitis dan limfangitis

10
Morfologi
(dewasa, mikrofilaria, larva)
Dewasa:
• Sistem limfe hospes difinitif
• Jantan: seperti benang, panjang 4 cm
• Betina: seperti benang, panjang 10 cm
• Bertahun-tahun (10 tahun): penyakit kronis
Mikrofilaria:
• Di dalam darah hospes
• Di dalam darah perifir saat tertentu (periodik)
• Mampu hidup 1 tahun
Larva: di dalam hospes perantara nyamuk
• Ada 3 stadium: L1, L2 dan L3
• L3 merupakan bentuk infektifnya

11
CACING DEWASA FILARIA LIMFATIK

 HABITAT : KELENJAR & SALURAN LIMFE


 BENTUK SEPERTI BENANG
 WARNA PUTIH KEKUNINGAN
 UKURAN : BETINA, 65 – 100 mm x 0,25 MM
JANTAN, 40 X 0,1 mm EKOR MELENGKUNG
12
MIKROFILARIA
1 = KEPALA
2 = EKOR
3 = INTI 3
4 = SELUBUNG

1 4

13
Siklus hidup

Hospes difinitif:
• Manusia, hewan (kera, kucing)
Hospes antara:
• Nyamuk: Culex, Anopheles, Aedes, Mansonia
Habitat:
• Sistem limfe (kelenjar limfe, saluran limfe)
Bentuk infektif:
• Larva stadium tiga
Cara infeksi:
• Gigitan nyamuk yg mengandung larva stad. tiga
• Larva masuk kedalam tubuh hospes secara aktif
• Infeksi filariasis > sukar infeksi d/p plasmodium

14
i

15
i

16
i

17
Vektor filaria limfatik

18
Perkembangan mikrofilaria dalam tubuh nyamuk

Mf. → nyamuk → selubung lepas → lambung → thorax


• Larva stadium satu:
– Tidak aktif, pendek, kutikula tebal, ekor memanjang
(Brugia: 1-2 inti pada ujung ekor)
• Larva stadium dua:
– Gerakan lebih aktif, memanjang, melebar, kutikula tipis
– Ekor memendek, papila pada ujung posterior
• Larva stadium tiga:
– Bergerak sangat aktif, langsing dan panjang
– Ditemukan pada abdomen, thorax, kepala dan proboscis

19
Perkembangan mikrofilaria dlm nyamuk
(lanjutan)

Larva stadium tiga:


• Wuchereria: 3 caudal papila yang jelas
• Brugia : papila central > jelas
papila ventro lateral < jelas
Perkembangan larva (L1 – L3):
• Temperatur (makin tinggi, makin cepat)
• Brugia malayi: 8-10 hari
• Brugia pahangi: 8-10 hari
• Wuchereria bancrofti: 12-14 hari
• Wuchereria kalimantani: 3 minggu

20
Perkembangan larva dalam tubuh hospes

L3 → hospes → saluran limfe → L4 → L5 → dewasa → mf


Mikrofilaria menuju kedarah tepi secara periodik

Perkembangan L3 menjadi dewasa:


• Brugia malayi: 3 bulan
• Brugia pahangi: 3 bulan
• Brugia timori: 3 bulan
• Wuchereria kalimantani: 9 bulan
• Wuchereria bancrofti: 9 bulan

21
MANIFESTASI KLINIS
-Asimptomatik atau subklinis filariasis Individu
asimptomatik dg mikrofilaremia
Pada daerah endemik dapat ditemukan
penduduk dengan mikrofilaria positif tetapi
tidak menunjukkan gejala klinis.
-Stadium akut
Manifestasi klinis akut dari filariasis ditandai
dengan serangan demam berulang yang
disertai pembesaran kelenjar (adenitis) dan
saluran limfe (lymphangitis).

