Anda di halaman 1dari 24

SKOLIOSIS

DISUSUN OLEH :
Khusnul Dwinita

PEMBIMBING :
Dr. Haidar Nasution
Definisi Skoliosis
 KataYunani  lengkungan, mengandung arti kondisi patologi.
 Deformitas 3 dimensi dari tulang belakang yang menggambarkan
deviasi vertebra ke arah lateral dan rotasional.
 Skoliosis  kelengkungan tulang belakang ke arah lateral yang
memiliki sudut Cobb lebih dari 10o.
EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi skoliosis cukup tinggi
 Dapat pada semua umur

 20% kasus merupakan skoliosis sekunder akibat penyakit yang


mendasari
 80% idiopatik

 10% kasus yang terdiagnosis membutuhkan pengobatan


konservatif dan 0,1 – 0,3% perlu tindakan operatif
 ♀ >>> ♂
(Negrini et al. Scoliosis 2012)
ETIOLOGI
 70 – 90% idiopatik
 Sesuai klasifikasi
 Skoliosis nonstruktural (fungsional): Perbedaan panjang
tungkai, spasme otot.
 Skoliosis struktural: Sindrom Marfan, penyakit kelainan
jaringan ikat bawaan, CP, poliomielitis, distrofi muskular,
hemivertebra, trauma, infeksi, tumor (neurofibromatosis,
tumor medula spinalis, penyakit metabolik, rematik, dan
skoliosis idiopatik.
KLASIFIKASI
1. Non Struktural
Skoliosis yang bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk
semula) jika ditangani penyebabnya, dan tanpa perputaran (rotasi)
dari tulang punggung.
Terdiri dari :
a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh
yang buruk
b. Spasme otot dan rasa nyeri
c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah
Cont..
2. Struktural
Bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang punggung.
Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh
skoliosis
DIAGNOSIS
Anamnesis
 Kelengkungan <200  minim gejala, biasanya hanya rasa pegal.
 Kelengkungan 20 – 40°  penurunan daya tahan dalam posisi
duduk atau berdiri berlama-lama.
 Kelengkungan >400  kelainan bentuk tulang belakang yang
cukup berat, keluhan akan semakin berat seiring dengan
berjalannya pertumbuhan tulang.
Pemeriksaan Fisik

 Pada posisi berdiri bahu dan pelvis


asimetris
 Membungkukkan badan
 Ukuran panjang kaki berbeda
Cont..

 Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata,


batas celana yang tak sama panjang.
 Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar.
 Perut menonjol
 Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan :
 Kepala agak menunduk ke depan
 Punggung lurus dan tidak mobile
 Pangggul yang tidak sama tinggi
Teknik Pemeriksaan
“The Adam’s Forward Bending test”.
 Pasien membungkuk 90° ke depan
 Lengan menjuntai ke bawah dan telapak tangan berada pada lutut

Temuan :
 Asimetri tulang iga atau otot-otot paravertebra pada satu sisi.
 Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas
pada kelengkungan 30° atau lebih.
 Asimetri payudara dan dinding dada
 Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan,
sensasi atau reflex.
Metode Cobb
 Untuk menentukan kelengkungan (curve) tulang belakang
pada skoliosis
Tatalaksana

 Terapi disesuaikan dengan etiologi, umur skeletal, besarnya


lengkungan, dan ada tidaknya progresivitas dari deformitas.

A. Obat
 menghilangkan rasa nyeri dan mencegah infeksi baik dari alat
ataupun pembedahan
 Obat yang digunakan antara lain :
1. Analgesik
2. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)
B. Fisioterapi
 Terapi panas, dengan cara mengompres
 Alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25°-40°
dengan skeletal yang tidak matang (immature).
1. Night Time Rigid Bracing (NTRB)  8-12 jam/hari, saat tidur
2. Soft Bracing (SB) utamanya SpineCor brace
3. Part Time Rigid Bracing (PTRB)  12-20 jam/hari, diluar jam
sekolah dan saat tidur
4. Full Time Rigid Bracing (FTRB)  20-24 jam/hari, sepanjang
waktu
1.Penyangga Milwaukee
 Mempertahankan tulang
belakang dalam posisi
lurus
 Mendorong pasien agar
menggunakan otot-
ototnya sendiri untuk
menyokong
 Mempertahankan proses
perbaikan
 Harus dipakai 23 jam
sehari.
2. Penyangga Boston
 Suatu penyangga ketiak sempit
yang memberikan sokongan
lumbal atau torakolumbal yang
rendah.
 Digunakan selama 16-23 jam
sehari sampai skeletalnya matur.
 Tujuan untuk mencegah dan
memperbaiki deformitas bagian
lumbal atau torakolumbal
3.Terapi Stimulasi Otot-Otot Skoliosis

Kunci dari terapi ini adalah rehabilitasi dari otot dan ligamen
yang menyangga tulang belakang. Rehabilitasi otot harus
melalui sistem saraf pusat dengan tujuan agar pasien
dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga otot dapat
menyangga tulang belakang dengan posisi yang benar tanpa
bantuan alat penyangga.
 The Scientific Exercise Approach to Scoliosis (SEAS)
 M.Romano dan S. Negrini;
 The Barcelona Scoliosis Physical Therapy approach (BSPTS)
 Dr. Manuel Rigo;
 The Lyon approach
 Dr. Jean Claude De Mauroy;
 The Functional Individual Therapy for Scoliosis (FITS) approach
 Andrejz Mhango dan Marianna Bialek;
 The DoboMed approach
 Prof. Jacek Durmala;
 The SpineCor approach
 Anadel Campo dan Dr. C Coillard.
C.Tindakan Pembedahan
 Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien
skeletalnya imatur, operasi direkomendasikan. Lengkung
dengan sudut besar tersebut, progresivitasnya meningkat
secara bertahap, bahkan pada masa dewasa.

 Tujuan terapi bedah dari skoliosis adalah memperbaiki


deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut sampai
terjadi fusi vertebra.
PROGNOSIS
 Bergantung pada deteksi dini dari skoliosis, penyebab, lokasi
dan beratnya kelengkungan.
 Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko
terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak
berlalu.
 Skoliosis ringan  brace (prognosis baik)
cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang,
namun dapat timbul sakit punggung semakin bertambahnya
usia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai