Anda di halaman 1dari 7

• Barang tambang berasal dari kata ‫ن المعد‬jamaknya ‫ن د معا‬

yang dapat diartikan sebagai logam, barang tambang.


Menurut Jumhur Ulama’ barang tambang (Ma’din) adalah
segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT dalam perut bumi,
baik padat maupun cair, seperti emas, perak, tembaga,
minyak, gas, besi, dan sulfur. Menurut Ibn Atsir sebagaimana
dikutip Yusuf al-Qardhawi bahwa ma’din berarti tempat dari
mana kekayaan bumi seperti emas, perak, dan tembaga
keluar.
• Barang tambang merupakan sesuatu yang Allah swt. ciptakan untuk makhluk-Nya
sebagai rizki yang terdapat tidak hanya diatas permukaan tanah, tetapi juga
terdapat di dalam tanah seperti emas, perak, tembaga timah, intan, batu bara,
besi, dan minyak bumi. Dari semua itu dapat dilihat bahwa hukum mengeluarkan
pada barang tambang itu merupakan sebuah kewajiban, apabila telah memenuhi
syarat-syarat yang ada.
a.) Adapun dalil wajib zakat pertambangan, yaitu kewajiban zakat atas ma’din ini
didasarkan hukumnya pada nash dalam Q.S al-Baqarah (2); 267 :
‫ض‬ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما أَ ْخ َر ْجنَا لَ ُك ْم ِمنَ ْاْل َ ْر‬
َ ‫ت َما َك‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آَ َمنُوا أَ ْن ِفقُوا ِم ْن‬
ِ ‫ط ِيِّ َبا‬ •

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.”
b.) Begitu pula dalam hadits shahih Nabi Muhammad SAW :
َّ ‫سلَّم أَخ َذ ِمنَ ا َ ْل َم َاان ِِن ا َ ْلقَ َب ِليَّ ِة اَل‬
‫ َر َواُُ أَبُو َن ُاو َن‬.َ‫ص َن قَة‬ ُ ‫ي هللاُ َع ْنهُ أ َ َّن َر‬
َ ‫سو َل هللاِ صلى هللا َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َو َع ْن ِب ََل ِل ب ِْن ا َ ْل َحاِر‬
ِ ‫ث َر‬
“Dari al-Harits bin Bilal bin al-Harits, dari ayahnya: “sungguh Rasulullah Saw menarik
zakat hasil tambang dari area pertambangan al- Qabaliyah (desa Fur’, antara
• Mengenai benda-benda tambang yang wajib dikeluarkan
zakatnya terdapat pula perbedaan pendapat menurut para
ulama :
• Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa barang tambang yang
pengolahannya menggunakan api, dikenakan zakat.
• Imam Syafi’I berpendapat, bahwa yang wajib dikeluarkan zakatnya
hanya emas dan perak saja, sedangkan yang lainnya tidak seperti besi,
tembaga, timah, Kristal, batu baraa, dan permata-mata lainnya seperti
yaqut, akik, fairuz zamrud dan lain-lainnya.
• Imam hambali berpendapat bahwa semua barang tambang wajib
dikeluarkan zakatnya dan tidak ada perbedaan antara yang diolah
dengan api dan yang tidak diolah dengan api. Demikian pula madzhab
Zaid bin Ali, Baqir dan Shadiq dari golongan syi’ah.
• Mengenai nishab zakat pertambangan ada perbedaan pendapat
dikalangan para ulama’.
• Menurut Abu Hanifah dan para sahabatnya bahwa setiap barang
tambang yang diolah dengan menggunakan api atau dengan kata
lain yang diketok atau ditempa harus dikeluarkan zakatnya, akan
tetapi barang tambang cair atau padat yang tidak diolah dengan
api tidak dikenakan atau wajib zakat. Yang jelas seperlima
merupakan ketetapan yang wajib dikeluarkan zakatnya walaupun
sedikit atau banyak. Pendapat mereka diqiyaskan pada emas dan
perak yang kewajiban mengeluarkan zakatnya ditetapkan dengan
dalil nash dan ijma para ulama.
• Adapun nishab barang tambang dan waktu penghitungannya,
menurut Abu Hanifah dan kawakawannya adalah barang tambang
wajib dizakati baik sedikit maupun banyak dan mereka tidak
mensyaratkan harus bermasa satu tahun.
• Sedangkan para imam yang lain, seperti Imam Malik, Syafi’i dan
para sahabatnya, Ahmad dan Ishaq berpendapat bahwa nishab
pada barang tambang tetap diperhitungkan atau berlaku.
• Mazhab Hanafiyah berpendapat bahwa barang kadar zakat
pertambangan adalah seperlima atau 20% disalurkan kepada orang
yang berhak menerima.
• Mahzab malikiyah berpendapat zakat wajib pada barang tambang,
yaitu 2,5% jika mencapai nishab dan dengan syaratkan merdeka dan
islam sebagaimana yang disyaratkan pada zakat. Namun tidak ada
hitungan haul untuk zakat pertambangan. Tetapi dizakatkan pada
waktu sebagaimana tanaman. Dan barang tambang yang wajib
dizakatkan adalah emas dan perak saja.
• Mahzab hambaliyah mengemukakan bahwa ciri barang tambang yang
wajib dikeluarkan zakatnya yaitu semua yang keluar dari bumi, yang
diciptakan didalamnya. Jika seseorang mengeksplorasi barang
tambang serupa dengan emas sebanyak 20 misqal, perak 200 dirham
atau senilai itu berupa besi, timah, tembaga mercuri, rubi, minyak
mentah, belerang dan sebagainya maka didalamnya ada kewajiban
zakat secara langsung. Artinya sejak dikeluarkan dan ukuran
kewajiban zakat barang tambang yaitu kadarnya 2,5%.
• Dalam sekali penambangan, suatu perusahaan menghasilkan 900 gram emas dan pada saat
itu harga standar emas per gram adalah Rp. 400.000,00, maka dikalkulasikan:
A =bxc
=900 gram x 2,5%
=22,5 gram emas
Bila dikalkulasikan berupa uang, maka dilanjutkan dengan kalkulasi harga emas per gramnya.
Seperti berikut;
d =axe
= 22.5 gram x 400.000
= Rp. 9.000.000
Dalam sekali penambangan perak, suatu perusahaan menghasilkan 1.900 gram perak, dan
pada saat itu harga standar erak per gram adalah Rp. 60.000,00, maka dikalkulasikan;
a =bxc
= 1.900 gram x 2,5%
= 47,5 gram perak
Bila dikeluarkan berupa uang, maka dilanjutkan dengan kalkulasi harga perak per gramnya,
seperti;
d =a xe
= 47,5 gram x 60.000
= Rp.2.850.000

Anda mungkin juga menyukai