22
-Stadium kronik
Manisfestasi kronis filariasis jarang terlihat sebelum usia lebih
dari 15 tahun . Hidrokel, limfedema, elephantiasis tungkai
bawah, lengan atau skrotum, kiluria adalah manifestasi utama
dari filariasis kronik.
Kiluria terjadi akibat bocornya atau pecahnya saluran limfe
oleh cacing dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe
ke dalam saluran kemih.
Hidrokel merupakan pembesaran testis akibat terkumpulnya
cairan limfe dalam tunika vaginalis testis. Kelainan ini
disebabkan oleh W. bancrofti dan merupakan manifestasi
kronis yang paling sering ditemukan pada infeksi filariasis.
Pada daerah endemik, 40-60% laki-laki dewasa memiliki
hidrokel

23
-Occult filariasis merupakan infeksi filariasis
yang tidak memperlihatkan gejala klasik
filariasis serta tidak ditemukannya mikrofilaria
dalam darah, tetapi ditemukan dalam organ
dalam. Occult filariasis terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas tubuh penderita terhadap
antigen mikrofilaria.

24
Gejala klinis stadium awal

25
.

26
i

27
Gejala klinis kronis
(lanjutan)

• Elefantiasis Brugia: di bawah lutut


di bawah siku
2 x normal
• Elefantiasis Wuchereria: seluruh tungkai
seluruh lengan
genital
3 x normal
kulit kasar, menebal
kulit melipat
sec. infeksi: bacteria / jamur

28
i

29
.

30
i

31
i

32
.

33
Dampak penderita filaria kronis di masyarakat

• Produktivitas kerja menurun


• Menjadi beban keluarga / masyarakat
• Sulit mencari jodoh
• Angka perceraian meningkat
• Tidak menyebabkan kematian
• Kematian penderita: depresi
• Diderita: sosial ekonomi rendah
• Laki-laki > menderita d/p perempuan
• Banyak diderita pd orang dewasa
• Cacat tubuh yg sulit disembuhkan

34
Diagnosis

• Klinis:
banyak kelemahannya: asimtomatis >>>
simtomatis <
• Parasitologis: mikrofilaria
dewasa: ultra sound
histologis
• Serologis: deteksi antibodi
deteksi antigen: dg. antibodi monoklonal
• Molecular: metode PCR (deteksi DNA)
• Limphography: obstruksi saluran limfe

35
i

Parasitologis:
• mikrofilaria: darah → ujung jari sesuai periodisitasnya
vena: filtrasi
Knott,S
urine
cairan hidrokel
jaringan
tes provokasi: DEC 2 mg / kg BB
30-45 menit kemudian: diperiksa darah
QBC (quantitatif buffy coat: 50 mf / 1 ml darah
Cara:
mikrohematokrit: heparin, EDTA & acridine orange
mikroskop fluorescent

36
i

Pemeriksaan mf tidak memuaskan:


• Pre paten
• Elefantiasis
• TPE / occult filariasis
• Infeksi dengan satu macam jenis kelamin
• Kepadatan mikrofilaria dlm darah rendah

Pemeriksaan stadium dewasa:


• Biopsi kelenjar
• Tidak disukai penderita

37
i

Diagnosis serologis:
• Deteksi antibodi
kelemahannya: reaksi silang
tak dapat bedakan infeksi / sembuh
contoh:
intra dermal tes: antigen crude
(larva, mf., stad dewasa Dirofilaria immitis)
Immuno fluorescent anti body test (IFAT)
Immuno-haemaglutination test (IHA)
Presipitasi
Enzyme link immuno absorbent assay (ELISA)

38
Diagnosis serologis
(deteksi antigen)

• Deteksi antigen beredar:


kelebihannya: lebih spesifik
dpt bedakan infeksi / sembuh
kesulitan: perlu antibodi monoklonal
Teknik yang dipakai:
Sandwich ELISA: mendeteksi antigen 10 ng
dot ELISA : mendeteksi antigen 0,05 ng
Sampel: darah / serum
urin

39
Pengobatan

Diethyl-carbamacine (DEC):
• Microfilaricide
• Macrofilaricide
• Tahan panas
• Non-toksik medicated salt
• Tidak berasa (garam DEC)
• Cepat diekresi
• Hanya efektif pd stadium akut

40
Dosis DEC menurut WHO

• Brugia: 3-6 mg/kgBB/hari selama 12 hari


• Wuchereria: 6mg/kgBB/hari selama 12 hari
Timbul reaksi samping:
• fever, sakit kepala
• Nausea, vomitus
• Hipotensi, lemah badan
• Gatal, erythema (rash) dan tidak ada nafsu makan
Reaksi samping: Brugia > Wuchereria
• Farmakologi obat
• Disintegrasi mikrofilaria (matinya mf.)

41
Pengobatan filariasis di Indonesia

Tujuan khusus:
• Menurunkan angka kesakitan: ADR & CDR
• Menurunkan angka infeksi: mf. rate dan vektor rate
Sasaran:
• Daerah endemis
lama: telah diobati mf rate tetap
baru: elefantiasis
• Daerah prioritas:
mf rate > 2%
endemis lama / baru: pembangunan, pariwisata
transmigrasi, perbatasan

42
Cara pengobatan

• Selective / individual: disiplin


• Mass treatment / community: kurang disiplin
perlu penyuluhan tentang filariasis berkaitan dengan:
penyebabnya
gejalanya
cara penularan
pengobatan
reaksi samping pengobatan

43
Pemberian obat DEC utk mengurangi efek samping

Pengobatan massal dosis rendah:


• Umur Lebih 10 th: 1 tab / minggu selama 40 minggu
• Umur Kurang 10 th: ½ tab / minggu selama 40 minggu
Perkecualian:
• Umur kurang dari 2 th
• Sedang hamil / menyusui
• Orang tua sekali / sakit berat
Pelaksanaan:
• Puskesmas: kader kesehatan / prinsip dasa wisma
Evaluasi: 5 th sekali
• Parameter: angka transmisi (L3 pd nyamuk)
angka infeksi (mf rate & deteksi antigen)

44
Pengobatan filariasis di Indonesia
yang pernah dilakukan

I. 1970 -1983
• Dosis standar: 5 mg / kg BB/ hari
10 hari: B. malayi, B. timori
15 hari: W. bancrofti
• Timbul efek samping, tidak disukai penduduk
II. 1984 -1990: dosis kombinasi
• Umur > 10 th: 100mg/hari selama 6 hari
dilanjutkan dosis standar: 4 hari
• Umur < 10 th: 50mg/hari selama 6 hari
dilanjutkan selama 4 hari
• Masih timbul efek samping

45
Pengobatan (lanjutan)

Dosis kombinasi yang lain:


• Umur > 10 th: 50 mg / minggu selama 6 bulan
• Umur < 10 th: 25 mg / minggu selama 6 bulan
dilanjutkan dosis standar: 5mg / kg BB / hari
• Masih timbul efek samping, walaupun sudah berkurang
III. 1991 – sekarang:
• Umur > 10 th: 100 mg / minggu selama 40 minggu
• Umur < 10 th: 50 mg / minggu selama 40 minggu
1997 – sekarang: garam DEC 0,2%
Evaluasi:
• 1970: mf rate 21,6% (0,6% - 37,6%)
• 1996: mf rate 3,1% (0,5% - 19,7%)

46
Obat filariasis selain DEC

Suramin:
• Microfilaricide
• Macrofilaricide
• Toksik: penggunaannya terbatas
Obat filariasis yg baik:
• Microfilaricide & macrofilaricide
• Single dose
• Oral
• Tidak toksis

47
Obat filariasis
(lanjutan)

Obat filariasis yg sedang dikembangkan:


• Inti benzimidazole: mebendazole,albendazol,flubendazol
• Inti avermectin (ivermectin)
• Inti benzothiazole (CGI 18401)
Hasil penelitian:
• Mebendazol / flubendazol:
dosis: 30 mg / kg BB / hari
150 mg / kg BB / hari
hasilnya: kurang efektif

48
Obat filariasis
(lanjutan)

• Ivermectin:
dosis: 220 – 420 µg / kg BB / hari
sifatnya: microfilaricide
side effect seperti pd DEC
• Benzothiazol:
dosis: 25 mg / kg BB / hari selama 5 hari
50 mg / kg BB / hari selama 1 hari
dilakukan pd hewan coba (monkey): Mak, 1991
sifatnya: microfilaricide

49
Pencegahan Penyakit Kaki Gajah
- Bagi penderita penyakit gajah harus mendapatkan
penanganan obat-obtan sehingga tidak menyebarkan
penularan kepada masyarakat lainnya
- Pemberantasan nyamuk untuk memutus mata rantai
penularan penyakit dan menjaga kebersihan
lingkungan merupakan hal terpenting untuk
mencegah terjadinya perkembangan nyamuk.

50

Anda mungkin juga menyukai