Anda di halaman 1dari 34

NAMA ANGGOTA:

1. ADAM SEBASTIAN NOTONEGORO (1107617145)


2. CHAIRUNNISA (1107617139)
3. HASNA WULAN AVIARIZKI (1107617125)
4. IFFA KARIMAH (1107617124)
5. PENINA DAMAYANTI (1107617132)

KELAS D/2017
AKHLAK DALAM 1.PENGERTIAN AKHLAK
ISLAM 2.PENGERTIAN TASAWUF
3.AKHLAK TERHADAP KELUARGA
ATAU TERHADAP ORANG LAIN

AKHLAK DAN
TASAWUF DALAM 1.PENGERTIAN TASAWUF
TASAWUF DALAM ISLAM 2.LATAR BELAKANG MUNCULNYA
ISLAM TASAWUF DALAM ISLAM
3.LANDASAN TEOLOGIS TASAWUF
DALAM ISLAM
4.MAQAMAT WA AL-AHWAL
5.PERGESERAN TASAWUF KE
HUBUNGAN TEREKAT
TASAWUF DENGAN 6. TASAWUF MODERN
AKHLAK
AKHL AK DAL AM
ISL AM
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa
manusia yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa melalui proses
pemikiran,pertimbangan, atau penelitan. Jika keadaan
tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji
(sesuai syariat islam)disebut akhlak mahmudah
(akhlak terpuji) dan sebaliknya perbuatan-perbuatan
yang timbul tidak baik dinamakan akhlak mazmumah
(akhlak tercela).
2.PEMBAGIAN AKHLAK
A.Akhlak kepada Allah Swt.
1.Tauhid
Tauhid adalah keyakinan tentang satu atau Esanya Tuhan.Yaitu meyakini bahwa tuhan yang menciptakan
alam semesta ini hanya satu, yaitu Allah.

‫ٱَّللُ أ َ َحد‬
‫قُ ْل ُه َو ه‬
Artinya : “ Katakanlah (Muhammad) Allah itu esa” (QS. Al-ikhlas :1)
2.Taqwa
Definisi taqwa yang paling populer adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya. Taqwa menurut bahasa pemeliharaan diri.. Muttaqin
adalah orang-orang yang memelihara diri mereka dari azab dan kemaharan Allah dengan cara berhenti
di garis batas yang telah ditemukan,melakukan segala perintahnya dan mejauhi segala larangannya.
3.Tawakkal
Tawakkal adalah membebaskan hari dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya.Tidaklah dinamai tawakkal kalau hanya pasrah
menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa-apa.
4. Taqarrub
Taqarrub adalah cara mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan melaksanakan ibadah yang wajib,
dan ibadah sunnah lainnya.
5.Taubat
Taubat berakar kata taaba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah
orang yang kembali dari sesuatu (yang jelek) menuju sesuatu (yang baik).
B. Akhlak kepada makhluk
Akhlak terhadap makhluk dibagi menjadi dua,yaitu :
1.Akhlak kepada manusia
Akhlak terhadap manusia berupa akhlak terhadap diri sendiri, akhlak dalam
keluarga, bermasyarakat,dan bernegara.
2. Akhlak kepada diri sendiri
Sebagai hamba Allah, manusia diwajibkan untuk selalu bersikap tunduk dan
patuh kepada Allah SWT. Manusia yang tidak mau tunduk dan patuh kepada-
Nya disebut manusia yang ingkar, yang dalam bahasa Al-Quran disebut dengan
kafir.
3.AKHLAK DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT DAN BERNEGARA
Setiap pribadi adalah makhluk sosial, karena merupakan bagian dari masyarakat. Setiap
saat pasti melakukan interaksi dengan orang lain, minimal dengan anggota keluarga atau dengan
teman. Dalam berinteraksi, mereka dibatasi dengan norma – norma tertentu yaitu akhlak. Akhlak
pada orang lain dimulai dari keluarga, yaitu menjaga keluarga untuk tidak terjerumus dari api
neraka alias berbuat maksiat kepada Allah. Sesuai dengan firman Allah pada QS. At-Tahrim:6
Berdasarkan ayat ini, seharusnya menjaga keluarga dari api neraka dengan jalan berikan
mereka didikan tauhid kepada Allah sebagaimana Luqman memberikan wejangan kepada anak –
anaknya yang tertera dalam QS. Luqman:13

