Anda di halaman 1dari 31

1.

TRIADE DOBEREINER PANDANGAN AHLI KIMIA TENTANG


KLASIFIKASI UNSUR
Dobereiner adalah orang
pertama menemukan hubungan Elemen 1 Elemen 2 Elemen 2 Elemen 3
Massa Atom Massa Atom Rata-Rata Massa Atom
antara sifat unsur dengan massa Massa Atom 1
atom relatifnya. Unsur-unsur &3

dikelompokkan berdasarkan Litium Sodium Sodium Kalium


6,9 23,0 23,0 39,1
kemiripan sifat-sifatnya. Setiap Kalsium Strontium Strontium Barium
kelompok terdiri atas tiga unsur, 40,1 87,6 88,7 137,3
Klorin Brom Brom Yodium
sehingga disebut triade. Di 35,5 79,9 81,2 126,9
dalam triade, unsur ke-2 mempunyai Belerang Selenium Selenium Telurium
sifat-sifat yang berada di antara 32,1 79,0 79,9 127,6
Karbon Nitrogen Nitrogen Oksigen
unsur ke-1 dan ke-3 dan memiliki 12,0 14,0 14,0 16,0
massa atom sama dengan massa Besi Kobalt Kobalt Nikel
55 58,9 57,3 58,7
rata-rata unsur ke-1 dan ke-3.
2. OKTAF NEWLANDS Unsur-unsur kimia diurutkan
Usaha selanjutnya dilakukan oleh dari kiri ke kanan. Ternyata unsur yang
seorang ahli kimia asal Inggris bernama A. R. berselisih 1 oktaf (unsur ke-1 dan ke-8,
Newlands, yang pada tahun 1864 unsur ke-2 dan unsur ke-9),
mengumumkan penemuannya yang disebut menunjukkan kemiripan sifat atau
hukum oktaf. Newlands menyusun unsur
berdasarkan kenaikan massa atom kelompok unsur-unsur yang mirip
relatifnya. terulang setiap 8 unsur. Jika hitungan
diawali dari Li, unsur kedelapan adalah
unsur Na dan unsur keenambelas
adalah K. Unsur Li, Na, dan K memiliki
sifat yang mirip. Begitu juga dengan
unsur Be, Mg, dan Ca. Pengelompokan
unsur yang dilakukan Newlands pada
1864 tersebut dikenal dengan nama
Hukum Oktaf.
3. DIMITRI MENDELEEV

