Anda di halaman 1dari 70

Disusun oleh:

MERI SUSANTI

Preceptor:
Diet Sadiah Rustama., dr., Sp.A, (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RS MUHAMADIYAH BANDUNG
2012
Pasien
 Nama : An. Fannisa
 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur : 9 tahun
 Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
 Tanggal masuk : 4 Januari 2012
 Tanggal periksa : 6 Januari 2012
 Nama Ayah : Tn. Dilhaki
 Usia : 37 tahun
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
 Nama Ibu : Ny. Fitri
 Usia : 34 tahun
 Pendidikan : SLTA
 Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : Parakan Saat
 Keluhan Utama : Panas Badan
 Anamnesis Tambahan
 Pasien mengalami panas badan sejak 6 hari SMRS.
Panas badan ini muncul secara tiba-tiba, hilang
timbul. Panas badan telah diobati dan sempat turun
suhu. Panas badan ini dialami pasien, paling tinggi
suhunya pada sore dan malam hari.
 Keluhan disertai dengan belum BAB selama 6 hari,
muntah dan pusing. Orang tua pasien mengaku
anaknya tampak lemas selama sakit (sebelum dibawa
ke RS).
 Menurut orang tua pasien, sebelum asien masuk
rumah sakit, pasien kecapean karena aktifitasnya
yang padat. Sejak kecil, pasien suka mengalami
sakit-sakkitan, pasien juga pernah mangalami
pengobatan selama 6 bulan pada saat pasien umur
5 tahun.
 Orang tua pasien mengaku keluhan seperti ini
merupakan keluhan yang pertama. Sebelum ke
Rumah Sakit pasien sudah diberi obat penurun
panas, lalu turun, kemudian panas kembali. Pasien
menagaku suka jajan di pinggir jalan ketika selsai
les.
Keluhan tidak disertai dengan adanya
 mimisan,
 bintik kemerahan pada kulit atau
 gusi berdarah.
 Selain itu sesak nafas, sulit menelan, keluar cairan atau sakit dari
telinga disangkal oleh orang tua pasien.
 BAK maupun BAB tidak mengeluhkan perubahan warna atau
adanya nyeri.
 Tidak ada keringat malam ataupun kontak dengan TB.
 Keluhan tidak disertai dengan adanya penurunan kesadaran,
kejang ataupun kebiruan pada mulut. Pasien sudah dibawa ke
dokter dan diberikan obat penurun panas sehari setelah
keluhan muncul, namun panas badan tidak membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu
sejak kecil, pasien sering sakit-sakitan dan pernah mengalami pengobatan
selama 6 bulan pada usia 5 tahun.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat riwayat keluarga dengan keluhan serupa.
Riwayat Kehamilan dan Persalianan
Pada usia kehamilan 9 bulan dengan berat lahir 3200 gram, panjang badan
(lupa), dan bayi langsung menangis. Bayi lahir secara spontan, letak kepala
dibantu oleh dokter.
Riwayat Makanan
 0-6 bulan : ASI (ASI eksklusif)
 6-12 bulan : ASI, susu formula, bubur susu.
 12 bulan – : bubur nasi yang dibuat sendiri.
Riwayat Imunisasi
Kerabat pasien mengaku riwayat imunisasi pasien lengkap (BCG, hepatitis,
DTP, polio, dan campak di RS Rajawali.
Riwayat Tumbuh Kembang
Ibu pasien mengaku pertumbuhan dan perkembangan anaknya sama seperti
anak-anak sebayanya.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : terlihat sakit ringan
 Kesadaran : composmentis
 Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi :64 x/menit, regular, equal, isi cukup
 Suhu : 36,5 0C per axilla
 Respirasi : 22 x/menit
 Antropometri
 BB : 18 kg
 TB : 127
 BMI :
Kepala
 Bentuk : Normal
 Wajah : simetris, edema (-), deformitas (-)
 Rambut : hitam halus, distribusi merata
 Mata : konjunctiva tidak anemis -/-, sklera tidakk ikterik -/- .
pupil bulat isokor, reflex cahaya +/+.
 Telinga : lokasi normal, simetris, daun telinga bentuknya normal,
sekret (-), epistaxis (-)
 Hidung : lokasi normal, simetris, deviasi septum (-), sekret (-), PCH (-).
 Mulut :
 Bibir : tidak ada kelainan, lembab
 Gigi : tidak ada kelainan, caries (-)
 Gusi : perdarahan gusi (-)
 Mukosa : tidak ada kelainan
 Lidah : tampak sedikit kotor di daerah tengah lidah
 faring : tidak hiperemis
 Tonsil : T1-T1 normal
Leher
 JVP : tidak meningkat
 Kel. Tiroid : tidak ada pembesaran
 KGB : tidak teraba pembesaran

Thoraks
 Pulmo
 depan :
 Inspeksi : bentuk normal, gerakkan simetris, retraksi dada (-),
irama nafas regular.
 Palpasi : pergerakan simetris, vokal fremitus normal Ka=Ki
 Perkusi : Ka=K1 sonor
 Auskultasi : VBS ki=ka, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
 belakang :
 Inspeksi : bentuk normal, retraksi dada (-), irama nafas regular.
 Palpasi : pergerakan simetris, vokal fremitus normal Ka=Ki
 Perkusi : Ka=K1 sonor
 Auskultasi : VBS ki=ka, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Cardio
 Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
 Palpasi : teraba ictus cordis
 Perkusi :
 batas kanan jantung : ICS V parasternal kanan,
 batas kiri jantung : ICS III midclavicula kiri,
 Auskultasi : murmur (+), S3 gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : bentuk datar, lembut, rose
spot (-)
 Palpasi : lembut, turgor kulit baik, nyeri tekan (-)
hepar : tidak ada pembesaran
spleen : tidak ada pembesaran.
 Perkusi : timpani, pekak samping (-), pekak pindah (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Genital : tidak dilakukan

Ekstrimitas
 Bentuk normal, deformitas (-)
 Sianosis perifer (-), clubbing finger (-)
 Akral hangat
 CRT < 2 detik
 Kulit: sianosis (-), ptekie (-), ekimosis (-)
 Kelenjar limfa : tidak ada pembesaran KGB
 Otot : hipertrofi (-), atrofi (-)
 Tulang : pembengkakan (-), kemerahan (-)
 Sendi : pembengkakan (-), kemerahan (-),
tenderness (-)
 Panas badan yang hilang timbul

 Keluhan disertai muntah, belum BAB selama 6 hari, pusing

 Riwayat pasien sering sakit-sakitan dan pasien pernah


mengalami pengobatan 6 bulan pada usia 5 tahun.

 Pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum : terlihat sakit ringan
 Kesadaran : composmentis
 Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi :64 x/menit, regular, equal, isi cukup
 Suhu : 36,5 0C per axilla
 Respirasi : 22 x/menit
 Auskultasi jantung : murmur (+)
 Demam Tifoid
 DHF
 Tuberkulosis Paru
 Leptospirosis
 Bronchopneumonia
 Darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit),
 LED
 widal
 Ig G dan Ig M Dengue
 Pemeriksaan feses
 Ig M salmonella
 CKMB-CPK
 Echokardiografi
Pemeriksaan 28/10/2010 Nilai 30/10/2010 31/10/2010 1/11/2010
normal
Hematologi
Hb 13,8 10,8- 12,4 10,8 10,1
12,8g/dl
Ht 41 33-39 % 37 32 32
Leukosit 5000 4.000 – 9000 6.700 7100
10.000
sel/ mm3
Trombosit 131.000 150.000- 91.000 87.000 92.000
450.000
sel/mm3

Faal Hati imunoserologi


SGOT 129 s.d 37 U/L IgG DHF +
SGPT 89 s.d 41 U/L IgM DHF +
 demam thypoid + DHF
 Umum
 tirah baring
 diet makanan lunak, rendah serat danmudah dicerna serta
makanan yang tidak pedas dan tidak asam
 Khusus
 Infus tridex 27 B kec 20 gtt/menit (macro drip)
 Terfacef 2x250 mg, IV
 Analgentik : Bufect F 3 x 3/4 cth
 Diet: TD II
 Curliv


Edukasi
 Kebersihan pribadi
 Kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
 Penyediaan air dari sumber yang bersih.
 3 M plus
- Mengubur wadah-wadah/kaleng bekas yg dapat
menampung air
- Menguras wadah-wadah penampungan air (bak mandi,
aquarium, tangki air
- Menutup tempat penyimpanan air
- melakukan fogging, abatesasi
 menyarankan untuk tidur dengan menggunakan kelambu atau obat
nyamuk
 menyemprot tempat- tempat seperti kolong meja disekolah dengan
obat nyamuk sebelum kegiatan sekolah dimulai
 DISKUSI
 Pasien ini didiagnosa demam tifoid dan DF karena dari anamnesa didapatkan
demam >7 hari, siang=malam, kadang panasnya turun tapi tidak mencapai suhu
normal.
 Dari pemeriksaan fisik, didapatkan beberapa tanda sehingga dapat didiagnosa
demam tifoid iaitu coated tongue.
 Pemeriksaan penunjang pada penderita ini:
Pemeriksaan Hb, Leukosit, Trombosit, Ht untuk mengetahui adanya supresi
pada sumsum tulang akibat perjalanan penyakit maupun pengobatan.
 Didapatkan leukopenia dan juga trombositopenia
 Pemeriksaan SGOT dan SGPT untuk menunjang diagnosa demam tifoid karena pada
penderita demam tifoid dapat Terjadi gangguan pada hati.
 Pemeriksaan rapid DHF (Ig M dan Ig G) untuk menunjang diagnosa DHF
 Kultur darah untuk menemukan adanya kuman Salmonella typhii.
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : ad bonam
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit
demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan
Aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO
untuk demam berdarah dengue (DBD).
Patogen :
 Dengue virus  4 jenis serotype: DEN1, DEN2,
DEN3, DEN4
 Family Flaviviridae, arbovirus  Single stranded
RNA virus

Transmisi:
 nyamuk Aedes
Virus ditransmisikan ke
manusia dalam saliva
nyamuk

Virus dilepaskan dan


Virus bereplikasi bersikulasi dalam
dalam organ target darah
Virus menginfeksi
sel darah putih dan
jaringan limfatik
Nyamuk kedua memakan
virus dalam darah

Virus bereplikasi dalam


midgut nyamuk, dan organ2
lain, menginfeksi kelenjar
saliva

5
Virus bereplikasi
dalam kelenjar saliva
Infeksi virus dengue

Asimtomatis Simtomatis

Demam Demam Demam berdarah


tidak spesifik dengue dengue

Perdarahan (-) Perdarahan (+) Syok (-) Syok (+)

DD DBD

SUMBER : WHO
Empat manifestasi klinis utama pada DHF:
 Demam tinggi 2-7 hari, sifat bifasik

 Fenomena hemoragis, dapat dikonfirmasi dengan adanya:


 Tes torniquet positif
 Mudah memar
 Petekie pada ekstrimitas, aksila, wajah, dan palatum
lunak pada fase awal demam.
 Epistaksis dan jarang terjadi perdarahan gusi dan
perdarahan gastrointestinal ringan selama periode
demam.
 Hepatomegali, dapat dikonfirmasi dengan adanya:
 Ditemukan pada fase awal demam
 2-4 cm di bawah margin kostal
 Lebih sering pada kasus-kasus syok
 Kegagalan sirkulasi
Perubahan patofisiologi yang membedakan DHF dengan DF adalah adanya
plasma leakage yang dapat dikonfirmasi dengan:
 Peningkatan Ht (hemokonsentrasi)
 Efusi serosa
 Hipoproteinemia
 Gejala lain
 Mual muntah
 Sakit kepala
 Nyeri perut
 Nyeri di belakang mata
 Nyeri otot dan sendi
 Darah Rutin
 Leukosit dapat normal atau turun
 Trombosit turun
 Hematocrit meningkat
 PT/APTT
 Albumin menurun
 SGOT/SGPT dapat meningkat
 Imunoserologi
 IgM (terdeteksi : 3-5 hr, meningkat : hingga minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hr)
 IgG (terdeteksi : 14 hr [primer] 2 hr [sekunder]
 HI

IgM IgG Interpretasi


+ - Infeksi Primer
+ + Infeksi Sekunder
- + Kemungkinan DHF atau Infeksi Sekunder
 Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya
bifasik
 Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut
ini:
- Uji touniquet positif (> 20 petekie dalam 2,54 cm2)
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau
tempat lain
- Hematemesis atau melena
 Trombositopenia (<100.000/mm3)
 Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage:
 Hematokrit meningkat >20% dibanding hematokrit rata-rata pada
usia, jenis kelamin, dan populasi yang sama.
 Hematokrit turun hingga > 20% dari hematokrit awal, setelah
pemberian cairan
 Terdapat efusi pleura, efusi perikard, asites dan hipoproteinemia
I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas,
manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif
dan/atau mudah memar.

II : Derajat I disertai perdarahan spontan

III : Terdapat kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah atau


hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah

IV : Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur.


DBD derajat III dan IV digolongkan dalam sindroma
renjatan dengue
Definisi kasus untuk demam dengue menurut WHO :
 Kemungkinan==> penyakit demam akut dengan dua atau lebih manifestasi berikut :
 sakit kepala
 nyeri retro-orbital
 mialgia
 artralgia
 ruam
 manifestasi perdarahan
 leukopenia
 dan ditemukan kejadian pada lokasi dan waktu yang sama seperti pada kasus demam
dengue lain yang dikonfirmasi.
Pasti ==> kasus yang dikonfirmasi dengan kriteria laboratorium sebagai berikut :
- Isolasi virus dengue dari sampel serum atau autopsi; atau
- Menunjukkan perubahan titer antibodi resiprokal IgG atau IgM empat kali lipat atau
lebih besar terhadap satu atau lebih antigen virus dengue dalam sampel serum
berpasangan; atau
- Menunjukkan antigen virus dengue pada jaringan autopsi, sampel serum atau cairan
serebrospinal dengan imunohistokimia, imunofluoresens atau ELISA; atau
- Deteksi urutan genom virus dengue pada sampel cairan serebrospinal atau serum jaringan
autopsi dengan reaksi rantai polimerasi (PCR).
Definisi kasus untuk demam berdarah dengue menurut WHO :
Semua yang berikut ini harus ada :
1. Demam, atau riwayat demam akut, berlangsung 2-7 hari, kadang bifasik.
2. Kecenderungan perdarahan, dibuktikan sedikitnya dengan satu hal berikut :
tes tourniket positif
petekie, ekimosis atau purpura
perdarahan dari mukosa, saluran gastrointestinal, tempat injeksi atau
lokasi lain
hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (100000 sel per mm3 atau kurang)
4. Adanya rembesan plasma karena peningkatan permeabilitas vaskular,
dimanifestasikan oleh sedikitnya hal berikut :
peningkatan hematokrit sama atau lebih besar dari 20% di atas rata-rata
usia, jenis kelamin, dan populasi;
penurunan hematokrit setelah tindakan penggantian volume sama
dengan atau lebih besar dari 20% data dasar;
tanda-tanda rembesan plasma seperti efusi pleural, asites, dan
hipoproteinemia.
Anamnesa berupa :
 demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

 demam timbulnya mendadak tinggi, siang sama dengan malam

 nyeri kepala

 nyeri retro-orbital

 mialgia/artralgia

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
 Nonfarmakologis
Tirah baring
Makanan lunak
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1.5 – 2
liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar
ditambah dengan garam saja.
 Farmakologis
 Simtomatis : antipiretik parasetamol bila demam
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau
dipiron
 Cairan intravena : Ringer Laktat atau ringer asetat (4-6 jam/labu)
 Koloid atau plasma ekspander pada DBD stadium III dan IV
diperlukan
 Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi
 Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III atau IV dengan
koagulasi intravaskular diseminata.
Kriteria DSS :
(kriteria DHF disertai dengan ) :
1. Nadi cepat, lemah, tekanan nadi <20mmHg, perfusi
perifer menurun
2. Hipotensi Kulit dingin lembab, tampak gelisah

 Keadaan umum memburuk


 Hati makin membesar
 Massa perdarahan memanjang karena trombositopenia
 Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala
Renjatan Berat
- Cairan diberikan dengan diguyur dan jika tidak
ada perbaikan diberikan pemberian plasma
atau ekspander plasma/dekstran/preparat
hemasel dengan jumlah 15-29 ml/kg BB
- Jika terjadi asidosis: Na-bikarbonas
- Cairan IV dipertahankan 12-48 jam sesudah
renjatan teratasi
1. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan
(hematemesis dan melena)
2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukkan
penurunan kadar Hb dan Hct
 Myokarditis
 Enchelopathy dengue.
 KID.
 Edem paru
 Gagal ginjal.
 Sepsis
Indikasi untuk hospitalisasi :

 Takikardia
 Kapilari refill (>2 detik)
 Kulit dingin, pucat
 Penurunan nadi perifer
 Perubahan pada status mental
 Oliguria
 Peningkatan tiba-tiba hematokrit atau peningktan hematokrit
secar kontinu meskipun pemberian cairan
 Penyempitan tekanan nadi (<20 mmHg)
 Hipotensi
Kriteria Memulangkan Pasien
 Pasien dapat dipulangkan, apabila:

 Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

 Nafsu makan membaik

 Tampak perbaikan secara klinis

 Hematokrit stabil

 Tiga hari setelah syok teratasi

 Jumlah trombosit > 50.000/μl

 Tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi


pleura atau asidosis)

Penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella enterica servoar typhii.
Tekadang disebabkan oleh:
 Salmonella enterica servoar paratyphii A
 Salmonella enterica servoar paratyphii B
(Schottmulleri)
 Salmonella enterica servoar paratyphii C
(Hirschfeldi)
 Morfologi dan Identifikasi

◦ Bentuk batang, tidak berspora, Gram (-), ukuran bervariasi


(1-3,5µm x 0,5-0,8µm)
◦ Mudah tumbuh pada perbenihan biasa, tapi hampir tdk
meragikan laktosa dan sukrosa.
◦ Membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa.
◦ Membentuk gas H2S
◦ Dpt hidup dlm air beku dlm waktu yg lama, tahan di air
selama 4 minggu, hidup subur pd medium yg mengandung
garam empedu.
◦ Mati pada suhu 560C juga pada keadaan kering.
◦ Resisten tehadap zatkimia tertentu (misal. Hijau briallian,
natrium deoksikolat) yg menghambat bakteri enterik
lainnya
 Punya beberapa antigen yaitu antigen O
dan antigen H
 Antigen simpai (K), yang disebut Vi,
yang dapat mengganggu aglutinasi
melalui antiserum O; antigen ini
dihubungkan sifat invasifnya.
 Tes aglutinasi dengan serum serapan
untuk antigen O dan H yang berbeda
merupakan dasar klasifikasi Salmonella
secara serologik.
 Insidensi menurun pada negara maju.
 US  400 kasus/tahun, < 0,2 case/100.000 populasi
pada eropa barat dan jepang
 Insidensi di Indonesia rata-rata 900.000 kasus/tahun dgn
angka kematian > 20.000 dan 91% kasus terjadi pd umur
3-19 thn.
 Dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin.
 Terjadi pd umur 5-19 tahun & yang paling tinggi pd umur
3-9 tahun dan menurun pada late adolescence.
 Pd endemic area, anak 1-5 thn sangat beresiko terkena
infeksi
 Salmonella typhii dapat hidup dalam tubuh manusia.
 Manusia dpt mengsekresikannya mll sekret sal nafas,
urin, tinja.
 Dr makanan & air (tiram, kerang-kerangan) yg
terkontaminasi feses atau urine manusia yg terinfeksi,
sanitasi yg buruk.
 Transmisi congenital dr enteric fever dapat terjadi
melalui infeksi transplascental dari ibu yang bacteremic
ke fetus.
 Transmisi intrapartum dpt terjadi mll rute fecal oral yg
berasal dr carrier ibu.
 Bisa didapat dr lalat yg hinggap di feses shg bakteri dpt
terbawa
 Lingkungan yang tidak bersih.
 Kebiasaan yg tdk bersih.
 Seseorang yg setelah traveling dr daerah endemik.
 Salmonella mempunyai mekanisme melawan lingkungan
asam (pH <1.5 dapat membunuh bakteri).
 Orang yg terus menerus memakan antacids, histamine-2
receptor antagonists (H2 blockers), atau proton pump
inhibitors; yg telah melakukan gastrectomy; atau yg
memiliki achlorhydria krn aging.
 Acquired immune deficiencies or hereditary
deficiencies in immune modulars (IL-12, IL-23)
meningkatkan resiko infeksi, komplikasi dan kematian
 Demam tifoid mulai 7-14 hari stlh memakan
S.typhi.
 Pola demam bertahap, dikarakteristikan dgn pe
suhu slm siang hari dan turun pd pagi berikutnya.
 Demam lebih tinggi pd sore dan malam hari
dibandingkan dgn pagi hari.
 Dapat disertai : nyeri kepala, malaise, anoreksia,
mialgia, nyeri perut, radang tenggorokan, lidah
tampak kotor dengan putih di tengah sedang tepi
dan ujungnya kemerahan.
 Relaps setelah respon klinis awal terjadi 4-8%
pasien yang tidak diobati dengan antibiotik
 antara 10 dan 20% pasien yang diobati dengan
antibiotik dapat mengalami relaps setelah
initial recovery
 Relapses terjadi pada 10% patients, khususnya
pada minggu ke2-3 pertama setelah paparan
(convalescence).
 relapse dapat terjadi >1mg setelah penghentian
terapi dan juga setelah 70 hari
 kultur darah (+), serum H, O dan Vi antibodies
meningkat
 rose spot dapat terlihat kembali
 relapse biasanya lebih ringan dan lebih pendek
dari penyakit yang utamanya.
 1-4% pasien yg tdk diobati  mengalami chronic
carriers, yaitu individu yg mengekskresikan Salmonella
selama >1 thn
 Bbrp individu dpt terus mengekskresi bakteri slm
berdekade.
 Parasite sendiri menjadi carrier.
 Stool carriage lebih sering pada orang dgn preexisting
biliary abnormalities,  krn S enterica survives di
gallstones  memiliki insidensi tinggi untuk
berkembang menjadi cholecystitis.
 Chronic carriers mempunyai resiko tinggi carcinoma
gallbladder dan gastrointestinal malignancies yg lain.
 chronic carriers mempunyai pe risiko kematian 6 x
lipat krn hepatobiliary cancer.
a. Kultur Salmonella untuk konfirmasi
diagnosis
◦ hasil kultur darah (+) 40-60% pasien tampak
pada perjalanan penyakit awal
◦ kultur stool dan urine (+) setelah minggu 1
◦ kultur feses kadang-kadang (+) selama
periode inkubasi.
◦ kultur bone marrow, mesenteric lymph
node, hati, spleen dapat (+) selama tahap
lanjut dari penyakit.
◦ Kultur bone marrow paling sensitif (positif
dalam 85-90%)
◦ kultur stool dan urine (+) pada chronic
carriers
b. Deteksi langsung dari S.ser typhi
specific antigen pada serum atau S.ser
typhi Vi antigen pada urine  dengan
menggunakan metode immunologic
dengan monoclonal antibodies
c. PCR untuk deteksi spesifik gene dari
darah, diagnosis dalam beberapa jam.
d. The classic widal test, mengukur
antibody yang melawan antigen O dan H
dari S. ser. typhi
e. Anemia normochromic normocytic
berkembang setelah beberapa minggu
dari penyakit dihubungkan pada
hilangnya darah intestinal atau supresi
bone marrow.
f. Leukopenia biasanya tidak < 2500
cell/mm3, setelah 1-2 minggu penyakit
g. Jika terjadi pyogenic abses  terjadi
leukocytosis 20.000-25.000/mm3
h. Trombositopenia dalam beberapa
minggu, proteinuria, fecal leukosit dan
fecal blood
Salmonella masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan
makanan dan air yang tercemar

masuk ke lambung
terjadi denfence terhadap enteric infection oleh Gastric acidity

Salmonella yang lolos masuk ke small intestine, berpenetrasi secara
cepat melalui intestinal mukosa

Di transport oleh M cell (sebagai pintu gerbang)

M cell memfagosit bakteri & mempresentasikan ke makrofag & T Cell di
lamina propria

S. Enterica akan menconvert Normal nonphagocytic epithelial cell dalam
Bacterially-Mediated-Endocytosis (BME)

Dalam BME, Salmonella menggunakan type III secretion system

Macromolecular Channel gram (-) seperti Salmonella menyusup dalam
Eukaryotic cell dan intracellular membran untuk menginjeksikan
virulensi protein (Sip A dan Sip C) ke dalam sel epitel

Mengganggu normal Brush Border dan usaha sel untuk membentuk
kerut membran (form membran ruffles)

Ruffles menelan bacili dan membuat vesicle yang membawa mereka
menyebrang epithelial cell cytoplasm dan basolateral membrane

Salmonella Pathogenicity Island 1 (SPI-1) digenome mengkode elemen
pada BME

Menyerang submucosa

Masuk ke Macrophage lewat bacteria-triggered pinocytosis atau lewat
Macrophage receptor mediated phagocytosis dengan 2 jalan

 Intravakuolar environment mengaktivasi PhoP/ PhoQ regulon untuk
memodifikasi protein dan lipopolysaccharide element pada bacterial
inner dan outer membrane  untuk survive

Sehingga Salmonella resist terhadap lysis dan menurunkan host
proinflammatory signaling

 Bakteri juga memproduksi homocystein untuk menginactivasi nitrit


oxide dan enzym terhadap mikrobicide lain

Akhirnya dengan Vi antigen, suatu polysaccharide capsule. S.typhii
dan S. Paratyphi selanjutnya memproteksi mereka sendiri dari lysis
oleh Macrophage dan dari neutrophils dan komplemen

Macrophage yang terinfeksi, menyediakan Salmonella, suatu
kendaraan yang aman dari elemen sistem imun lain dan dapat
bermultiplikasi dan berjalan-jalan

Melewati mesenteric lymph node (bermultiplikasi dengan cepat)

 Scrub/murine typhus  menyerupai  Collagen disease: SLE,
enteric fever tapi lebih ringan Juvenile Rheumatoid Arthritis
 Tuberculosis, adanya:  Abdominal Abscess
◦ Hilangnya nafsu makan, berat
badan Chronic cough  Amebic Hepatic Abscesses
◦ Frequent illness  Dengue Fever
◦ Close contact dgn pasien  Influenza
tuberkulosis
 Mononucleosis infectiosa  Leiptospirosis
◦ Prolonged fever  Malaria
◦ Tonsilar hypertrophy dgn cervical
lymphadenopathy
 Malignancy, biasanya pd kanak-kanak
disebabkan oleh acute leukemia
◦ Undifferentiated fever
◦ Anemia, perdarahan
◦ Peningkatan WBC dgn blast cells
pd CBC
 Perdarahan intestinal yang berat dan perforasi
intestinal
 Sepsis dengan berbagai enteric aerobic gram-
negative bacilli dan anaerob
 Pneumonia
 Toxic myocarditis
 Trombosis dan flebitis
 Komplikasi neurologik
 Peripheral and optic neuritis
 Komplikasi lainnya: fatal bone marrow necrosis,
pyelonephritis, nephrotic syndrome, meningitis,
endocarditis, parotitis, orchitis, dan suppurative
lymphadenitis
 Terapi Umum
 Tirah baring
 Diet lunak, mudah dicerna dan diterima
 Terapi khusus
1. Eradikasi kuman :
 Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hr (bayi <2 minggu 25
mg/kgBB/hr) po dibagi 4 dosis, selama 10-14 hari.
 Kotrimoksazol 50 mg/kgbb/hr po dalam 3 dosis selama 10-14
hari.
 Amoksisilin 100 mg/kgb/hr po dibagi dalam 3-4 dosis selama
10-14 hari.
 Ampisilin 200 mg/kgbb/hr po dalam 3 dosis.
 Sefiksim 20 mg/kgbb/hr po dalam 2 dosis selama 7 hari.
 Seftriakson 50 mg/kgbb/hr im sehari 1x, selama 5 hari.
 Oflosasin 15 mg/kgbb/hr po selama 2 hari.
 Kortikosteroid  pada kasus berat dengan gangguan
kesadaran (stupor, koma), gangguan sirkulasi dan gejala
berkepanjangan.
 Deksametason 3 mg/kgbb inisial, diikuti 1 mg/kgbb/ 6 jam
untuk 48 jam.
 Prednison 1-2 mg/kgbb/hr po dibagi 3 dosis.
2. Vitamin
3. Bila ada perdarahan usus :
 Puasa selama 24 jam sampai tak ada perdarahan.
 AB iv
 Transfusi bila diperlukan
 Operasi (bila ada indikasi)
4.Konseling mengenai rencana pengobatan kepada
keluarga pasien dan pencegahan.
5.Follow up pasien, evaluasi hasil pengobatan
(adakah efek samping obat?), makanan habis
atau tidak, komlikasi atau membaik.
6.Bila sudah sembuh bisa diberikan vaksin.
 instisusi kesehatan masyarakat menilai untuk
kelayakan air minum dan sansitasi tempat
pembuangan
 Tindakan sanitasi harus dilakukan untuk
mencegah kontaminasi makanan dan air dari
bakteri Salmonella typhi.
 Pembawa bakteri tidak boleh bekerja dalam
membuat makanan dan menyediakan makanan.
 Imunisasi tidak selalu efektif namun dapat
digunakan apabila bepergian ke daerah endemik
dan saat adanya kejadian luar biasa.

Anda mungkin juga menyukai