Anda di halaman 1dari 83

BIO- AKUSTIK

Fenomena cahaya, Peralatan optik


Dan
Karakteristik Bunyi dan Pemanfaatannya

Manogari S, Ssi, MT.


Ilmu yang mempelajari hakekat
cahaya dan pemanfaatannya
OPTIKA GEOMETRIK
 Penjalaran cahaya dalam medium secara garis lurus
 Berkas-berkas cahaya disebut garis cahaya dan digambar secara garis
lurus
 Rumus cermin dan lensa 1
f  1
So  1
Si

f = fokus = titik api


So = jarak benda
Si = jarak bayangan
 Hukum Wllebrord Snellius
sin i = n2
sin r n1
n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias (refraksi)
OPTIKA FISIKA
 Gejala cahaya speperti dispersi, interferensi dan polarisasi tidak dapat
dijelaskan melalui metode optika geometri
 Sir Isaac Newton: peristiwa cahaya sebagai sbuah aliran dari butir-butir
kecil (teori korpuskuler)
 Plank: cahaya terdiri atas kwanta atau foton-foton, hal ini dapat
menjelaskan mengapa benda panas apabila terkena sinar
 Thomas Young & August Fresnel:cahaya dapat melentur dan
berinterferensi.
 James Clark Maxwell: cepat rambat cahaya 3 x 108 m/detik, artinya
cahaya adalah gelombang elektro magnetik.
 Huygens: cahaya itu sebagai gejala gelombang. Dari sebuah sumber
cahaya menjalarlah getaran-getaran kesemua jurusan
 Einstein: logam disinari dengan cahaya akan memancarkan elekron
(gejala foto listrik). Cahayamempunyai sifat materi (partikel) dan sifat
gelombang.
 Berdasarkan bentuk permukaan terbagi menjadi:
 Lensa yg mempunyai permukaan sferis:
 Lensa kovergen/konveks: sinar sejajar yang menembus lensa
akan berkumpul menjadi bayangan nyata. Juga disebut lensa
positif atau lensa cembung
 Lensa divergen/konkaf: sinar sejajar yang menembus lensa akan
menyebar, lensa ini disebut lensa cekung atau lensa negatif
 Lensa yg mempunyai permukaan silinder disebut lensa
silindris. Ada yang mempunyai fokus negatif ada yang
positif
 Kesesatan lensa
Berdasarkan persamaan yg berkaitan dengan jarak
benda, jarak bayangan, jarak fokus, radius
kelengkungan lensa serta sinar-sinar yang datang
paraksial memungkinkan adanya kesesatan lensa
(aberasi lensa)
Macam-macam aberasi lensa:
1. Aberasi sferis (disebabkan oleh kecembungan lensa)
 sinar paraksial (sinar-sinar dari pinggir lensa)
membentuk bayangan di P’
 Aberasi ini dapat dihilangkan dengan
mempergunakan diafragma yang diletakkan di depan
lensa
2. Koma:
 Terjadi akibat tidak sanggupnya lensa
membentuk bayangan dari sinar di
tengah-tengah dan sinar tepi.
 Berbeda dengan aberasi sferis pd aberasi
koma sebuah titik benda akan terbentuk
bayangan seperti bintang berekor
 Gejala koma tidak dapat diatasi dengan
diafragma
3. Astigmatisma
 Disebabkan oleh suatu titik benda membentuk sudut
besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk
ada dua yaitu primer dan sekunder
 Bila sudut antara sumbu dengan titik benda relatif kecil
maka kemungkinan akan berbentuk koma
4. Kelengkungan medan
 Bayangan yg dibentuk oleh lensa pd layar
letaknya tidak dlm satu bidang datar melainkan
pd bidang lengkung