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS Luqman:13)
Bila seorang pria dan wanita ingin hidup bersama dalam sebuah keluarga, mereka harus
melalui proses pernikahan. Tanpa melalui proses ini, mereka berarti saling tidak berakhlak dalam
melakukan hubungan. Hubungan yang demikian dibatasi dengan surat an-Nur ayat 2-3, yang secara
tegas melarang untuk mendekati zina.
Seorang pemimpin juga mempunyai akhlak terhadap yang dipimpin dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya oleh Allah. Bahkan seorang pemimpin pertama kali
harus berakhlak pada dirinya sendiri, yaitu berusaha mengendalikan hawa nafsunya. Pengendalian
nafsu penting dilakukan oleh seorang pemimpin, karena kalau tidak maka pemimpin itu tidak akan
mampu memimpin dengan benar, karena justru ia dipimpin oleh hawa nafsunya. Itulah mengapa
sebegitu pentingnya memerangi hawa nafsu, karena Allah telah menerangkannya dalam QS. Shaad
ayat 26

Artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan
Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. Shad:26)
Sesudah anggota keluarga sendiri, orang yang terdekat dengan kita adalah tetangga. Baik buruknya
sikap tetangga kepada kita tentu tergantung juga bagaimana kita bersikap kepada mereka. Minimal hubungan
baik dengan tetangga diwujudkan dalam bentuk tidak mengganggu atau menyusahkan mereka, namun dapat
lebih baik lagi kita dapat aktif berbuat baik kepada mereka. Jangan sampai terjadi seseorang dapat tidur
nyenyak sementara tetangganya menangis kelaparan, sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam sebuah hadis:

Dari Anas bin Malik radliyallahu anhu, dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah beriman
kepadaku seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang padahal tetangganya yang di sampingnya dalam
keadaan lapar sedangkan ia mengetahuinya. [HR ath-Thabraniy di dalam al-Kabir. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy:
Shahih].
Hubungan yang lebih luas lagi adalah kehidupan bermasyarakat. Hidup bermasyarakat sudah
merupakan fitrah manusia. Manusia secara fitrah adalah makluk sosial dan hidup bermasyarakat merupakan
suatu keniscayaan bagi mereka. Pada dasarnya, tidak ada bedanya antara tata cara pergaulan bermasyarakat
sesama Muslim dan non-Muslim. Kalaupun ada perbedaan, hanya terbatas dalam beberapa hal yang bersifat
ritual keagamaan. Karena Allah telah menciptakan manusia berbeda – beda sesuai surat Al Hujurat ayat 13
Sikap seseorang terhadap orang yang berlainan keyakinan agamanya, sering disebut dengan istilah
kerukunan hidup antar umat beragama. Istilah kerukunan hidup antar umat beragama, berasal dari istilah
bahasa Inggris, yaitu religious tolerance. Bagi umat Islam, masalah kerukunan bukanlah suatu masalah baru. Sejak
awal kehadiran Nabi Muhammad saw. sebagai panutan dan tauladan hidup, telah memberikan contoh
operasional dalam pengamalan secara nyata. Sebagai contoh adalah ketika Nabi Muhammad saw. sampai di
Madinah beliau mengadakan perjanjian, yang kemudian dikenal dengan “Perjanjian Madinah”
Demikian halnya benergara, menyangkut urusan umat manusia yang lebih luas lagi.
Tentunya tujuan hidup, falsafah, dan ragam pemikiran pasti beragam, untuk itu Islam memberi
petunjuk dengan akhlak yang baik yaitu ‘syura’ atau musyawarah untuk mencapai tujuan
kemashlahatan. Tidak aneh jika Islam sangat memperhatikan dasar musyawarah ini dengan
menamakan salah satu surat Al Qur’an dengan Asy-Syura, didalamnya dibicarakan tentang sifat-
sifat kaum mukminin, antara lain bahwa kehidupan mereka itu berdasarkan musyawarah. Begitu
pentingnya syura atau musyawarah adalah, bahwa ayat tentang syura itu dihubungkan dengan
kewajiban shalat dan menjauhi perbuatan keji, seperti yang tertera dalam QS. Asy-Syura ayat 38

