Anda di halaman 1dari 44

ULKUS KORNEA

Teguh Oky Fachrozy S


ANATOMI KORNEA
 Kornea berasal dari bahasa latin, “kornu” yang berarti tanduk.
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya dan merupakan lapisan jaringan yang menutup bola
mata bagian depan.

 Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada


persambungan ini disebut sulkus skelaris.

 Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah,


sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm.

 Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda dari anterior ke


posterior yaitu lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma, membran
Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea
disebut limbus kornea.

 Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar


+ 43 dioptri
LANJUTTAN …
 Kornea bertanggung jawab terhadap ¾ kekuatan optik dari mata.

 Dengan tidak adanya pembuluh darah maka untuk memenuhi


kebetuhan nutrisi dan pembuangan produk metabolik pada
kornea dilakukan melalui aqueous humor pada bagian posterior
dan melalui air mata yang melewati air mata pada bagian
anterior.

 Kornea diinervasi oleh cabang pertama dari nervus trigeminus


yang menyebabkan segala kerusakan pada kornea (abrasi kornea,
keratitis, dll) menimbulkan rasa sakit, fotofobia, dan refleks
lakrimasi.3
HISTOLOGI KORNEA
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam:
1. Lapisan epitel
 Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel pipih tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel
polygonal dan sel gepeng.
 Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung
kontak dengan dunia luar dan terdiri atas 5-6 lapis sel. Basal
sel kolumnar pada lapis sel pertama melekat dengan
membran basement dibagian bawahnya dengan
hemidesmosome. Dua lapisan diatas sel basal tersebut
merupakan sel ”wing”, atau sel payung, dan dua lapisan
diatas berikutnya merupakan sel gepeng.
 Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
LANJUTTAN …

2. Membran Bowman
 Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma dan berasal dari bagian depan stroma
 Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
LANJUTTAN …

3. Jaringan Stroma
 Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen tipe 1 yang
sejajar satu dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini
bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan
embrio atau sesudah trauma. Ketebalan stroma kornea
mencakup 90% dari ketebalan kornea. Stroma kornea tidak dapat
beregenerasi.
LANJUTTAN …

4. Membran Descement
o Merupakan membrana aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan
merupakan membrane basalnya.
o Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 µm.

5. Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar
20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidosom dan zonula okluden.
ULKUS KORNEA
 Definisi
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan
kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel
sampai stroma
EPIDEMIOLOGI
 Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya.
Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000
penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus
kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa
kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya.
Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada
tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis
diperhatikan.
 Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini
sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal,
penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak.
 Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus
kornea 22 beretiologi jamur. Berdasarkan kepustakaan di USA,
laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak
71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India
Utara ditemukan 61% laki-laki
ETIOLOGI
A. INFEKSI
 Infeksi Bakteri
Disebabkan oleh P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia, spesies
Moraxella, dan Moraxella liquefaciens merupakan penyebab
paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala
klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar
bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P.
aeruginosa.

 Infeksi Jamur
Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
LANJUTTAN …
 Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.
Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus
dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis
di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola,
vacinia (jarang).

 Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat
didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi
organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi
yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak,
khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi
juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang
terpapar air atau tanah yang tercemar.
B. NON INFEKSI
 Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan
anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam
mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein
permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak
bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial
saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih
yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium
karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.

 Radiasi atau suhu


Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari
yang akan merusak epitel kornea.
LANJUTTAN …
 Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena
kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di
saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Kekurangan vitamin A menyebabkan keratinisasi generalisata
pada epitel di seluruh tubuh. Perubahan pada konjunctiva dan
kornea bersama-sama dikenal sebagai xerofthalmia.

 Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

 Pajanan (exposure)

 Neurotropik
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea ,
yaitu :
1. Ulkus kornea sentral
 Ulkus kornea bakterialis
 Ulkus kornea fungi
 Ulkus kornea virus
 Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer


 Ulkus marginal
 Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
 Ulkus cincin (ring ulcer)
1. Ulkus Kornea Sentral
A. Ulkus Kornea Bakterialis
 Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus
kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke
arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik
yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel
yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus
sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di
daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan
hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus
yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
ULKUS STREPTOKOKUS :
 Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah
kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan
berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus
cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea,
karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
ULKUS STAFILOKOKUS :
 Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea
yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun
terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi
radangnya minimal.
ULKUS PSEUDOMONAS :
 Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus
sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea
dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna
abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan.
Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata
depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
(Gambar. A) Ulkus
Kornea Bakterialis

(Gambar. B) Ulkus
Kornea
Pseudomonas
B. ULKUS KORNEA FUNGI

 Mata dapat tidak memberikan gejala selama


beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah
trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur
ini. Sering terjadi pada petani. Penggunaan
kortikosteroid yang lama merupakan faktor
predisposisi
Gambar Ulkus Kornea Fungi
C. ULKUS KORNEA VIRUS

 Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali


rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul
satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata
ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva
hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel
dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya
berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster
berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea
hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada
kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
 Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer
yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa
gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi
siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau
bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal
kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar
preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas
diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya
(Gambar a) Ulkus
Kornea Dendritik

(Gambar b) Ulkus
Kornea Herpetik
D. ULKUS KORNEA ACANTHAMOEBA

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan


kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah
ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.

Gambar Ulkus
KorneaAcanthamoeba
2. ULKUS KORNEA PERIFER

a.Ulkus Marginal
 Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel
berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat
pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan
sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa,
dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus
eritromatosis dan lain-lain.
LANJUTTAN …

 b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer
kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia
lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak
teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas
tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang
satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh
permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang
sehat pada bagian yang sentral.
 c. Ring Ulcer
 Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea
terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di
dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul
perforasi. Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat
menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang
sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.
Perjalanan penyakitnya menahun.
PATOLOGI ULKUS KORNEA LOKAL
1. Tahap Infiltrasi Progressif
 Ditandai dengan infiltrasi polimorfonuklear dan limfosit dalam
epitel dari sirkulasi perifer dengan sel dari stroma. Selanjutnya
nekrosis jaringan dapat terjadi , tergantung pada virulensi agen
penyebab dan kekuatan host mekanisme pertahanan.

2. Tahap ulserasi aktif


 Ulserasi dari nekrosis dan pengelupasan dari epitel ,
membran Bowman. Terjadi hiperemi jaringan circumcorneal
dan eksudat purulen pada kornea. Ada juga terjadi kemacetan
vaskular dari iris dan tubuh ciliary dan beberapa derajat iritis
karena penyerapan racun dari ulkus. Eksudasi ke ruang
anterior dari pembuluh iris dan ciliary tubuh dapat
menyebabkan pembentukan hypopyon.
3. Tahap regresi
Regresi disebabkan oleh mekanisme pertahanan host alami
(produksi antibodi humoral dan imunitas seluler pertahanan )
dan respon host normal.

4. Tahap sikatrik
Dalam tahap ini penyembuhan dilanjutkan dengan epitelisasi
progresif yang membentuk penutup permanen. Di bawah
epitel, jaringan fibrosa yang diganti sebagian oleh kornea
fibroblast dan sebagian oleh sel endotel. Bekas luka yang
dihasilkan disebut 'nebula'. Proses memperdalam dan
mencapai hingga lapisan membran descemet ini membentuk
suatu tonjolan sebagai Descemetocele.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa

Gejala Subjektif
 Silau (akibat kontraksi iris meradang yang nyeri)
 Nyeri
 Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus
terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan
lapisan epitel kornea
 Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
 Sekret mukopurulen (pada ulkus bakteri purulen)
 Merasa ada benda asing di mata
 Pandangan kabur
 Mata berair
 Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
LANJUTTAN …

Gejala Objektif
 Injeksi siliar
 Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
 Hipopion
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan
slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis
Pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan
adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat
penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat
infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya
pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid
LANJUTTAN …
Pemeriksaan Fisik
Didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar,
kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea.
Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan
hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan
diagnostik seperti :
 Ketajaman penglihatan
 Tes refraksi
 Tes air mata
 Pemeriksaan slit-lamp
 Keratometri (pengukuran kornea)
 Respon reflek pupil

Gambar 9. Kornea ulcer


dengan fluoresensi
Pemeriksaan Penunjang
 Perwarnaan kornea dengan zat fluorensensi
 Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa
atau KOH)

Gambar. Pewarnaan gram


ulkus kornea fungi
Pewarnaan gram ulkus Pewarnaan gram ulkus
kornea herpes simplex kornea herpes zoster

Pewarnaan gram ulkus


Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri
kornea bakteri akantamoeba
TERAPI UMUM
 Hilangkan segala macam benda asing dan bahan yang dapat
merangsang.
 Kompres hangat : mereduksi nyeri, memberikan kenyamanan,
menyebabkan vasodilatasi.
 Kacamata hitam : untuk menghindari fotofobia.
 Istirahat yang cukup, diet yang bergizi, lingkungan yang bersih
dan sehat.
 Bila terdapat ulkus yang disertai dengan pembentukan secret
yang banyak, jangan dibalut. Karena dapat menghalangi
pengaliran secret infeksi dan memberikan media yang baik untuk
perkembangbiakan kuman penyebabnya.
 Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari.
TERAPI SPESIFIK
Ukuran ulkus Lokasi Cara pengobatan
3mm Tidak axial - Rawat jalan
- Antibiotik topikal tiap
jam
3mm Axial - Rawat inap
- Antibiotik topikal tiap
jam
- Antibiotik
subkonjungtiva
3mm + hypopyon Dimana saja - Rawat inap
- Antibiotik topikal tiap
jam
- Antibiotik
subkonjungtiva
- Antibiotik parenteral
 Antibiotik topikal.
Terapi utama sebelum hasil kultur dan hasil uji sensitifitas
keluar harus d berikan antibiotik spektrum luas. Dapat diberikan
Gentamycin 14 mg/ml atau Tobramycin 14 mg/ml dengan
cephazoline 50mg/ml tiap setengah hingga satu jam untuk
beberapa hari pertama kemudian dikurangi menjadi per dua jam.
Setelah respon yang diinginkan tercapai, tetes mata dapat
diganti dengan ciprofloxacin (0,3%), Ofloxacin (0,3%), atau
Gatifloxacin (0,3%)

 Antibiotik sistemik.
Biasanya tidak diperlukan. Tapi diperlukan untuk kasus yang
berat dengan perforasi atau jika sclera ikut terkena dapat
diberikan cephalosporine dan aminoglycoside atau oral
ciprofloxacin (750 mg dua kali sehari).
Ulkus kornea jamur
 Antifungi topikal diberikan secara tetes digunakan dalam jangka
yang lama :
 Natamycin tetes mata (5%)
 Fluconazol tetes mata (0,2%)
 Nystatin salep mata (3,5%)
 Antifungi sistemik diperlukan untuk kasus ulkus kornea karena
jamur dengan derajat berat, dapat diberikan dengan tablet
Fluconazole atau ketoconazole selama 2-3 minggu.
Ulkus kornea virus
 Antivirus topikal selalu dimulai dengan 1 jenis obat dahulu dan
dilihat responnya. Biasanya setelah 4 hari, lesi mulai membaik
dimana akan sembuh total dalam 10 hari. Setelah sembuh,
pemberian dosis obat dapat diturunkan setiap 5 hari. Jika sampai
hari ke 7 pemberian antivirus tidak berespon berarti virus sudah
resisten terhadap obat tersebut, sehingga dapat diganti dengan
antivirus yang lain atau dapat dilakukan mekanik debridement.
Antivirus yang paling sering digunakan :
 Aciclovir salep mata (3%), diberikan 5 kali sehari sampai ulcer
sembuh lalu dilanjutkan 3 kali sehari selama 5 hari. Obat ini
paling sering digunakan selain efek samping paling sedikit,
Aciclovir juga dapat penetrasi ke epitel kornea dan ke stroma.
 Ganciclovir gel (0.15%), diberikan 5 kali sehari sampai ulcer
sembuh lalu dilanjutkan 3 kali sehari selama 5 hari.

Anda mungkin juga menyukai