Anda di halaman 1dari 12

Tes Wartegg

 Lembar Wartegg yang terdiri dari 8 kotak (tiap


kotak berukuran: ± 4x4 cm).
 Setiap kotak memuat stimulus sederhana dan
berukuran kecil (lingkaran, garis lurus, kotak, garis
lengkung, titik-titik).
 Setiap kotak beserta stimulusnya, dapat
dipersepsikan sebagai gambar yang belum lengkap.
 Stimulus dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok:
1) Stimulus dengan kualitas organik (1, 2, 7, 8).
 Kecenderungan feminin, karakter perempuan yang dipengaruhi
oleh organic-emotional.
2) Stimulus dengan kualitas technical-constructive (3, 4, 5, 6).
 Kecenderungan maskulin, karakter laki-laki yang terkait dengan
hal-hal bersifat material-technical.
 Tiap stimulus memiliki makna  stimulus drawing relation (SDR).
 SDR menunjukkan kemampuan subjek dalam mengintegrasikan
aspek kognitif-afektif dan stimulus yang harus ia selesaikan.
Stimulus Sifat Makna
1 Sentral, kecil, terpusat Ego

2 Feminin, dinamis, bergerak Penyesuaian diri

3 Meninggi, kaku, teratur, maskulin Keinginan/ambisi

4 Berat, padat, hitam Kecemasan, ketakutan

5 Dinamis, ada orientasi ke atas Pengelolaan konflik

6 Populer, stimulus dianggap mudah/umum Wawasan

7 Lembut, kecil, feminin Libido, kepekaan


8 Harmonis, lentur, lancar Hubungan sosial
 Dapat diadministrasikan secara individual maupun klasikal.
 Persiapan material yang perlu dilakukan:
a) Setting ruangan fisik sedapat mungkin bebas dari dekorasi/gambar
Supaya tidak mengganggu maupun memengaruhi subjek dalam
melengkapi gambar.
b) Dalam tes klasikal, perhatikan jarak tempat duduk
Menghindari subjek untuk saling mencontek gambar
c) Lembar Wartegg dan usahakan ada alas kertas; hindari untuk
menempatkan kertas langsung beralaskan kayu, besi, aluminium,
plastik, atau taplak meja.
d) Sediakan pensil HB yang telah diraut, dan penghapus.
 Setelah semua persiapan material telah selesai, masuk ke tahap
pemberian instruksi:
1) Bangun rapport sekaligus pastikan apakah subjek memiliki
ketrampilan/kemampuan menggambar.
Jika subjek mengatakan tidak memiliki kemampuan tersebut
(dan muncul perasaan kecewa, cemas), yakinkan subjek bahwa
tes ini tidak membutuhkan kemampuan tersebut.
Tester perlu memberikan penekanan bahwa tes ini bukan
merupakan tes kemampuan menggambar, sampaikan harapan
tester bahwa subjek tidak diminta untuk menggambar yang
bersifat artistik.
2) Berikan instruksi:
“Pada lembar ini anda akan melihat 8 kotak, dalam setiap kotak
terdapat tanda. Tanda-tanda ini tidak memiliki arti khusus,
hanya merupakan bagian dari gambar yang harus anda buat di
dalam kotak. Anda boleh menggambar apa saja dan boleh
memulai dari kotak mana saja, tidak harus berurutan tetapi anda
perlu mencantumkan nomer pada setiap gambar yang telah
selesai anda buat”.
Tambahan untuk instruksi utama: “Jangan membalik kertas dan
menggambar di bagian yang putih (tunjukkan bagian belakang
kertas)”.
3) Setelah subjek selesai menggambar, tester meminta subjek
untuk:
Menuliskan keterangan/judul gambar di bagian lain dari
lembar Wartegg, sesuai urutan subjek dalam menggambar.
Memberi tanda (+) pada gambar yang subjek sukai dan
tanda (-) pada gambar yang paling tidak disukai.
Memberi keterangan (M) pada gambar yang subjek
anggap paling mudah, dan (S) pada gambar yang subjek
anggap paling sukar.
 Tanda (+), (-), (M), (S) hanya dituliskan satu kali.
 Dalam buku Kinget (1952), ada sedikit perbedaan instruksi
(khususnya untuk individual test):
Subjek diminta untuk memulai menggambar dari tanda yang ia
sukai.
Waktu menggambar bebas (Subjek boleh menggambar selama yang
dia mau).
Subjek diperbolehkan untuk menggunakan penghapus.
 Terkait dengan penggunaan penghapus, pada awalnya tes ini
memang tidak menyarankan hal tersebut  perkembangan
selanjutnya nampak bahwa makna diagnostik juga dapat muncul
melalui penggunaan penghapus.
 Pertimbangan penggunaan penghapus:
Membuat subjek lebih bebas dan spontan dalam menggambar.
Larangan penggunaan penghapus membuat kondisi subjek tidak
natural  subjek harus berhati-hati dalam menggambar.
Selain itu, penggunaan penghapus dapat menunjukkan
kecenderungan ketelitian, kompulsi, ketidakmampuan dalam
mengambil keputusan.
 Jika ternyata subjek menggunakan penghapus secara berlebihan
sehingga menyebabkan lembar kertas menjadi rusak, tester
dapat memberikan lembar kertas yang baru.
 Dalam tes klasikal penggunaan waktu berkisar antara 15 – 20 menit.
 Perhitungan waktu (baik dalam tes klasikal maupun individual) tidak
dilakukan secara mencolok.
 Lakukan observasi pada hal-hal berikut:
a) Respon/reaksi awal subjek (positif, santai, antusias, tanpa ekspresi,
cemas, menolak melakukan tugas, atau reaksi lainnya).
b) Perilaku subjek saat menggambar (nyaman/tidak nyaman, menggambar
dengan cepat/terburu-buru, menggambar dengan melihat/meniru objek
di lingkungan sekitar, memberikan komentar, dan lainnya).
c) Perilaku spesifik saat menggambar (penggunaan penghapus, membuat
sketsa gambar, urutan menggambar, dan lainnya).
d) Waktu yang dibutuhkan subjek untuk menyelesaikan gambar
 Pada tes individual, setelah subjek selesai menggambar dan
memberikan keterangan gambar, lakukan inquiry tentang:
Apa hobi subjek?  apakah menggambar termasuk hobi
subjek (bermanfaat untuk interpretasi tentang form level).
Jika hobi subjek adalah menggambar maka tanyakan
mengenai objek yang sering digambarnya.
Ide-ide subjek di masing-masing gambar yang telah
dibuatnya.
 Pada tes klasikal maupun individual lakukan terminasi tes jika
semua prosedur telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai