DIFTERI
DIFTERI
1
LATAR BELAKANG
SALURAN LAIN-LAIN
PERNAFASAN ATAS • Kulit
• Hidung • Selaput lendir
• Tonsil • Konjungtiva
• Faring • Kelamin
• Laring
2
LATAR BELAKANG
3
LATAR BELAKANG
4
LATAR BELAKANG
5
LATAR BELAKANG
6
LATAR BELAKANG
7
KARAKTERISTIK UMUM C. DIPHTHERIA
Taksonomi
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Familia : Corynebacteriaceae
Genus : Corynebecterium
Spesies : Corynebacterium diphtheria
8
KARAKTERISTIK UMUM C. DIPHTHERIA
9
KARAKTERISTIK UMUM C. DIPHTHERIA
10
KARAKTERISTIK UMUM C. DIPHTHERIA
11
Dinding Sel
Disadur dari
SPTiwari: CDC,
Mattos-Guaraldi: Diphtheria Remains a Threat to Health in the Developing World An Overview 14
Koneman Diphtheria Remains a Threat to Health in the Developing World An Overview
LATAR BELAKANG
15
DEFINISI OPERASIONAL DIFTERI
16
KLASIFIKASI KASUS
21
SPESCIMEN COLLECTION
Prosedur tindakan :
1. Petugas mencuci tangan
2. Sebelum melakukan tindakan, pakai APD:
• schort / jas lab
• masker bedah
• penutup kepala
• pelindung wajah / face shield
• handscoen / sarung tangan
23
Dikutip : Todar10
SPESCIMEN COLLECTION
24
Pemeriksaan Laboratorium
25
Pewarnaan Gram
27
Pewarnaan Albert
Prosedur perwarnaan:
• Sediaan difiksasi dengan melewatkan diatas api, berikan
pewarnaan Albert 1 selama 3-5 menit.
• cuci dengan air mengalir & diberi perwarnaan Albert 2
selama 20-30
28
Pewarnaan Albert
29
Pewarnaan Neisser
Pewarnaan menggunakan 3 larutan Neisser A, B & C
• Neisser A Methylen biru, alkohol 70%, asam
acetat, glaciale , & aquadest
• Neisser B Gentian violet, alkohol absolut, &
Aquadest
Pemakaian : 2 bagian lar. Neisser A + 1 bagian lar.
Neisser B Neisser I
30
Pewarnaan Neisser
Prosedur perwarnaan:
• Setelah fiksasi berikan pewarnaan Neisser I selama
20 detik
• Cuci dengan air mengalir & diberi perwarnaan Neisser
II selama 30 detik.
31
Pewarnaan
32
Kultur C. diphtheriae
Kultur untuk membedakan varian C. diphtheriae jarang
dilakukan tidak penting untuk penanganan kasus
atau outbreak secara klinis
33
Kultur C. diphtheriae
• Dilakukan pada agar darah (media non selektif) dan
Tellurite Blood Agar (media selektif)
36
Tes Biokimia
38
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Ribotyping
39
Polymerase Chain Reaction (PCR)
40
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Prosedur
Strip/disk yg mengandung antitoksin difteri
ditempatkan di tengah media agar rendah besi
isolat pasien pada permukaan agar & inkubasi
selama 24 – 48 jam dalam suhu 35 – 37°C
42
Tes Elek
43
Tes Elek
44
45
Test Shick
Tes kulit untuk menentukan kerentanan atau
kekebalan terhadap difteri
Toksin difteri akan menyebabkan reaksi
inflamasi ketika jumlah yang sangat kecil
disuntikkan secara intrakutan
dievaluasi pada 48 jam
46
VAKSIN DIFTERI
• Vaksin DTaP terdiri dari tiga komponentoksoid difteri (D),
toksoid tetanus (T) & komponen antigen bakteri pertusis (aP)
• Vaksin DTP berisi sel bakteri Pertusis utuh dengan ribuan antigen
di dalamnya, termasuk antigen yang tidak diperlukan, Karena
banyak mengandung antigen, maka sering menimbulkan reaksi
panas tinggi, bengkak, merah, nyeri ditempat suntikan.
Sedangkan vaksin DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak
utuh, hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja
sehingga minim efek di atas
• Vaksin DT terdiri dari toksoid difteri (D) & tetanus (T) yang
khusus ditujukan untuk anak yang memiliki reaksi alergi
terhadap vaksin pertusis.
49
MEDIA AMIES
50
Definisi KLB dan kriteria KLB ?