Minyak bumi adalah suatu bahan bakar yang terbuat dari fosil. Disebut suatu
bahan bakar fosil sebab dibentuk dari sisa binatang dan tumbuhan laut kecil atau
organisme-organisme yang telah punah berjuta-juta tahun yang lalu. Ketika organisme
tersebut mati, mereka tenggelam di dasar samudra. Di sini mereka terkubur oleh
lapisan-lapisan pasir dan lanau. Dari waktu ke waktu, campuran organik ini
mengalami tekanan yang sangat besar, dan panas yang meningkat. Campuran dibuat
dari atom karbon hidrokarbon dan hidrogen yang akhirnya minyak memenuhi batuan
seperti spons yang basah.
Tidak semua material organik berubah menjadi minyak. Pada kondisi tertentu
harus terdapat pada batuan oil-rich. Harus ada suatu perangkap batuan penyerap yang
mencegah minyak dari perembesan ke luar, perangkap seperti tanah liat atau lempung
misalnya. Di bawah kondisi - kondisi ini, hanya sekitar dua persen dari meterial organik
tersebut yang menjadi minyak.
Kebanyakan batuan reservoir adalah batugamping atau batupasir dimana
minyak terjebak. Minyak di dalamnya mungkin sama encer seperti bensin atau
kental seperti tar. Minyak bumi disebut sebagai sumber energi nonrenewable karena
memerlukan waktu berjuta-juta tahun untuk pembentukannya. Kita tidak dapat membuat
cadangan baru dari minyak bumi.
Minyak dan gas bumi yang merupakan senyawa hidrokarbon terdiri dari unsur
kimia sebagaimana tertera pada tabel III.1 berikut:
Tabel 2.1: Susunan kimia minyak dan gasbumi dalam persen berat
Unsur Gasbumi Aspal Minyak mentah
(Levorsen) (Levorsen) (Levorsen) (Purdy)
Karbon (C) 65 80 80 85 82.2 87.1 83 87
Hidrogen (H) 1 25 8.5 11 11.7 14.7 11 25
Belerang (S) Jejak 0.2 28 0.1 5.5 06
Nitrogen (N) 1 15 02 0.1 1.5 0 0.7
Oksigen (O) 0.1 4.5 0 0.5
Logam 0 0.1
Dari tabel diatas nampak bahwa, pada umumnya minyak bumi terdiri dari 80 hingga
85% unsur C atau karbon, 20 hingga 15% unsur H atau Hidrogen sementara unsur lain
seperti Oksigen, Nitrogen, Belerang, terdapat kurang dari 5% malah kadang-kadang kurang
1%.
Zat hidrokarbon merupakan senyawa yang beraneka ragam. Abraham (1945)
mengklasifikasikan zat hidrokarbon menjadi dua golongan yaitu bitumina dan nonbitumina.
Zat bitumina sering juga disebut sebagai petroleum. jadi ada kesamaan pengertian antara
petroleum dan zat bitumina, akan tetapi tidak dengan zat hidrokarbon padat,
pirobitumina dan lain-lain.
Pembagian tersebut diatas sama sekali didasarkan atas kelarutan zat hidrokarbon dalam
CS2. Dalam hal petroleum, Herberg (1964) dalam Koesoemadinata (1980)
mendefenisikannya sebagai suatu campuran kompleks yang terdiri dari zat hidrokarbon yang
terdapat secara alam dan dapat berupa cairan, gas atau padat seperti minyak mentah, gas
alam serta aspal alam yang komersil didalam industri minyak. Dapat dicatat disini bahwa
istilah petroleum dalam bahasa inggris menunjukkan suatu cairan yang biasanya
sinonim dengan minyak bumi. Tetapi menurut Levorsen (1956) dalam Koesoemadinata
(1980), istilah petroleum juga dipakai secara bersama dengan istilah bitumina yang terdiri
dari zat padat atau setengah padat yang biasanya terdiri dari hidrokarbon berat seperti aspal,
ter, albertit, gilsonit, dan lain-lain.
Dalam diagram Abraham (1945), hidrokarbon yang larut dalam karbondisulfida disebut
bitumina sedangkan yang tidak larut disebut nonbitumina. Bitumina dibagi menjadi yang
bersifat cair dan bersifat padat. Yang bersifat cair disebut sabagai petroleum atau minyak
bumi yang terdiri dari semua minyak mentah yang didapatkan dari sumur pemboran ataupun
yang keluar sendiri pada permukaan sebagai rembasan, sedangkan yang bersifat padat
terbagi menjadi dua bagian yakni yang mudah melumer dan yang sulit melumer. Yang
mudah melumer dibagi menjadi lilin mineral dan aspal sedangkan yang sukar melumer
terdiri dari apa yang dinamakan aspalit.
Golongan nonbitumina dibagi menjadi yang dapat dilumerkan dan yang tak dapat
dilumerkan. Yang tidak lumer disebut sebagai piro-bitumina yang terbagi menjadi yang
bersifat aspal dan yang bersifat non-aspal seperti batubara muda, dan batubara.