5. Distorsi
 Gejala terbentuknya bayangan palsu
 Terjadi oleh karena di depan atau di belakang
lensa diletakkan diafragma atau cela.benda
berbentuk kisi akan tampak bayangan
berbentuk tong atau berbentuk bantal
 Dapat dihilangkan dengan memasang sebuah
cela diantara dua buah lensa
6. Aberasi kromatis:
 Terjadi oleh karena fokus lensa berbeda-beda untuk
tiap-tiap warna
 Akibatnya bayangan yang terbentuk akan tampak
berbagai jarak dari lensa
 Ada dua jenis, yaitu:
 Aberasi kromatis aksial/longitudinal: perubahan jarak bayangan
sesuai dengan indeks bias
 Aberasi kromatis lateral: perubahan aberasi dalam ukuran
bayangan
 Untuk menghilangkan gejala ini digunakan “achromatic
double lens”
 Tiga komponen pd pengideraan penglihatan:
 Mata memfokuskan bayangan pd retina
 Sistem saraf mata yg memberi informasi
ke otak
 Korteks penglihatan salah satu bgn yang
menganalisa penglihatan tersebut
 Bagian-bagian mata:
 Retina:
 Terdapat rod (batang) dan Cones
(kerucut)
 Rod untuk melihat pd malam hari
 Cones melihat pd siang hari
 Retina akan melanjut ke saraf optikus
 Fovea centralis:
 daerah cekung yang berukuran 0,25
mm.
 Di tengah-tengah terdapat bintik
kuning (makula lutea)
Kornea
 Kornea merupakan lapisan mata paling depan
 Berfungsi memfokuskan benda dengan cara
refraksi
 Tebalnya 0,5 mm

 Lensa
 Terdiri dari kristal
 Mempunyai dua permukaan dengan jari-jari
kelengkungan 7,8 mm
 Fungsinya adalah memfokuskan objek pd
berbagai jarak
 Pupil
 Di tengah-tengah iris
 Fungsinya mengatur cahaya yang masuk
 Bila cahaya terang, pupil menguncup
(miosis)
 Bila cahaya redup, pupil melebar
(midriasis)
 Sistim optik mata serupa dengan
kamera tv, bahkan lebih mahal oleh
karena:
 Mata bisa mengamati objek dengan sudut yang
sangat besar
 Tiap mata mempunyai kelopak mata dan cairan
lubrikasi
 Dalam satu detik dapat memfokuskan objek yang
berjarak 20 cm
 Mata sangat efektif pada intensitas cahaya 1010 : 1
 Diafragma mata diatur secara otomatis oleh iris
 Kornea terdiri dari sel-sel hidup namun
tidak mendapat vaskularisasi
 Tekanan bola mata diatur secara otomatis
sehingga mencapai 20 mmHg
 Tiap mata dilindungi oleh tulang
 Bayangan yang terbentuk oleh mata akan
diteruskan ke otak
 Bola mata dilengkapi dengan otot-otot
mata yang mengatur gerakan bola mata
 Otot-otot yang berperan dalam menggerakkan
mata:
1. M.rektus medialis: menarik bola mata ke dalam
2. M.rektus lateralis: menarik bola mata
kesamping
3. M.rektus superior: menarik bola mata ke atas
4. M.rektus inferior: menarik bola mata ke bawah
5. M.oblikus inferior: memutar ke samping atas
6. M.oblikus superior: memutar ke samping dalam
 Daya akomodasi
 Adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan objek
 Pd saat melihat jauh, tidak terjadi akomodasi
 Makin dekat benda yang dilihat semakin kuat lensa
berakomodasi
 Tergantung pada usia, semakin tua semakin
menurun.oleh karena kekenyalan lensa berkurang
 Jarak terdekat dari benda agar masih
dapat dilihat dengan jelas dikatakan
benda terletak pada “titik dekat”
(punctum proximum)
 Jarak punctum proximum terhadap mata
dinyatakan P (dlm meter), maka 1/p
disebut Ap (axial proximum); pd saat ini
mata berakomodasi sekuat-kuatnya (mata
berakomodasi maksimum)
MATA

