Anda di halaman 1dari 79

dr. Fahrul, Sp.

B
Membedakan tumor ganas & jinak

 Destruksi korteks
 Reaksi periosteal
 Orientasi / aksis lesi
 Zona transisi
Destruksi korteks
Kortikal diganti oleh :
 fibrous
 chondroid
 lesi tulang rawan
Zona Transisi
 zona transisi sempit: jinak
 zona transisi luas: ganas/agresif
 zona sclerotik: jinak
Zona transisi
 Zona transisi sempit

 batas yang tajam dan well-defined dan merupakan sebuah tanda

pertumbuhan yang lambat.

 Zona transisi lebar

 batas yang ill-defined dengan zona transisi yang luas merupakan

sebuah tanda pertumbuhan yang agresif.


 Reaksi periosteal:
 Sun ray appearance
 Lamelar
 Seperti renda / irreguler.
Jenis-jenis Reaksi Periosteal
Foto polos
 Foto polos tulang memberikan gambaran tentang:
 Lokasi lesi

 Soliter atau multiple

 Jenis tulang yang terkena

 Sifat-sifat tumor
 Batas

 Uniform atau bervariasi, menyebabkan destruksi, memberikan reaksi


pada periosteum, jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.

 Sifat lesi
Tulang
 Tumor ganas primer: 30%
 Tumor ganas tulang sekunder: 70 %
Lokasi Tumor Tulang Potongan Longitudinal
Pola destruksi tulang
 Geografik
 Batas yang tegas dan tajam. Proses yang kurang agresif, pertumbuhan
yang lebih lambat, dan jinak. Zona transisi sempit.
 Moth-eaten
 Batas compang-camping. Pertumbuhan yang cepat. Probabilitas tinggi
malignansi.
 Permeatif
 Lesi Ill-defined dengan gambaran ‘worm-holes’. Menyebar melewati
sumsum tulang. Zona transisi lebar. Lesi agresif keganasan round cell.
Umur
 1-30 th:
 Ewing Sarcoma
 Osteosarcoma
 30-40 th:
 Fibrosarcoma dan malignant fibrous histiocytoma
 Giant cell tumor ganas
 Reticulum cell sarcoma
 Parosteal sarcoma
 > 40 th:
 Metastase
 Myeloma
 Chondrosarcoma
Osteosarkoma
 Urutan ke-2 tumor tulang ganas primer
 Frekuensi 2 kali chondrosarcoma dan 3 kali Ewing sarcoma
 75 % timbul pada usia 10-25 th dengan perbandingan pria -
wanita 2:1
 Gejala pembengkakan dan nyeri
 Metafise femur distal, tibia proximal dan humerus proximal
 3,5 – 7% terjadi di vertebra, 5% sclerotic, 25% litik, 25%
campuran
 Metastase ke paru
 Metastase ke tulang dapat terjadi, jarang bila dibandingkan
Ewing sarcoma

Gambaran radiologi:
 Lesi permeatif tulang panjang bagian metafise
 Reaksi periosteal: sun ray, segitiga Codman
 Pembengkakan jaringan lunak sekitar lesi
Reaksi periosteal perpendicular. (a) Diagram menunjukkan reaksi periosteal terspikulasi atau
hair-on-end (panah). (b). Diagram menunjukkan reaksi periosteal radial atau sunburst (panah).
(c) Radiograf anteroposterior pada pasien dengan osteosarcoma yang menunjukkan reaksi
periosteal perpendicular pada bagian proksimal femur
Segitiga Codman. (a) Diagram menunjukkan peninggian periosteum (panah) membentuk sudut
dengan korteks. (b) Radiograf lateral pada pasien dengan osteosarcoma yang menunjukkan
peniggian periosteum yang membentuk segitiga Codman (panah panjang). Perhatikan
pembentukan tulang baru yang diinduksi tumor
Ewing Sarkoma
 Sinonim :
 Endothelioma tulang
 Endothelial myeloma
 Insiden:
 7 % dari seluruh tumor tulang primer.
 Nomor 4 tersering (setelah myeloma, osteosarcoma, chondro
sarcoma)
 Usia: 10 - 25 th, jarang dibawah 5 th dan diatas 30 th
 Perbandingan pria dan wanita 2 : 1
 Rasa nyeri dan bengkak daerah lesi
 Mirip proses peradangan (anemia, leukositosis, LED
meningkat)
 Tulang panjang dari ekstremitas bawah (femur, tibia,
tibula)

Gambaran radiologi:
 Lesi permeatif di diafise
 Reaksi periost onion skin
 Fraktur patologis 5 %
 Tumor tulang yang sering metastase ke tulang
dibandingkan tumor tulang lain
Fibro Sarkoma
 Usia: 30 – 50 th
 Lokasi: femur, tibia (50%) humerus (metafise)
 Lesi: medulare (sentral), periosteal
 Insiden: 2% seluruh tumor tulang ganas
 Gejala: bengkak, nyeri, 1/3 kasus dengan fraktur patologi,
dapat terjadi sequestrasi
Radiologik
 Lesi destruksi medular (litik) eksentris
 Pembengkakan jaringan lunak lebih hebat dari tulang
 Segitiga Codman bisa terjadi tapi jarang
 Menjalar ke sistem limfatik
Narrow zone of transition: NOF, SBC and
ABC
Giant Cell Tumor
 80% jinak, 20% ganas
 Sinonim: osteoclastoma
 Insiden: 5 – 8% tumor tulang ganas, 15% tumor tulang
jinak
 Jinak predominant untuk wanita, ganas biasanya laki –
laki
 Usia: 20 – 40 th
 Rasa nyeri dan gangguan gerak sendi
 Femur distal, tibia proksimal, radius distal, humerus
proksimal (os sacrum 8%)
Radiologik
 Lesi di metafise meluas kearah subartikuler pada epifise
sudah menutup
 Lesi lusen eksentris
 Sifat ekspansif dengan soap bubble appearance
 Kadang–kadang sulit membedakan antara jinak dan ganas
Parosteal Sarkoma
 Tumbuh sangat lambat (beda dengan sentral osteo sa)
 Usia: 30 – 40 / 50 th
Radiologik
 Sangat radioopak, homogen, juxtacortical
 Sering di fossa poplitea femur
Reticulum Cell Sarcoma
(Non Hodgkin’s Lymphoma Tulang)

