Anda di halaman 1dari 12

Hipnotik dan Sedatif

 Salah satu jenis obat pendepresi ( menghambat atau menekan SSP


) adalah Hipnotik dan Sedatif. Sesuai dengan namanya, obat –
obatan ini memberikan efek antara lain mulai dari yang ringan
(tenang atau kantuk, menidurkan ). Efek semacam ini tidak hanya
dihasilkan oleh golongan obat sedatif karena ada beberapa
golongan obat lain (obat yang sifat utamanya tidak menekan SSP )
yang dapat memberikan efek sedasi.
 Sedangkan golongan obat Hipnotika berfungsi untuk menimbulkan
rasa kantuk ( drowsiness ), mempercepat tidur sekaligus dapat
mempertahankan kualitas tidur tersebut. Obat Hipnotika ( biasa
disebut dengan obat tidur), hanya akan memberikan aktifitas -
sisa.
 Pada dosis yang besar efek dapat berupa hilangnya kesadaran,
keadaan anastesi, koma hingga kematian.
Fisiologi Tidur dan Insomnia
a. Tidur

 Salah satu usaha untuk menghindarai pengaruh buruk


yang akan didapat oleh tubuh adalah dengan cara
istirahat ( tidur ). Bila ditinjau lebih jauh, tidur yang baik
( cukup dalam dan lama ) mutlak bermanfaat untuk
regenerasi sel – sel tubuh dan memungkinkan individu
melaksanakan tugasnya dengan baik setelahnya.
 aktifitas fisiologis yang dialami ogan pada saat tidur
diantaranya adalah aktifitas saraf Parasimpatis
meningkat.
 Ada 2 Stadia yang terdapat dalam siklus tidur yakni ;
Tidur – non – REM ( Slow Wave Sleep / SWS ) dan Tidur –
REM. ( Rapid eye Movement / REM ).
Fisiologi Tidur dan Insomnia

a) Non – REM dicikan dengan denyut jantung, tekanan darah


dan pernafasan yang diatur , serta relaksasi otot tanpa
gerakan otot muka atau mata. SWS dapat berlangsung
dalam waktu lebih kurang satu jam.

b) Sedangkan REM bercirikan dengan gerakan mata yang cepat


ke satu arah. Jantung, tekanan darah, dan pernafasan turun
– naik, aliran darah ke otak bertambah dan otot – otot
sangat rilaks. Siklus pertama dan kedua REM berlangsung
selama 5 – 15 menit yang ditandai dengan banyaknya
impian ( disebut tidur-mimpi ).
Fisiologi Tidur dan Insomnia
b. Insomnia
Insomnia atau sukar tidur disebabkan oleh banyak gangguan
fisik seperti ; batuk, rasa nyeri, migrain, restless legs, atau sesak
nafas ( asma, bronchitis ). Berdasarkan waktu berlangsungnya,
Insomnia diklasifikasikan ke dalam 3 jenis diantaranya adalah
sebagai berikut :

a) Insomnia Awal ( kesulitan masuk tidur ). Hal ini disebabkan


oleh adanya factor – factor kejiwaan seperti emosi,
kecemasan, ketegangan, dan depresi.
b) Insomnia Menengah ( terjaga di tengah malam ). Biasa
timbul pada peristiwa – peristiwa medis seperti penghentian
pernafasan sementara selama tidur ( sleepapnoe ) dan
gangguan prostat.
c) Insomnia Terlambat ( Late Insomnia ). Terjadi di waktu subuh
yang disebabkan oleh keadaan depresi dan malnutrisi (
anoreksia nervosa ).
Contoh – contoh obat Hipnotik dan Sedatif

a. Barbiturat
 Golongan obat ini telah lama digunakan sebagai hipnotik dan
sedatif. Akan tetapi karena kerjanya yang tidak spesifik, maka
saat ini penggunaannya dikurangi.
 Golongan obat ini juga memiliki beberapa efek diantaranya,
Hangover/ after effect yakni gejala residu depresi SSP setelah
efek hipnotik berakhir. Hal itu berupa gejala vertigo, mual,
muntah, atau diare.
 Bila diberikan dalam keadaan nyeri, Barbiturat lebih
memberikan efek gelisah, eksitasi dan delirium. Bahkan
penggunaan obat ini juga akan menyebabkan hipersensitif
seperti asma, urtikaria, edema.
 Penggunaan golongan obat Barbiturat ini harus dibatasi
penggunaannya yakni dengan hanya untuk jangka waktu
pendek (2 minggu atau kurang).
b. Benzodiazepin

 Benzodiazepin efektif pemakaiannya dalam gangguan tidur


selama beberapa minggu lebih lama dari pada hipnotik dan
sedatif lainnya, tetapi obat-obatan ini tidak boleh dipakai
lebih lama dari 3-5 minggu sebagai hipnotik.
 Penggunaan yang lama dapat menimbulkan ketergantungan
fisik maupun psikis, namun jauh lebih ringan daripada obat
tidur lainnya. Karena sifatnya ini, benzodiazepin dianggap
sebagai obat tidur pilihan pertama.
 Contoh obat jenis ini adalah Alprazolam, Klordiazepoksid,
Klonazepam, Klorazepat, Diazepam, temazepam,
nitrazepam, flunitrazepam, trizolam.
c. Hipnotif dan Sedatif lain

 Paraldehid
Paraldehid adalah polimer dari asetat dehid. Obat ini diabsobsi
dengan cepat dan didistribusikan secara meluas sehingga efek hipnotik
akan cepat tercapai hanya dalam waktu 10 – 15 menit.

 Kloralhidrat
Kerja obat ini identik dengan obat hipnotik dan sedatif lain. obat
ini dapat menyebabkan pusing, lesu, ataksia, dan mimpi buruk.
Konsumen agaknya dapat menghindari pemakaian berlebihan obat
ini karena keracunan akut dapat menyebabkan ikterius. Sedangkan
penghentian secara mendadak dapat menyebabkan delirium dan
bangkitan yang sering fatal.
 Ekulorvinol
Sebagai hipnotik, obat ini hanya memiliki masa kerja yang sangat
pendek untuk mengendalikan insomnia karena sekitar 90% obat
dirusak di hati. Gejala aftertaste seperti mint, pusing, mual, muntah,
hipotensi, dan rasa kebal di daerah muka adalah efek samping yang
paling sering dijumpai selain efek tambahan seperti hipersensitif.

 Meprobamat
Obat ini digunakan sebagai antiansietas, hipnotik dan sedatif.
Selain itu sering juga dipakai untuk menanggulangi insomnia pasien usia
lanjut. Namun penggunaan obat ini secara tunggal dan dengan dosis
yang sangat besar dapat menyebabkan hipotensi, syok, gagal jantung
dan depresi nafas yang berat hingga fatal.

 Bromida
Obat ini hanya berkhasiat hipnotik lemah, atau batu pada dosis
yang mendekati dosis toksis. Sehingga digunakan terutama sebagai
pereda sakit. Efek sedatif baru muncul setelah beberapa hari,
sedangkan ekresinya lambat sehingga ada bahaya kumulasi dengan
dengan efek toksik, akibatnya obat-obat jenis ini tidak digunakan lagi
pada terapi modern.
 Piperidindion dan metaqualon

Piperidin menyerupai barbiturat. Obat sedatif-hipnotik yaitu


berupa glutetimid dan metiprilon, yang mempunyai efek serupa
dengan barbiturat dengan masa kerja singkat, kedua obat ini
dipasarkan sebagai non aditif, terapi obat-obat ini menimbulkan
adiksi dan dapat menimbulkanreaksi merugikan yang serius,
seperti kolaps vasomotor, anemia aplastik yang berat dan reaksi
alergi. Iritasi lambung juga kadang-kadang terjadi.

Selain obat – obatan di atas, ada pula obat etonidat dan


klometiazol yang juga digunakan untuk mendapatkan efek
hipnotik dan sedatif.
Alkohol
 Alkohol ( etanol dan etil alkohol ) juga merupakan senyawa –
senyawa yang memiliki sifat pendepresi SSP.
 Alkohol memiliki pengaruh yang sangat luas di dalam tubuh
 Mekanisme kerja alkohol adalah dengan mengganggu pengaturan
eksitasi atau inhibisi di otak sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya disinhibisi, ataksia, dan sedasi. Selain itu alkohol juga
dapat memberikan efek pada sistem organ tubuh, termasuk
saluran pencernaan, kardiovaskuler, sistem SSP, bahkan hingga
mempengaruhi perkembangan embrio dan fetus.
 Alkohol tersebar merata ke seluruh jaringan dan cairan tubuh.
Alkohol yang dapat melewati sawar otak. Selain itu alkohol juga
dapat menembus sawar uri dan janin.
 Alkohol yang merupakan salah satu senyawa pendepresi SSP,
dapat memberikan efek sedasi dan ansietas. Pada kadar yang
lebih besar, alkohol dapat menyebabkan bicara yang tak
jelas, ataksia, tak dapat menentukan keputusan, prilaku
disinhibisi, serta daya ingat, konsentrasi dan daya mawas diri
yang akan tumpul lalu hilang.
 Pada sistem peredaran darah jantung, efek langsung alkohol
sangat kecil. Adapun bila terjadi depresi kardiovaskular pada
keracunan akut alkohol yang berat, hal itu lebih disebabkan
oleh faktor sentral dan depresi nafas.
 Penggunaan alkohol secara berlebihan dalam jangka panjang
dapat menyebabkan kerusakan jantung menetap, dan
merupakan penyebab utama kardiomiopati di negara barat.
 Mukosa lambung pada peminum alkohol berat dapat rusak
dan terjadi gastritis akut maupun kronik. di hati, alkohol dapat
menyebabkan infiltrasi lemak, hepatitis, dan sirosis.

Anda mungkin juga menyukai