 Jarak terjauh bagi beda agar masih dapat


terlihat dengan jelas dikatakn benda
terletak pd titik jauh (punctum remotum)
 Jarak punctum remotum terhadap mata
dinyatakan r (dalam meter), maka 1/r
disebut Ar (axial remotum), pada saat ini
mta tidak berakomodasi (lepas
akomodasi)
 Refractive indicies within the eye

Aqueous Humour 1.33 Vitreous Humour 1.33

Cornea 1.37

Crystalline Lens 1.38 (outer layers)


1.41 (inner layers)
The general lens equation is
n1/u + nL/v = (nL- n1)/R1 - (nL- n2)/R2 = 1/f
Here u and v are respectively the source and image
distances from the lens, f is the focal length of the
lens, R1 and R2 are the radii of curvature of the front
and rear (bagian belakang) surfaces of the lens, n1 is
the refractive index of the medium in front of the lens,
n2 is the refractive index of the medium after the lens
and nL is the refractive index of the lens material.
To trace accurately the path of a light ray through the eye,
we must calculate the refraction at four surfaces (two at the
cornea and two at the crystalline lens). It is possible to
simplify this procedure with a model called the reduced
eye. Here all the refraction is assumed to occur at the front
surface of the cornea, which is constructed to have a
diameter of 5 mm. The eye is assumed to be homogeneous,
with an index of refraction of 1.333 (the same as water). The
retina is located 2 cm behind the cornea.
Untuk kondisi ini berapakah kekuatan lensa mata?
Mata Normal (Emitropi)
• Permukaan retina terdiri atas berjuta-juta sel
sensitif
• Karena bentuknya disebut sel batang dan sel
kerucut
• Ketika dirangsang oleh cahaya, sel-sel ini mengirim
sinyial-sinyial melalui saraf optik ke otak.
• Di otak arti bayangan diterjemahkan sehingga kita
mendapat kesan melihat benda.
• Bayangan nyata benda dapat diterima dengan jelas
jika bayangan tersebut jatuh diretina
 Mata emetropia:
 Mempunyai titik jauh tak terhingga akan
memberi bayangan benda secara tajam pd
selaput retina
 Mempunyai punctum proximum sekitar 25 cm
 Mempunyai punctum proximum > 25 cm
disebut presbiopia
 Mata ametropia
 Mempunyai titik jauh bukan tak terhingga
 Terdiri dari 2 jenis:
 Miopia
 Hipermetropia
 Structure
 Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu kecil
 Bentuk mata terlalu lonjong,benda berjauhan tak
terhingga akan tergambar tajam di depan retina
 Dapat melihat tajam benda dekat tanpa akomodasi
 Melihat benda yg lebih dekat lagi dengan akomodasi
kuat
 Rabun jauh memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh
pada jarak tertentu.
 Cacat mata ini terjadi karena lensa mata tidak dapat
menjadi lebih pipih sebagaimana mestinya, sehingga
bayangan benda jatuh di depan retina.
MIOPIA

Si

Si = - PR
 Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu besar
 Bola mata agak gepeng dari normal
 Tanpa akomodasi bayangan tak terhingga akan
terletak di belakang retina.
 Rabun dekat memiliki punctum procximum lebih
besar dari 25 cm dan titik jauh dapat saja tidak ada
masalah.
 Keadaan ini terjadi karena lensa mata tidak dapat
menjadi lebih cembung sebagai mana mestinya
sehingga bayangan benda jatuh dibelakang retina.
HIPERMETROPIA

Si = - PP

100/25 + 100/-PP = 100/f = P


 Mata presbiopia
 Memakai kaca mata positif
 Mata hipermetropia
 Memakai kaca mata positif
 Mata miopia
 Memakai kacamata negatif
 Mata astigmatisma
 Kamata silindris
 Campuran
 Kaca mata bifokal (negatif di atas, positif di bawah)
• Jarak antara lensa mata dan retina sebagai layar
selalu tetap.
• Kelengkungan lensa mata dapat diubah-ubah
oleh otot siliar, berubahnya kelengkungan lensa
maka jarak fokus lensapun akan berubah.
• Perubahan ini disebut daya akomodasi.
• Daya akomodasi mata adalah daya untuk
membuat lensa mata lebih cembung atau lebih
pipih sesuai dengan jarak benda yang dilihat
oleh mata.
KEKUATAN FOKUS MATA NORMAL:

1 1 1
   50 D
f  0,02
 Bila seorang pasien diperiksa oleh seorang dokter,
titik dektanya 0,5 meter dan penderita ingin
membaca pd jarak 0,25 meter.
 Pertanyaan:
 Berapakah daya akomodasi pasien tersebut ?
 Berapakh kekuatan kekuatan lensa agar
penderita dapat membaca pd jarak 0,25 meter?
 Jawab:
 Kekuatan fokus mata normal
1 1 1
   50 D
f  0,02
 Fokus mata orang tersebut

1 1 1
   2  50 D  52 D
f 0,5 0, 02
Daya akomodasi : 52D – 50 D = 2 D
 Untuk melihat benda pd jarak 0,25 meter, maka kekuatan matanya:

1 1 1
   4  50 D  54 D
f 0, 25 0, 02
 Penderita tersebut harus memakai kaca mata dengan kekuatan:
54 D - 52D = 2 D
 VISUS
 Menentukan baik buruknya fungsi mata keseluruhan
 Untuk menentukan visus, digunakan kartu snellen
 Bila pd pemeriksaan diperoleh 20/40 berarti penderita dpt
membaca huruf pd 20 ft sedangkan bagi mata normal
dapat membaca 40 ft, (20 ft = 4 meter)
 Rumus : V = d
D
V = visus
d = jarak yg dilihat penderita
D = jarak yg dilihat mata normal
 1 = penderita dapat menghitung jari pd
60
jarak 1 meter

1
 300 = penderita hanya dapat melihat gerakan
tangan pd jarak 1 meter

 1 = hanya dapat membedakan terang



dan gelap
 Bagian mata yang tanggap cahaya adlah retina
 Ada 2 fotoreseptor pd retina yaitu:
 Rod (batang)
 Cone (kerucut)
 Foto reseptor terletak beberapa lapis di belakang
jaringan saraf (bukan pd permukaan retina)
 Sel Batang (Rod)
Sel batang berfungsi untuk membantu penglihatan
pada saat intensitas cahaya lemah.
Sel-sel batang tidak dapat melihat pada cahaya lemah.
Sel batang mempunyai pigmen yang sensitif terhadap
cahaya merah (rhodopsin). Rhodopsin terdiri atas
opsin dan retinin. Pada saat terang, pigmen ini terurai
dan dibentuk kembali pada saat gelap. pembentukan
rhodopsin memerlukan vitamin A. Akibatnya, jika
seseorang mengalami kekurangan vitamin A, akan
menderita rabun senja. Pembentukan rhodopsin
memerlukan waktu adaptasi. Itulah sebabnya kita
tidak dapat melihat dengan cepat jika kita beralih dari
tempat terang ke tempat remang-remang
 Sel Kerucut (cone)
Sel kerucut sangat penting untuk melihat pada
waktu terang sehingga kita dapat melihat warna
objek tertentu. Sel kerucut mengandung pigmen
iodopsin. Ada 3 jenis iodopsin, yaitu iodopsin
merah, hijau dan biru. Iodopsin ini akan mulai
terurai dengan cahaya yang kuat. Jika kita berada
di tempat gelap, kemudian masuk ke tempat
terang iodopsin akan terurai dengan cepat.
Akibatnya, kita merasa silau.
 Sensitivity:
Vitamin A berperan sebagai Retinene yang
merupakan komponen dari zat penglihatan
Rhodopsin (zat yang dapat menerima rangsangan
cahaya dan merubah energi cahaya menjadi
energi biolistrik yang merangsang penglihatan).
 Permeabilitas membrane
Vitamin A berperan dalam mengatur permeabilitas
membran maupun membran dari sub organik selular.
Melalui pengaturan permeabilitas membrane sel
vitamin A konsentrasi zat-zat gizi dalam sel yang
dipergunakan untuk metabolisme sel.
 Cone (kerucut):
 Berfungsi pd siang hari disebut “fotopik”
 Sensitif thdp warna kuning , hijau, dan merah
 Kepekaan terhadap cahaya merah lebih baik
dibandingkan batang.
 Terdapat terutama di fovea centralis
 Rod (batang):
 Berfungsi pd waktu malam hari disebut
“skotopik”
 Sensitif terhadap warna biru, hijau, dan merah
A. Teori tanggap warna
A. Cone biru, dapat menerima cahaya ungu, biru, dan
hijau (panjang gelombang 400 – 500 milimikron)
B. Cone hijau, dapat mendeteksi warna biru, hijau,
kuning, orange dan merah (panjang gelombang 450 –
675 milimikron)
C. Cone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang
gelombang, tetapi lebih kuat terhadap cahaya orange
kemerahan
 Jika cone merah (-), masih dapat melihat warna
hijau, kuning,orange dan merah dengan
menggunakan cone hijau, tetapi tidak dapat
membedakan secara tepat
 Jika cone hijau (-), masih dapat melihat seluruh
warna, tetapi tidak dapat membedakan antara
warna hijau, kuning, orange dan merah
 Jika cone biru (-), sukar membedakan warna ungu,
biru dan hijau. Keadaan ini disebut blue weakness
(kelemahan biru)
 Buta warna merah disebut protanopia
 Buta warna hijau disebut deuteranopia
 Buta terhadap warna biru disebut tritanopia
 OPTHALMOSKOP,untuk mengetahui keadaan
fondus okuli (retina dan pembuluh darah
khoroidea)
 RETINOSKOP,menentukan resep lensa untuk
koreksi penderita
 KERATOMETER, mengukur kelengkungan kornea
untuk pemakaian lensa kontak.
 TONOMETER, mengukur tekanan intraokuler
 PUPILOMETER, mengukur diameter pupil
 LENSOMETER,mengukur kekuatan lensa
 Sumber cahaya:
 Cahaya alam (natural lighting):
 Matahari
 Cahaya buatan:
 Listrik
 Lampu
 Lilin
Hubungan gelombang cahaya dan gelombang
elektromagnetik

