Anda di halaman 1dari 7

Nama kelompok :

PERKAWINAN LAMPUNG ADAT SAIBATIN 1.) Kansha Alexandra


2.) Ully Pratiwi
3.) Lillya Oktaviana Dewi
4.) Syafira Dini Asmarani
I. ADAT PERKAWINAN

Dalam hal perkawinan yang telah diteradatkan di Paksi Bejalan Di Way Sekala Bekhak ada 4 [empat] jenis
Status Perkawinan, yaitu:

 Djujor
Djujor adalah dimana Muli yang diambil oleh Mekhanai untuk menjadi istrinya, maka sang
Mekhanai dan Keluarganya harus menyerahkan/membayar Uang Adat kepada ahli si Muli berdasarkan
permintaan dari ahli Keluarga si Muli. Sedangkan permintaaan siMuli kepada sang
Mekhanai disebut Kiluan juga harus dibayar/dipenuhi oleh sang Mekhanai Kiluan yang menjadi hak siMuli.
Dalam perkawinan djujor dikenal juga istilah Mentudau dan bila ini terjadi berarti si Muli akan
meninggalkan keluarganya dan tidak akan mendapat warisan dari keluarga si Muli, baik harta dan juga
Adoq dari Keluarga asal. Selanjutnya si Muli akan diantar oleh sanak keluarganya menuju
rumah calon suaminya dan sepenuhnya akan menegakkan rumah tangga dan keluarga pihak suami.
Biasanya Muliyang mentudau ini akan berangkat kerumah suaminya dengan membawa keperluan rumah
tangga yang cukup dimana barang-barang bawaan Kebayan ini dinamakan Benatok, terhadap barang
Benatok hak dan kekuasaannya tetap pada Istri dan Suami tidak berhak atas Benatok tersebut.
 Semanda Lepas
Semanda Lepas dimana sang Pria pergi ke rumah si Wanita untuk menegakkan jurai dari fihak
Istrinya. Sang Pria tidak boleh membawaIstrinya untuk tinggal selamanya ditempat
keluarga Pria walaupun ada persetujuan dari Istri, sebab sudah teradatkan sang Pria sudah lepas dari
ahli Keluarganya dan hidup mati sang Suami adalah menunggu dari menegakkan Jurai Istri di rumah orang
tua Istrinya.

 Semanda Raja Raja


Pada Semanda Raja Raja awalnya sang Pria setelah pernikahan harus tinggal terlebih dahulu di tempat
si Wanita dengan tidak ditentukan masanya, artinya si Suami boleh menunggu Istrinya di rumah mertuanya
sampai mati atau boleh juga untuk beberapa bulan atau beberapa tahun saja. Tetapi bisa juga bila
keduanya sepakat dan menginginkan tinggal di tempat lain yang menurut perkiraan mereka akan medapat
kehidupan yang lebih baik maka keluarga kedua belah pihak tidak boleh menahannya.

 Tanjakh
Dalam hal perkawinan dengan status tanjakh berarti sang Pria tidak semanda dan si Perempuan tidak
metudau. Setelah perkawinan makasepenuhnya diserahkan kepada kedua mempelai Kebayan untuk
tinggal dimana menurut kehendak mereka berdua. Terhadap keluarga dari pihak Istri dan pihak Suami
keduanya mempunyai tugas dan kewajiban yang sama dan adil. Dalam perkembangannya, dewasa ini
pasangan Muli Mekhanai yang akan menikah banyak yang memilih status perkawinan tanjakh.
II. SEBAMBANGAN

Khasan atau rencana pasangan Muli Mekhanai yang berencana untuk


menikah tentunya tidaklah selamanya mulus atau lancar seperti yang diharapkan, ada kalanya pihak
keluarga si Muli tidak setuju dengan calon pilihan si Muli dan demikian juga sebaliknya. Alasan alasan
tidak mendapat persetujuan kedua belah pihak dapat disebabkan antara lain:
v Status sosial yang berbeda
v Si Muli telah dijodohkan sebelumnya oleh Orang Tuanya
v Pihak Pria tidak mampu memenuhi persyaratan yang disyaratkan oleh pihak keluarga si Muli

Dalam hal yang demikian bila niat pasangan Muli Mekhanai sudah bulat atau mungkin karena cintanya
yang tidak mungkin dipisahkan, maka keduanya mengambil jalan pintas tanpa meminta persetujuankedua
Orang Tua [terutama keluarga si Muli] yang dalam Adat Lampung disebut Sebambangan [Kawin Lari].

Sebambangan adalah tindakan yang dirahasiakan oleh kedua pasangan terhadap keluarga
pihak Muli. Oleh sebab itu pada saat siMuli akan meninggalkan rumah harus meninggalkan surat sebagai
keterangan yang ditujukan kepada kedua Orang Tuanya yang isinya memberitahukan
kepergiannya Sebambangan dengan siapa dan kemana, selain surat juga meninggalkan sejumlah uang
yang berasal dari sang Mekhanai.
III. BEKHASAN
Bekhasan adalah upaya Musyawarah yang dilaksanakan oleh keduapihak Keluarga untuk
mencapai Mufakat, materi saat Bekhasan antara lain antara lain adalah:
v Status Perkawinan
v Dau Balak atau Uang Sidang disebut juga Penggalang Sila
v Dau Lunik yaitu permintaan Keluarga pihak Wanita
v Kiluan yaitu permintaan si Muli
v Semaya yaitu waktu nikah dan waktu buattak

IV. NGITA
Ngita adalah proses lamaran yang dilaksanakan setelah mendapatkan kesepakatan dalam Bekhasan.
Seluruh keperluan untuk pelaksanaan Ngita dimulai dari bahan bakar, beras, kelapa, buah, dan gulai
serta termasuk tenaga kerja disiapkan oleh pihak keluarga Pria. Alat perangkat Ngita antara
lain adalah:
v Siwok Bukhas Tappan
v Kelapa Gileh
v Gula
v Uyah/Siya Buku
v Khukun Pengangasan
v Khukun Ngudut
v Pakaian Pissan Minjak
v Khukun Pedom
v Khukun Mandi
v Dau Belanja
V. NAYUH/TAYUHAN

Nayuh adalah saat acara adat atau perayaan yang dilaksanakan oleh keluarga
besar [Kebot]. Selain Pernikahan, Tayuhan juga dihelat saat khitanan anak, mendirikan
rumah, pesta panen dan Nettah Adoq.Sebelum dilaksanakan Tayuhan dan Pangan
maka lebih dahulu dilaksanakan rapat keluarga atau rapat adat yang membahas
tentangTayuhan yang dinamakan Himpun.
Pada saat Nayuh inilah baru dipertunjukkan penggunaan perangkat serta alat-alat adat
berupa piranti adat di atas [di lamban] maupunpiranti adat di bah [arak arakan] yang
pemakaiannya disesuaikan dengan ketentuan adat yang belaku. Penggunaan Piranti ini
disesuaikan dengan status Adoq atau Gelar Adat yang disandang.
Untuk persiapan Nayuh biasanya Keluarga besar akan memikul bersama kebutuhan
bersama si empunya Tayuhan yaitu dalam menyiapkan peralatan dan bahan bahan
yang diperlukan. Bahan bahan yang dimaksud seperti:
v Tandang Bulung
v Kecambai
v Nyani Buwak
v Nyekhallai Siwok
v Khambak Bebukha
v Begulai
Selain hal tersebut diatas, Keluarga besar dan khalayak dari pihak Baya maupun
Kuakhi juga memberikan bantuan berupa bahan bahan mentah yang disebut
juga Setukhuk atau berupa bahan makanan yang sudah dimasak dan siap hidang
yang disebut Ngejappang.

Anda mungkin juga menyukai