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Asy Syura:38)
4.AKHLAK PADA ALAM LINGKUNGAN
Akhlak terhadap alam nyata
Semula lingkungan hidup hanya mencakup lingkungan yang sudah ada secara alamiah, namun lama
kelamaan manusia memiliki kemampuan mengubah lingkungan. Sementara itu, jumlah manusia
bertambah banyak. Hidup manusia semakin padat dalam ruang alam yang semakin sempit dan
mengancam keseimbangan lingkungan hidup. Akibatnya telah terasa, dimana pencemaran terhadap
air, udara, dan lain sebagainya dampaknya menimpa sebagian umat manusia. Kerusakan – kerusakan
di bumi yang terjadi sekarang sesuai dengan surat Rum ayat 41, yang berbunyi

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). (QS Rum:41)
Seorang muslim yang mendirikan pabrik, akan meneliti lebih lanjut limbah pabriknya agar
tidak merusak lingkungan. Pada tingkatan awal menghadapi alam tempat kehidupan, setiap muslim
diminta memelihara kebersihan lingkungan dan segala sesuatu yang digunakannya. Sikap penyayang
pada binatang, juga menjadi Sunnah Rasul yang harus dicontoh dalam setiap insane muslim.
Berdasarkan hal diatas, sikap hidup seorang muslim untuk bersahabat dengan alam dan
isinya, serta menghindarkan diri dari pengerusakan alam. Hakekat pokok dalam pengembangan
akhlak terhadap lingkungan hidup adalah terpeliharnya keseimbangan alam dan keseimbangan
lingkungan hidup dalam arti luas.
Akhlak terhadap alam ghoib
Lingkungan hidup yang bersifat non fisik tidak terjangkau ilmu pengetahuan, namun hal
itu hanya dapat diperoleh melalui keterangan yang diberikan oleh sang Pencipta, termasuk
didalamnya informasi tentang lingkungan hidup di akhirat kelak.
Lingkungan hidup di akhirat ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan seseorang sewaktu
ia berada di lingkungan hidup di dunia, seseorang harus menjaga bukan saja pengauh pengerusakan
alam dalam kehidupan nyata, tetapi ia juga harus menjaga diri dari pengaruh negatif yang muncul
dari makhluk ghaib, yang dalam istilah agama disebut syaitan. Sementara makhluk ghoib yang
memberi pengaruh baik adalah malaikat. Keduanya memberikan pengaruh melalui jiwa manusia.
Hal ini telah ada dalam QS. Al Jinn ayat 14

Artinya: Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah
memilih jalan yang lurus.
Perebutan dua jenis makhluk tersebut dalam mempengaruhi pribadi manusia, membawa
dampak pada lingkungannya nanti di akhirat. Jika lebih dominan pengaruh syaitan, maka kehidupan
akhiratnya akan sengsara. Sementara kalau lebih dominan pengaruh malaikat, maka kehidupan
akhiratnya kan penuh kebahagiaan. Sebagai seorang hamba Allah, manusia dituntun untuk hidup
hasanah di dunia yang akan berdampak hasanah di akhirat.
Dengan demikian, jika dikaji lebih dalam ajaran Islam tentang lingkungan hidup, dapat disimpulkan
yang merusak lingkungan hidup adalah kelompok manusia yang lemah iman. Untuk itu diperlukan
pendekatan keagamaan guna memunculkan rasa solidaritas sosial, demi kelestarian lingkungan
hidup di dunia dan kebahagiaan lingkungan hidup di akhirat.
TASAWUF DALAM ISLAM
1.PENGERTIAN TASAWUF

Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme bahasa


Arab: ‫تصوف‬adalah ilmu untuk mengetahui
bagaimana cara menyucikan jiwa,
menjernihan akhlaq, membangun dhahir
dan batin serta untuk memperoleh
kebahagian yang abadi.
2.LATAR BELAKANG MUNCULNYA
TASAWUF DALAM ISLAM
Tasawuf pada mulanya adalah bagian dari ajaran zuhd dalam islam. Yaitu
lebih berkonsentrasi dalam pendekatan diri kepada Allah SWT dengan
ketaatan dan ibadah. Semakin jauh dari zaman Rasul SAW semakin banyak
aliran-aliran tasawuf berkembang. Dari perbedaan tatacara yang digunakan
oleh masing-masing aliran itu tasawuf menjadi istilah yang terpisah dari ajaran
zuhud. Karena tasawuf telah menjadi aliran yang memiliki makna khusus
sebab kekhususan praktek ajaran yang ditempuhnya. Adapun inti dari tasawuf
sendiri ialah tekun beribadah, menjauhi kemewahan dunia dan mengasingkan
diri dari manusia untuk beribadah sebagaimana para sahabat dan ulama
terdahulu melakukannya.
3.LANDASAN TEOLOGIS TASAWUF
DALAM ISLAM
Kata Tasawuf diambil dari kata shafa yang berarti bersih. Teologi lain
mengatakan bahwa kata tersebut diambil dari kata shuffah yang
berarti serambi mesjid nabawi di madinah yang di tempati oleh
sahabat-sahabat nabi yang miskin dari golongan muhajirin. Dan ada
juga yang mengatakan bahwa kata Tasawuf itu berasal dari kata suf
yaitu kain yang dibuat dari bulu dan wol.
Oleh karena itu bisa kita pahami bahwa istilah sufi dapat dihubungkan
dengan dua aspek yaitu aspek lahiriyah dan bathiniyah. Jadi Tasawuf
adalah suatu ajaran yang mana mendidik seseorang untuk seolah-olah
meninggal dunia dan hasrat jasmani dan menggunakan benda-benda
dunia ini hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pakaian dan
makanan untuk sekedar menghindarkan diri dari kepanasan, kedingan,
serta kelaparan, adapun tujuan hidupnya adalah Allah semata.
4.MAQAMAT WA AL-AHWAL
1. Ahwal
1.1 Pengertian Awal
Ahwal adalah bentuk jama’ dari kata hal, yang berarti kondisi mental atau
situasi.kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan hasil dari
usahanya. Hal bersifat sementara, datang dan pergi. Datang dan pergi bagi seorang sufi
dalam perjalanannya mendekati Tuhan.
1.2 Ahwal yang Dijumpai dalam Perjalanan Sufi
Ahwal yang sering dijumpai dalam perjalanan kaum sufi antara lain:
1).Waspada dan Mawas Diri (Muhasabah dan Muqarabah)
Waspada dan mawas diri merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Oleh karena itu,
ada sufi yang mengupasnya secara bersamaan. Waspada (Muhasabah) dapat diartikan
meyakini bahwa Allah mengetahui segala pikiran, perbuatan, dan rahasia dalam hati,
yang membuat seseorang menjadi hormat, takut, dan tunduk kepada Allah. Adapun
mawas diri (Muqarabah) adalah meneliti dengan cermat apakah segala perbuatan
sehari-hari telah sesuai atau malah menyimpang dari kehendak-Nya.
2).Cinta (Mahabbah)
Cinta merupakan salah satu pilar utama islam dan inti dari ajarannya.
Mahabbah adalah kecenderungan hati untuk memerhatikan keindahan atau
kecantikan.
3).Berharap (Raja’)
Raja’ berarti suatu sikap mental yang optimism dalam memperoleh karunia dan
nikmat ilahi yang disediakan bagi hamba-Nya yang shaleh, karena ia yakin
bahwa Allah itu Maha Pengasih, Penyayang dan Maha Pengampun.
4).Khauf
