LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
JULY 2018
Junlianty Liambana
10542009309
PEMBIMBING:
dr. W.Supriyadi, Sp.OT
• Feel :
- Teraba hangat didaerah yang dikeluhkan daripada daerah sekitarnya
- Nyeri tekan (+)
- Krepitasi (+)
- Arteri dorsalis pedis sinistra teraba
- Sensibilitas baik
- CRT baik
O/ Kesadaran : CM Lapor ok
Konsul anestasi
Regio :
Puasakan pasien jam 00.00
Left cruris :
Antibiotic propilaksis
Kulit : sensibilitas baik, CRT <
Cefoperazone 500 g/iv
2”
P/
Rawat luka
boleh pulang hari ini
DIAGNOSIS
• Diagnosis Kerja : Close Fraktur shaft tibia Sinistra
RENCANA TERAPI
Non operatif
• Medikamentosa
• Ivfd RL 20 tpm
• Cefoperazone 500 mg/iv/12 jam
• Pre op orif
• Operatif
• Open Reduksi Internal Fiksasi : ORIF
• Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang pada pasien ini didiagnosis
sebgai fraktur tibia. Karena memenuhi mekanisme
terjadinya fraktur tibia yaitu adanya trauma langsung
pada kaki. Keluhannya juga berupa adanya nyeri dan
bengkak pada kaki kiri yang diperberat dengan sulit
berjalan
• Setelah dilakukan pemeriksaan radiologi foto cruris posisi
AP didapatkan secara jelas adanya fraktur pada
sepertiga tengah tulang tibia.
• Pada pasien ini dilakukan tatalaksana tatalaksana
operatif dengan pemesangan plate dan screw atas
indikasi rasa sakit hebat karena gagalnya penyambungan
tulang (non union) karena terjadinya angulasi dan indikasi
social sebagaimana penderita aktif yang segera akan
kembali ke berjalan.
Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang
rawan pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat dimana
pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat
dan lebih besar daripada orang dewasa, yaitu :
• Biomekanik tulang
Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-
lubang dan sangat mudah dipotong oleh karena kanalis
Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini
menyebabkan tulang anak-anak dapat menerima toleransi yang
besar terhadap deformasi tulang dibandingkan orang dewasa.
Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah mengalami
tegangan dan tekanan sehingga tidak dapat menahan kompresi.
• Biomekanik lempeng pertumbuhan
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang
melekat pada metafisis yang bagian luarnya diliputi oleh
periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus
mamilaris. Untuk memisahkan metafisis dan epifisis
diperlukan kekuatan yang besar.Tulang rawan lempeng
epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.
• Biomekanik periosteum
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan
tidak mudah mengalami robekan dibandingkan orang
dewasa.
• Remodelling
Melakukan remodelisasi jauh lebih baik daripada dewasa, mempunyai kemampuan “biological
plasticity” sehingga dapat terjadi gambaran fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai pada
dewasa, seperti pada fraktur buckle (torus) dan greenstick.
• Ligamen
Tensile strength (kekuatan tegangan) pada ligamen anak-anak dan dewasa secara umum sama.
• Periosteum
Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa dense, yang pada anak-anak secara
signifikan lebih tebal daripada dewasa. Kraktur tidak cenderung untuk mengalami displace seperti
pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat berguna sebagai bantuan dalam reduksi fraktur dan
maintenance.
• Growth Plate
Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antar epifisis (pusat penulangan
sekunder) dan metafisis. Bagian ini juga menjadi satu titik kelemahan dari semua struktur tulang
terhadap trauma mekanik.
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling
yang lebih besar dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang
pada anak-anak mempunyai perbedaan fisiologi, yaitu:
• Pertumbuhan berlebihan (over growth)
Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada
pertumbuhan panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami
hiperemi pada waktu penyambungan.
• Fraktur total
Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya
sangat fleksibel dibandingkan orang dewasa.
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang
yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga
fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman dan Nurna, 2009;
26).
• Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak
mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L.
Wongg, 2004 ; 625).
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya (Brunner dan Suddarth, 2002: 2357).
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas dari tulang, sering
di ikuti oleh kerusakan jaringan
lunak dengan berbagai macam
derajat, mengenai pembuluh
darah, otot, dan persarafan.
Price (1995) Sjamsuhidayat Doenges (2000) Reeves (2001) Smeltzer
(1995) (2002)
Transversal Tertutup Incomplete Tertutup Komplit
Oblik Terbuka Complete Terbuka Tidak komplit
Spiral Fisura Tertutup Komplit Tertutup
Segmental Serong Terbuka Retak tak Terbuka
Impaksi Sederhana patologis komplit Greenstick
Patologik Lintang Oblik Transversal
Greenstick Sederhana Spiral Oblik
Avulsi Kominutif Transversal Spiral
Sendi Segmental Segmental Kominutif
Beban Dahan hijau kominutif Depresi
lainnya Kompresi Kompresi
Impaksi Patologik
Impresi Avulsi
patologis Epifiseal
impaksi
•Fraktur tertutup (simple fracture) adalah
suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.
• Fraktur terbuka (compound fracture)
adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak
•Fraktur komplikasi (comlplicated fracture)
adalah fraktur dengan komplikasi adalah
fraktur yang disertai dengan komplikasi
(malunion,delayed union,non union & infeksi
tulang)
Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo
Tipe I lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm
Tipe II panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak
yang luas.
Tipe IIIa luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari
10 cm dan mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai
kemungkinan komplikasi. contohnya: luka tembak.
•Fraktur Stress
Trauma terjadi terus
menerus pada suatu
tempat tertentu
Terjadi karena
•Fraktur Patologis
Kelemahan tulang
sebelumnya akibat
kelainan patologis pada
tulang
Trauma
• Langsung
Trauma yang terjadi langsung pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan tersebut, umunya bersifat komunitif dan
jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
• Tidak langsung
Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur, misalnya pada jatuh dengan tangan ekstensi
dapat menyebabkan fraktur klavikula (membran interoseus). Pada
keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh
1. Fraktur transversal
Suatu fraktur komplit yang garis patahnya
tegak lurus terhadap sumbu tulang.
2. Fraktur oblik
Fraktur komplit yang melalui korteks secara
diagonal.
3. Fraktur spiral
Bila garis patah terdapat mengelilingi
sepanjang korteks.
5. Fraktur komunitif
Garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
f. Fraktur segmental
Garis patah lebih dari satu, tetapi tidak
berhubungan
Klasifikasi menurut OTA (Orthopaedic Trauma Association) :
Reduksi INDIKASI
Immobilisasi
ABSOLUT RELATIF
1. Pemendekan
1. Fraktur terbuka
Pemeriksaan 2. Cedera vaskular
2. Fraktur tibia+fibula intak
3. Fraktur tibia dan fibula
dalam Proses 3. Fraktur dengan sindroma
dengan level yang sama
Penyembuhan kompartemen
4. Cedera Multiple
NON OPERATIF
1. Reduksi
Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara
mengantungkan kaki dengan tarikan atau
traksi.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai
dapat dirubah dengan gips, dalam 7-10 hari,
atau dibiarkan selama 3-4 minggu.
a. Absolut
- Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan
operasi dalam penyembuhan dan perawatan lukanya.
- Cedera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki
jalannya darah di tungkai
- Fraktur dengan sindroma kompartemen
- Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas
pasien, juga mengurangi nyeri.
Evaluasi
• Menunjukkan perawatan yang rutin pada anak dengan traksi
• Menunjukkan adanya sirkulasi, integritas kulit terjaga, fungsi
neurologi normal, dan tidak terjadi infeksi
• Observasi aktifitas yang bisa dilakukan anak
Penyembuhan tulang terbagi menjadi 5, yaitu :
• Fase Hematoma
Pembuluh darah di sekitar tulang yang mengalami fraktur robek,
akibatnya, tulang disekitar fraktur akan kekurangan nutrisi dan
akhirnya mati sekitar 1-2 mm.
• Fase Proliferasi Sel
Pada 8 jam pertama fraktur merupakan masa reaksi inflamasi
akut dengan proliferasi sel di bawah periosteum dan masuk ke
dalam kanalis medulla. Bekuan hematom diserap secara perlahan
dan kapiler baru mulai terbentuk.
• Fase Pembentukan Kalus
Sel yang berproliferasi bersifat kondrogenik dan osteogenik. Sel-
sel ini akan membentuk tulang dan juga kartilago. Selain itu sel
yang berproliferasi tersebut juga membentuk osteoklas yang
memakan tulang-tulang yang mati.
Jika proses penyatuan tulang sudah lengkap, maka tulang yang baru
akan membentuk bagian yang menyerupai dengan bulbus yang
meliputi tulang tanpa kanalis medularis. Pada fase ini resorbsi secara
osteoklastik tetap terjadi dan tetap terjadi osteoblastik pada tulang.
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami
yang akan terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa
yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut.