Pesatnya perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini sangat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, khususnya gaya hidup sebagian masyarakat. Sebagian masyarakat yang sangat peduli terhadap perubahan tersebut tidak ingin ketinggalan dan akan berusaha mengimbangi perubahan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan belajar. Masyarakat perlu belajar tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia agar dapat mengaplikasikan dirinya dengan baik di dalam kehidupan. Lalu dengan cara bagaimana manusia bisa mengaplikasikan dirinya dengan baik di dalam kehidupan? Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Menurut Bandura (1986) ada empat komponen dalam proses belajar meniru (modeling) melalui pengamatan, yaitu: Ulangan – penguatan dan motivasi Memproduksi gerak motorik Atensi/ Memperhatikan Retensi/ Mengingat Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar sosial ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan”. Eksperimen Pemodelan Bandura : KUMPULAN A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang dan menjerit ke arah patung besar Bobo. Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif. KUMPULAN B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesraan dengan patung besar Bobo. Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif seperti kumpulan. Rumusan: Tingkah laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/permodelan. Hasil keseluruhan eksperimen: Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari orang dewasa. Kumpulan B tidak menunjukkan tingkah laku agresif. KESIMPULAN: Tingkah laku peniruan/permodelan adalah hasil dari peneguhan. 1. Peniruan Langsung Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai. 2. Peniruan Tak Langsung Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya. 3. Peniruan Gabungan Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya. 4. Peniruan Sesaat / seketika. Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah. 5. Peniruan Berkelanjutan Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat. Kompetensi: pembelajar biasanya meniru orang-orang yang melakukan sesuatu dengan baik, bukan sebaliknya. Mereka akan mencoba meniru keterampilan bermain bola dari seorang pemain bola professional yang sudah punya skill. Prestasi dan kekuasaan: Anak-anak remaja sering meniru orang yang terkenal atau orang yang berkuasa. Beberapa model yang efektif, pemimpin dunia, atlet terkenal, bintang rock popular adalah orang-orang yang terkenal di tingkat nasional maupun internasional. Jadi, selain sendiri mencontohkan perilaku yang diharapkan sebaiknya memajang (expose) siswa dengan berbagai model yang mungkin mereka anggap kompeten dan berprestasi. Perilaku “Sesuai-Gender”: Pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka anggap sesuai dengan gender mereka. Individu yang berbeda, tentu saja, biasa mendefinisikan yang sesuai gender dengan agak berbeda. Sebagai contoh, beberapa anak perempuan mungkin menjauhkan diri dari berkarir di bidang teknik, yang mereka rasa terlalu maskulin. Perilaku yang relevan dengan situasi pembelajar sendiri: pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka yakini akan membantu mereka dalam situasi mereka. Sebagai contoh, seseorang siswa sekolah menengah lebih mungkin meniru cara berpakaian teman-teman sekelasnya yang popular jika dia berpikir dia dapat menjadi popular dengan mengenakan pakaian semacam itu. Keterampilan Akademis (academic skills): siswa mempelajari banyak keterampilan akademis, setidaknya sebagian dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Misalnya, mereka mungkin belajar bagaimana memecahkan soal pembagian yang panjang atau menulis karangan yang kohesif sebagian dengan mengamati bagaimana guru dan teman mereka melakukan hal tersebut. Agresi (aggression): banyak kajian penelitian telah menunjukkan bahwa anak- anak menjadi lebih agresif ketika mereka mengamati model yang agresif atau berperilaku kasar. Anak-anak mempelajari agresif tidak hanya dari model hidup (live models), tapi juga dari model simbolik (symbolic models) yang mereka lihat di film, televisi, atau video game. Perilaku Interpersonal: dengan mengamati dan meniru orang lain, pembelajar mendapatkan banyak keterampilan interpersonal. Sebagai contoh, dalam kelompok kecil dengan teman-teman kelas, anak-anak biasa mengadopsi strategi satu sama lain untuk melakukan diskusi mengenai kesusasteraan, mungkin belajar bagaimana meminta pendapat satu sama lain Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata–mata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak–anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak–anak, faktor sosial dan kognitif. Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat. Pengaplikasian teori belajar sosial dalam pendidikan adalah hendaklah memastikan bahwa kita sendiri boleh menunjukkan tingkahlaku yang boleh diteladani serta memaklumkan kepada anak murid berkenaan kesan sesuatu tingkah laku yang tidak bermoral, sebagai guru perlu memastikan dan berusaha menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar modeling boleh berlaku, dan selain itu persembahan pengajaran seseorang guru seharusnya tersusun dan dapat menarik minat dan perhatian murid-murid serta seharusnya dapat dijadikan model untuk diikuti oleh mereka. Saran yang ingin kami sampaikan adalah bahwa kita sebagai pembelajar maupun yang nantinya akan menjadi model (contoh), hendaknya bersikap mengikuti sikap dan perilaku orang lain yang baik. Kita harus selektif dalam menirukan karena kita akan ditiru oleh peserta didik kita, sehingga apabila kita salah bertindak akan berpengaruh buruk pula pada peserta didik. Ormrod, Jeanne. E. 2008. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh Berkembang. Jakarta: Erlangga Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada (http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/yang-perlu- diketahui-tentang.html) (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori- belajar-sosial-albert-bandura/) TERIMA KASIH