Anda di halaman 1dari 69

Hukum-hukum

Termodinamika
Beberapa Proses Termodinamika Gas

sistem
Usaha
Panas
masuk
DU keluar

Qpositif Wpositif
DU = Q – W
Sistem
Proses Fisika memanaskan air
Q : api, ∆U : air bergolak berubah
jadi uap, W: Tutup cerek bergerak
naik
sistem Usaha
Panas
masuk DU Masuk

Qpositif Wnegatif
D U = Q – (-W)

sistem
Usaha
Panas
keluar DU Masuk

Q negatif Wnegatif

∆𝑼 = −𝑸 − −𝑾 = 𝑾 − 𝑸
• U : energi internal sistem; ∆U : perubahan energi internal sistem.
• W : Usaha yang dilakukan oleh sistem (W positif); untuk usaha yang
dilakukan pada sistem (W negatif).
• Q : Panas Q positif jika diberikan kepada sistem; dan negatif jika
keluar dari sistem.
• Hukum Pertama Termodinamika
• Panas netto yang ditambahkan pada suatu sistem sama dengan
perubahan energi internal ditambah usaha yang dilakukan oleh
sistem.
𝑄 + −𝑊 = ∆𝑈
atau
𝑄 = ∆𝑈 + 𝑊
Contoh: Sebuah sistem terdiri dari 3 kg air pada 80oC. 25 kJ usaha
dilakukan pada sistem dengan mengaduk dengan kincir, sementara 15
kkal panas dibuang. (a) berapakah perubahan energi internal sistem?
(b) berapakah temperatur sistem?
• Jawab: karena 1 kkal = 4,18 kJ; maka 15 kkal = 15 x 4,18 kJ = 62,7 kJ.
• 25 kJ usaha dilakukan pada sistem; 62,7 kJ panas dikeluarkan.
Sehingga
𝑄 = ∆𝑈 + 𝑊
− 62,7 𝑘𝐽 = ∆𝑈 + −25 𝑘𝐽
∆𝑈 = −62,7 𝑘𝐽 + 25 𝑘𝐽 = −37,7 𝑘𝐽
𝑄 − 37,7 𝑘𝐽
(b) ∆𝑇 = = 𝑘𝐽 = −3,01 𝐶 𝑜
𝑚𝑐 (3 𝑘𝑔)(4,18𝑘𝑔 𝐶𝑜 )
𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 80𝑜 𝐶 − 3,01 𝐶 𝑜 = 76,99𝑜 𝐶 ≈ 77𝑜 𝐶
Hukum Gas Ideal
• Bila gas ditekan dalam ruang tertutup dan temperaturnya dijaga agar
konstan, maka akan diperoleh bahwa tekanannya bertambah bila
volumenya berkurang untuk gas berkerapatan rendah (hukum Boyle):
𝑃𝑉 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛)
Secara eksperimen pula Jacques Charles & Gay Lussac memperoleh
bahwa temperatur absolut (mutlak) gas dengan kerapatan rendah
sebanding dengan tekanan pada volume konstan; demikian pula
temperatur absolut sebanding dengan volume gas jika tekanannya
kostan; sehingga
𝑃𝑉 = 𝐶𝑇
C : konstanta kesebandingan untuk suatu gas tertentu.
• Ternyata konstanta C sebanding dengan jumlah gas, sehingga dapat ditulis
sebagai:
𝐶=𝑘𝑁
N : jumlah molekul gas
k : dinamakan konstanta Boltzmann = 1,381 x 10-23 J/K.
Sehingga
𝑃𝑉 = 𝑁𝑘𝑇
Apabila jumlah gas dinyatakan dalam jumlah mol, maka satu mol sebuah zat
tersebut mengandung atom-atom atau molekul-molekul sejumlah bilangan
Avogadro (NA).
NA didefinisikan sebagai jumlah atom carbon dalam 12 gram 12C.
Nilai bilangan Avogadro adalah
𝑁𝐴 = 6,022 𝑥 1023 molekul/mol
Untuk n mol zat, maka jumlah molekulnya 𝑁 = 𝑛 𝑁𝐴
• Sehingga rumus Charles – Gay Lussac menjadi
𝑃 𝑉 = 𝑛 𝑁𝐴 𝑘 𝑇 = 𝑛 𝑅 𝑇
Dengan 𝑅 = 𝑘 𝑁𝐴
R : konstanta gas umum = 8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙 ∙ 𝐾 = 0,08206 𝐿 ∙ 𝑎𝑡𝑚/𝑚𝑜𝑙 ∙ 𝐾
Gas ideal didefinisikan sebagai gas di mana 𝑃𝑉/𝑛𝑇 konstan untuk
seluruh tekanan. Sehingga hubungan gas ideal berlaku:
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
Massa 1 mol dinamakan massa molar M atau massa molekuler. Massa
molar 12C, menurut definisi, 12 g/mol atau 12 x 10-3 kg/mol.
Misal massa molar CO2 adalah = C massa molar 12 ditambah O massa
molar 2 x 16 = massa molar CO2 = 12 + 32 = 44 g/mol.
Gambar PV/nT terhadap P
untuk gas nyata. Bila
kerapatan gas berkurang
sehingga mengurangi
tekanan, maka rasio PV/nT
mendekati nilai yang sama
yaitu 8,314 J/mol ∙ K untuk
semua gas. Nilai ini adalah
konstanta gas R.
Maka rumus gas ideal PV = nRT merupakan pendekatan yang baik
untuk semua gas nyata pada tekanan rendah.
• Massa m gas dapat dinyatakan sebagai n mol zat dikali massa molar
M, sehingga
𝑚=𝑛𝑀
Jika kerapatan gas ideal 𝜌 adalah
𝑚 𝑛𝑀
𝜌= =
𝑉 𝑉
𝑛 𝑃
Dari 𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇; maka = ; sehingga kerapatan gas ideal adalah
𝑉 𝑅𝑇

𝑛𝑀 𝑃
𝜌= = 𝑀
𝑉 𝑅𝑇
𝑀
𝜌= 𝑃
𝑅𝑇
Gambar di samping menunjukkan
gambar P terhadap V untuk berbagai
temperatur T. Kurva-kurva tersebut
dinamakan isoterm. Isoterm untuk gas
ideal adalah hiperbola.
Untuk sejumlah gas tertentu bahwa
persamaan PV/T adalah konstan. Maka
untu dua keadaan yang berbeda
berlaku hubungan:

𝑃1 𝑉1 𝑃2 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
1. Berapa volume yang ditempati 1 mol gas pada temperatur 0oC dan
tekanan 1 atm? (sistem dalam keadaan standar)
• Jawab: temperatur absolut 0oC adalah 273 K. Dari rumus
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛𝑅𝑇 (1 𝑚𝑜𝑙)(0,0821 𝐿 ∙ 𝑎𝑡𝑚ൗ𝑚𝑜𝑙 ∙ 𝐾 )(273 𝐾)
𝑉= = = 22,4133 𝐿
𝑃 1 𝑎𝑡𝑚

𝑉 ≈ 22,40 𝐿
2. Massa molar hidrogen adalah 1,008 g/mol, berapakah massa 1 atom
hidrogen?
𝑀𝐻 1,008 𝑔/𝑚𝑜𝑙 −24
𝑚= = 23
≈ 1,674 𝑥 10 𝑔/𝑎𝑡𝑜𝑚
𝑁𝐴 6,022 𝑥 10 𝑎𝑡𝑜𝑚/𝑚𝑜𝑙
3. Suatu gas mempunyai volume 2 L, temperatur 30oC, dan tekanan 1
atm. Gas dipanaskan sampai 60oC dan ditekan sampai volumenya 1,5 L.
Carilah tekanannya yang baru!
• Jawab: T awal = (30 + 273) K = 303 K dan T akhir (60 + 273) K = 333 K
dari rumus
𝑃2 𝑉2 𝑃1 𝑉1 𝑇2 𝑉1
= 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑃2 = 𝑃1
𝑇2 𝑇1 𝑇1 𝑉2
𝑇2 𝑉1 333 𝐾 2 𝐿
𝑃2 = 𝑃1 = 1 𝑎𝑡𝑚 ≈ 1,47 𝑎𝑡𝑚
𝑇1 𝑉2 303 𝐾 1,5 𝐿
4. Gas CO2 sebanyak 100 g menempati volume 55 L pada tekanan 1
atm. (a) carilah temperaturnya. (b) Jika volumenya ditambah menjadi
80 L dan temperatur dijaga konstan, berapakah tekanan yang baru?
Jawab: massa molar CO2 = (12 + 2 x 16) g/mol = 44 g/mol. Jumlah mol
adalah:
𝑚𝐶𝑂2 100 𝑔
𝑛= = = 2,27 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝐶𝑂2 44 𝑔/𝑚𝑜𝑙
Temperatur absolutnya dan T1 = T2, maka
𝑃𝑉 ( 1 𝑎𝑡𝑚 )( 55 𝐿 )
𝑇= = = 295 𝐾
𝑛𝑅 ( 2,27 𝑚𝑜𝑙 )(0,0821𝐿∙𝑎𝑡𝑚ൗ𝑚𝑜𝑙∙𝐾)
𝑃2 𝑉2 = 𝑃1 𝑉1
𝑉1 55 𝐿
𝑃2 = 𝑃1 = 𝑥 1 𝑎𝑡𝑚 ≈ 0,69 𝑎𝑡𝑚
𝑉2 80 𝐿
Teori Kinetik Gas
• Perilaku gas secara makroskopik telah digambarkan dalam bentuk
hubungan antara P, V, dan T. Untuk menggambarkan keadaan gas
secara mikroskopik gas diperlukan pemberian koordinat dan
kecepatan semua molekul secara sederhana diperhitungkan keadaan
rata-ratanya saja.
• Dalam sudut pandang mikroskopik yang dinamakan teori kinetik gas,
tekanan gas adalah hasil tumbukan antara molekul gas dengan diding-
dinding wadahnya.
• Tekanan gas diperoleh dengan menghitung laju perubahan
momentum molekul gas saat menumbuk diding-dinding wadahnya
• Menurut hukum kedua Newton, laju perubahan momentum sama
dengan gaya yang diberikan oleh dinding pada molekul-molekul gas.
• Sehingga
𝑑𝐩
𝐅=
𝑑𝑡
• Berdasarkan hukum ketiga Newton gaya ini sama dengan gaya yang
diberikan molekul-molekul pada dinding.
• Untuk menyelesaikan diperlukan asumsi-asumsi, yaitu
1. Gas terdiri sejumlah molekul yang bertumbukan secara elastik.
2. Molekul-molekul terpisah secara rata-rata oleh jarak yang besar
dibanding ukuran molekul dan gaya gravitasi di antaranya diabaikan.
3. Tanpa adanya gaya eksternal, posisi molekul bebas dan tidak ada
arah vektor tertentu.
Ditinjau wadah kotak dengan volume V dan berisi N
molekul, dengan massa m dan bergerak dengan
kelajuan v. Gaya yang molekul pada dinding kanan
tegak lurus sumbu x dan komponen momentum
sebelum menumbuk adalah +𝑚𝑣𝑥 dan setelah
menumbuk komponen momentum pada sumbu x
adalah −𝑚𝑣𝑥 . Jadi perubahan momentum setiap
molekul adalah 2 𝑚𝑣𝑥 .

Perubahan momentum total semua molekul selama selang waktu ∆t adalah


2 𝑚 𝑣𝑥 ∆𝑡 𝑁. Jumlah molekul menumbuk dinding kanan seluas A adalah
jumlah molekul yang ada pada jarak 𝑣𝑥 ∆𝑡. Jumlah ini molekul persatuan
1
volume adalah N/V kali volume [ 𝐴 𝑣𝑥 ∆𝑡 ] , ½ karena secara rata-rata
2
separo molekul bergerak ke kanan dan separo bergerak ke kiri.
• Perubahan momentum molekul-molekul (∆p)
1𝑁 𝑁
∆𝑝 = 𝐴 𝑣𝑥 ∆𝑡 2 𝑚𝑣𝑥 = 𝑚 𝑣𝑥2 𝐴 ∆𝑡
2𝑉 𝑉
Tekanan adalah gaya dibagi luas dan gaya adalah perubahan
momentum dibagi selang waktu sehingga:
𝐹 1 ∆𝑝 1 𝑁 𝑚 𝑣𝑥2 𝐴 ∆𝑡 𝑁
𝑃= = = = 𝑚𝑣𝑥2
𝐴 𝐴 ∆𝑡 𝐴 𝑉 ∆𝑡 𝑉

𝑃𝑉 = 𝑁 𝑚 𝑣𝑥2
Jika diambil rata-ratanya maka
1
𝑃𝑉 = 2𝑁 𝑚 𝑣𝑥2
2 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
• Atau
1
𝑃𝑉 =𝑁𝑘𝑇 =2𝑁 𝑚 𝑣𝑥2
2 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Dan
1 1
𝑚 𝑣𝑥2 = 𝑘𝑇
2 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
2
laju sumbu yang lain identik dan secara total
𝑣 2 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑣𝑥2 𝑟𝑡 + 𝑣𝑦2 + 𝑣𝑧2 𝑟𝑡 = 3 𝑣𝑥2 𝑟𝑡
𝑟𝑡
1
Jika 𝑣𝑥2 𝑟𝑡 = 𝑣2 ; energi kinetik rata-rata 𝐾𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
3
1 2
3
𝐾𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑚𝑣 = 𝑘𝑇
2 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
2
• Energi kinetik translasi total n mol gas yang mengandung N molekul adalah:
1 3 3
𝐾=𝑁 𝑚 𝑣2 = 𝑛𝑘𝑇= 𝑛𝑅𝑇
2 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 2 2
3 3
Jadi energi kinetik translasi adalah 𝑘𝑇 per molekul dan 𝑅𝑇 per mol. Maka laju
2 2
molekul dalam gas adalah:
3 𝑘𝑇 3 𝑁𝐴 𝑘𝑇 3 𝑅𝑇
𝑣2
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = = =
𝑚 𝑁𝐴 𝑚 𝑀
Di mana 𝑀 = 𝑁𝐴 𝑚 ; maka 𝑣 2 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑣𝑟𝑚𝑠
3 𝑘𝑇 3 𝑅𝑇
𝑣𝑟𝑚𝑠 = 𝑣2 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = =
𝑚 𝑀
Ingat persamaan laju di dalam gas berbentuk identik, yaitu:
𝛾 𝑅𝑇
𝑣𝑏𝑢𝑛𝑦𝑖 =
𝑀
Gas oksigen (O2) mempunyai massa molar sekitar 32 g/mol dan gas
hidrogen (H2) sekitar 2 g/mol. Hitunglah (a) kelajuan rms molekul
oksigen dan (b) hidrogen, bila temperatur keduanya 300 K.
Jawab: (a) massa molar O2 : 32 g/mol = 32 x 10-3 kg/mol, jadi
𝐽
3 𝑅𝑇 3 8,31 (300 𝐾) 𝑚
𝑣𝑂2 = = 𝑚𝑜𝑙 ∙ 𝐾 = 483
𝑟𝑚𝑠 𝑀 −3 𝑘𝑔 𝑠
32 𝑥 10
𝑚𝑜𝑙
(b) Karena massa molar hidrogen 1/16 massa molar oksigen dan
1
𝑣𝑟𝑚𝑠 ∞ , maka kelajuan rms hidrogen adalah 4 x vrms oksigen atau 4 x
𝑀
483 m/s = 1932 m/s = 1,93 km/s
Usaha, Kalor, dan Energi Dalam
Hukum pertama termodinamika adalah pernyataan kekekalan
energi.
Hukum ini menggambarkan usaha yang dilakukan pada suatu
sistem, panas yang ditambahkan atau dikurangkan dari sistem,
dan energi internal sistem.
Dari percobaan Joule di samping, bila beban jatuh, maka dari
hubungan tali yang diikalkan pada sumbu putar akan memutar
kincir di dalam air, jika sistem terisolasi, maka usaha yang
dilakukan kincir melawan air sama dengan hilangnya energi
mekanik beban jatuh. Gesekan kincir dengan air akan menaikkan
temperatur air.
Joule menemukan bahwa usaha mekanik jatuhnya beban sebesar
4,18 satuan usaha (joule) diperlukan untuk menaikkan suhu air
1oC. Dan energi mekaniknya ekivalen dengan 1 kalori (kal).
• Contoh:
• Sebuah tabung air yang terisolasi secara termis dijatuhkan dari
ketinggian h dan menumbuk tanah secara tak elestik. Berapakan h
agar temperatur naik sebesar 1oC?
• Jawab: agar temperatur naik 1oC, maka energi internal air harus naik
sebesar 4,18 joule untuk tiap gram air (4,18 kjoule/kg air). Jika massa
air adalah m dan hilangnya energi potensial mgh, maka:
𝑘𝐽
𝑚 𝑔 ℎ = 𝑚 (4,18 )
𝑘𝑔
𝑘𝐽 𝑘𝐽
𝑚 (4,18 ) 4,18
𝑘𝑔 𝑘𝑔
ℎ= = = 426 𝑚.
𝑚𝑔 9,81 𝑁/𝑘𝑔
Energi Internal Gas Ideal
• Menurut model molekuler gas yang sederhana, temperatur gas T
dihubungkan denan energi kinetik translasi molekul-molekul gas K
adalah:
3
𝐾 = 𝑛𝑅𝑇
2
Jika energi translasi ini diambil sebagai energi internal total gas, maka
energi internal akan tergantung hanya pada temperatur gas dan tidak
pada volume atau tekanannya. Dengan menulis U untuk K, maka
diperoleh
3
𝑈= 𝑛𝑅𝑇
2
Usaha dan Diagram PV untuk Gas
Gas di tampung dalam silinder yang
terisolasi secara termis dengan piston yang
dapat bergerak. Bila piston bergerak
sejarak dx ke kiri sangat perlahan (gas
memuai), volume berubah dengan dV = A
dx. Usaha yang dilakukan gas adalah PA dx
= P dV.
Gerak piston yang sangat perlahan memberikan konsekuensi gas selalu dalam
kesetimbangan T, P, atau U. Proses demikian dinamakan proses kuasi-statik.
Maka usaha gas yang dilakukan pada piston (gas mengembang/ekspansi)
adalah
𝑑𝑊 = 𝐹 𝑑𝑥 = 𝑃𝐴 𝑑𝑥 = 𝑃 𝑑𝑉
Dengan
𝑑𝑉 = 𝐴 𝑑𝑥
dV adalah pertambahan volume gas, sehingga dV positif.
Hal sebaliknya jika piston bergerak ke kanan atau melakukan kompresi,
maka dV adalah negatif yang menunjukkan bahwa usaha dilakukan
pada gas, maka:
𝑑𝑊𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑔𝑎𝑠 = − 𝑑𝑊𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑔𝑎𝑠 = −𝑃 𝑑𝑉
Perhatikan gambar di bawah ini
P Tiap titik dalam diagram PV seperti (P0,V0)
(P0, V0) menyatakan keadaan tertentu dari gas. Garis
horisontal menyatakan tekanan konstan dari gas P0.
Usaha yang dilakukan oleh gas yang mengembang
Gas
mengembang sebesar ∆V dinyatakan oleh luasan berbayang-bayang
𝑃0 ∆𝑉.
V Proses semacam ini disebut ekspansi isobarik.
DV
• Maka secara umum usaha yang dilakukan oleh gas = luasan di bawah
kurva P vs V, yaitu:
𝑊 = න 𝑃 𝑑𝑉 = 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 𝑃 𝑣𝑠 𝑉
P P P

(P1,V1) Lintasan A (P1,V1) (P1,V1)

Lintasan C
Lintasan B
(P2,V2) (P2,V2) (P2,V2)

(a) V (b) V (c) V

Gambar di atas menunjukkan tiga lintasan yang berbeda yang mungkin pada
diagram PV untuk gas yang mula-mula di P1,V1 kemudian mengembang di P2,V2
• Untuk kurva (a) proses merupakan proses dengan volume konstan
(isokhor) dan (b) proses merupakan proses dengan tekanan konstan
(isobarik) dan keduanya usahanya sama dengan luasan yang dibatasi
oleh grafik yang merupakan luasan empat persegi panjang.
• Proses (c) adalah ekspansi isotermis, maka perhitungannya
menggunakan integral, yaitu:
𝑛𝑅𝑇
𝑑𝑊 = 𝑃 𝑑𝑉 = 𝑑𝑉
𝑉2 𝑉 𝑉2
𝑛𝑅𝑇
𝑊𝑖𝑠𝑜𝑡𝑒𝑟𝑚𝑖𝑠 = න 𝑃 𝑑𝑉 = න 𝑑𝑉
𝑉1 𝑉1 𝑉

𝑉2
𝑑𝑉 𝑉2
𝑊𝑖𝑠𝑜𝑡𝑒𝑟𝑚𝑖𝑠 = 𝑛𝑅𝑇න = 𝑛𝑅𝑇 ln
𝑉1 𝑉 𝑉1
Contoh 1:
P Serangkaian proses termodinamik ditunjuk-kan
8,0 x 104 Pa
b d pada diagram PV. Pada proses ab, 150 J panas
ditambahkan ke sistem, dan pada proses bd,
600 J panas ditambahkan. Tentukan: (a)
perubahan energi internal pada proses ab; (b)
perubahan energi internal pada proses abd;
3,0 x 104 Pa
a
c
dan (c) panas total yang ditambahkan pada
2,0 x 10-3 m3
V proses acd.
5,0 x 10-3 m3

(a) Tidak terjadi perubahan volume selama proses ab, dari rumus 𝑄 = ∆𝑈 + 𝑊;
sehingga 𝑊𝑎𝑏 = 0 dan ∆𝑈𝑎𝑏 = 𝑄𝑎𝑏 = 150 𝐽.
(b) Proses bd terjadi pada tekanan konstan, maka kerja W yang dilakukan sistem
selama ekspansi adalah
𝑊𝑏𝑑 = 𝑃 𝑉2 − 𝑉1
𝑊𝑏𝑑 = 8,0 𝑥 104 𝑃𝑎 5,0 𝑥 10−3 𝑚3 − 2,0 𝑥 10−3 𝑚3 = 240 𝐽
Kerja total untuk proses abd adalah
𝑊𝑎𝑏𝑑 = 𝑊𝑎𝑏 + 𝑊𝑏𝑑 = 0 + 240 𝐽 = 240 𝐽
Dan panas total
𝑄𝑎𝑏𝑑 = 𝑄𝑎𝑏 + 𝑄𝑏𝑑 = 150 𝐽 + 600 𝐽 = 750 𝐽
Energi internal pada proses abd diperoleh
∆𝑈𝑎𝑏𝑑 = 𝑄𝑎𝑏𝑑 − 𝑊𝑎𝑏𝑑 = 750 𝐽 − 240 𝐽 = 510 𝐽
Karena ∆𝑈 tidak tergantung pada lintasan, perubahan energi internal
adalah sama untuk lintasan acd dan abd; yaitu ∆𝑈𝑎𝑐𝑑 = ∆𝑈𝑎𝑏𝑑 = 510𝐽
Kerja total untuk lintasan acd adalah
𝑊𝑎𝑐𝑑 = 𝑊𝑎𝑐 + 𝑊𝑐𝑑 = 𝑃 𝑉2 − 𝑉1 + 0
𝑊𝑎𝑐𝑑 = 3,0 𝑥 104 𝑃𝑎 5,0 𝑥 10−3 𝑚3 − 2,0 𝑥 10−3 𝑚3 = 90 𝐽
Sekarang terapkan hukum I termodinamika pada proses acd:
𝑄𝑎𝑐𝑑 = ∆𝑈𝑎𝑐𝑑 + 𝑊𝑎𝑐𝑑
𝑄𝑎𝑐𝑑 = 510 𝐽 + 90 𝐽 = 600 𝐽
Terlihat bahwa ∆𝑈 adalah sama (510 J) untuk abd dan acd, W (240 J
dan 90 J) dan Q (750 J dan 600 J) memiliki nilai yang berbeda untuk
kedua proses.

Contoh 2:
Satu gram air (1 cm3) menjadi 1671 cm3 uap ketika dididihkan pada
tekanan konstan 1 atm (1,013 x 105 Pa). Panas penguapan latent pada
tekanan ini adalah LV= 2,256 x 106 J/kg. Hitung (a) kerja yang dilakukan
air ketika menguap; (b) kenaikan energi internal air.
Jawab: (a) gunakan rumus usaha untuk tekanan konstan
𝑊 = 𝑃 𝑉2 − 𝑉1
= (1,013 𝑥 105 𝑃𝑎)(1671 𝑥 10−6 𝑚3 − 1 𝑥 10−6 𝑚3 = 169 𝐽
(b) Panas yang ditambahkan ke air adalah panas penguapan
−3 6
𝐽
𝑄 = 𝑚 𝐿𝑉 = 1 𝑥 10 𝑘𝑔 2,256 𝑥 10 = 2256 𝐽
𝑘𝑔
Dari hukum I termodinamika, perubahan energi internal adalah:
∆𝑈 = 𝑄 − 𝑊
∆𝑈 = 2256 𝐽 − 169 𝐽 = 2087 𝐽
Kapasitas Kalor/Panas Gas
• Penentuan kapasitas kalor/panas suatu zat memberikan informasi
tentang energi internalnya (∆U), yang selanjutnya memberikan
informasi tentang struktur molekulnya.
• Untuk semua zat bila dipanaskan kapasitas panas pada tekanan
konstan CP lebih besar daripada kapasitas panas pada volume konstan
CV.
• Bila panas Q ditambahkan pada gas pada volume konstan, dan tidak
ada usaha yang dilakukan oleh atau pada gas, sehingga panas hanya
digunakan untuk pertambahan energi internal gas, maka
𝑄𝑉 = 𝐶𝑉 ∆𝑇
Karena W = 0 dari hukum pertama termodinamika diperoleh
𝑄𝑉 = ∆𝑈 + 𝑊 = ∆𝑈
∆𝑈 = 𝐶𝑉 ∆𝑇
Dengan mengambil limit bila ∆𝑇 → 0, diperoleh
𝑑𝑈 = 𝐶𝑉 𝑑𝑇
𝑑𝑈
𝐶𝑉 =
𝑑𝑇
Dengan cara yang sama diperoleh
𝑄𝑃 = 𝐶𝑃 ∆𝑇
Masukkan hukum pertama termodinamika dengan 𝑊 = 𝑃 𝑑𝑉
𝑄𝑃 = ∆𝑈 + 𝑊 = ∆𝑈 + 𝑃 𝑑𝑉
𝐶𝑃 ∆𝑇 = ∆𝑈 + 𝑃 𝑑𝑉
Untuk perubahan sangat kecil dan 𝑑𝑈 = 𝐶𝑉 𝑑𝑇
Maka 𝐶𝑃 𝑑𝑇 = 𝐶𝑉 𝑑𝑇 + 𝑃 𝑑𝑉
Untuk gas ideal berlaku 𝑃𝑉 = 𝑛 𝑅𝑇 dan diambil diferensial untuk
kedua ruas diperoleh
𝑃 𝑑𝑉 + 𝑉 𝑑𝑃 = 𝑛𝑅 𝑑𝑇
Untuk proses tekanan konstan berati 𝑑𝑃 = 0, sehingga
𝑃 𝑑𝑉 = 𝑛𝑅 𝑑𝑇
Masuk persamaan 𝐶𝑃 𝑑𝑇 = 𝐶𝑉 𝑑𝑇 + 𝑃 𝑑𝑉, diperoleh
𝐶𝑃 𝑑𝑇 = 𝐶𝑉 𝑑𝑇 + 𝑛𝑅 𝑑𝑇
Maka
𝐶𝑃 = 𝐶𝑉 + 𝑛 𝑅
𝐶𝑃 − 𝐶𝑉 = 𝑛𝑅
𝐶𝑃
Rasio kapasitas panas: 𝛾=
𝐶𝑉
• Dari persamaan energi kinetik translasi total untuk n mole gas adalah
3
𝐾 = 𝑛 𝑅 𝑇.
2
Jika energi internal suatu gas U hanya terdiri dari energi kinetik translasi
saja, maka diperoleh bahwa
3
𝑈= 𝑛𝑅𝑇
2
Dengan demikian kapasitas
𝑑𝑈 3
𝐶𝑉 = = 𝑛𝑅
𝑑𝑇 2
Dan
5
𝐶𝑃 = 𝐶𝑉 + 𝑛𝑅 = 𝑛 𝑅
2
• Bila suatu zat ada dalam kesetimbangan, maka ada energi rata-rata
sebesar ½ kT per molekul atau ½ RT per mole yang dikaitkan dengan
tiap derajat kebebasan.
• Sehingga untuk gas diatomik (N2, H2, dan sebagainya berlaku energi
internalnya adalah
5
𝑈 = 𝑛 𝑅𝑇
2
Angka 5 menunjukkan bahwa gas diatomik memiliki 5 derajat
kebebasan (3 untuk bertranlasi dan dua untuk berotasi).
Sedang untuk zat padat memiliki 6 derajat kebebasan (3 untuk
bertranlasi dan 3 untuk bervibrasi), sehingga energi internalnya adalah
1 6
𝑈 = 6 𝑥 𝑛 𝑅𝑇 = 𝑛 𝑅𝑇 = 3 𝑛 𝑅𝑇
2 2
Ekspansi-kompresi Adiabatik Kuasi Statik Gas
Proses Adiabatik merupakan proses di
mana tidak ada pertukaran panas (dQ = 0)
(P1,V1) Dengan menggunakan persamaan keadaan
dan hukum pertama termodinamika, maka
𝑑𝑄 = 𝑑𝑈 + 𝑑𝑊 = 0
Jika 𝑑𝑈 = 𝐶𝑉 𝑑𝑇 dan 𝑑𝑊 = 𝑃 𝑑𝑉 , juga
𝑃 = 𝑛𝑅𝑇/𝑉 , maka diperoleh:
T1 𝑑𝑈 + 𝑑𝑊 = 0
𝑑𝑉
T2 𝐶𝑉 𝑑𝑇 + 𝑛 𝑅𝑇 =0
𝑉
(P2,V2) Dikalikan dengan 1/T CV, maka diperoleh
𝑑𝑇 𝑛𝑅 𝑑𝑉
+ =0
𝑇 𝐶𝑉 𝑉
𝑑𝑇 𝑛𝑅 𝑑𝑉
• Persamaan + = 0, dapat disederhanakan dengan
𝑇 𝐶𝑉 𝑉
mengingat 𝐶𝑃 − 𝐶𝑉 = 𝑛𝑅, sehingga
𝑛𝑅 𝐶𝑃 − 𝐶𝑉 𝐶𝑃
= = −1=𝛾−1
𝐶𝑉 𝐶𝑉 𝐶𝑉
𝛾 adalah rasio kapasitas panas
𝐶𝑃
𝛾=
𝐶𝑉
Dengan demikian
𝑑𝑇 𝑑𝑉
+ (𝛾 − 1) =0
𝑇 𝑉
Jika diintegrasikan
𝑑𝑇 𝑑𝑉
න + 𝛾−1 න =0
𝑇 𝑉
ln 𝑇 + 𝛾 − 1 ln 𝑉 = 0
Dengan menggunakan sifat logaritma diperoleh
ln 𝑇𝑉 𝛾−1 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑇𝑉 𝛾−1 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
Besaran T dapat dieliminasi dari persamaan 𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇, menjadi
𝑃𝑉 𝑃𝑉 𝛾−1
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 = (𝑉 )
𝑛𝑅𝑇 𝑛𝑅

𝑃𝑉 𝛾 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
• Persamaan 𝑃𝑉 𝛾 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛, menghubungkan P dan V untuk
ekspansi adiabatik kuasi statik dan kompresi adiabatik kuasi statik
di mana piston melakukan usaha pada gas.
• Untuk perubahan yang sangat kecil sehingga proses adiabatik
berlangsung, maka persamaan 𝑃𝑉 𝛾 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 didefernsialkan
sebagai
𝑃 𝛾 𝑉 𝛾−1 𝑑𝑉 + 𝑉 𝛾 𝑑𝑃 = 0
𝛾 𝑃 𝑑𝑉
𝑑𝑃 = −
𝑉
Dengan mengingat modulus limbak adalah rasio perubahan tekanan
terhadap perubahan fraksional dalam volume
𝑑𝑃
𝐵=− =𝛾𝑃
𝑑𝑉ൗ
𝑉
• Jika dihubungkan dengan laju bunyi yang memiliki perumusan
𝐵𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘
𝑣𝑏𝑢𝑛𝑦𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑔𝑎𝑠 =
𝜌
Dengan kerapatan massa 𝜌 dihubungkan dengan jumlah mole n dan
massa molekuler M oleh 𝜌 = 𝑚Τ𝑉 = 𝑛𝑀Τ𝑉 dan dengan menggunakan
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇, eleminasikan V dari 𝜌 diperoleh
𝑛𝑀 𝑛𝑀 𝑀𝑃
𝜌= = =
𝑉 𝑛𝑅𝑇Τ𝑃 𝑅𝑇
Jika hasil ini masuk pada rumus bunyi, maka
𝐵𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘 𝛾𝑃 𝛾 𝑅𝑇
𝑣𝑏𝑢𝑛𝑦𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑔𝑎𝑠 = = =
𝜌 𝑀𝑃Τ𝑅𝑇 𝑀
• Dari rumus 𝑑𝑄 = 𝐶𝑉 𝑑𝑇 + 𝑃 𝑑𝑉 = 0; di mana 𝑑𝑄 = 0, maka dapat ditulis
sebagai
𝐶𝑉 𝑑𝑇 + 𝑃 𝑑𝑉 = 0
𝑃 𝑑𝑉 = − 𝐶𝑉 𝑑𝑇
Integral 𝑃 𝑑𝑉 tidak lain adalah usaha proses adiabatik tadi, sehingga
𝑊𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘 = න 𝑃 𝑑𝑉 = − න 𝐶𝑉 𝑑𝑇

𝑊𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘 = − 𝐶𝑉 ∆𝑇
𝑊𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘 = −𝐶𝑉 𝑇2 − 𝑇1 = 𝐶𝑉 (𝑇1 − 𝑇2 )
𝑃1 𝑉1 𝑃2 𝑉2 𝐶𝑉 𝐶𝑉
𝑊𝑎𝑑 = 𝐶𝑉 − = 𝑃1 𝑉1 − 𝑃2 𝑉2 = 𝑃1 𝑉1 − 𝑃2 𝑉2
𝑛𝑅 𝑛𝑅 𝑛𝑅 𝐶𝑃 − 𝐶𝑉

𝑃1 𝑉1 − 𝑃2 𝑉2 𝑉1 > 𝑉2 → 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖
𝑊𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘 = 𝑉1 < 𝑉2 → 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
𝛾−1
• Sejumlah udara (g = 1,4) berekspansi secara adiabatik dan kuasi statik
dari tekanan awal 2 atm dan volume 2 L pada temperatur 10oC
menjadi dua kali volume awalnya. Carilah (a) tekanan akhir, (b)
temperatur akhir, dan (c) usaha yang dilakukan oleh gas!
• Jawab: proses adiabatik besaran 𝑃𝑉 𝛾 tetap tidak berubah selama
ekspansi adiabatik kuasi statik, sehingga
𝛾 𝛾
𝑎 𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2
𝛾 1,4
𝑉1 2𝐿
𝑃2 = 𝑃1 = 2 𝑎𝑡𝑚 = 0,758 𝑎𝑡𝑚
𝑉2 4𝐿
𝛾−1 𝛾−1
𝑏 𝑇1 𝑉1 = 𝑇2 𝑉2
𝛾−1 1,4−1
𝑉1 2𝐿
𝑇2 = 𝑇1 = 293 𝐾 = 222 𝐾 = −51𝑜 𝐶
𝑉2 4𝐿
𝑃1 𝑉1 − 𝑃2 𝑉2
𝑐 𝑊𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘 =
𝛾−1
2 𝑎𝑡𝑚 2 𝐿 − (0,758 𝑎𝑡𝑚)(4 𝐿)
𝑊𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘 = = 2,42 𝐿 ∙ 𝑎𝑡𝑚
1,4 − 1
Dinyatakan dalam joule
𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒
1 𝐿 ∙ 𝑎𝑡𝑚 = 101,3
𝐿 ∙ 𝑎𝑡𝑚

101,3 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒
𝑊𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘 = 2,42 𝐿 ∙ 𝑎𝑡𝑚 𝑥
𝐿 ∙ 𝑎𝑡𝑚

𝑊𝑎𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘 = 245 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒


Kompresi adiabatik pada mesin diesel. Rasio kompresi sebuah mesin
diesel 15 : 1; hal ini berarti udara dalam silinder dikompresi hingga 1/15
dari volume awalnya. Jika tekanan awal adalah 1,01 x 105 Pa dan suhu
awal adalah 27oC (300 K), tentukan tekanan dan suhu akhir setelah
kompresi. Anggap udara terdiri dari campuran oksigen dan nitrogen
dengan g = 1,40.
Jawab: P1 = 1,01 x 105 Pa ; T1 = 300 K dan V1/V2 = 15 ; maka T2 :
𝛾−1
𝑉1
𝑇2 = 𝑇1 = 300 𝐾 15 0,40 = 886 𝐾 = 613𝑜 𝐶
𝑉2
𝛾
𝑉1
𝑃2 = 𝑃1 = 1,01 𝑥 105 𝑃𝑎 15 1,40 = 44,8 𝑥 105 𝑃𝑎
𝑉2
44,8 𝑥 105 𝑃𝑎
𝑃2 = 5
≈ 44 𝑎𝑡𝑚
1,013 𝑥 10 𝑃𝑎/𝑎𝑡𝑚
Mesin Kalor dan Hukum Kedua Termodinamika

Diagram kerja mesin uap air. Uap air mengerjakan gaya pada mesin
uap (piston)
P

b
2 3

c
a

1 4
d
V
(e)

Penjelasan pada slide berikut


• Sebuah mesin panas sederhana yang melakukan usaha dalam satu silkus.
a) Gas yang dimasukkan dalam sebuah silinder dipanaskan sementara piston
dijaga tetap. Tekanan naik dari P1 ke P2 seperti ditunjukkan pada diagram
PV di bagian (e). Sebuah beban w ditambahkan agar piston dalam
kesetimbangan.
b) Panas ditambahkan lagi, dab gas dibiarkan memuai pada tekanan konstan,
sehingga mengangkat beban.
c) Piston dijaga tetap sementara gas didinginkan kembali ke tekanan semula.
d) Beban dipindahkan, dan gas ditekan dengan tekanan konstan ke
keadaannya semula.
• Hasil neto siklus ini adalah bahwa usaha telah dilakukan untuk mengangkat
beban sampai ketinggian h tertentu.
e) Diagram PV untuk mesin panas sederhana pada gambar ini. Kerja
dilakukan gas selama langkah (b), dan pada gas pada langkah (d). Usaha
neto yang dilakukan oleh gas adalah luasan yang dibatasi oleh grafik 1,2,3,
dan 4.
Penjelasan pada slide berikut
• Mesin bakar dalam sistem empat langkah (4-stroke-cycle)
(a)Bensin-campuran udara mengalir ke dalam silinder melalui katup
masukan, sesaat piston turun ke bawah.
(b)Piston bergerak ke atas dan mengkompresi campuran gas
(c)Sesaat tepat bensin dikompresi sangat tinggi busi meletikkan api pada
campuran udara-bensin sehingga campuran terbakar dan menerbitkan
temperatur sangat tinggi
(d)Gas dalam temperatur dan tekanan sangat tinggi, memuai dan
mendorong piston ke bawah, sehingga menghasilkan langkah daya sampai
piston berada di titik terbawah.
(e)kembali piston bergerak ke atas sambil gas-gas yang terbakar di dorong
keluar melalui pipa pembuangan gas, sampai piston kembali ke titik
tertinggi (top), maka katup keluarn tertutup dan katup masukan campuran
udara-bensin terbuka.
• Demikian seterusnya sehingga seluruh siklus akan berulang kembali.
Gerakan (a), (b), (c), dan (d) adalah gerakan 4-langkah tersebut.
Gambar di samping merupakan Siklus Otto,
menggambarkan sistem mesin bakar internal.
Campuran bensin-udara masuk di a dan
Siklus Otto ditekan secara adiabatik ke b. Campuran ini
selanjutnya dipanaskan (oleh pengapian busi)
pada volue konstan sampai c. Langkah daya
dinyatakan oleh ekspansi adiabatik dari c ke d.
Pendinginan pada volume konstan dari d ke a
menyatakan pembuangan gas yang terbakar
dan masuknya campuran bensin-udara yang
baru.
Ciri penting tiap mesin panas bahwa suatu zat kerja (air untuk mesin uap,
udara dan uap bensin untuk mesin bakar internal) menyerap sejumlah panas
Qh pada suatu temperatur yang tinggi Th, melakukan usaha W, dan
membuang panas Qc pada temperatur Tc.
• Karena keadaan awal dan akhir mesin dan zat kerja sama, maka
energi internal akhir zat kerja harus sama dengan energi internal
awal. Maka dari hukum pertama termodinamika kerja yang dilakukan
sama dengan panas neto yang diserap;
𝑊 = 𝑄ℎ − 𝑄𝑐
Efisiensi ∈ didefinisikan sebagai rasio usaha yang dilakukan terhadap
panas yang diserap dari tandon panas.
𝑊 𝑄ℎ − 𝑄𝑐 𝑄𝑐
∈= = =1−
𝑄ℎ 𝑄ℎ 𝑄ℎ
Hukum kedua termodinamika:
Tidak mungkin bagi sebuah mesin panas yang bekerja secara siklis
untuk tidak menghasilkan efek lain selain menyerap panas dari suatu
tandon dan melakukan sejumlah usaha yang ekivalen.
Pada dasarnya, hukum kedua menyatakan
bahwa jika kita ingin menyerap energi dari
suatu tandon panas untuk melakukan
usaha, maka kita harus menyediakan
tandon yang lebih dingin sebagai tempat
Skematik sebuah
mesin panas. membuang sebagian energi.

Mesin memindahkan energi panas Qh dari tandon panas pada


temperatur Th, melakukan usaha W, dan membuang panas 𝑄𝑐 ke
tandon dingin pada temperatur Tc.
• Sebuah mesin panas menyerap panas 200 J dari suatu tandon panas,
melakukan usaha dan membuang 160 J panas ke tandon dingin.
Berapa efisiensinya?
• Jawab: Dari hukum pertama
𝑊 = 𝑄ℎ − 𝑄𝑐
𝑊 = 200 𝐽 − 160 𝐽 = 40 𝐽
Efisiensinya adalah:
𝑊 40 𝐽
∈= = = 0,20 = 20 %
𝑄ℎ 200 𝐽
Mesin Carnot
Teorema Carnot
Tidak ada mesin yang bekerja di antara dua tandon panas yang
tersedia yang dapat lebih efisien daripada mesin reversibel yang
bekerja di antara kedua tandon itu.
Syarat reversibel
1. Tidak ada energi mekanik yang dapat hilang karena gesekan gaya
viskos, atau gaya disipasif lain yang menghasilkan panas.
2. Tidak ada konduksi panas karena beda temperatur tertentu.
3. Proses harus kuasi-statik agar sistem selalu dalam keadaan
setimbang (atau sangat dekat dengan keadaan setimbang).
Proses yang melanggar salah satu kondisi di atas merupakan proses
irreversibel.
Skema Teorema Carnot
(a) Mesin reversibel. Mesin memindahkan 100 J dari tandon panas,
melakukan usaha 40 J, dan membuang 60 J ke tandon dingin. Maka
efisiensinya 40%.
(b) Mesin dibalik dan bekerja mundur seperti refrigerator. Usaha 40 J
dilakukan untuk memindahkan 60 J dari tandon dingin dan
membuang 100 J ke tandon panas. (jika mesin tidak reversibel,
lebih dari 40 J usaha harus dilakukan untuk memindahkan 60 J dari
tandon dingin). Sekarang, dianggap ada mesin lain yang non-
reversibel bekerja antara kedua tandon yang sama yang efisiensinya
lebih dari 40%.
(c) Sebuah mesin efisiensiny 45%, jika digerakkan bersama dengan
mesin refrigerator (b), maka efek netonya akan sama dengan mesin
sempurna yang memeindahkan 5 J dari tandon dingin dan
mengubah seluruhnya menjadi usaha (gambar d).
Siklus Carnot untuk
gas ideal

P
Tc Th
1

komp
resi a
diaba Qmasuk rm
is
tik ote
i is
ns
Q=0 ek
sp
a

2 k
b ati
4 a dia
n si
s pa
s ek
mi
isote
r Q=0 Th
re si
3
ko
mp
Qkeluar Tc
V
Siklus Carnot untuk gas ideal:
(1-2) Panas Qh diserap selama ekspansi isotermal dari keadaan 1 ke
keadaan 2 pada temperatur Th.
(2-3) gas mengembang secara adiabatik dar keadaan 2 ke keadaan 3
sampai temperaturnya turun ke Tc.
(3-4) mesin kemudian membuang panas ketika dikompresi secara
isotermal ke keadaan 4.
(4-1) mesin dikompresi secara adiabatik sampai temperaturnya kembali
menjadi Th.
Seluruh proses ini reversibel.
Untuk menghitung efisiensi siklus mesin ini, dihitung panas yang
diserap dari tandon panas dan panas yang dibuang ke tandon dingin.
• Proses (1-2) isotermal jadi panas yang diserap adalah
2 2
𝑛 𝑅 𝑇ℎ
𝑄ℎ = 𝑊 = න 𝑃 𝑑𝑉 = න 𝑑𝑉
1 1 𝑉
𝑉2
𝑄ℎ = 𝑛 𝑅 𝑇ℎ ln
𝑉1
Dengan cara yang sama proses (3-4) panas yang dibuang ke tandon
dingin sama dengan usaha dilakukan gas selama kompresi isotermal
pada temperatur Tc.
𝑉3
𝑄𝑐 = 𝑛 𝑅 𝑇𝑐 ln
𝑉4
Rasio kedua panas
𝑄𝑐 𝑇𝑐 ln 𝑉3 Τ𝑉4
=
𝑄ℎ 𝑇ℎ ln 𝑉2 Τ𝑉1
Volume 𝑉1 , 𝑉2 , 𝑉3 , 𝑑𝑎𝑛 𝑉4 dengan persamaan ekspansi adiabatik kuasi-
statik
𝑇𝑉 𝛾−1 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
Maka ekspansi dari keadaan 2 ke keadaan 3 diperoleh
𝛾−1 𝛾−1
𝑇ℎ 𝑉2 = 𝑇𝑐 𝑉3
Kompresi adiabatik dari keadaan 4 ke keadaan 1 diperoleh
𝛾−1 𝛾−1
𝑇ℎ 𝑉1 = 𝑇𝑐 𝑉4
Jika kedua persamaan dibandingkan diperoleh
𝛾−1 𝛾−1
𝑉2 𝑉3
=
𝑉1 𝑉4
Sehingga 𝑉2 Τ𝑉1 = 𝑉3 Τ𝑉4 dan ln (𝑉2 Τ𝑉1 ) = 𝑙𝑛 (𝑉3 Τ𝑉4 ), akibatnya
𝑄𝑐 𝑇𝑐 ln 𝑉3 Τ𝑉4
=
𝑄ℎ 𝑇ℎ ln 𝑉2 Τ𝑉1
Dan
𝑄𝑐 𝑇𝑐
=
𝑄ℎ 𝑇ℎ
Dengan demikian efisiensi Carnot ∈𝐶 adalah
𝑄𝑐 𝑇𝑐
∈𝐶 = 1 − =1−
𝑄ℎ 𝑇ℎ
Atau dapat ditulis sebagai
𝑇𝑐 𝑄𝑐
= 1− ∈𝐶 =
𝑇ℎ 𝑄ℎ
Efisiensi Hukum kedua termodinamika adalah
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 ∈
∈𝐻𝐾 = =
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐶𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡 ∈𝐶
• Sebuah mesin uap bekerja di antara dua tandon panas pada 100oC
atau 373 K dan tandon dingin 0oC atau 273 K. Berapakah efisiensi
maksimum yang mungkin untuk mesin ini?
• Jawab: efisiensi mesin Carnot adalah
𝑇𝑐
∈𝐶 = 1 −
𝑇ℎ
273 𝐾
∈𝐶 = 1 − = 0,268
373 𝐾
∈𝐶 = 0,268 𝑥 100% = 26,8%
• Sebuah mesin memindahkan 200 J dari tandon panas bersuhu 373 K,
melakukan usaha 48 J, dan membuang 152 J ke tandon dingin bersuhu 273
K. Berapa usaha yang “hilang” per siklus karena inreversibelitas mesin?
• Jawab: efisiensi mesin ini adalah (dihitung dari “usaha” yang dipindahkan)
𝑄𝑐 48 𝐽
∈𝐶 = 1 − =1− = 0,24 = 0,24 𝑥 100% = 24%
𝑄ℎ 200 𝐽
Jika dihitung dari pemindahan panas (temperatur), maka
𝑇𝑐 273 𝐾
∈𝐶 = 1 − = 1 − = 0,268 = 0,268 𝑥 100% = 26,8%
𝑇ℎ 373 𝐾
24%
Efisiensi hukum II menjadi: 𝑥 100% ≈ 90%
26,8%
Berarti energi maksimum sebagai usaha seharusnya adalah
0,268 𝑥 200 𝐽 = 53,6 𝐽
Sehingga usaha yang hilang adalah 53,6 J – 48 J = 5,6 J/siklus
• Latihan:
1. Sebuah mesin Carnot bekerja di antara tandon-tandon panas
dengan suhu 500 K dan 300 K. (a) berapakah efisiensinya? (b) bila
mesin memindahkan panas setara 200 kJ dari tandon panas,
berapakah usaha yang dilakukannya?
2. Sebuah mesin nyata bekerja di antara tandon-tandon panas
bersuhu 500 K dan 300 K. Mesin memindahkan 500 kJ panas dari
tandon panas dan melakukan usaha 150 kJ setiap siklus. (a) berapa
efisiensi mesin? (b) berapa efisiensi hukum kedua termodinamika
mesin ini?
Pekerjaan Rumah dikumpul minggu depan sebelum kuliah dimulai.

Anda mungkin juga menyukai