Khauf menurut ahli sufi berarti suatu sikap mental takut kepada Allah karena
khawatir kurang sempurna pengabdian. Khauf dapat mencegah hamba
berbuat maksiat dan mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan
5).Rindu (Syauq)
Selama masih ada cinta, syauq tetap diperlukan. Dalam lubuk jiwa, rasa rindu
hidup dengan subur, yakni rindu ingin segera bertemu dengan Tuhan. Ada
yang mengatakan bahwa maut merupakan bukti cinta yang benar. Lupa
kepada Allah lebih berbahaya daripada maut. Bagi sufi yang rindu kepada
Tuhan, kematian dapat berarti bertemu dengan tuhan.
6).Intim (Uns)
Uns adalah keadaan jiwa dan seluruh ekspresi rohani terpusat penuh kepada
satu titik sentrum, yaitu Allah. Dalam pandangan sufi, sifat uns adalah sifat
merasa selalu berteman, tak pernah merasa sepi.
2. Muqamat
2.1 Pengertian Muqamat
Muqamat bentuk jama’ dari kata maqam yang artinya station (tahapan atau
tingkatan), yakni tingkatan spiritual yang telah dicapai oleh seorang sufi. Imam
Al-Ghozali berkata “Maqam adalah beragam mu’amalat (interaksi) dan
mujahaddah (perjuangan batin) yang dilakukan seorang hamba di sepanjang
waktunya. Jika seorang hamba tersebut menjalankan salah satu dari maqam itu
dengan sempurna maka itulah maqamnya hingga ia berpindah dari maqam itu
menuju maqam yang lebih tinggi”.
Maqam didapatkan melalui upaya mujahddah dan riyadhah, Maqam itu tidak
bias didapatkan kecuali dengan beramal secaraterus-menerus dan rutin serta
dengan mengendalikan nafsu.
2.2 Muqam-Muqam dalam Tasawuf
Maqam yang dijalani kaum sufi umumnya terdiri dari,yaitu :
1).Taubat
taubat adalah rasa penyesalan yang sungguh-sungguh dalam hati disertai
permohonan ampun serta meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan
dosa.
2).Zuhud
Secara harfiah Zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat duniawi,
atau meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Secara umum, zuhud dapat
diartikan sebagai suatu sikap melepaskan diri dari ketergantungan terhadap
kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan akhirat.
3).Faqr (Fakir)
Al-Faqr adalah tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak meminta sesuatu
yang lain
4).Sabar
Sabar, berarti sikap konsekuen dan konsisten dalam melaksanakan semua perintah
Allah.
5).Syukur
Syukur adalah ungkapan rasa terimakasih atas nikmat yang diterima. Syukur sangat
diperlukan karena semua yang kita lakukan dan miliki di dunia adalah berkat karunia.
6).Rela (Rida)
Rida’ berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang dianugerahkan Allah
SWT.
7).Tawakal
Tawakal adalah salah satu sifat manusia beriman dan ikhlas. Hakikat tawakal adalah
menyerahkan segala urusan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, membersihkannya dari
ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki kawasan – kawasan hukum dan ketentuan.
3. Perbedaan Ahwal dan Muqamat
Keterangan di atas menegaskan kepada kita bahwa maqam berbeda
dengan hal. Menurut para sufi, maqam ditandai oleh kemapanan, sementara
hal justru mudah hilang. Maqam dapat dicapai seseorang dengan kehendak
dan upayanya, sementara hal dapat diperoleh tanpa daya dan upaya, baik
dengan menari, bersedih hati, bersenang – senang, rasa tercekam, rasa rindu,
rasa gelisah, atau rasa harap.
Sesuai penjelasan di tersebut, hal adalah pemberian Allah. Ia bisa berubah
