KELAS D/2017
AKHLAK DALAM 1.PENGERTIAN AKHLAK
ISLAM 2.PENGERTIAN TASAWUF
3.AKHLAK TERHADAP KELUARGA
ATAU TERHADAP ORANG LAIN
AKHLAK DAN
TASAWUF DALAM 1.PENGERTIAN TASAWUF
TASAWUF DALAM ISLAM 2.LATAR BELAKANG MUNCULNYA
ISLAM TASAWUF DALAM ISLAM
3.LANDASAN TEOLOGIS TASAWUF
DALAM ISLAM
4.MAQAMAT WA AL-AHWAL
5.PERGESERAN TASAWUF KE
HUBUNGAN TEREKAT
TASAWUF DENGAN 6. TASAWUF MODERN
AKHLAK
AKHL AK DAL AM
ISL AM
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa
manusia yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa melalui proses
pemikiran,pertimbangan, atau penelitan. Jika keadaan
tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji
(sesuai syariat islam)disebut akhlak mahmudah
(akhlak terpuji) dan sebaliknya perbuatan-perbuatan
yang timbul tidak baik dinamakan akhlak mazmumah
(akhlak tercela).
2.PEMBAGIAN AKHLAK
A.Akhlak kepada Allah Swt.
1.Tauhid
Tauhid adalah keyakinan tentang satu atau Esanya Tuhan.Yaitu meyakini bahwa tuhan yang menciptakan
alam semesta ini hanya satu, yaitu Allah.
ٱَّللُ أ َ َحد
قُ ْل ُه َو ه
Artinya : “ Katakanlah (Muhammad) Allah itu esa” (QS. Al-ikhlas :1)
2.Taqwa
Definisi taqwa yang paling populer adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya. Taqwa menurut bahasa pemeliharaan diri.. Muttaqin
adalah orang-orang yang memelihara diri mereka dari azab dan kemaharan Allah dengan cara berhenti
di garis batas yang telah ditemukan,melakukan segala perintahnya dan mejauhi segala larangannya.
3.Tawakkal
Tawakkal adalah membebaskan hari dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya.Tidaklah dinamai tawakkal kalau hanya pasrah
menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa-apa.
4. Taqarrub
Taqarrub adalah cara mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan melaksanakan ibadah yang wajib,
dan ibadah sunnah lainnya.
5.Taubat
Taubat berakar kata taaba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah
orang yang kembali dari sesuatu (yang jelek) menuju sesuatu (yang baik).
B. Akhlak kepada makhluk
Akhlak terhadap makhluk dibagi menjadi dua,yaitu :
1.Akhlak kepada manusia
Akhlak terhadap manusia berupa akhlak terhadap diri sendiri, akhlak dalam
keluarga, bermasyarakat,dan bernegara.
2. Akhlak kepada diri sendiri
Sebagai hamba Allah, manusia diwajibkan untuk selalu bersikap tunduk dan
patuh kepada Allah SWT. Manusia yang tidak mau tunduk dan patuh kepada-
Nya disebut manusia yang ingkar, yang dalam bahasa Al-Quran disebut dengan
kafir.
3.AKHLAK DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT DAN BERNEGARA
Setiap pribadi adalah makhluk sosial, karena merupakan bagian dari masyarakat. Setiap
saat pasti melakukan interaksi dengan orang lain, minimal dengan anggota keluarga atau dengan
teman. Dalam berinteraksi, mereka dibatasi dengan norma – norma tertentu yaitu akhlak. Akhlak
pada orang lain dimulai dari keluarga, yaitu menjaga keluarga untuk tidak terjerumus dari api
neraka alias berbuat maksiat kepada Allah. Sesuai dengan firman Allah pada QS. At-Tahrim:6
Berdasarkan ayat ini, seharusnya menjaga keluarga dari api neraka dengan jalan berikan
mereka didikan tauhid kepada Allah sebagaimana Luqman memberikan wejangan kepada anak –
anaknya yang tertera dalam QS. Luqman:13
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS Luqman:13)
Bila seorang pria dan wanita ingin hidup bersama dalam sebuah keluarga, mereka harus
melalui proses pernikahan. Tanpa melalui proses ini, mereka berarti saling tidak berakhlak dalam
melakukan hubungan. Hubungan yang demikian dibatasi dengan surat an-Nur ayat 2-3, yang secara
tegas melarang untuk mendekati zina.
Seorang pemimpin juga mempunyai akhlak terhadap yang dipimpin dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya oleh Allah. Bahkan seorang pemimpin pertama kali
harus berakhlak pada dirinya sendiri, yaitu berusaha mengendalikan hawa nafsunya. Pengendalian
nafsu penting dilakukan oleh seorang pemimpin, karena kalau tidak maka pemimpin itu tidak akan
mampu memimpin dengan benar, karena justru ia dipimpin oleh hawa nafsunya. Itulah mengapa
sebegitu pentingnya memerangi hawa nafsu, karena Allah telah menerangkannya dalam QS. Shaad
ayat 26
Artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan
Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. Shad:26)
Sesudah anggota keluarga sendiri, orang yang terdekat dengan kita adalah tetangga. Baik buruknya
sikap tetangga kepada kita tentu tergantung juga bagaimana kita bersikap kepada mereka. Minimal hubungan
baik dengan tetangga diwujudkan dalam bentuk tidak mengganggu atau menyusahkan mereka, namun dapat
lebih baik lagi kita dapat aktif berbuat baik kepada mereka. Jangan sampai terjadi seseorang dapat tidur
nyenyak sementara tetangganya menangis kelaparan, sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam sebuah hadis:
Dari Anas bin Malik radliyallahu anhu, dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah beriman
kepadaku seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang padahal tetangganya yang di sampingnya dalam
keadaan lapar sedangkan ia mengetahuinya. [HR ath-Thabraniy di dalam al-Kabir. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy:
Shahih].
Hubungan yang lebih luas lagi adalah kehidupan bermasyarakat. Hidup bermasyarakat sudah
merupakan fitrah manusia. Manusia secara fitrah adalah makluk sosial dan hidup bermasyarakat merupakan
suatu keniscayaan bagi mereka. Pada dasarnya, tidak ada bedanya antara tata cara pergaulan bermasyarakat
sesama Muslim dan non-Muslim. Kalaupun ada perbedaan, hanya terbatas dalam beberapa hal yang bersifat
ritual keagamaan. Karena Allah telah menciptakan manusia berbeda – beda sesuai surat Al Hujurat ayat 13
Sikap seseorang terhadap orang yang berlainan keyakinan agamanya, sering disebut dengan istilah
kerukunan hidup antar umat beragama. Istilah kerukunan hidup antar umat beragama, berasal dari istilah
bahasa Inggris, yaitu religious tolerance. Bagi umat Islam, masalah kerukunan bukanlah suatu masalah baru. Sejak
awal kehadiran Nabi Muhammad saw. sebagai panutan dan tauladan hidup, telah memberikan contoh
operasional dalam pengamalan secara nyata. Sebagai contoh adalah ketika Nabi Muhammad saw. sampai di
Madinah beliau mengadakan perjanjian, yang kemudian dikenal dengan “Perjanjian Madinah”
Demikian halnya benergara, menyangkut urusan umat manusia yang lebih luas lagi.
Tentunya tujuan hidup, falsafah, dan ragam pemikiran pasti beragam, untuk itu Islam memberi
petunjuk dengan akhlak yang baik yaitu ‘syura’ atau musyawarah untuk mencapai tujuan
kemashlahatan. Tidak aneh jika Islam sangat memperhatikan dasar musyawarah ini dengan
menamakan salah satu surat Al Qur’an dengan Asy-Syura, didalamnya dibicarakan tentang sifat-
sifat kaum mukminin, antara lain bahwa kehidupan mereka itu berdasarkan musyawarah. Begitu
pentingnya syura atau musyawarah adalah, bahwa ayat tentang syura itu dihubungkan dengan
kewajiban shalat dan menjauhi perbuatan keji, seperti yang tertera dalam QS. Asy-Syura ayat 38
Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Asy Syura:38)
4.AKHLAK PADA ALAM LINGKUNGAN
Akhlak terhadap alam nyata
Semula lingkungan hidup hanya mencakup lingkungan yang sudah ada secara alamiah, namun lama
kelamaan manusia memiliki kemampuan mengubah lingkungan. Sementara itu, jumlah manusia
bertambah banyak. Hidup manusia semakin padat dalam ruang alam yang semakin sempit dan
mengancam keseimbangan lingkungan hidup. Akibatnya telah terasa, dimana pencemaran terhadap
air, udara, dan lain sebagainya dampaknya menimpa sebagian umat manusia. Kerusakan – kerusakan
di bumi yang terjadi sekarang sesuai dengan surat Rum ayat 41, yang berbunyi
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). (QS Rum:41)
Seorang muslim yang mendirikan pabrik, akan meneliti lebih lanjut limbah pabriknya agar
tidak merusak lingkungan. Pada tingkatan awal menghadapi alam tempat kehidupan, setiap muslim
diminta memelihara kebersihan lingkungan dan segala sesuatu yang digunakannya. Sikap penyayang
pada binatang, juga menjadi Sunnah Rasul yang harus dicontoh dalam setiap insane muslim.
Berdasarkan hal diatas, sikap hidup seorang muslim untuk bersahabat dengan alam dan
isinya, serta menghindarkan diri dari pengerusakan alam. Hakekat pokok dalam pengembangan
akhlak terhadap lingkungan hidup adalah terpeliharnya keseimbangan alam dan keseimbangan
lingkungan hidup dalam arti luas.
Akhlak terhadap alam ghoib
Lingkungan hidup yang bersifat non fisik tidak terjangkau ilmu pengetahuan, namun hal
itu hanya dapat diperoleh melalui keterangan yang diberikan oleh sang Pencipta, termasuk
didalamnya informasi tentang lingkungan hidup di akhirat kelak.
Lingkungan hidup di akhirat ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan seseorang sewaktu
ia berada di lingkungan hidup di dunia, seseorang harus menjaga bukan saja pengauh pengerusakan
alam dalam kehidupan nyata, tetapi ia juga harus menjaga diri dari pengaruh negatif yang muncul
dari makhluk ghaib, yang dalam istilah agama disebut syaitan. Sementara makhluk ghoib yang
memberi pengaruh baik adalah malaikat. Keduanya memberikan pengaruh melalui jiwa manusia.
Hal ini telah ada dalam QS. Al Jinn ayat 14
Artinya: Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah
memilih jalan yang lurus.
Perebutan dua jenis makhluk tersebut dalam mempengaruhi pribadi manusia, membawa
dampak pada lingkungannya nanti di akhirat. Jika lebih dominan pengaruh syaitan, maka kehidupan
akhiratnya akan sengsara. Sementara kalau lebih dominan pengaruh malaikat, maka kehidupan
akhiratnya kan penuh kebahagiaan. Sebagai seorang hamba Allah, manusia dituntun untuk hidup
hasanah di dunia yang akan berdampak hasanah di akhirat.
Dengan demikian, jika dikaji lebih dalam ajaran Islam tentang lingkungan hidup, dapat disimpulkan
yang merusak lingkungan hidup adalah kelompok manusia yang lemah iman. Untuk itu diperlukan
pendekatan keagamaan guna memunculkan rasa solidaritas sosial, demi kelestarian lingkungan
hidup di dunia dan kebahagiaan lingkungan hidup di akhirat.
TASAWUF DALAM ISLAM
1.PENGERTIAN TASAWUF