 Cahaya yg dilewatkan melalui prisma akan


direfraksi (dibiaskan) dan diuraikan (dispersi)
menjadi tujuh warna:
 Merah
 Jingga
 Kuning
 Hijau
 Biru
 Nila
 Ungu
 Lanjutan merah adalah infra merah
 Lanjutan ungu adalah ultra ungu
 Gelombang cayah dibagi 3 bagian yaitu:
1. Ungu ultra, panjang gelombang antara 100 – 400 nm
2. Sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 –
700 nm
3. Sinar infra merah, panjang gelombang 700 – 10.000
nm
4. Energi gelombang cahaya dapat dihitung dengan
rumus

E = h.f = h. c/

h = 6, 63*10-34 J.s
C = 3*108 m/s
Penggunaan sinar dalam bidang kedokteran:
A. Sinar tampak
1. Transiiluminasi,untuk mengetahui adanya gejala
hidrosefalus, pneumotoraks, kelainan testes dan
payudara
2. Endoskop, melihat ruang di dalam tubuh
3. Sistoskop,untuk melihat struktur di dalam
kandung kemih
4. Proktoskop, untuk melihat struktur rektum
5. Bronkoskop, untuk melihat bronkus
B. Sinar ungu ultra (ultra violet):
 Sterilisasi
 Artritis
 Pembentukan vitamin D
C. Infrah merah :
 Diatermi pd penderita artritis
 Untuk menunjukkan aliran vena pd kulit
 Fotografi terhadap pupil
D. Sinar biru:
 Fototerapi untuk bayi kuning
E. Laser (light amplification by stimulated emission of radiation)
 Pd beberapa penyakit mata, sinar laser digunakan untuk
koagulasi darah dan memblokir pembuluh darah vena
 Holography (foto tiga dimensi)
 Pengobatan kanker
 Operasi ( sunatan dengan teknologi laser)
 Lasik untuk operasi mata
 Laser in Dermatologis (kecantikan)
Penerangan dan Fotometri
 Intensitas cahaya (I) suatu sumber cahaya adalah
ukuran kekuatan sumber cahaya menurut mata kita.
 Case
 Karena mata kurang peka terhadap cahaya warna biru
daripada cahaya hijau , maka sumber cahaya biru
harus mengeluarkan daya yang lebih besar daripada
sumber cahaya hijau, jika kedua sumber cahaya
mendapat kesan yang sama intensitasnya oleh mata
kita .
Sumber Titik Isotropik




r
 Jumlah cahaya yang terlihat dan dipancarkan oleh suatu
sumber dinyatakan oleh Flux Pancaran cahaya total F
dari sumber (total luminous flux).
 Intensitas cahaya dari suatu sumber cahaya titik
dinyatakan dalam Candela.
 Flux yang keluar dari suatu titik sumber cahaya sebesar 1
candela, terpancar ke segala arah sama rata melalui
satu-satuan waktu ruang ( 1 steradian) adalah 1 Lumen
 F = .I = 4.I ( Lumen)
 Jadi 1 Lumen adalah jumlah flux cahaya yang
dipancarkan oleh sumber cahaya yang intensitasnya 1
candela melalui bidang bola seluas 1 m2.
Iluminasi atau Penerangan (E)
 Banyaknya cahaya yang tiba pada suatu luas permukaan.
 Jika flux sebesar F tiba pada permukaan A, maka
intensitas penerangan (iluminasi) di tempat itu adalah E
 Lm/m2 sering disebut “ foot candle” dan setara dengan
Luks(lux)
 Dimana 1 lm/ft2 = 1 ft candle = 10.76 lx

E F
A  4 . I
4 .r 2
 I
r2
 Kekuatan penerangan yang paling maksimum pada
suatu permukaan akan terjadi bila flux cahaya jatuh
secara tegak lurus permukaan, karena dalam keadaan
demikian flux akan maksimum tiba pada permukaan.
 Jika permukaan tidak tegak lurus flux tetapi normal
permukaan membentuk sudut  dengan arah flux,
maka tidak semua flux akan menerangi permukaan itu
melainkan
N

Emaks.Cos

Emaks

 Kuat penerangan yang tiba pada permukaan adalah


 E = Emaks.cos = I/r2.cos
 Azas fotometri

E1  E2  I1
I2  
r1 2
r2
LUP
 Alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil
seperi lubang gigi, ruang tenggorokan,telinga
 Teriri dari satu lensa positip
 Syarat benda dilteakkan 0<So<=f
 Perbesaran anguler untuk lup

Ma  Sn
f  Sn
D  X . Sn
f .D
LUP

 Sn : Jarak baca normal ( 25 – 30 cm)


f : Jarak fokus lensa lup yang digunakan
X : Jarak antara mata dengan lup
D : Jarak akomodasi tertentu dari mata ketika
mengamati suatu objek dengan
menggunakan Lup
MIKROSKOP

Siok

Siob Sok

Sob
d = Siob + Sok
Perbesaran total Mikroskop
 Mtotal = Mob x Mok

M Siob  Sn Sn 
tot  x  
Sob  f ok D 
BIOAKUSTIK
 Kecepatan Gelombang (Bunyi)
 Gelombang bunyi timbul akibat terjadinya
perubahan mekanik pada gas, zat cair dan padat
yang merambat dengan kecepatan tertentu.
Bunyi mempunyai hubungan antara Frekwensi (f)
bunyi, panjang gelombang () dan kecepatan (v),
yang secara matematis hubungan itu dapat
dinyatakan dalam rumus
 V = xf
Pembagian Frekwensi Bunyi
 Berdasarkan frekwensi maka bunyi dibedakan dalam
3 daerah frekwensi
1. 0-20 Hz : Daerah infrasonik, yang termasuk disini
adalah getaran tanah, gempa bumi
2. 20-20.000 Hz : Daerah sonik, yaitu daerah yang
termasuk frekwensi yang dapat didengar (audio
frekwensi)
3. Diatas 20.000 Hz : Daerah ultrasonik
Pembagian frekwensi bunyi mempunyai arti : pengobatan,
diagnosis, nyeri yang ditimbulkan dan sebagainya
1. Frekwensi bunyi antara 0 -20 Hz (Infrasonic)
 Frekwensi ini biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah, bangunan
maupun truk mobil. Frekwensi lebih kecil dari 20 Hz akan
mengakibatkan perasaan yang kurang nyaman (Discomfort), kelesuan
(Fatique) kadang-kadang menimbulkan perubahan pada penglihatan.
Infrasonik yang mengenai tubuh akan menyebabkan resonansi dan
akan terasa sakit pada beberapa bagian tubuh.
2. Frekwensi antara 20-20.000Hz (Audio Frekwensi)
 Dari hasil percobaan diperoleh kepekaan telinga manusia terletak
dalam batas frekwensi bunyi ini.
3. Frekwensi diatas 20.000Hz (Ultrasonik)
 Frekwensi ini dalam bidang kedokteran dipergunakan dalam 3 hal
yaitu : pengobatan, destruktif/penghancuran dan diagnosis
P
I 
A

Intensitas Bunyi

Intensitas gelombang bunyi (I) yaitu daya bunyi persatuan luas

P
I 
A
A = Luas permukaan bola

A = 4r2
Skala Desibel (Nineau Bunyi)
 satu bell (1 ninau suara) = 10 log I/Io
 1 bell = 10 dB
 Satu bell (ninau suara) diatas sering disebut dengan
taraf intensitas yang dinyatakan dengan

Io = intensitas ambang bunyi ( = 1.10-12 watt/m2)


Daftar intensitas dan db (taraf intensitas pada berbagai bunyi)

Bunyi Intensitas (watt/m2) Taraf intensitas (dB)


Suara bisik 10-10 20
Kantor bisik 10-7 50
Bicara jarak 1m 10-6 60
Kebisingan lalu lintas 10-5 70
Suara mobil 10-3 90
Suara nyeri 100 120
Pesawat jet 101 130
Roket tinggal landas 105 170
Sifat Gelombang Bunyi
 Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul
(refleksi), diteruskan (ditransmisikan) dan diserap
oleh benda

Medium1
Medium2
Ao
T
R

Absorb
Azas Dopler
 Azas Dopler ini merupakan gejala/peristiwa bunyi dimana
frekwensi bunyi yang terdengar akan berbeda dengan
frekwensi sumber sebagai akibat dari adanya gerakan
relatif antara sumber bunyi dengan pendengar
 Fenomena ini secara umum dapat dirumuskan sebagai
berikut
V  Vp
fp  . fs
V  Vs
Contoh soal
 Sebuah ambulance bergerak menuju rumah sakit
dengan membawa seorang pasien jika sirene yang
dihasilkan ambulance 640 Hz dan kecepatan mobil
ambulance 20 m/s. Pada saat yang bersamaan seorang
perawat bergerak cepat dengan kecepatan 10 m/s
menjemput pasien hitunglah frekuensi yang didengar
oleh perawat tersebut jika cepat rambat bunyi diudara
pada saat itu 340 m/s?
Ultrasonik Dalam Bidang Kedokteran
1. Magnet Listrik
 Apabila batang ferromagenetik dililiti dengan kawat
kemudian dialiri arus listrik, maka akan timbul
gelomabang ultrasonic pada ujung batang
ferromagenet