 3 – 5% seluruh tumor tulang ganas


 Usia: 20 / 30 – 40 th
 Laki – laki lebih tinggi (2 : 1)
 Rasa nyeri intermitens
 50% di os telah mengeluh selama 1 th
 Lokasi: femur, tibia, humerus
Radiologik
 Destruksi meduler permeatif di diafise – metafise
 Reaksi periosteal laminer minimal
 Timbul massa jaringan lunak batas tegas
Multiple Myeloma
 Paling sering diantara tumor tulang ganas
 75%, usia antara 50 – 70 th, laki – laki lebih tinggi 2 : 1
 Rasa nyeri, dapat dihilangkan dengan istirahat
 Lokasi: vertebra, calvarium, iga, scapula
 Fraktur patologi sering terjadi
Radiologik
 Bone scan  lesi “cold area”
 Osteoporosis
 Punched out lesion
 Vertebra plana
 Rain drop skull
Chondrosarcoma
 Nomor 3 tersering di tumor tulang ganas
 Usia: 40 – 60 th, laki – laki lebih sering 2:1
 Rasa nyeri, dengan pembengkakan
 Rasa nyeri hebat setelah terjadi fraktur patologis
 Lokasi: pelvis, femur proksimal, humerus, iga, scapula, sternum
cranio facial, tibia proksimal, femur distal
Radiologik
 Lesi lusen, bulat atau oval, batas tidak jelas
 Lesi di metafise atau diafise
 Endosteal scalloping
 Popcorn kalsifikasi
 Metastase biasa ke tulang
Metastase Tulang
 Sering metastase tulang dari keganasan organ lain
 Tumor otak, karsinoma sel basal jarang metastase ke tulang,
selain itu mempunyai potensi metastase ke tulang
Insiden
 70% metastase tulang
 30% tumor ganas tulang
 80% metastase tulang berasal dari payudara, prostat, paru
dan ginjal
 Wanita: 70% berasal payudara, lelaki: 60% prostat, 25%
paru
 Usia diatas 40 th
 Nyeri tulang, sering terjaga dari tidur
 Metastase tulang dapat melalui:
a. Langsung ekstensi dari tumor
b. Sistem limfatik
c. Hematogen (tersering)
 Lesi litik akibat erosi tekanan dari medula, tidak ada
hubungan dengan aktifitas osteoclast
 Lesi blastik akibat reaksi reparasi dari lokal osteoid
terhadap tumor.
 Lesi campuran
Gambaran radiologi :
 80% metastase berlokasi sentral (tulang aksial, terutama
tulang belakang dan pelvis) selain itu di iga, kepala, femur,
humerus
 Jarang distal genu dan cubiti
 Dasar kelainan adalah perubahan densitas dan struktur
trabekula
 75% bersifat litik berupa moutheaten atau permeatif 15%
osteoblastik, difus 10% lesi berupa soliter
 Lesi keluar dari tulang berupa ekspansif hebat, biasanya
berasal keganasan ginjal dan tiroid
 Corpus vertebra dan pedicle sering sebagai tempat
metastase
 Metastase tangan berasal dari karsinoma bronchogenik
berupa ekstensif osteolisis
 Aspek Radioterapi pada tumor tulang primer malignant
Yang sering :
- Osteosarcoma
- Ewing Sarcoma
- Chondrosarkoma
 Secara klasik, untuk terapi tumor, termasuk tumor tulang
yaitu :
- Operasi
- Radiasi dan kemoterapi
- Bisa sendiri-sendiri atau kombinasi
Tumor tulang sebenarnya tergolong radioresisten, perlu
dosis radiasi yang besar dibandingkan dengan tumor yang
radiosensitif

Terapi radiasi tumor tulang mendahului amputasi,


mempunyai 5 YSR lebih tinggi daripada amputasi saja
 Pada osteosarcoma :
- Penderita membutuhkan terapi operatif berupa
amputasi.
- Selain terapi operatif pada penderita diperukan terapi
adjuvant berupa pemberian kemoterapi dan
radioterapi
 Pada Ewing sarcoma :
- Sensitif terhadap radioterapi tetapi tidak curable
- Kemoterapi lebih efektif daripada radioterapi
 Terbaik :
- Kombinasi kemoterapi pre operasi + eksisi luas
(amputasi)
- Radioterapi dan eksisi lokal
- Kemoterapi selama satu tahun
 Amputasi sebaiknya dihindari bila ditemukan metastasis
di paru
 Dosis radiasi untuk tumor primer sekitar 70 – 80 Gray.
 Untuk tumor sekunder dapat diberikan dosis 30 – 45 Gray

Anda mungkin juga menyukai