INFEKSI TORCH
Terjadinya infeksi tertentu pada ibu selama tahap awal kehamilan diketahui berhubungan
dengan berbagai malformasi dan gangguan kongenital. Infeksi yang paling umum dan paling
mudah dipahami dikenal dengan akronim TORCH, yang merupakan kependekatan dari
toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simpleks.
(Bobak, 2004)
1. TOKSOPLASMOSIS
Toksoplasma adalah suatu infeksi protozoa yang timbul akibat mengkonsumsi daging
mentah atau tidak mencuci tangan sewaktu menyiapkan daging mentah atau terinfeksi kotoran
kucing.
(Bobak, 2004)
ETIOLOGI
Respiratory droplets.
Kontak dengan sumber infeksi (saliva, urin, darah, sekresi serviks/ vagina, sperma, ASI).
Melalui tranfusi dan transplantasi organ.
Secara vertikal dari ibu ke janin (prenatal, perinatal, postnatal).
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Retardasi pertumbuhan
Intrauterin
Hepatosplenomegali
Asites
Petekie / purpura
Pneumonitis
Trombositopenia
Hepatitis
Hiperbilirubinemia
Anemia hemolitik
PENATALAKSANAAN
Tidak ada pencegahan atau terapi yang spesifik untuk ibu dan bayi.
Pasien dengan gangguan kekebalan diobati berdasarkan gejala yang timbul dengan terapi anti
virus.
Mencegah kontak dengan anak-anak yang terinfeksi selama hamil.
Menjaga kebersihan diri dengan membiasakan selalu mencuci tangan.
4. VIRUS HERPES SIMPLEKS
Virus herpes termasuk dalam kelompok virus DNA yang menyebabkan infeksi laten,
berlangsung eumur hidup dan menimbulkan kekambuhan periodik.
(Bobak, 2004)
ETIOLOGI
Cara penularan virus herpes pada bayi antara lain:
Infeksi transplasenta
Infeksi asenden melalui jalan lahir
Kontaminasi langsung selama bayi melalui jalan lahir terinfeksi
Penularan langsung dari personel atau keluarga yang terinfeksi.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Yang terjadi di genetalia eksternal:
Luka lepuh disertai nyeri
Mengeluarkan cairan
Meninggalkan ulkus dangkal yang menjadi krusta
Yang dirasakan :
Demam
Malaise
Anorexia
Limfadenopati inguinalis yang nyeri
Disuria
dispareunia
PENATALAKSANAAN
Belum ada pengobatan yang dapat mencegah penyakit herpes secara tuntas
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat tropical berupa salep/ krim yang mengandung preparat
idoksuridin
Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres
Pengobatan oral berupa preparat asiklovir
5. HUMAN PAPILOMAVIRUS
Infeksi kondilomata akuminata, lesi yang ditularkan melalui hubungan seksual dan disebabkan
oleh human papillomavirus (HPV), adalah infeksi yang paling sering ditularkan melalui hubungan seksual
tiga kali lebih sering dari pada herpes genital.
(Bobak 2004)
ETIOLOGI
Penggunaan kontrasepsi oral
Sering melakukan hubungan seksual
Berganti-ganti pasangan seksual
Merokok
Mengidap STI lain
Melakukan hubungan seksual tanpa kondom
MANIFESTASI KLINIS
Lesi berupa benjolan berukuran besar
Lesi berkelompok seperti kembang kol
Kondiloma biasanya multiple
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat obstrektik
Pengkajian fisik
Diagnosa
1. Risiko penularan penyakit berhubungan dengan pengetahuan penularan infeksi.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan iritasi sekret vagina.
Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
(Tujuan & Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. Risiko penularan infeksi Setelah dilakukan tindakan - Pantau tanda dan gejala infeksi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pasien - Kaji factor yang dapat
kurang pengetahuan dapat : meningkatkn kerentanan
penularan infeksi. - Pasien terbebas dari tanda dan terhadap infeksi
gejala infeksi - Pantau hasil laboratorium
- Memperlihatkan hygiene - Amati penampilan praktik higien
personal yang adekuat personal untuk perlindungan
- Mengidentifikasi status terhadap infeksi
gastrointestinal, pernapasan, dan - Berikan terapi antibiotik jika
imun dalam batas normal. diperlukan
- Lindungi pasien terhadap
kontaminasi silang dengan tidak
menugaskan perawat yang sama
untuk pasien lain yang
mengalami infeksi dan
memisahkan ruang perawatan
pasien yang terinfeksi.
INFEKSI PELVIK
DEFINISI
Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease[PID]) merupakan suatu infeksi panggul
pada organ pelvis wanita dan struktur penyokong vagina atau bahkan mengenai tuba falopii.
Etiologi
•Microorganisme.
Contoh:(Neisseria, Gonorrhoeae, Chlamiydia, Mycoplasma, dan E.Coli).
•Di transmisikan melalui hubungan seksual.
•Aborsi.
•Akhir peroide menstruasi.
•Persebaran sekunder infeksi.
PATOFISOLOGI N gonorheae & C trachomatis
-PMS
-Riwayat PID Menginfeksi Rahim
Demam Hipotermi
sebelumnya
-Penggunaan IUD
Infeksi bakteri lain
Ansietas
Manifestasi Klinis
Nyeri dan Nyeri tekan bawah pada bagian abdomen.
Discharge vaginal purulem.
Demam .
Disuria.
Laju endap darah meningkat.
Komplikasi
Infertilitas.
Ektopik pregnancy.
Nyeri pelvis kronis .
PID berulang.
Abses.
Penatalaksanaan Diagnostik
Usg (Ultra sonografi)
TVS (transvaginal sonograi)
TAS (transabdominal sonografi)
MRI (Magnetic resonance imaging)
CT (computed tomografy)
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
Identitas Klien
Keluhan Utama :
Nyeri pada perut dan panggul yang bersifat tumpul dan terus menerus.
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat senggama, dan
menggigil.
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat radang panggul
Abortus Septikus, Endometriosis.
Penggunaan Douche (Cairan pembersih vagina)
Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
Status kesehatan
Nutrisi
Eliminasi
Aktivitas & istirahat
Persepsi/Kognisi
Sel
Seksualitas
Koping
Kenyamanan
B. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Adanya pembengkakan di daerah sekitar panggul karena terjadi
infeksi yang menyebabkan penyumbatan pada tuba falopii.
Palpasi
Daerah panggul dan perut untuk mengetahui letak nyeri
C. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap : peningkatan laju endap darah dan C-protein menunjukkan
adanya infeksi
Pemeriksaan cairan dari serviks/ swabs serviks untuk mengetahui penyebab (+) untuk
Klamidia dan Gonorea, hasil (-) masih bisa menunjukkan PID akibat penyebab lain.
Laparoskopi
USG panggul.
Urinalisis dan kultur urin untuk meng-ekslusi infeksi saluran.
2. Diagnosa
1. Nyeri (akut) b/d infeksi radang panggul
2. Hipertermia b/d reaksi radang
3. Ketidakseimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan nafsu
makan.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, nyeri saat beraktivitas
5. Perubahan citra tubuh b/d kerusakan fungsi
6. Kurang pengetahuan b/d kondisi dan terapi
3. Rencana Keperawatan
NO DX NOC NIC RASIONAL