Anda di halaman 1dari 30

Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan

unsur vital dalam proses metabolisme, untuk


mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh.
 Bayi dan anak mempunyai kebutuhan oksigen
perkilogram berat badan yang lebih besar karena
tingginya metabolisme pada anak.
 Bayi membutuhkan oksigen 6 – 8 ml/kg/menit
sementara pada dewasa sekitar 3 – 4 ml/kg/menit.
Oleh karena itu, apnue atau ventilasi alveolar yang
kurang (hipoksemia) akan lebih cepat terjadi pada
bayi atau anak.
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi dengan
memberikan oksigen pada bayi dan anak yang mengalami
gangguan napas.

Pemberian oksigen harus sesuai dengan standar dan kondisi


bayi
- Pemberian oksigen yang terlalu sedikit dapat
mengakibatkan sianosis atau hipoksia neonatus.
- Pemberian oksigen yang terlalu berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan paru, dan
Retinopathy of Prematuritas (ROP).
Pulse oximetry merupakan alat non invasive yang
paling baik dalam memantau anak dengan insufisiensi
karena dapat menunjukan saturasi oksigen secara
berkesinambungan.
Pulse oximetry tidak menunjukan status ventilasi
akan tetapi menjadi indikator paling awal gangguan
respirasi dan cukup dapat dipercaya dalam terapi
oksigen.
Pulse Oxymetry
- Pemberian terapi oksigen harus dipandu dengan pulse
oxymetry
- Berikan oksigen pada anak dengan kadar SaO2 < 90%,
dan naikkan pemberian oksigen untuk mencapai SaO2
> 90 %
- Pulse oxymetry merupakan suatu alat untuk mengukur
saturasi oksigen dalam darah secara non-invasif
- Saturasi oksigen diukur pada pembuluh arteri kecil,
sehingga disebut arterial oxygen saturasion (SaO2)
- Nilai saturasi oksigen yang normal pada anak adalah
95-100 %, pada anak dengan pneumonia berat, yang
oksigenasinya terhambat, nilai SaO2 ini menurun
Lama pemberian oksigen
- Lanjutkan pemberian oksigen hingga anak mampu
menjaga nilai SaO2 > 90 %
- Bila anak sudah stabil dan membaik, lepaskan oksigen
selama beberapa menit. Jika nilai SaO2 tetap berada diatas
90 %, hentikan pemberian oksigen, namun periksa kembali
setengah jam kemudian dan setiap 3 jam berikutnya pada
hari pertama penghentian pemberian oksigen, untuk
memastikan anak benar-benar stabil
- Bila pulse oxymetry tidak tersedia, lama waktu pemberian
oksigen dapat dipandu melalui tanda klinis yang timbul
pada anak, walaupun hal ini tidak begitu dapat
diandalkan.
Indikasi Pemberian Terapi Oksigen Pada Bayi dan
Anak
- Sesak atau tarikan dinding dada yang dalam
(retraksi)
- Frekuensi napas 60x/menit atau lebih
- Merintih (grunting)
- Kebutuhan oksigen < 60 %
- Saturasi oksigen < 93 %
Teknik Pemberian Terapi Oksigen
Dibedakan menjadi :
 Kanula nasal
 Kateter nasal
 Sungkup
 Head Box
1. Kanula Nasal
Kanula nasal (nasal prongs) merupakan metode terbaik
dalam pemberian oksigen pada bayi dan anak dengan
gangguan pernapasan berat atau pertusis. Nasal prongs paling
banyak digunakan dalam berbagai situasi.
Kanula nasal adalah pipa pendek yang dimasukkan ke
dalam cuping hidung.
- Letakkan kanul nasal tepat ke dalam cuping hidung dan
rekatkan dengan plester di kedua pipi dekat hidung.
- Jaga agar cuping hidung anak bersih dari kotoran
hidung/lendir, yang dapat menutup aliran oksigen.
- Dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran
2 - 3 liter/menit dengan konsentrasi O2 21 % .
Tidak perlu kelembaban
Keuntungan
- Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju
pernapasan teratur
- Kanul mudah dimasukkan dibanding kateter nasal
- Pasien bebas makan, bergerak, berbicara, dan nyaman.

Kerugian
- Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 21%
- Suplai O2 berkurang bila pasien bernapas lewat mulut
- Mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm
- Dapat mengiritasi selaput lendir.
2. Kateter nasal
- Kateter berukuran 6 atau 8 yang dimasukkan ke dalam
lubang hidung hingga melewati bagian belakang rongga
hidung,
- Tempatkan kateter dengan jarak dari sisi cuping hidung
hingga ke bagian tepi dalam dari alis anak.
- Dapat memberikan O2 secara kontinue dengan aliran
2 – 3 liter/menit dengan konsentrasi 21%.
- Kateter nasal paling banyak digunakan dalam berbagai
situasi, dan tidak perlu kelembaban
Keuntungan
- Pemberian O2 stabil
- Pasien bebas bergerak, makan dan berbicara
- Murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap.

Kerugian
- Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih
dari 21%
- Tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada
kanula nasal, sehingga dapat terjadi distensi
lambung, iritasi selaput lendir nasofaring.
- Kateter mudah tersumbat.
3. Sungkup
- Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang
seling 4 – 5 liter/menit dengan konsentrasi O2 40 % .
- Keuntungan
- Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari
kateter atau kanula nasal
- Sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihan sungkup berlubang besar
- Dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
- Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang
dari 40%
- Dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran
rendah.
4. Head Box
- Suatu teknik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi
yaitu > 50% dengan aliran 6 – 8 liter/menit
Balon yang dapat mengembang sendiri
- Keuntungan :
- Selalu terisi setelah diremas walaupun tanpa sumber
gas bertekana
- Katup pelepas tekanan menjaga agar tidak terjadi
pengembangan balon yang berlebihan

- Kerugian
- Tetap mengembang walaupun tidak terdapat lekatan
antara sungkup dan wajah bayi
-. Membutuhkan reservoar oksigen untuk menghasilkan
oksigen dengan konsentrasi tinggi
- Tidak dapat digunakan untuk memberikan
oksigen aliran bebas melalui sungkup dengan baik
- Tidak dapat digunakan untuk memberikan CPAP,
dapat memberikan TPAE hanya bila ditambahkan
katup TPAE dan disambungkan dengan sumber gas
bertekanan
Balon yang tidak dapat mengembang sendiri
- Keuntungan :
- Memberikan oksigen 21-100 %, tergantung sumber
- Mudah menentukan adanya lekatan sungkup pada
wajah bayi
- Dapat digunakan untuk memberikan oksigen
aliran bebas 21-100 %

- Kerugian
- Memerlukan lekatan rapat antara sungkup dan
wajah bayi agar tetap mengembang
- Memerlukan sumber gas untuk dapat mengembang
- Memerlukan katup pengukur tekanan untuk
memonitor tekanan yang diberikan
6. CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)
CPAP merupakan suatu terapi oksigen dengan
mengalirkan gas bertekanan positif terus menerus pada
pasien yang bernapas spontan untuk mengembangkan
alveolus di akhir ekspirasi, meningkatkan oksigenasi dan
mengurangi kesukaran bernapas.
CPAP menggunakan oksigen dengan kadar (FiO2) yang
diatur sesuai dengan saturasi bayi.
Tujuan penggunaan CPAP
- Memperbaiki dan meningkatkan kapasitas residu
fungsion (FRC) paru serta oksigenasi
- Mencegah kolaps alveolus dan atelektasis
- Mengurangi usaha bernapas yang berlebihan
- Mempertahankan produksi dan fungsi surfaktan
Indikasi Penggunaan CPAP
- Penyakit membran hialin (HMD)
- Transient Tachypnea of the newborn (TTN)
- Sindrom aspirasi mekonium
- Bronkiolitis
- Bayi pasca operasi abdomen atau dada atau apnea
karena prematuritas
Kriteria memulai CPAP Nasal
1. Frekuensi napas > 60x/menit
2. Merintih (grunting)
3. Retraksi dada
4. Saturasi oksigen < 93 %
5. Kebutuhan oksigen >60 %
6. Sering mangalami apnea
Menghentikan penggunaan CPAP
- Bayi bernapas dengan mudah dan terlihat penurunan
frekuensi napas dan retraksi.
- Jika bayi sudah nyaman bernapas dengan CPAP, dicoba
melepas CPAP.
- Bayi dinilai selama percobaan ini apakah mengalami
takipnea, retraksi, atau apnea.
- Jika timbul gangguan napas, percobaan dianggap gagal,
dan CPAP harus dipasang lagi paling sedikit satu hari
sebelum dicoba lagi di hari berikutnya.
Pemantauan
- Latih perawat untuk memasang dan mengerjakan
kanula nasal atau kateter nasal dengan tepat.
- Periksa secara teratur bahwa semua alat berfungsi
dengan semestinya dan lepaskan serta bersihkan
prongs atau kateter sedikitnya dua kali sehari
- Pantau anak sedikitnya setiap 3 jam untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang
terjadi :
1. Nilai Sa02 menggunakan pulse oxymetry
2. Kateter nasal atau prongs yang bergeser
3. Kebocoran sistem aliran oksigen
4. Kecepatan aliran oksigen tidak rapat
5. Jalan napas anak tersumbat oleh
lendir/kotoran hidung (bersihkan hidung
dengan ujung kain yang lembab atau sedot
perlahan)
6. Distensi lambung (periksa posisi kateter
dan perbaiki, jika diperlukan)
Penilaian Oksigenasi
- Perubahan warna kulit menjadi kemerahan.
- Denyut jantung bertambah baik
- Bisa timbul napas spontan
Oksigen diberikan dengan kecepatan aliran tertentu :
- Inkubator memerlukan minimal 4-5 liter/menit.
- Botol air pada continous positif airway pressure
(CPAP) memerlukan 5-10 liter/menit.
- Sungkup/masker oksigen memerlukan minimal
4-5 liter/menit.
- Nasal kateter memerlukan minimal 2-3 liter/menit.
- Head box memerlukan minimal 6-8 liter/menit.
Amati pemberian oksigen :
- Bila terjadi kesulitan bernapas sedang sampai berat, beri
oksigen dengan kecepatan sedang
- Bila tidak terjadi sianosis pada pemberian oksigen dengan
kecepatan maksimal, turunkan aliran secara perlahan dalam
10 menit
- Bila terjadi sianosis, naikkan kecepatan oksigen
- Bila sianosis teratasi, turunkan aliran oksigen dalam waktu
1 jam.
- Bila pernapasan bayi membaik (frekuensi napas turun
10 kali/menit), turunkan aliran oksigen
- Bila frekuensi napas bayi masih dalam batas normal
(30 – 60 kali/menit tanpa tarikan dinding dada atau merintih
waktu ekspirasi), hentikan pemberian oksigen dan amati
terjadinya sianosis sentral selama 15 menit
- Bila terjadi sianosis sentral lagi beri oksigen sesuai dengan
kecepatan aliran yang terakhir diberikan.

Anda mungkin juga menyukai