Dimitri Ivanovich Mendeleev pada tahun 1869 melakukan pengamatan 63


unsur yang sudah dikenaldan mendapatkan hasil bahwa sifat unsur
merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Sifat tertentu akan
berulang secara periodik apabila unsur-unsur disusun berdasarkan
kenaikan massa atom relatifnya. Mendeleev selanjutnya menempatkan
unsur-unsur dengan kemiripan sifat pada satu lajur vertikal yang disebut
golongan. Unsur-unsur juga disusun berdasarkan kenaikan massa atom
relatifnya dan ditempatkan dalam satu lajur yang disebut periode.
4. LOTHAR MEYER
Hampir mirip dengan
sistem periodik yang
dikemukakan Mendeleev, Lothar
Meyer mengusulkan sistem
periodik berdasarkan massa
atom. Menurut Meyer, volume
atom suatu unsur yang diplotkan
dengan massa atom tersebut
akan membentuk grafik yang
berperiodik secara teratur.
Perhatikan grafik antara volume
atom dan massa atom berikut.
Kemudian, Meyer mengembangkan penemuannya ke dalam
bentuk tabel seperti berikut.
Energi ionisasi adalah energi yang  ENERGI IONISASI
dibutuhkan oleh sebuah atom atau ion
dalam fase gas untuk melepaskan satu Hubungan energi ionisasi dengan nomor atom.
elektron valensinya membentuk ion positif. • Dalam satu golongan, dari atas ke bawah,
Tedapat 3 faktor yang dapat memengaruhi energi ionisasi cenderung semakin kecil,
besarnya energi ionisasi atom : sebagaimana jarak dari inti ke elektron terluar
bertambah sehingga tarikan elektron terluar
• Semakin besar jari-jari atom, semakin oleh inti berkurang.
kecil energi ionisasinya.
• Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi
• Semakin besar muatan inti, semakin ionisasi cenderung semakin besar,
besar energi ionisasinya. sebagaimana pertambahan muatan inti efektif
sehingga tarikan oleh inti bertambah,
• Semakin banyak jumlah elektron dikulit
dalam, semakin kecil energi ionisasinya. • Besar kecilnya energi ionisasi bergantung pada
Hal ini karenakan elektron dikulit dalam besar gaya tarik inti terhadap elektron kulit
terluar, yaitu elektron yang akan dilepaskan.
akan mengurangi gaya tarik-menarik inti
Semakin kuat gaya tarik inti, semakin besar
terhadap elektron terluar. energi ionisasi.
 AFINITAS ELEKTRON (AE)
Afinitas elektron adalah energi yang dibebaskan suatu atom dalam wujud gas untuk
membentuk ion negatif. Besar kecilnya energi ionisasi bergantung pada besar gaya tarik inti
terhadap elektron kulit terluar, yaitu elektron yang akan dilepaskan. Semakin kuat gaya
tarik inti, semakin besar energi ionisasi.
Jika kuantitas perubahan energi bertanda positif, terjadi penyerapan energi, sedangkan jika
bertanda negatif, terjadi pelepasan energi. Semakin negatif nilai afinitas elektron, semakin
besar kecenderungan atom atau ion menerima elektron (afinitas terhadap elektron
semakin besar). Dalam satu golongan pada tabel periodik unsur, afinitas elektron
cenderung mengecil dari atas ke bawah. Adapun dalam satu periode, afinitas elektron
meningkat dari kiri ke kanan. Kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia, semua unsur
golongan utama mempunyai afinitas elektron bertanda negatif. Afinitas elektron terbesar
dimiliki oleh golongan halogen.
 KEELEKTRONEGATIFAN
Keelektronegatifan adalah nilai kecenderungan suatu atom dalam
menarik pasangan elektron yang digunakan bersama dalam membentuk
ikatan. Semakin besar elektronegativitas, semakin mudah atom tersebut
menarik elektron kepadanya sendiri. Unsur yang mempunyai energi
ionisasi dan afinitas elektron yang besar tentu akan mempunyai
keelektronegatifan yang besar pula. Semakin besar kelektronegatifan
suatu atom, semakin besar kecendrungan untuk menarik elektron dari
atom lain yang terikat secara kimiawi dengan atom tersebut. Dalam satu
golongan, keelektronegatifan cenderung semakin mengecil dari atas ke
bawah. Adapun dalam satu periode, keelektronegatifan meningkat
dari kiri ke kanan. Sifat keelektronegatifan sangat penting dalam
pembentukan ikatan antaratom.
 JARI-JARI ATOM
Jari-jari atom adalah jarak yang dihitung dari inti atom hingga lintasan
paling luar suatu atom. Besar kecilnya jari-jari atom ditentukan oleh dua
faktor, yaitu jumlah kulit dan muatan inti.
Dalam satu golongan, jari-jari atom bertambah dari atas kebawah, Hal ini
dikarenakan meski muatan inti bertambah positif, namun jumlah kulit
semakin banyak, yang menyebabkan terjadinya gaya tarik menarik inti
terhadap elektron semakin melemah. Akibatnya jari-jari atom bertambah
besar.
Dalam satu periode, semakin ke kanan, jumlah proton dan neutron
semakin banyak, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin
kuat, jari-jari atom semakin kecil, sebagaimana pertambahan muatan inti
efektif.
 TITIK DIDIH
Titik didih adalah suhu (temperatur) ketika
tekanan uap sebuah zat cair sama dengan tekanan
eksternal yang dialami oleh cairan. Titik didih suatu
cairan tergantung pada tekanan lingkungan
sekitarnya. Zat cair pada tekanan tinggi akan
memiliki titik didih yang lebih tinggi jika
dibandingkan dari titik didihnya pada tekanan
atmosfer. Titik didih standar telah ditetapkan oleh
IUPAC sejak tahun 1982 sebagai suhu pendidihan
yang terjadi pada tekanan 1 bar. Pada tekanan dan
temperatur udara standar (76 cmHg, 25℃ ) titik
didih air sebesar 100℃.
 KEPOLARAN
Kepolaran adalah pemisahan muatan listrik yang
mengarah ke molekul atau gugus yang memiliki momen
dipol. Kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh
adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom
yang berikatan. Sebaliknya suatu ikatan kovalen dinyatakan
non polar (tidak berkutub), jika PEI (Pasangan Elektron Inti)
tertarik sama kuat ke semua atom.
Contoh: Dalam tiap molekul di atas, kedua atom yang
berikatan menarik PEI sama kuat karena atom-atom dari
unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang
sama. Akibatnya, muatan dari elektron tersebar secara
merata sehingga tidak terbentuk kutub.
SIFAT KIMIA UNSUR
Sifat kimia adalah sifat yang untuk mengukurnya diperlukan
perubahan kimia (Reaksi Kimia). Sebagai contoh, pernyataan yang
menyebutkan bahwa “Gas hydrogen terbakar oleh gas oksigen dan
membentuk air” yang mendeskripsikan sifat kimia dari hydrogen,
karena untuk mengetahuinya kita harus melakukan sebuah
perubahan kimia, yaitu berupa pembakaran. Setelah terjadi
pembakaran, zat mula-mula, yakni Hidrogen, menghilang dan
berubah menjadi zat lain yaitu air. Kita tidak dapat mengembalikan
Hidrogen dari air sebagaimana perubahan fisis seperti pembekuan.
 HIDROGEN
• Pembakaran

Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada


konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas. Entalpi pembakaran
hidrogen adalah -286 kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut persamaan
kimia:
2. Golongan Alkali
1) Semua logam alkali dapat bereaksi dengan hydrogen, halogen,
oksigen, belerang, dan fosfor.
2) Litium dapat bereaksi dengan nitrogen membentuk nitride.
3) Reaksi dengan air menghasilkan basa dan gas hydrogen. Reaksi ini
bersifat eksotermis.
4) Logam alkali sebagai reduktor
5) Logam-logam alkali terlarut dalam ammonia cair membentuk
larutan biru.
6) Reaksi nyala. Jika logam-logam alkali dibakar, akan menghasilkan
warna nyala yang khas.
3. Alkali Tanah
1) Dengan halogen (X2) membentuk halide ( X= F, Cl, Br, dan I).
M + X2 MX2
2) Dengan oksigen, membentuk oksida, kecuali Ba juga menghasilkan
Ba O2
3) Dengan belerang, membentuk sulfide, juga dengan Se dan Te.
M+S MS
4) Dengan nitrogen, membentuk nitride ( pada temperature tinggi)
3 M + N2 M3N2
5) Dengan karbon, membentuk karbida, kecuali Be membentuk Be2C.
M+2C MC2
6) Dengan hydrogen, membentuk hidrida (pada temperatur tinggi).
M + H2 MH2
7) Dengan asam, membentuk gas H2
M(s) + 2 H2O(aq) M2+(aq) + H(g)
8) Kecuali Berilium, logam-logam alkali tanah dengan air
membebaskan gas hidrogen
M + 2 H2O(l) M(OH)2 + H(g)
9) Berilium dan oksidanya bersifat atmosfer, dapat larut dalam asam
maupun basa kuat.
Be + 2H2O + 2 OH- [Be(OH)4]2- + H(g)
10) Tes nyata logam alkali tanah memberikan warna yang khas.
4. Golongan IIIA - VIIIA
a. Boron Golongan IIIA 2B (s) + 3F2 (g) → 2 BF3

- Reaksi boron dengan udara 2B (s) + 3Cl2 (g) → 2 BCl3


Kemampuan boron bereaksi dengan
udara bergantung pada kekristalan sampel 2B (s) + 3Br2 (g) → 2 BBr3
tersebut, suhu, ukuran partikel, dan
kemurniannya. Boron tidak bereaksi dengan - Reaksi boron dengan asam
udara pada suhu kamar.Pada temperatur tinggi, Kristal boron tidak bereaksi dengan pemanasan
boron terbakar membentuk boron (III) Oksida, asam hidroklorida (HCl) atau pemanasan asam
B2O3.4B + 3O2 (g) → 2 B2O3 hidroflourida (HF). Boron dalam bentuk serbuk
- Reaksi boron dengan air mengoksidasi dengan lambat ketika ditambahkan
Boron tidak bereaksi dengan air pada kondisi dengan asam nitrat.
normal
- Reaksi boron dengan halogen
Boron bereaksi dengan hebat pada unsur –unsur
halogen seperti flourin (F2), klorin (Cl2), bromine
(Br2), membentuk trihalida menjadi boron (III)
flourida, boron (III) bromida, boron (III) klorida.
b. Aluminium
- Reaksi aluminium dengan udara
Aluminium adalah logam berwarna putih • Reaksi aluminium dengan asam
keperakan. Aluminium akan terbakar dalam Logam aluminium larut dengan asam sulfur
oksigen dengan nyala api, membentuk membentuk larutan yang mengandung ion
aluminium (III) oksida Al2O3. Al (III) bersama dengan gas hydrogen.
4Al (s) + 3O2 (l ) → 2 Al2O3 2Al (s) + 3H2SO4 (aq) → 2Al 3+ (aq) + 2SO4 2-(aq) +
- Reaksi aluminium dengan halogen 3H2 (g)
Aluminium bereaksi dengan hebat pada 2Al (s) + 6HCl (aq) → 2Al 3+ (aq) + 6Cl- (aq) + 3H2 (g)
unsur –unsur halogen seperti iodin (I2), • Reaksi aluminium dengan basa
klorin (Cl2), bromine (Br2), membentuk Aluminium larut dengan natrium hidroksida.
aluminium halida menjadi aluminium (III) 2Al (s) + 2 NaOH (aq) + 6 H2O → 2Na+(aq) + 2 [Al
iodida, aluminium (III) bromida, aluminium (OH)4]- + 3H2 (g)
(III) klorida.
2Al (s) + 3I2 (l) → 2 Al2I6 (s)
2Al (s) + 3Cl2 (l) → 2 Al2 Cl3
2Al (s) + 3Br2 (l) → 2 Al2 Br6
c. Galium d. Indium
Reaksi gallium dengan asam · Reaksi indium dengan udara
In3+ + O2 → In2O3
Ga2O3 + 6 H+ → 2 Ga3+ + 3 H2O · Reaksi indium dengan asam
Ga (OH)3 + 3 H+ → Ga3+ + 3 H2O Indium bereaksi dengan HNO3 15 M
Reaksi galium dengan basa In3+ + 3HNO3 → In(NO3)3 + 3H+
Ga2O3 + 2 OH- → 2 Ga(OH)4- Indium juga bereaksi dengan HCl 6M
Ga (OH)3 + OH- → Ga(OH)4- In3+ + 3HCl → InCl3 + 3H+