Fe2O3
2. Piezo Electric
 Kristal piezo-electric ditemukan oleh piere cure dan
Jacques. Apabila kristal piezo-electric dialiri arus
listrik, maka lempengan kristal akan mengalami
vibrasi sehingga timbul frekwensi ultra, demikian pula
vibrasi kristal akan menimbulkan arus listrik.
Berdasarkan sifat itu maka kristal piezo-electric
dipakai sebagai teransduser pada ultrasonography
(USG)
Daya Ultrasonik
 Frekwensi dan daya Ultrasonik yang dipakai dalam
bidang kedokteran menurut kebutuhan, apabila
Ultrasonik digunakan untuk diagnostic maka
frekwensi yang digunakan sebesar 1MHz sampai 5
MHz dengan daya 0,01w/cm2. apabila daya Ultrasonik
ditingkatkan sampai 1w/cm2 akan dipakai sebagai
pengobatan, sedangkan untuk merusak jaringan
kanker dipakai daya 103 w/cm2
Prinsip Penggunaan Ultrasonik
 Ultrasonik sama dengan gelombang bunyi hanya saja
frekwensi lebih tinggi dan mempunyai efek :
1. Mekanik
 Yaitu membentuk emulsi asap/awan dan disintegrasi beberapa
benda padat, dipakai untuk menentukan lokasi batu empedu
2. Panas
 Nelson Heerich dan Krusen, menunjukkan bahwa sebagain
Ultrasonik mengalami refleksi pada titik yang bersangkutan,
sedangkan sebagian lagi pada titik tersebut mengalami
perubahan panas. Pada jaringan bisa terjadi pembentukan
rongga dengan intensitas yang tinggi
3. Kimia
 Gelombang Ultrasonik menyebabkan proses
oksidasi dan terjadi hidrolisis pada ikatan
polyester
4. Efek Biologis
 Efek yang ditimbulkan Ultrasonik ini merupakan
gabungan dari berbagai efek misalnya akibat
pemanasan yang dapat menimbulkan pelebaran
pembuluh darah. Selain itu Ultrasonik
menyebabkan peningkatan permeabilitas
membrane sel dan kapiler serta merangsang
aktifitas sel sesuai hokum Van’t Hoff otot
mengalami Paralyse dan sel-sel hancur bakteri,
virus dapat mengalami kehancuran. Selain itu
menyebabkan keletihan pada tubuh manusia
apabila daya Ultrasonik ditingkatkan
Ultrasonik sebagai Pelengkap Diagnosis
 Kristal prezo electric yang bertindak sebagai
transduser mengirim gelombang ultrasonik mencapai
suatu dinding (bidang) pemantul, kemudian
gelombang bunyi dipantulkan dan diterima oleh
transduser tersebut pula. Transduser yang menerima
gelombang pantul akan diteruskan ke amplifier
berupa gelombang, listrik, kemudian gelombang
tersebut ditangkap oleh monitor (display) atau CRT
(osiloskop).
Gambaran yang diperoleh CRT tergantung pada
teknik yang dipergunakan
 Ada 3 macam metode dalam memperoleh gambaran
yaitu
1. A Skanning
2. B Skanning
3. M Skanning
HAL-HAL YANG DIDIAGNOSIS DENGAN ULTRASONIK
1. A Skanning
 Dipergunakan untuk mendiagnosa tumor otak (echo
encephalo graphy), memberi informasi tentang penyakit-
penyakit mata, daerah atau tempat yang dalam dari bola mata,
menentukan apakah cornea atau lensa yang opaque atau ada
tumor-tumor retina.
2. B. Skanning
 Untuk memperoleh informasi struktur dalam tubuh
manusia.misalnya seperti hati, lambung, usus, mata, mamma,
jantung janin.
 Untuk mendeteksi kehamilan sekitar 6 minggu, kelainan
uterus/kandung peranakan dan kasus-kasus perdarahan yang
abnormal serta abortus yang sedang berlangsung.
 Lebih banyak memberi informasi daripada sinar-X dan sedikit
resiko yang terjadi. Contoh deteksi kista
3. M. Skanning
 Memberi informasi tentang jantung, valvuta jantung,
pericardial effiusion (timbunanan zat cair dalam
kantong jantung)
 M Skanning mempunyai kelebihan yaitu dapat
dikerjakan sembari pengobatan berlangsung untuk
menunjukkan kemajuan dalam pengobatan

Anda mungkin juga menyukai