HIFEMA New
HIFEMA New
Sheppard JD. Hyphema. [Internet]. Updated: 2011 Mar 19, Cited: 2013 Mar 19.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview
Peningkatan transien TIO akibat kompresi
anteroposterior + ekspansi bidang ekuatorial
distorsi struktur intraokular pembuluh darah
di iris dan badan silier mengalami gaya regang
ruptur dan pembentukan hifema.
Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophtalmology. A systematic approach.
Seventh edition. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011
Chraibi F, Bhallil S, Benatiya I, Tahri H. Hyphema revealing retinoblastoma
in childhoot. A case report. Bull. Soc. Belge Ophtalmol. 2011(318): 41-3
• Kebanyakan hifema grade I
(termasuk mikrohifema)
• 40% membentuk bekuan yang
menempel ke stroma iris, 10% kontak
dengan endotel kornea
• 71% robekan pada pembuluh darah
korpus siliaris bag. anterior
• Durasi umum hifema tanpa komplikasi:
5-6 hari sebelum resoprsi
Crouch Jr ER, Crouch ER. Trauma: ruptures and bleeding. In: Tasman W,
Jaeger E. Duane’s ophtalmology. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2006
Tanda dan Gejala
• Turunnya AV, nyeri, sakit kepala,
fotofobia, adanya riwayat trauma /
percideraan pada mata (tumpul
umumnya)
• Pemeriksaan dengan pen-light maupun
slit-lamp warna dan tinggi hifema
(dari tepi bawah)
Crouch Jr ER, Crouch ER. Trauma: ruptures and bleeding. In: Tasman W,
Jaeger E. Duane’s ophtalmology. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2006
Perdarahan Sekunder
• Terjadi pada 22% hifema (terutama grade 3
dan 4);
• 1/3 perdarahan sekunder mengakibatkan
hifema total!
• Akibat lisis dan retraksi clot dan fibrin yang
sebelumnya mengoklusi pembuluh darah yang
mengalami jejas
Sickle cell trait Penggunaan salisilat,
antiplatelet
AV <20/200 Penanganan >24 jam
Lebih dari Grade II
http://dro.hs.columbia.edu/corblood.htm
Slit-lamp photo illustrating conjunctival injection, corneal edema with Descemet membrane folds,
and a 1 mm hyphema after blunt force trauma from an airbag deployment.
Iris neovascularization in a patient with proliferative diabetic retinopathy with a resultant
spontaneous hyphema.
Manajemen
• Konservatif:
• Limited ambulation, elevasi kepala 30-45o
(VA, evaluasi, cegah kontak dengan endotel
kornea dan trabekula)
• Eye patch (pada mata cidera)
• Sedasi (hiperaktif / pediatrik)
• Analgesik (asetaminofen dan/atau kodein)
• Follow up: AV, TIO, regresi hifema
SKDI 2006 Crouch Jr ER, Crouch ER. Trauma: ruptures and bleeding. In: Tasman W,
Jaeger E. Duane’s ophtalmology. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2006
Manajemen (2)
• Kontrol TIO
• Antiglaukoma topikal: timolol, latanoprost,
brimonidin
• Masih tinggi: CA inhibitor topikal
• Masih tinggi: Sistemik CA inhibitor
(asetazolamid 20 mg/kg/hari) terbagi 4,
pada TIO >22 mmHg
• Masih tinggi: agen osmotik (manitol IV 1,5
g/kg in 10% 2dd; atau gliserol oral) pada
TIO>35 mmHg
Crouch Jr ER, Crouch ER. Trauma: ruptures and bleeding. In: Tasman W,
Jaeger E. Duane’s ophtalmology. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2006
Manajemen (3)
• Cegah perdarahan sekunder
• Asam aminokaproat/ACA (anti-plasmin):
100(50) mg/kg @ 4 jam (max. 30 g), PO, 5
hari insidens rebleeding
Crouch Jr ER, Crouch ER. Trauma:
• ACA diberikan pada <75% hifema (lebih
ruptures and bleeding. In: Tasman dari itu, retensi klot tidak efektif)
W, Jaeger E. Duane’s
ophtalmology. Philadelphia: • ACA topikal uji klinis membuktikan
Lippincott Williams & Wilkins; efektivitas setara dengan ACA oral
2006
(sistemik)
• Steroid topikal terbukti menurunkan
perdarahan sekunder dan cegah uveitis
anterior (Dexamethasone 0,1%)
Manajemen (4)
• Indikasi rawat:
• Hifema grade II atau lebih (karena
berpotensi perdarahan sekunder)
• Sickle cell
• Trauma tembus okuli
• Pasien yang tidak patuh terhadap
pengobatan
• Ada riwayat glaukoma sejak awal