e. Thalium
 Reaksi talium dengan udara
2 Tl (s) + O2 (g) → Tl2O
 Reaksi thalium dengan air
Logam thalium memudar dengan lambat dalam air basah atau larut dalam air menghasilkan racun thalium (I)
hidroksida
2 Tl (s) + 2H2O (l) → 2 TlOH (aq) + H2 (g)
 Reaksi thalium dengan halogen
Logam thalium bereaksi dengan hebat dengan unsur-unsur halogen seperti flourin (F2), klorin (Cl2), dan
bromin (Br2) membentuk thalium (III) flourida, thalium (III) klorida, dan thalium (III) bromida. 2 Tl (s) + 3
F2 (g) → 2 TiF3 (s)
2 Tl (s) + 3 Cl2 (g) → 2 TiCl3 (s)
2 Tl (s) + 3 Br2 (g) → 2 TiBr3 (s)
Golongan IVA
 Silikon
1) Silikon bereaksi dengan halogen, secara  Timbal
umum reaksi yang terjadi dapat dituliskan Timbal (II) lebih stabil daripada timbal
seperti berikut. (IV) mempunyai kecenderungan yang
Si + 2X2 → SiX4 kuat untuk bereaksi dan menghasilkan
2) Silikon membentuk garam dari asam oksi, senyawa timbal (II). Timbal bersifat
antara lain seperti berikut. toksik.
- Na2SiO3 = natrium metasilikat
- Mg2SiO4 = magnesium ortosilikat
-LiAl(SiO3)2= litium aluminium
metasilikat
3) Silikon membentuk molekul-molekul dan
ion-ion raksasa, di mana atom oksigen
menempati kedudukan yang berselang-seling.
 Karbon  Germanium
• Sifat kimia karbon antara lain sebagai berikut. - Germanium bersifat toksik ringan.
1) Karbon bereaksi langsung dengan fluor, - Germanium dalam H2SO4 dan HNO3
dengan reaksi seperti berikut. Pekat bersifat lebih reajtif daripada
C(s) + 2F2(g) → CF4(g) silicon.
2) Karbon dibakar dalam udara yang terbatas
jumlahnya menghasilkan karbon monoksida.
 Timah
2C(s) + O2(g) → 2CO(g)
Jika dibakar dalam kelebihan udara, akan Timah (II) merupakan agen
terbentuk karbondioksida. pereduksi yang baik. Timah (IV) lebih stabil
3) Membentuk asam oksi. disbanding Timah (II). Ion timah (II)
Bila karbon dipanaskan dalam udara, mereduksi ion besi (III) menjadi ion bei (II).
unsur ini bereaksi dengan oksigen
Ion timah (II) mudah dioksidasi oleh agen
membentuk CO2 dan jika CO2 ini bereaksi dengan
air akan membentuk asam karbonat. pengoksidasi yang sangat kuat seperti
larutan kalium permangatan dalam kondisi
CO2(g) + H2O(l) → H4CO3(l) asam. Timah bersifat nontoksik.
asam karbonat
Golongan VA
• Nitrogen adalah unsur yang unik dalam golongannya, karena dapat membentuk
senyawa dalam semua bilangan oksidasi dari tiga sampai lima. Senyawa nitrogen
dapat mengalami reaksi reduksi dan oksidasi. Pada kondisi atau keadaan normal
normal nitrogen tidak bereaksi dengan udara, air, asam dan basa.
• Fosfor dapat membentuk ikatan dengan cara yang mirip dengan nitrogen. Fosfor
dapat membentuk tiga ikatan kovalen, menerima tiga elektron membentuk
ion P3- Fosfor putih bersifat sangat reaktif, memancarkan cahaya, mudah
terbakar di udara, dan beracun. Sebaliknya dengan fosfor merah yang bersifat
tidak reaktif, dan kurang beracun.
• Arsen. Arsenik tidak bereaksi dengan air dalam kondisi normal. Dan
Ketika dipanaskan dalam oksigen, arsenik menyatu untuk membentuk"arsen pen
toksida" tetra-arsenik decaoxide.
• Bismut.Bismut panas merah bereaksi dengan air untuk membentuk bismut (III) t
rioksida.
• Antimon.
Ketika antimon dipanaskan akanbereaksi dengan oksigen di udara untuk membe
ntuk trioksida antimon (III).
Golongan VIA
• Oksigen membentuk senyawa dengan semua unsur, kecuali gas-gas mulia ringan. Biasanya
oksigen bereaksi dengan logam membentuk ikatan yang bersifat ionic dan bereaksi dengan
bukan logam membentuk ikatan yang bersifat kovalen sehingga akan membentuk oksida.
• Belerang dapat bergabung dengan kebanyakan logam pada pemanasan,bereaksi langsung
dengan unsure-unsur bukan logam.
• Selenium berada dalam bebrapa bentuk allotrop, walaupun hanya dikenal tiga bentuk. Selenium
bisa didapatkan baik dalam struktur amorf maupun Kristal. Selenium amorf biasanya berwarna
merah (bentuk serbuk) atau hitam (dalam bentuk seperti kaca). Selenium Kristal monoklinik
berwarna merah tua, sedangkan selenium Kristal heksagonal, yang merupakan jenis paling stabil
berwarna abu-abu metalik. Selenium telah dikatakan non toksik, dan menjadi kebutuhan unsur
yang penting dalam jumlah sedikit.
• Telurium adalah semikonduktor tipe-p yang menunjukkan konduktivitas listrik yang lebih besar
dalam arah tertentu tergantung pada penyelarasan atom; konduktivitas sedikit meningkat ketika
terkena cahaya (fotokonduktivitas). Ketika dalam keadaan cair nya, telurium adalah korosif
terhadap tembaga, besi dan stainless steel.
• Polonium mudah larut dalam asam encer, tetapi hanya sedikit larut dalam alkali . Senyawa
hidrogen Poh 2 adalah cair pada suhu kamar ( titik lebur -36,1 ° C, titik didih 35,3 ° C).
Golongan VIIA (Halogen)
• Unsur fluor merupakan unsur paling reaktif karena memiliki jari-jari yang
kecil
• Halogen memiliki kulit terluar sebanyak 7 elektron
• Halogen merupakan unsur nonlogam paling reaktif karena memerlukan 1
tambahan elektron untuk mencapai kestabilan atom. Kereaktifannya
menurun dari F ke I
• Energi ionisasi dan afinitas elektron halogen sangat tinggi, itulah sebab
mengapa halogen bersifat reaktif
• Memiliki energi disosiasi ikatan yaitu mengubah molekul halogen menjadi
atom-atomnya. Sifat ini menurun hingga unsur iodin, tapi fluor ke klorin
turun drastis namun klorin hingga iodin naik
• Halogen memiliki sifat nonpolar, makanya gaya London bekerja pada unsur
ini sehingga titik leleh dan didihnya meningkat dari F ke I.
• Keelektronegatifan halogen sangat tinggi dan berada pada unsur Fluor (F),
menurun hingga iodin (I)
Golongan VIIIA ( Gas Mulia)
• Gas mulia memiliki jari-jari atom yang semakin panjang hingga Radon,
sehingga semakin mudah membentuk dipol sesaat dan gaya van der
Waals
• Kereaktifan gas mulia bertambah besar seiring bertambahnya jari-jari
atom
• Gas mulia hanya dapat bereaksi dengan unsur yang memiliki
keelektronegatifan yang sangat tinggi, seperti fluor. Contoh senyawa
yang berhasil dibuat adalah XePtF6
• Gas mulia sering dikatakn gas inert (lembam) karena tidak ikut
bereaksi
 Unsur Periode ke-3
• Unsur – unsur periode ketiga memiliki keteraturan sifat secara berurutan dari kiri
kekanan sebagai berikut :
- Sifat preduksi berkurang dan sifat pengoksidasi bertambah
- Sifat logam semakin lemah dan sifat nonlogam semakin kuat
- Sifat basa semakin lemah dan sifat asam semakin kuat
• Natrium merupakan reduktor terkuat, sedangkan klorin merupakan oksidator
terkuat. Meskipun natrium, magnesium, dan aluminium merupakan reduktor
kuat, tetapi kereaktifannya berkurang dari Na ke Al. Sedangkan silikon merupakan
reduktor yang sangat lemah, jadi hanya dapat bereaksi dengan oksidator-
oksidator kuat, misalnya klorin dan oksigen.
• Sifat hidroksida unsur-unsur periode ketiga tergantung pada energi ionisasinya.
Hal ini dapat dilihat dari jenis ikatannya. Jika ikatan M – OH bersifat ionik dan
hidroksidanya bersifat basa karena akan melepas ion OH– dalam air, maka energi
ionisasinya rendah. Tetapi jika ikatan M – OH bersifat kovalen dan tidak lagi dapat
melepas ion OH–, maka energi ionisasinya besar.
Perbandingan unsur golongan IA dan IB
Golongan IA dan golongan IB memiliki konfigurasi elekteron
terluar yang sama ( sama-sama pada sub kulit ns1 ), namun memilki
sifat kimia yang berbeda.
Berdasarkan data energi ionisasi misalnya diperoleh bahwa
energi ionisasi unsur-unsur golongan IB (Cu, Ag, dan Au), masing-
masing adalah: 754 kj/mol, 731 kj/mol, dan 890 kj/mol, yang jauh lebih
besar daripada energi ionisasi kelompok unsur logam alkali. Dari data
tersebut memberikan gambaran bahwa unsur golongan IB jauh kurang
reaktif jika di bandingkan dengan kelompok unsur golongan alkali.
Kondisi ini disebabkan karena kelompok unsur pada golongan IB
memiliki orbital d yang teletak di dalam orbital s yang belum terisi
penuh, akibatnya electron terluar orbital s tertarik lebih kuat kedalam
inti.
Sifat Oksida Unsur Periode Tiga

Oksida adalah suatu senyawa yang tersusun darisuatu unsur yang


berikatan dengan unsur oksigen. Senyawa oksida terbagi menjadi dua,
yaitu Oksida Asam, Oksida Basa, dan Oksida Amfoter.
Oksida Asam adalah senyawa oksida yang jika bereaksi dengan air akan
menghasilkan larutan asam.
Oksida Basa adalah senyawa oksida yang jika bereaksi dengan air akan
menghasilkan larutan basa.
Oksida Amfoter adalah senyawa oksida yangtidak dapat bereaksi dengan
air,
Beberapa reaksi yang berkaitan dengan senyawa oksida pada periode tiga
adalah sebagai berikut :
1.Reaksi oksida Natrium :
Na2O(S) + 2 H2O(l) 2NaOH
2. Reaksi oksida Aluminium :
Al2O(s) + 6HCl(l) 2AlCl3(aq) + 3H2O
3. Reaksi Oksida magnesium :
MgO(s) + 2HCl(l) MgCl2(aq) + H2O(l)
MgO(s) + 2NaOH(l) Mg(OH)2(aq) + H2O(l)
4. Reaksi oksida silikon :
SiO2(s) + 2 NaOH(l) Na2SiO3(AQ) + H2O(l)
5. Reaksi Oksida Posfor
2P2O5(s) + 6H2O(l) 4H3PO(aq)
6. Reaksi Oksida Sulfur :
SO3(g) + 2H2O(l) H2SO4(aq)
7. Reaksi Oksida Klor:
Cl2O7(g) + 2H2O(l) 2HClO4(aq)

Anda mungkin juga menyukai