Termaksud juga dalam piro-bitumina adalah karogen yang tidak lain daripada zat
organik yang tidak larut dan terdapat dal;am batuan sedimen yang secara pirolisis
dengan temperatur yang yang sangat tinggi menghasilkan hidrokarbon.
Diagram Abraham juga memperlihatkan bahwa disebelah kiri kadar hidrogen dalam
hidrokarbon paling tinggi, sedangkan makin kekanan makin berkurang dan kadar oksigen
bertambah. Selain itu juga indeks bias dari kiri kekanan makin meningkat, sedangkan titik
lebur dan keatsirian (volatility) serta kesempatan untuk membakar secara cepat makin
kekanan makin kurang. Dari diagram tersebut jelaslah bahwa minyak bumi hanya
merupakan sebagian hanya saja dari berbagai jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam.
Namun demikian minyak bumi adalah hidrokarbon yang paling penting karena
jumlahnya yang paling banyak diantara hidrokarbon lainnya.
Viskositas
Sifat penting lain dari pada minyak bumi adalah viskositasnya. Viskositas merupakan
daya hambatan yang dilakukan oleh cairan jika suatu benda berputar pada cairan
tersebut. Satuan viskositas adalah centipoise. pada umumnya makin tinggi derajat API,
makin ringan minyak bumi tersebut maka makin kecil viskositasnya dan sebaliknya.
Titik Didih dan Titik Nyala
Titik didih minyak bumi berbeda-beda sesuai dengan gravitas APInya. Kalau gravitasi
API rendah, maka titik didihnya tinggi sedangkan kalau gravitasi APInya tinggi maka titik
didihnya rendah. Hal ini disebabkan karena minyak bumi berderajat API rendah
mengandung banyak fraksi berat (berat jenis tinggi) dan dengan demikian titik didihnya
tinggi sedangkan jika derajat APInya tinggi maka lebih banyak mengandung fraksi ringan
seperti bensin degan demikian titik didihnya rendah.
Titik nyala adalah suatu titik temperatur dimana minyak bumi dapat terbakar karena
suatu percikan api. Makin tinggi gravitasi APInya titik didihnya makin rendah, maka
jelaslah flash-point juga makin rendah dan mudah dapat terbakar karena percikan api.
Warna
Minyak bumi tidak selalu memperlihatkan warna hitam adakalanya malah tidak
berwarna sama sekali. Pada umumnya warna berhubungan dengan berat jenisnya. Kalau
berat jenisnya tinggi, warna jadi hijau kehitam-hitaman sedangkan kalau berat jenisnya
rendah warna jadi cokelat kehitam-hitaman. Warna ini disebabkan karena berbagai
pengotoran misalnya oksidasi senyawa hidrokarbon karena senyawa hidrokarbon sendiri
tidak memperlihatkan warna tertentu.
Flurosensi
Minyak bumi memiliki sifat flurosensi yaitu jika terkena sinar ultra-violet akan
memperlihatkan warna yang lain dari warna biasa. Warna flurosensi minyak bumi adalah
kuning sampai kuning keemas-emasan dan kelihatan sangat hidup. Sifat flurosensi ini
sangat penting karena sedikit saja minyak bumi terdapat dalam kepingan batuan atau dalam
lumpur pemboran memperluhatkan flurosensi secara kuat sehingga mudah dideteksi dengan
mempergunakan lampu ultra-violet.
Indeks refraksi
Minyak bumi memperlihatkan berbagai macam indeks refraksi dari 1.4 sampai 1.6.
Perbedaan indeks refraksi tergantung dari derajat APInya atau berat jenisnya. Makin
tinggi berat jenis atau makin rendah derajat APInya akan tinggi pula refraksinya dan
sebalknya.
Aktivitas Optik
Kebanyakan minyak bumi memperlihatkan aktivitas optik, yaitu suatu daya
memutar bidang polarisasi cahaya yang terpolarisasi. Kisaran rata-rata adalah dari 0 sampai
0.2o.
Bau
Minyak bumi ada yang berbau sedap dan ada pula yang tidak, yang biasa
disebabkan oleh p-engaruh molekul aromat. Umumnya minyak bumi yang berasal dari
Indonesia tidak berbau sedap oleh karena senyawa nitrogen ataupun belerang.
Nilai Kalori
Nilai kalori m inyak bumi adalah jumlah panas yang ditimbulkan oleh satu gram
minyak bumi yaitu dengan meningkatkan temperatur satu gram air dari 3.5 derajat
celcius dan satuannya adalah kalori .
Gas tercairkan, dibawah kedalaman 2000 meter biasanya keadaan reservoir mempunyai
temperatur dan tekanan yang tinggi, sehingga secarac fisik gas dan minyak bumi
tidak bisa dibedakan. Dalam keadaan demikian didap[atkan reservoir kondestant.
Yohanes, M, 1991, Pengantar Geologi Dan Eksplorasi Minyak Dan Gas Bumi, PPT MIGAS
Cepu.