dan hilang. Sedangkan maqam hanya bisa didapatkan dengan cara
beramal, usaha, dan usaha keras yang dilakukan secara kontinyu tidak
terputus, maqam bisa didapatkan oleh seorang hamba setelah ia
membersihkan juwanya dari segala sesuatu yang bisa membuatnya
melalaikan Tuhan.
5. PERGESERAN TASAWUF
KE TAREKAT
Pengertian tarekat (thariqah, jamaknya taraiq) secara etimologis antara lain
berarti jalan (khaifiyah), metode, sistem (al-uslub), haluan (madzhab), atau
keadaan (al-halah). Secara istilah tarekat adalah perjalanan seorang salik
(pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara mensucikan diri atau
perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan.
Tasawuf atau sufi adalah orang yang dimampukan Allah untuk menyucikan
“hati”nya dan menegakkan hubungan dengan Allah dengan melangkah ke
jalan yang benar. Jalan yang ditempuh untuk sampai melihat Tuhan dengan
mata hati
Peran guru sufi sangat penting untuk menjamin seorang pencari atau si
penempuh jalan Allah (salik) agar tetap dalam kedudukan (maqam yang
diinginkan). Para murid berusaha melestarikan ajaran syeikh dengan cara taqlid.
Sekelompok orang yang mengikatkan taqlid dan ajaran sufi disebut tarekat
Peralihan tasawuf yang bersifat personal pada tarekat yang besifat lembaga
tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. Semakin
luas pengaruh tasawuf, semakin banyak pula orang yang berhasrat ingin
mempelajarinya. Maka menemui orang yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang luas dalam mengalaman tasawuf yang dapat menuntun
mereka. Belajar dari seorang guru dengan metode mengajar yang disusun bagi
mereka. berdasarkan pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat praktik
adalah suatu keharusan
6.TASAWUF MODERN ATAU
NEOSUFISME
Penerapan tasawuf dalam kehidupan modern bukan hanya untuk mengembalikan
nilai kerohanian atau lebih dekat pada Allah, tetapi juga bermanffat dalam berbagai
bidang. Beberapa penerapan atau hubungan tasawuf dengan ilmu-ilmu sekuler,
misalnya:
1.Pertemuan tasawuf dengan fisika atau sains modern yang holistik, akan membawa
kepada kesadaran arati kehadiran manusia dan tugas-tugas utamanya dimuka bumi.
2. Pertemuan tasawuf dengan ekologi yang menyadarkan mengenai pentingnya
kesinambungan alam ini dengan keanekaragaman hayati.
3.Pertemuan tasawuf dengan penyembuhan alternatif yang memberikan kesadaran
bahwa masalah kesehatan bukan hanya bersifat fisikal.
4.Pertemuan tasawuf dengan psikologi baru yang menekankan segi transpersonal.
HUBUNGAN
TASAWUF DENGAN
AKHLAK
kata “tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah frase, yaitu
tasawuf akhlaki. Secara etimologis, tasawuf akhlaki bermakna membersihkan tingkah
laku atau saling membersihkan tingkah laku. Tasawuf adalah proses pendekatan diri
pada Tuhan dengan cara mensucikan hati sesuci-sucinya. Dalam tasawuf akhlaki,
sistem pembinaan akhlak menganut 3 cara yaitu :
1.Takhalli
Sebagai langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang sufi dengan cara
mengosongkan diri dari akhlak tercela serta memerdekakan jiwa dari hawa nafsu
duniawai.
2.Tahalli
Sebagai upaya mengisi jiwa dengan akhlak yang terpuji.
3.Tajalli
Yaitu terungkapnya cahaya kegaiban atau “nur gaib”.

Anda mungkin juga menyukai